Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program keluarga berencana mempunyai paradigma baru dengan

mengubah visi misi mengenai Keluarga Berencana Nasional. Sesuai

dengan UU Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pengembangan Keluarga Sejahtera, amanat GBHN 1999, UU No.22

tahun 1999, UU No.25 tahun 1999 tentang Propenas, membawa perubahan

pada visi dan misi pogram KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera menjadi visi baru yaitu

Keluarga Berkualitas 2015 suatu keluarga yang sejahtera, sehat, maju,

mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan kedepan, bertanggung

jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Noerdin,

2002).

Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk

mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami

istri menghindar kehamilan resiko tiggi, menurunkan resiko kematian ibu

melalui pencegahan kehamilan, penunda usia kehamilan serta

menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia

subur (PUS). KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran,

pembinaan kesehatan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dengan adanya


program teresebut, data kependudukan dunia menunjukkan dari 55 persen

jumlah kelahiran, menurun menjadi 5 persen (Badan Koordinasi Keluarga

Berencana, 2008).

Indonesia merupakan Negara berkembang di dunia. Hal ini dapat

dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 218,868,791 jiwa

pada tahun 2005 (statistics Indonesia, 2010). Berdasarkan survey

Demografi dan Kesehatan Indoensia (SDKI), angka kematian ibu (AKI) di

Indonesia telah berhasil diturunkan dari angka 307 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2002/2003 menjadi 270 pada tahun 2004, 262 pada

tahun 2005, dan 248 pada tahun 2007. Akan tetapi bila dilihat dari angka

target Millineum Devolopment Goals (MDG) yakni 102 angka kematian

ibu per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum

memenuhi target atau perlu diturunkan (SDKI, 2007). Tujuan Millenium

Development Goal (MDG) 5 adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu

dimana indikator utamanya adalah penurunan kematian ibu menjadi 102

per 100.000 kelahiran hidup dan indikator proksinya adalah peningkatan

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun

2015. Selain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penurunan

kematian ibu dipengaruhi juga oleh keberhasilan pencapaian universal

akses kesehatan reproduksi lainnya yang kemudian tertuang dalam MDG

5b dengan indikator: CPR (Contraceptive Prevalence Rate), ASFR

(AgeSpecific Fertility Rate) 15-19 tahun, ANC (Ante Natal Care) dan

Unmet need pelayanan KB.Sejalan dengan strategi Making Pregnancy


Safer untuk penurunan Angka Kematian Ibu, maka intervensi mengacu

pada 3 tiga pesan kunci yaitu : 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan terlatih 2) setiap komplikasi obstetric neonatal mendapat

penanganan yang adekuat dan 3) setiap wanita usia subur mendapat akses

terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan serta penanganan

aborsi yang tidak aman. Berdasarkan Studi Lancet di negara-negara

dengan tingkat kelahiran yang tinggi, keluarga berencana bermanfaat baik

untuk kesehatan ibu dan bayi, dimana diperkirakan dapat menurunkan

32% kematian ibu dengan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan

dapat menurunkan 10% kematian anak, dengan mengurangi jarak

persalinan kurang dari 2 tahun (Cleland, Bernstein, Ezeh, Faundes, Glasier

and Innis. 2006). Sejak tahun 1990 sudah ada upaya strategis yang

dilakukan dalam upaya menekan AKI yakni melalui pendekatan safe

motherhood, dengan menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung

risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan

dalam keadaan baik. Melalui pendekatan tersebut World Health

Organization (WHO) mengembangkan konsep Four Pillars of Safe

Motherhood untuk menggambarkan berbagai upaya yang harus

dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi sebagai satu kesatuan.

Keempat pilar tersebut adalah 1) Keluarga Berencana;

2) Asuhan Antenatal; 3) Persalinan Bersih dan Aman; dan 4) Pelayanan

Obstetri Esensial (WHO, 1994).


Asuhan antenatal cakupannya sudah bagus, meningkat terus setiap

tahun (SDKI 2012: 95,7%) meskipun kesenjangan dengan K4 nya masih

agak jauh (SDKI 2012: K4 73,5%). Persalinan bersih dan aman oleh

tenaga kesehatan, cakupannya menurut laporan SDKI meningkat cukup

tajam dari 38,5% (SDKI 1992) menjadi 83,1% (SDKI 2012). Demikian

juga dengan pelayanan obstetri esensial sudah dikembangkan melalui

pendekatan terpadu pelayanan antenatal. Namun Keluarga Berencana

(KB) yang sudah berkembang pesat selama 30 tahun (1970-2000), yang

telah berhasil menurunkan Total Fertility Rate (TFR, angka kelahiran

total) dari 5,6 (tahun 70-an) menjadi 2,8 (SDKI 1990), justru cenderung

stagnan sejak tahun 2000-an. Hal ini dapat terlihat dari Total Fertility Rate

(TFR) laporan SDKI yang stagnan di angka 2,6 dalam 10 tahun terakhir

(SDKI 2002-SDKI 2012), sementara target nasional adalah 2,1 pada tahun

2014 (RPJMN). Keluarga Berencana (KB), dengan indikator CPR

(Contraceptive Prevalence Rate = angka kesertaan ber-KB) dan unmet

need pelayanan KB (pasangan usia subur yang membutuhkan pelayanan

KB namun tidak dapat melaksanakannya dengan berbagai alasan)

belakangan masuk dalam MDGs yang tertuang dalam MDG 5b

(mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015).

Adapun target yang ditetapkan untuk kedua indikator ini adalah

meningkatkan CPR metode modern menjadi 65% dan menurunkan unmet

need pelayanan KB menjadi 5% pada tahun 2015. Dua indikator KB di

atas dalam sepuluh tahun terakhir tidak mengalami banyak kemajuan. CPR
cara modern yang sudah meningkat pesat selama kurang lebih 10 tahun

dari 47% (SDKI 1991) menjadi 56,5% (SDKI 2002) berarti peningkatan

sebesar 9,5% hanya naik 1,4% menjadi 57,9% dalam kurun waktu 10

tahun terakhir ini (SDKI 2012). Demikian juga persentase kelompok

unmet need yang sudah menurun pesat selama kurang lebih 10 tahun dari

12,7% SDKI 1991) menjadi 8,6% (SDKI 2002), berarti penurunan sebesar

4,1%, malah meningkat 0,5% menjadi 9,1% (SDKI 2007) dan baru turun

lagi sebesar 0,6% menjadi 8,5% (SDKI 2012); praktis penurunannya

dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini hanya 0,1%. Masih jauhnya target

kedua indikator program KB ini patut diduga berkontribusi terhadap

landainya penurunan AKI dimana program KB merupakan salah satu

upaya penurunan AKI di bagian hulu. Masih rendahnya angka CPR ini

berkaitan dengan masih tingginya unmet need. Tingginya unmet need

pelayanan KB, yakni 8,5% dari jumlah pasangan usia subur (PUS), baik

untuk membatasi kelahiran (4,6%) maupun menjarangkan kelahiran

(3,9%) berpotensi besar untuk terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan

(KTD). Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu, sasaran

utama program KB adalah pada kelompok unmet need, dan ibu pasca

bersalin merupakan sasaran yang sangat penting. KTD pada ibu pasca

bersalin, akan dihadapkan pada dua hal yang sama-sama berisiko.

Pertama, jika kehamilan diteruskan, maka kehamilan tersebut akan

berjarak sangat dekat dengan kehamilan sebelumnya, yang merupakan

salah satu komponen 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak
dan terlalu dekat). Keadaan ini akan menjadi kehamilan yang berisiko

terhadap terjadinya komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas

berikutnya yang dapat berkontribusi terhadap kematian ibu (dan juga

kematian bayi). Kedua, jika kehamilan diakhiri (aborsi, terutama jika

dilakukan dengan tidak aman), maka berpeluang untuk terjadinya

komplikasi aborsi yang juga dapat berkontribusi terhadap kematian ibu.

Oleh sebab itu, KB pasca persalinan merupakan suatu upaya strategis

dalam penurunan AKI, juga AKB dan sekaligus juga penurunan TFR. Ada

berbagai rujukan yang mendefinisikan tentang KB pasca persalinan, di

antaranya menyebutkan bahwa KB pasca persalinan adalah penggunaan

metode KB sampai satu tahun setelah persalinan atau dalam satu tahun

pertama kelahiran. Namun, Kementerian Kesehatan membatasi periode

KB pasca persalinan adalah sampai dengan 42 hari pasca bersalin. Hal ini

ditetapkan untuk mencegah missed opportunity pada ibu pasca bersalin,

dimana jumlah kelahiran di Indonesia sangat besar, diperkirakan sekitar

4.500.000 setiap tahunnya (Riskesdas 2007), dan 760.000 (17%) di

antaranya merupakan kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak

direncanakan. Oleh sebab itu, definisi KB pasca persalinan di Indonesia

adalah: pemanfaatan atau penggunaan alat kontrasepsi segera sesudah

melahirkan sampai 6 minggu (42 hari) sesudah melahirkan. Namun sejauh

ini cakupan pelayanan KB Pasca Persalinan masih belum

menggembirakan. Berdasarkan Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi

Januari-Juli 2013 (BKKBN), cakupan KB Pasca Persalinan dan Pasca


Keguguran dibandingkan dengan cakupan peserta KB Baru masih sebesar

13,27%. Capaian tersebut juga masih didominasi oleh non MKJP yaitu

suntikan (52,49%) dan pil (18,95%), sementara capaian MKJP implant

(8,08%), IUD (14,06%), MOW (3,27%) dan MOP (0,02%). Dari data

yang diperoleh di RSUD Dr. Iskak Tulungagung didapatkan data 356

pasien yang telah menggunakan KB IUD dari bulan januari sampai dengan

desember pada tahun 2016. Beberapa permasalahan yang dapat

diidentifikasi antara lain belum tersosialisasinya pelayanan KB pasca

persalinan dengan baik, belum samanya persepsi tentang metode KB pasca

persalinan dan kecilnya angka ini kemungkinan juga karena belum

masuknya cakupan KB pasca persalinan dalam laporan rutin KIA.

Dalam survey yang dilakukan pada 7 ibu nifas di ruang Melati

RSUD Dr. Iskak Tulungagung tanggal 7 februari 2017, 4 ibu nifas

mengatakan bahwa dalam kehamilan pertama tidak menggunakan KB

setelah pasca persalinan tetapi menggunakan KB setelah kehamilan kedua

karena semua mengatakan dua anak sudah cukup dan 3 ibu nifas

mengatakan bahwa mereka menggunakan KB pasca persalinan pertama

karena suami menyarankan seperti itu untuk menjaga kesehatan istri dan

anaknya dulu. Berdasarkan kondisi di atas,kami tertarik untuk meneliti

tentang gambaran penggunaan KB pasca persalinan ditinjau dari dukungan

suami dan keluarga di Ruang Melati RSUD Dr. Iskak Tulungagung.


B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran penggunaan KB pasca persalinan ditinjau dari

dukungan suami dan keluarga di ruang melati RSUD Dr. Iskak

Tulungagung?

C. Fokus penelitian

Fokus penelitian ini mengarah pada pengetahuan ibu nifas tentang

penggunaan KB pasca persalinan serta dukungan dari suami dan keluarga

terhadap penggunaan KB

D. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui gambaran penggunaan KB pasca persalinan ditinjau

dari dukungan suami dan keluarga di ruang melati RSUD Dr. Iskak

Tulungagung

E. Manfaat penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakan berguna sebagai pengembangan dan

penyempurnaan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh

pelajar serta khususnya penulis.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai informasi yang penting untuk

mengetahui gambaran penggunaan KB pasca persalinan

b. Bagi institusi tempat penelitian


Penelitian ini bisa dijadikan gambaran tentang penggunaan KB

pasca persalinan dtinjau dari dukungan suami dan keluarga

c. Bagi institusi pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada institusi sebagai informasi yang bermanfaat dan dapat

digunakan sebagai referensi dari penelitian selanjutnya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan

kemandulan dan penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1).

KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran

(Hartanto, 2004; 27). KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk

memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004).

2. Tujuan Keluarga Berencana

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

3. Sasaran Program KB

a. Sasaran langsung Pasangan usia subur yang bertujuan untuk

menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi

secara berkelanjutan.
b. Sasaran tidak langsung Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara

menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010; 29).

4. Ruang lingkup Program KB

Menurut Handayani (2010) ruang lingkup program KB,meliputi:

a. Komunikasi informasi dan edukasi

b. Konseling

c. Pelayanan infertilitas

d. Pendidikan seks

e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

f. Konsultasi genetic

Adapun menurut Handayani (2010) tentang kontraindikasi

penggunaan KB, adalah sebagai berikut :

a. wanita yang lagi hamil

b. wanita yang menderita penyakit hati aktif atau penyakit tumor hati

c. wanita yang sedang hamil dengan riwayat kanker payudara maka

tidak boleh pakai KB suntik

d. perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya

5. Manfaat usaha KB di pandang dari segi kesehatan

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu

usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang

semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.


B. Konsep Post Partum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat

melahirkan (Suherni, 2009).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting,

Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis

menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat

membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga

merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul

masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan

dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu,

sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan

(Syafrudin & Fratidhini, 2009).

1. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa postpartum

Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan

komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2

minggu dan 6 minggu, dan Mengadakan kolaborasi antara orang tua

dan keluarga.

2. Tahapan Masa Postpartum

Adapun tahapan-tahapan masa postpartum adalah : (1). Puerperium

dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan


berjalan-jalan.(2). Puerperium intermedial : Masa kepulihan

menyeluruh dari organ-organ genital, kirakira 6-8 minggu.(3). Remot

puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi (Suherni, 2009).

3. Kebijakan Program Nasional Nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan

harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi. Seorang bidan pada saat memberikan

asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus

dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa

nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan

perkembangannya. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan):

Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Mendeteksi dan

merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan berlanjut;

Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri;

Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir; Menjaga bayi tetap sehatdengan cara mencegah hipotermi; Jika

petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu

dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu

dan bayi dalam keadaan sehat.


Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involusi

uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di bawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai

adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal;

Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat;

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit; Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti

kunjungan hari keenam. dan Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah

persalinan): Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia

atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB secara dini (Suherni,

2011).

C. Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal

yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan

Sadock, 2002). Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah

sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya,

berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah

suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan


penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan.

2. Tipe Keluarga

Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi oleh tipe

keluarga. Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga

tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan.

Secara tradisional tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi

atau keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah seperti

kakek, nenek, paman dan bibi.

Tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia adalah tipe

keluarga tradisional. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam

Achjar (2010). Tipe keluarga tradisional dapat dikelompokkan

manjadi:

a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri dan anak (anak kandung atau anak angkat).

b. Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah,

misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.


c. Keluarga dyad yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

d. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan

anak kandung atau anak angkat.

e. Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut.

Menurut Friedman (1998), individu yang yang tinggal dalam

keluarga besar (extended family) akan mendapatkan dukungan

keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tinggal

dalam keluarga inti (nuclear family).

3. Jenis-jenis Dukungan Keluarga

Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), terdapat

empat tipe dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan Emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan

damai untuk bersistirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap

orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang

menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau

ada keluarga yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah

yang sedang dihadapi.

b. Dukungan Penilaian Keluarga bertindak sebagai penengah dalam

pemecahan masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan

masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari


keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan

kepada individu.

c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga

mencarikan solusi yang dapat membantu individu dalam

melakukan kegiatan.

d. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan

pemberi informasi. Disini diharapkan bantuan informasi yang

disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam

mengatasi persoalanpersoalan yang sedang dihadapi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah dietetapkan dan digunakan sebagai pedoman atau

penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Ditinjau dari jenis

datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif

yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Moleong, 2007).

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif

dengan fokus penelitiannya diarahkan untuk mengetahui gambaran

penggunaan KB pasca persalinan ditinjau dari dukungan suami dan

keluarga di ruang melati RSUD Dr. Iskak Tulungagung secara mendalam.

Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan

situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan penggunaan KB

pasca persalinan.
B. Kerangka Kerja Penelitian

Subyek penelitian

Semua ibu nifas di ruang melati RSUD Dr. Iskak


Tulungagung

total sampling

Informan

Sebagian ibu nifas di ruang melati RSUD Dr. Iskak


Tulungagung yang Bersedia Menjadi Informan

Pengambilan Data Dari Informan dengan Cara Wawancara


(Interview) dan Dokumentasi

Analisa Data

Uji Keabsahan Data :

1. Credibility
2. Transferability
3. Dependability
4. Confirmability

Penyajian Hasil

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian


C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Subyek penelitian

Dalam penelitian kualitaitf ini tidak menggunakan istilah populasi,

Oleh Spradley itu dinamakan social situation atau situasi sosial yang

terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2013).

Subyek penelitian ini adalah Seluruh ibu nifas di ruang melati

RSUD Dr. Iskak Tulungagung yang berjumlah 6 orang.

2. Informan

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,

tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru

dalam penelitian (Sugiyono, 2013).

Informan dalam penelitian ini adalah sebagian ibu nifas di ruang

melati RSUD Dr. Iskak Tulungagung yang bersedia untuk di

wawancara(interview) .

3. Sampling

Teknik sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan

penelitian nonkualitatif. Teknik sampling bertujuan untuk menjaring

sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan

rancangan teori yang akan muncul (Maoleng, 2007).

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan total

samplingadalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total


samplingkarena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang

kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuanya.

D. Teknik rencana pengumpulan data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner

atau daftar pertanyaan yang berikan kepada responden (Notoatmojo,

2010). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti itu

sendiri dan pedoman wawancara yang isinya adalah pertanyaan-

pertanyaan tentang penggunaan KB pasca persalinan serta dukungan

suami dan keluarga. Alat bantu yang digunakan tape recorder, buku

catatan, handphone, dan alat tulis.

2. Lokasi penelitian

Lokasi/tempat penelitian di Ruang Melati RSUD Dr.Iskak

Tulungagung

3. Prosedur pengumpulan data

a. Wawancara

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara(interview). Wawancara adalah suatu

metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian (informan), atau bercakap-cakap


berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data

tersebut diperoleh langsung dari informan melalui suatu pertemuan

atau percakapan. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang

diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono,

2010).

b. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan berupa foto-foto kegiatan

wawancara penelitian.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data adalah teknik yang digunakan untuk

menganalisa data-data yang sudah terkumpul (Herdiansyah, 2010).

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisa data model interaktif Miles dan Huberman

dalam Herdiansyah (2010) menyatakan terdiri dari atas 4 tahapan yaitu:

1. Pengumpulan data

Meliputi studi pendahuluan wawancara, interaksi peneliti dengan

subyek dan informan yang diteliti, membuat catatan lapangan,

merekam wawancara, dll.

2. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan dirangkum, kemudian dipilih

hal yang pokok, dan setelah itu memfokuskan data tersebut. Hasil

wawancara diubah menjadi bentuk tulisan sesuai dengan format


masing-masing. Dengan demikian data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data.

3. Display data

Pengolahan data setengah jadi yang sudah beragam dalam bentuk

tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu

matriks kategotisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan

di kategorikan. Display data dapat berupa bentuk urain singkat, bagan,

hubungan antar kategori, dan lain-lain.

4. Penarikan kesimpulan (verifikasi)

Setiap subkategori diuraikan satu per satu secara umum, disertai

dengan uraian subkategori tema dan pengkodean yang kemudian

disimpulkan secara spesifik dan mengerucut. Kemudian langkah

selanjutnya menjawab pertanyaan peneliti yang diajukan berdasarkan

aspek/komponen/faktor/dimensi dari fenomena sentral penelitian yang

berlandaskan hasil temuan penelitian dalam uraian yang sudah dibuat.

Kemudian langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dari temuan

dan hasil penelitian dengan memberikan penjelasan simpulan dari

jawaban penelitian yang di ajukan.

F. Uji Kredibilitas

Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data di perlukan

teknik pemeriksaan. Salah satu teknik keabsahan data adalah dengan

menggunakan teknik triangulasi. Hal ini merupakan salah satu teknik


pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data ini untuk kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu. Kriteria keabsahan data dalam penelitian ini mengacu pada empat

kriteria yang disebutkan oleh Moloeng (2007) yaitu kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability)

dan kepastian (conformability).

1. Credibility

Upaya pencapaian kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data yang

diperoleh dari seorang informan dengan informan lainnya, apabila

mendapatkan jawaban yang meragukan dari seorang informan, maka

peneliti menggali keterangan lebih dalam pada informan selanjutnya

terkait topik dari jawaban yang diragukan tersebut dan pada triangulasi

metode, peneliti menggunakan metode wawancara(interview).

Penggunaan teknik triangulasi dalam pengumpulan data untuk

memperoleh data yang konsisten, tuntas dan pasti.

2. Transferability

Untuk memenuhi kriteria transferability, peneliti telah membuat

laporan secara rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya agar orang

lain dapat memahami hasil penelitian dan ada kemungkinan

menerapkannya.
3. Dependability

Hasil penelitian dilakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Audit dilakukan oleh auditor independen yang dalam hal ini

dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

4. Confirmability

Pengujian confirmability dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara menguji keseluruhan proses pengambilan data dan hasil penelitian

oleh orang yang kredibel pada saat seminar.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian yang perlu diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Anonymity (Tanpa Nama)

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan

cara tidak memberikan nama responden pada lembar wawancara,

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data (Setiadi,

2007).

Dalam penelitian ini dicantumkan nama asli responden dan hanya

menggunakan kode-kode, mulai dari pengumpulan data sampai

penyajian data temuan.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Merupakan etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,


hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian (Setiadi, 2007).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa KB adalah usaha

untuk mencapai kesejahteraan dalam sebuah hubungan. KB adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004;

27). Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa ibu nifas memperoleh

informasi terkait KB dari bidan serta tetangga.

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan

plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai

dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,

yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang

penting, Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan

psikologis menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang

sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi

juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul

masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan

dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu,


sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan

(Syafrudin & Fratidhini, 2009).

Hasil penelitian didapatkan pada kehamilan anak pertama masih

bingung untuk menggunakan KB seperti yang diungkapkan oleh informan

2 yang menyatakan bahwa baru anak pertama, rencananya sih mau, tapi

belum tahu kapan. Alasan tidak menggunakan KB karena habis lahiran

seperti yang di ungkapkan informan 1 yang menyatakan bahwa hmmmm,

belum tahu sih. Aku belum ada bayangan sama sekali nanti mau KB apa

terus kapan, masih fokus sama pemulihan habis lahian dulu. Mungkin

kalau sudah keluar dari rumah sakit baru direncanakan, Sedangkan

peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi

akibat kehamilan yang dialami wanita. KB merupakan upaya peningkatan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan kesehatan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

Berdasarkan hasil penelitian pada kehamilan kedua terlihat bahwa

informan menyatakan sudah menggunakan KB suntik. Hal ini

diungkapkan oleh informan 3 yang menyatakan bahwa anak kedua, iya

saya dulu pakek KB suntik dan juga diperkuat oleh informan 6 yang

menyatakan bahwa anak kedua, iya saya pakai KB suntik. Hasil

penelitian didapatkan bahwa pada kehamilan kedua menggunakan KB


suntik karena jika menggunakan KB pil pusing, hal ini diungkapkan oleh

informan 3 yang menyatakan iya dulu pernah coba pil tapi pusing, tidak

bisa aktivitas terus disaranin pakai suntik saja. Tetapi juga terlihat

bahwa pada kehamilan kedua tidak menggunakan KB apapun, hal ini

diungkapkan oleh informan 4 yang menyatakan bahwa anak kedua,

enggak saya enggak tahu KB. Alasan informan tidak menggunakan KB

ialah tidak suka KB dan diterima saja jika punya anak. Hal ini

diungkapkan oleh informan 4 yang menyatakan bahwa saya emang tidak

suka menggunakan KB, ya kalau dikasih anakya diterima saja. Pada

kehamilan ketiga terlihat informan sudah menggunakan KB pil dari

kelahiran anak pertama. Hal ini diungkapka oleh informan 1 yang

menyatakan bahwa anak ketiga, iya pil KB, saya sudah pakek KB pil

sejak kelahiran anak pertama.

Dari hasil penelitian didaptkan bahwa pada ibu nifas pasca

persalinan tentang saran penggunaan KB ternyata didapatkan bahwa suami

hanya ngikut istri saja. Hal ini diungkapkan oleh informan 1 yang

menyatakan bahwa kalau suami semua diserahkan ke saya, kan yang

menggunakan yang menjalani saya. Selama saya merasa cocok dan

nyaman ya suami enggak melarang, juga diungkpan oleh informan 3

yang menyatakan bahwa kalau suami ikut saya, yang penting saya cocok

enggak ada keluhan suami ikut saja dan dikuatkan oleh informan 6 yang

menyatakan bahwasuami nurut saya, yang menjalani kan saya, hehehe.

Pengetahuan juga mempengaruhi terhadap penggunaan KB dan suami


serta keluarga hanya diam saja dan nurut akan istri yang menggunakan

KB. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang KB, sedangkan

untuk program keluarga berencana (KB) merupakan suatu cara yang

efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong

pasangan suami istri menghindar kehamilan resiko tiggi, menurunkan

resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penunda usia

kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah

pasangan usia subur (PUS).

Penelitian Linda Kurniawati (2013) yang dilakukan pada bulan

April dengan populasi seluruh ibu yang mengikuti kontrasepsi di BPM

Neni Rumuni, S.SiT Gunungpati Semarang dengan sampel penelitian

berjumlah 54 responden, menunjukkan bahwa sebagian besar suami

responden tidak mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD

sebanyak 33(61,1%) akseptor; sebagian besar responden (ibu/istri) tidak

memilih alat kontrasepsi IUD sebesar 31 (57,4%) akseptor.

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk

hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikan. hasil penelitian Bela Novita (2015) tentang dukungan

suami terhadap keputusan penggunaan KB dengan Sampel sebagan ibu


yang merupakan akseptor KB yang tinggal di RW 04 Desa Sawahan

berjumlah 48 orang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,

didapatkan dukungan suami yang menunjukkan bahwa dukungan suami

yang baik sebesar 33,3%, dukungan suami yang cukup 66,7% dan

dukungan suami yang kurang yaitu 18,8%.

Dukungan suami merupakan salah satu faktor penguat (reinforcing

factor) yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku.

Sedangkan dukungan suami dalam KB merupakan bentuk nyata dari

kepedulian dan tanggung jawab para pria. Aspek-aspek dukungan dari

keluarga (suami) ada empat aspek yaitu dukungan emosional, informasi,

instrumental dan penghargaan (Friedman, 2010). Peran dan tanggung

jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga

Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan (BKKBN, 2007).

Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria

dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan

kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berperilaku seksual yang sehat dan

aman bagi dirinya, istri dan keluarganya (Kusumaningrum, 2009).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa informan yang

baru lahiran pertama tidak menggunakan KB karena masih fokus akan

pemulihan kesehatan pasca persalinan dan suami juga tidak tahu akan KB,

pada kehamilan kedua didapatkan bahwa informan sudah pernah

menggunakan KB suntik sebelumnya dan juga ada yang pernah

menggunakan KB pil namun tidak cocok karena pusing yang akhirnya

pindah menggunakan KB suntik, sedangkan suami dan keluarga hanya

nurut sama istri dikarenakan yang menggunakan istri, pada kehamilan

ketiga ada yang menggunakan KB pil sejak kelahiran pertama dan juga

ada yang menggunakan KB implant saat kelahiran kedua tetapi sering

sakit dan akhirnya dilepas, sedangkan suami dan keluarga hanya ikut istri

saja. Kurangnya pengetahuan yang membuat suami dan keluarga tidak

tahu apa apa tentang penggunaan KB ataupun manfaat KB.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta:


Rineka Cipta
BKKBN. (2007). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones,E.G. (2010). Buku ajar keperawatan
keluarga : riset, teori dan praktek. Jakarta: EGC
Hartanto, H. (2007). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Hidayat, A.A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta : Salemba Medika
Isti, H. (2007). Studi deskriptif faktorfaktor yang mempengaruhi dukungan suami
dalam pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di
Kelurahan Sekarang Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.
Semarang : Universitas Diponegoro
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sujarweni, V.W. (2014). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta : Gava
Medika
Sulistyawati, A. (2014). Pelayanan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika
Suryono, B.A. (2008). Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi. Jakarta :
BKKBN
GAMBARAN PENGGUNAAN KB PASCA PERSALINAN DITINJAU
DARI DUKUNGAN SUAMI DAN KELUARGA DI RUANG
MELATI RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Mini Riset

Di susun oleh :

1. MOH. ARIS PRIYANTO


2. LIZA NOVITASARI
3. KUNERA YOLENTA A.
4. JEFRI NATALINO

PRODI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGGUNAAN KB PASCA PERSALINAN DITINJAU


DARI DUKUNGAN SUAMI DAN KELUARGA DI RUANG
MELATI RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Disusun Oleh

KELOMPOK 5

MINI RISET INI TELAH DISETUJUI OLEH

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

____________________ ___________________

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Ners

_________________________

Anda mungkin juga menyukai