Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (IUD)

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Maternitas

Disusun Oleh:
Nidya Fildzah Hadiani 220112200015
Indah Enriani W 220112200016
Nabila Rifa Zahara H 220112200017
Burhan Nurdin 220112200020
Yulpiana Arunita 220112200023
Atin Janatin 220112200027

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XL


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (IUD)

Topik / Masalah : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)


Hari/Tanggal : 27 April 2021
Waktu : 10.30 – 11.00 WIB
Sasaran : 1 Pasien Dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)

A. Pendahuluan

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya

dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi

untuk mewujudkan ”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas

adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,

berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa (Handayani, 2010).

Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional

mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.

Dalam kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka

kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan

mengubah sikap mental dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun

keluarga berkualitas (Handayani, 2010).

Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain dapat

diamati dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi(prevalensi).

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 memperlihatkan

proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (21,1%), pil (19,4%), AKDR

(18,1%), Norplan (16%), Sterilisasi wanita (3%), Kondom (0,7%), Sterilisasi pria
(0,4%), dan sisanya merupakan peserta KB tradisonal yang masing-masing

menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala maupun senggama terputus

(Prawiroharjo, 2014).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan klien selaku

responden mampu mengetahui dan memahami tentang alat kontrsepsi IUD.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini selama 30 menit, diharapkan

klien mampu mengetahui dan memahami kembali mengenai:

1. Mengethaui pengertian IUD dengan baik dan benar.

2. Mengetahui keuntungan dan kerugian IUD dengan baik dan benar.

3. Memahami efek samping dengan baik dan benar.

4. Memahami cara mengecek IUD dengan baik dan benar.

5. Mamahami waktu kunjungan ulang dengan baik dan benar.

6. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan IUD

dengan baik dan benar.

D. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi bersama

3. Tanya Jawab

E. MEDIA

1. Materi SAP

2. Leaflet
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN
1 5 menit Pembukaan PESERTA

1. Memberi salam Menjawab salam

2. Perkenalan

3. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan

4. Menyebutkan materi/pokok memperhatikan

bahasan yang akan disampaikan

5. Membagikan leaflet Membaca dan

mencermati isi leaflet

2 10 menit Pelaksanaan

- Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan

secara berurutan: memperhatikan

1. Pengertian IUD

2. Jenis-Jenis IUD

3. Prosedur Pemasangan

4. Efektivitas

5. Indikasi

6. Kontraindikasi

7. Keadaan yang memerlukan

perhatian khusus
3 10 menit Evaluasi

- Tanya jawab tentang materi 1. Responden bertanya

penyuluhan kepada pemateri.

- Memberi pujian atau dukungan 2. Menjawab pertanyaan

kepada peserta. responden.

4 5 menit Penutup

- Menyimpulkan materi yang telah

disampaikan.

- Mengucapkan terima kasih atas

perhatian dan waktu yang telah

diberikan peserta.

- Mengucapkan salam Menjawab salam

G. EVALUASI

Metode evaluasi : Diskusi dan tanya jawab

Jenis pertanyaan : Lisan

Jumlah soal : 3 soal

Daftar Pertanyaan :

1. Apa pengertian IUD?

Jawab: IUD ( Intra uterine devices) atau AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)

adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke

dalam rongga rahim. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.

2. Apa saja keuntungan dan kerugian IUD? (minimal 4)

Jawab:
Keuntungan:

a) Efektif dengan proteksi jangka panjang

b) Tidak menggangu hubungan suami istri

c) Tidak berpengaruh terhadap ASI

d) Kesuburan kembali setelah IUD di angkat

e) Efek sampingnya sangat kecil

f) Memiliki efek sistemk yang sangat kecil

Kerugian:

a) Menoragie

b) Dismenorea

c) Sedikit peningkatan resiko kehamilan ethopik bila ada kegagalan IUD

d) Peningkatan resiko infeksi radang panggul

e) IUD terlepas keluar

f) Perforasi uterus, usus dan kandung kemih

g) Malposisi IUD

h) Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran perforasi atau malposisi.

3. Apa efek samping umum dari penggunaan IUD?

Jawab: Menstruasi yang lebih banyak dari biasa, keputihan yang lebih banyak

dari biasa, nyeri saat berhubungan


H. LAMPIRAN MATERI

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (IUD)

A. Pengertian

IUD ( Intra uterine devices) atau AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)

adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke

dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode

tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya

adalah Jenis-jenis IUD di Indonesia (Prawiroharjo, 2008).

B. Jenis-Jenis IUD
C. ALAT MASA BENTUK

PENGGUNAAN
Multiload 3 tahun Batang tegak lurus dengan panjang

3,6cm;250mm2 lilitan tembaga mengelilingi

batang
Multiload 3 tahun Batang tegak lurus dengan panjang 2,5cm;250

CU250 mm2 lilitan tembaga menggelilingi batang

Pendek
Multiload 5 tahun 375mm2 lilitan embaga menglilingi batan

CU375
Flexi-T300 5 tahun 300mm2 lilitan tembaga mengelilingi batang
Nova T 300 5 tahun 380mm2 lilitan kawat tembaga dengan inti

perak mengelilingi batang


T safe 8 tahun 380mm2 liltan mengelilingi batang dan cincin

380A tembaga mengeliligi tiap ujung masing-masing

lengan
GyneFix 5 tahun IUD tanpa bingkai dengan 6 tabung tembaga

dengan panjang masing-masing 5mm dan

diameter2,2mm dengan total330mm2 lilitan

tembaga mengelilingi batang dn lengan


Penjelasan Metode

Sebuah IUD dimasukan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus.

IUD memiliki benang yang menggantung turun kedalam vagina, yang dapat

diperiksa oleh wanita guna memastikan alat tersebut pada posisi yang benar. IUD

mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum

melalui perubahan tuba falopii dan cairan uterus, ada reaksi terhadap benda asing

disertai peningkatan leukosit . kondisi ini mengurangi kesempatan ovum dan


sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Tembaga pada IUD ipercaya

bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Afni, 2006).

D. Prosedur Pemasangan

Sebelum pemasangan,hasil pemeriksaan klamidia harus diperiksa, masa

menstruasi terakhr diabil untuk menyingkirkan kehamilan yang telah ada, dan test

kehamilan bila dibutuhkan. Wanita harus mengosongkan kandung kemih karen

akan membuat pemasangan lebih muda meraba uterus pada abdomen dan lebih

nyaman bagi wanita (Anggraini, 2012).

Selama pemasangan IUD/AKDR. klien anda mungki seseorang menggegam

tanganya dan membuat dirinya merasa nyaman. Sebalim dipasang pemeriksann

bimanul sangat diperlukan untuk memastikan ukurn,posisi, dan arah uterus dan

guna memeriksa bahwa tidak ada nyeri tekan (Anggraini, 2012).

Ketrampilan dan pengalaman pemasangan akan membantu mengurangi

masalah an efek samping . Namun bila wanita ingin mendapat anestesi lokal guna

mengurangi nyeri atau pernah mengalami pengalaman masa lalu, maka AKDR

dapat dipasang dengan membeikan gel lignokain atau blok paraservikal

(Anggraini, 2012).

Pemasangan AKDR dilakukan dengan suatu ”tehnik tanpa sentuhan”

sehingga harus dignakan sepasang sarung tangan bersih setelah pemeriksaan

bimanual. Spekulum steril dimasukan kedalam vagina dan letak serviks dicari;

spekulum ini dibersihkan dengan bol kapas steril dan larutan antiseptik. Sonde

uterus dimasukan kedalam uterus melalui saluran serviks umtuk mengkur

panjang, arah, dan patensi uterus. tindakan ini dapat menyebabkan kram seperti

nyeri menstruasi yang seharusnya berkurang saat saat sonde uterus dikeluarkan.
serviks dapat distabilkan dengan korsep Allis atau tenkulum sehingga AKDR

dapat dipasang lebih mudah, hl ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman karena

serviks sangat peka. Selanjutnya AKDR dimasukan melalui kanalis servikalis ke

dalam uterus. Benang AKDR dipendekan saat telah berada diposisinya dan

dilipat keatas kebelakang serviks. Apabila ada masalah dengan pemasangan,

klien harus dirujuk ke spesialis AKDR (Handayani, 2010).

Setelah pemasangan, anda harus menganjurkan klien berbaring terlentang dan

beristirahat. Analgesi dibutuhkan selama nyeri mestruasi. Handuk santasi harus

digunakan sejak awal guna mengurangi resiko infeksi .klien dapat mengalami

perdarahan pada awalnya, ini adalah waktu yang baik unuk mengingatkan entang

masalah awal dan kapan harus kembali (Handayani, 2010).

E. Pasca Pemasangan

Setelah pemasangan AKDR , wanita harus dianjurkan datang kembali

lebih awal dari janji pertemuan 4-6 minggu bila mereka mengalami tanda-

tanda infeksi , karena 20 hari pertama setelah pemasangan adalah masa

infeksi paling tinggi. Apabila klien menderita nyeri abdomen bawah atau

pireksia, ia harus kembali lebih awal. Menganjurkan wanita pantang koitus

selama 48 jam merupakan tindakan yang tepat sehinnga lendir serviks dapat

kembali normal, yang membantu memberi perlindungan dari infeksi yang

lebih berat (Hartanto, 2006).

F. Efektivitas

IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap

hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 3 tahun; Nova T

dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat
untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita

pada tahun pertama pemakaian ( Hartanto, 2006).

G. Indikasi

Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam

rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada

waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak.

Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid (Saifuddin, 2006).

Yang boleh menggunakan IUD adalah:

1. Usia reproduktif

2. Keadaan nulipara

3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

5. Setelah melahirkan dan sedang menyusui

6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

7. Risiko rendah dari IMS

8. Tidak menghendaki metoda hormonal

9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari

10. Tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi hurmonal, kombinasi

11. Gemuk ataupun kurus

Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah

dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah

pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya.

Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali (Saifuddin,

2006).
H. Kontraindikasi

Menurut Saifuddin (2006) yang tidak diperkenankan menggunakan IUD

adalah:

1. Belum pernah melahirkan

2. Hamil atau di duga hamil

3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak

normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker

rahim.

4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui

5. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau

abortus septik

7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang

dapat mempengaruhi kavum uteri

8. Penyakit trofoblas yang ganas

9. Diketahui menderita TBC pelvik

10. Kanker alat genital

11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

12. Miom submukosum

13. Sering ganti pasangan

I. Keuntungan

1. Efektif dengan proteksi jangka panjang

2. Tidak menggangu hubungan suami istri

3. Tidak berpengaruh terhadap ASI


4. Kesuburan kembali setelah IUD di angkat

5. Efek sampingnya sangat kecil

6. Memiliki efek sistemik yang sangat kecil

(Prawiroharjo, 2008).

J. Kerugian

1. Menoragie

2. Dismenorea

3. Sedikit peningkatan resiko kehamilan ethopik bila ada kegagalan IUD

4. Peningkatan resiko infeksi radang panggul

5. IUD terlepas keluar

6. Perforasi uterus, usus dan kandung kemih

7. Malposisi IUD

8. Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran perforasi atau malposisi.

(Prawiroharjo, 2008).

K. Efek Samping dan Komplikasi

1. Efek samping umum terjadi: perubahan siklus haid, haid lebih lama dan

banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit.

2. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari

setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya

yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat

jarang apabila pemasangan benar).

3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.


4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering

berganti pasanganPenyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan

dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.

5. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam

pemasangan IUD.

6. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.

7. Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih

yang dapat melepas.

8. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila

IUD dipasang segera setelah melahirkan).

9. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD

mencegah kehamilan normal.

10. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

(Handayani, 2010).

L. Waktu Pemasangan

1. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan

2. 40 hari setelah melahirkan

3. Setelah terjadinya keguguran

4. Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid

5. Menggantikan metode KB lainnya

6. Pada akhir masa menstruasi karena serviks agak terbuka pada waktu ini.

(Anggraini, 2012).

M. Kunjungan Ulang
1. 1 bulan pasca pemasangan

2. 3 bulan kemudian

3. setiap 6 bulan berikutnya

4. 1 tahun sekali

5. bila terlambat haid 1 minggu

6. perdarahan banyak dan tidak teratur.

(Prawiroharjo, 2008).

N. Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus

Keadaan Anjuran
Nyeri haid hebat Dapat disebabkan oleh AKDR. Klien perlu

dirujuk. Umumnya terjadi pada permulaan

pemakaian.
Riwayat kehamilan ektopik Jelaskan kepada klien tanda-tanda kehamilan

ektopik dan bila ada segera mencari

pertolongan di rumah sakit


Gejala penyakit katup jantung Berikan antibiotik saat insersi AKDR. Bila

anemia (hb<9),ganti>
Menderita nyeri kepala atau Paling sering ditemukan pada AKDR yang

migrain mengandung progestin. Bila sakitnya berat,

rujuk klien dan cabut AKDR.keluhan ringan

berikan analgetik.
Penyakit jantung Sebaiknya jangan diberi AKDR yang

mengandung progestin, karena progestin

mempengaruhi lipid dan vasokontriksi


Stroke/ riwayat stroke Sebaiknya jangan diberi AKDR yang
mengandung progestin
DAFTAR PUSTAKA

Afni, N. 2006. Gambaran efek samping penggunaan alat kontrasepsi. Diakses


pada 24 Maret 2016, pada: http://epritis.undip.ac.id/53941/1/2388.pdf.
Anggraini, Y dan Martini. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Yogyakarta: Rohima
Press.
BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia. http://www.bkkbn.go.id. Diakses
tanggal 24 Maret 2016.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Rihama.
Hartanto, H. 2006. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.
Mulia Sari.
Prawirohardjo, S. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: YBP-SP.
Saifuddin, A B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai