PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu negara.
AKI di dunia secara global sebesar 216/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu
adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, melahirkan dan dalam
periode 42 hari setelah persalinan (nifas), yang merupakan akibat semua sebab
yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penangannya, tetapi
bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Kematian ibu sekitar 99% terjadi
di negara berkembang (WHO, 2015 dan UNICEF, 2012).
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan
reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan
ibu (Admin, 2012). Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat
dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI di Indonesia mengalami fluktuasi
sejak tahun 2007, tercatat bahwa AKI tahun 2007 adalah 228 kematian per
100.000 kelahiran hidup. AKI kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2012
menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015 AKI mengalami penurunan
menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, SDKI, 2015).
450
400
350390
300 359
334
250 307 305
200 228
150
100
50
0
1991 1997 2002 2007 2012 2015
Tahun
Sumber: BPS, SDKI 1991 – 2015 (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016)
Angka ini menunjukkan bahwa tidak tercapainya target MDGs (Millenium
Development Goals) yang menargetkan AKI di tahun 2015 mencapai 102 per
100.000 kelahiran hidup. Tidak tercapainya target MDGs ini kemudian menjadi
tolak ukur untuk di bentuknya program SDGs (Sustainable Development Goals).
SDGs menargetkan pada tahun 2030 AKI mencapai 70 per 100.000 kelahiran
hidup.
AKI di Indonesia sejak tahun 2010 hingga tahun 2013 disebabkan oleh lima
faktor yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama,
dan abortus. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi
cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin
meningkat lebih dari 25% pada tahun 2013 (Ditjen Kesehatan Masyarakat,
Kemenkes RI, 2016).
Pencapaian target SDGs serta penekanan faktor penyebab kematian AKI di
Indonesia diperlukan adanya pendekatan dan perluasan jangkauan palayanan
kesehatan masyarakat dengan adanya penempatan bidan terutama di daerah yang
jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan yang bersifat
promotif, preventif, dengan tidak mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
sesuai dengan kewenangan dan harus mampu menggerakkan peran serta
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan
kebijakan safe mother hood dan prinsip primary health care. Pencegahan AKI
dapat dilakukan dengan antisipasi dini, yakni dimulai dari masa kehamilan.
Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap
trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 di Indonesia
pada tahun 2015 adalah 95,75%. Sedangkan cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K4 di Indonesia pada tahun 2015 adalah 87,48% (Kemenkes RI, 2016).
Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian
bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter
umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia pada tahun
2015 adalah 88,55%. Upaya penurunan AKI bukan hanya sebatas persalinan
ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi lebih baik lagi
jika hingga pemberian pelayanan kesehatan ibu nifas.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu
pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat
sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan
hari ke-42 pasca persalinan.
Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia pada tahun 2015 adalah
87,06% (Kemenkes RI, 2016). Selain kunjungan nifas, bidan sebagai tenaga
pelaksana juga melakukan kunjungan neonatal sebagai upaya untuk
mengendalikan risiko pada kelompok bayi baru lahir yang berusia sampai dengan
28 hari.
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator yang
menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi, antara
lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda
(MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian
vitamin K1 injeksi, dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan. Capaian KN1
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 83,67%. Capaian ini sudah memenuhi target
Renstra tahun 2015 yang sebesar 75%.
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi
neonatal adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang mengharuskan
agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal
tiga kali sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Capaian KN lengkap di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 77,31%. (Kemenkes
RI, 2016). Selain bidan memberikan pelayanan, juga sekaligus dapat
mensosialisasikan tentang program Keluarga Berencana (KB).
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua
melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.
Sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur. Persentase
peserta KB baru terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada tahun 2015
sebesar 13,46% (Kemenkes RI, 2016).
Namun, sebenarnya tragedi kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan
meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan asuhan kebidanan
secara komprehensif yang berfokus pada asuhan sayang ibu dan sayang bayi yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka perlu dilakukan manajemen
asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, dan akseptor KB.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
“Bagaimana asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. “T” usia 21 tahun, di
Wilayah Kerja Puskesmas Malanu Kota Sorong tahun 2018”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Asuhan Kebidanan pada Ny. T usia 21 tahun
selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB, diharapkan
mahasiswi dapat melaksanakan asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney
dengan menggunakan pendekatan standar kebidanan secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. T usia 21 Tahun
selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah yang muncul
dari hasil pengkajian pada Ny. T usia 21 Tahun selama kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB.
c. Mahasiswa dapat mengantisipasi masalah potensial yang timbul dari
masalah atau diagnosa pada Ny. T usia 21 Tahun selama kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB.
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi Ny. T
usia 21 Tahun selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
KB.
e. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana dan mampu melakukan
implementasi pada masalah yang muncul dalam asuhan kebidanan
pada Ny. T usia 21 Tahun selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan KB.
f. Mahasiswa dapat mengevaluasi semua tindakan yang sudah dilakukan
pada Ny. T usia 21 Tahun selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan KB.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritik
Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan standar pelayanan dalam memberikan asuhan pada ibu hamil,
nifas, bay baru lahir dan KB.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk mempraktikan teori yang didapat secara langsung
dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
b. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan
terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara
komprehensif.
c. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum
kemudian di lanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan normal akan
berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional
jika dihitung dari fertilisasi sampai bayi lahir.
Lama kehamilan dibagi menjadi Tiga triwulan yaitu:
a. Kehamilan Triwulan pertama antara 0-12 minggu
b. Kehamilan triwulan kedua antara 13-28 minggu
c. Kehamilan triwulan ketiga antara 28-40 minggu
(Saifuddin, 2014)
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon: estrogen, progesteron, human
chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dll. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan
selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan. Terjadi
perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan
organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan
keseimbangan hormonal tersebut. (Anggrita Sari, 2015).
d. Perubahan Psikis
Sikap/penerimaan ibu terhadap keadaan hamilnya, sangat
mempengaruhi juga kesehatan/keadaan umum ibu serta keadaan janin
dalam kehamilannya. Umumnya kehamilan yang diinginkan akan
disambut dengan sikap gembira, diiringi dengan pola makan, perawatan
tubuh dan upaya memeriksakan diri secara teraturdengan baik. Kadang
timbul gejala yang lazim disebut “ngidam”, yaitu keinginan terhadap hal-
hal tertentu yang tidak seperti biasanya (misalnya jenis makanan tertentu,
tapi mungkin juga hal-hal lain) tetapi kehamilan yang tidak dinginkan,
kemungkinan akan disambut dengan sikap yang tidak mendukung, napsu
makan menurun, tidak mau memeriksakan diri secara teratur, bahkan
kadang juga ibu sampai melakuan usaha-usaha untuk menggugurkan
kandungannya.
(Anggita Sari, 2015)
3. Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III
a. Sering buang air kecil
Peningkatan frekuensi BAK merupakan suatu
gangguan/ketidaknyamanan yang fisiologis, umumnya terjadi pada ibu
hamil trimester satu dan kembali terjadi pada trimester ketiga. Pada
trimester satu terjadi pembesaran uterus dan penambahan berat uterus pada
bagian fundus uteri, dan isthmus uteri menjadi lunak (tanda hegar),
menyebabkan uterus menjadi semakin antefleksi sehingga mendesak
vesika urinaria. Sedangkan pada trimester ketiga peningkatan frekuensi
BAK terjadi karena bagian terendah janin yang mulai memasuki Pintu
Atas Panggul (PAP) mendesak vesika urinaria (umumnya pada
primigravida), hal tersebut mengurangi kapasitas vesika urinaria sehingga
urine yang tertampung di vesika urinaria terdesak keluar (ibu sering
merasa ingin BAK). Cara mengatasi dengan mengurangi asupan
karbohidrat murni dan makanan yang mengandung gula, batasi minum
kopi teh atau minuman bersoda.
b. Hemoroid
Hemoroiddisebut juga wasir, merupakan suatu keluhan yang
disebabkan oleh konstipasi. Oleh sebab itu, konstipasi memegang peranan
penting pada perkembangan hemoroid. Progesterone juga menyebabkan
relaksasi pembuluh darah vena dan usus besar. Pembesaran uterus dapat
menekan pembuluh darah vena khususnya vena hemorroidal, sehingga
penekanan ini akan menghambat sirkulasi pada pembuluh darah vena dan
menyebabkan kemacetan pada vena di pelvis. Cara mengatasi dengan
makan makanan yang berserat buah dan sayur serta banyak minum air
putih dan minuman berserat, lakukan senam hamil untuk mengatasi
hemoroid.
c. Konstipasi
Akibat penurunan peristaltik karena relaksasi otot polos pada usus
besar ketika terjadi penurunan jumlah progesteron, akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi mneyebabkan pergeseran dan tekanan pada
usus dan penurunan motilitas pada saluran gastrointestinal. Cara mengatasi
dengan mengkonsumsi air 3 liter /hari, makan makanan kaya serat dan
vitamin C membiasakan buang air besar secara teratur.
d. Kram pada kaki
Kram dapat muncul setelah usia kehamilan 24 minggu. Penyebab
terjadinya kram belum dapat dipastikan, namun selama beberapa tahun
kram kaki diperkirakan disebabkan oleh kekurangan asupan kalsium atau
ketidakseimbangan antara rasio kalsium-fosfor di dalam tubuh.
Kemungkinan lain diasumsikan berhubungan dengan terhambatnya aliran
darah ke pembuluh darah perifer akibat penekanan pembuluh darah di
sekitar pelvis oleh pembesaran uterus pada vena yang membawa darah ke
bagian ekstrimitas bawah, dan atau penekanan pada syaraf di sekitar
foramen obturator yang menuju ke ekstrimitas bawah. Cara mengatasi
dengan merendam kaki dengan air yang telah di beri minyak essensial
siprus, kurangi konsumsi susu (kandungan fosfatnya tinggi) dan latihan
dorsofleksi pada kaki.
e. Napas sesak
Sesak di karenakan pergerakan diafragma yang semakin terbatas
dikarenakan pertambahan ukuran uterus dalam rongga abdomen. Setelah
minggu ke 30 peningkatan volume tidal, volume ventilasi permenit dan
pandengambilan oksigen permenin akan mencapai puncaknyapada
kehamila 37 minggu. Cara mengatasi dengan merentangkan tangan di atas
kepala serta menarik napas panjang,
f. Nyeri ligamentum
Akibat peregangan dan penekanan berat uterus yang meningkat
pesat, nyeri punggung bawah dikarenakan terjadinya pergeseran pusat
gravitasi dan postur tubuh ibu hamil yang semakin berat seirings semakin
membesarnya uterus, pengaruh tubuh lordosis, mebungkuk berlebihan dan
mengangkat beban berat. Cara mengatasi dengan tekuk lutut kearah
abdomen, mandi dengan air hangat dan gunakan sebuah bantal untuk
menopang uterus dan bantal lainnya letakan di antara lutut sewaktu dalam
posisi berbaring miring.
g. Pusing atau sakit kepala
Sakit kepala (pusing) merupakan suatu keluhan yang sering
dialami oleh ibu hamil. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan
hormonal, sinusitis, tegangan pada mata, keletihan, dan perubahan
emosional. Apapun penyebabnya, penting bagi bidan untuk mengetahui
sifat dari sakit kepala tersebut dan memberikan pendidikan kesehatan
tentang cara mengatasinya. Sakit kepala pada ibu hamil juga dapat
berkaitan dengan adanya anemia fisiologis selama kehamilan. Keluhan
pusing/sakit kepala dapat muncul pada trimester satu, dua ataupun tiga.
Cara mengatasi bangun secra perlahan dari posisi tidur, hindari tidur
terlentang, rutin mengkonsumsi suplemen zat besi
h. Varices
Dikarenakan gangguan sirkulasi darah pada vena dan
meningkatnya tekanan pada vena pada ekstremitas bagian bawah,
perubahan ini akibat penekanan uterus yang membesar pada vena panggul
saat ibu duudk atau berdiri dan penekanan vena cava inferior saat ibu
berbaring. Cara mengatasi hindari duduk atau berdiri terlalu lama, jaga
agar kaki tidak bersilang, istirahat dengan menaikan kaki setinggi mungkin
untuk membalikan efek gravitasi.
(Anggita Sari dkk, 2015:78-90)
4. Diagnosa Kehamilan
Berdasarkan perubahan-perubahan anatomik dan fisiologik, dapat
dikumpulkan hal-hal yang mungkin bermakna pada pemeriksaan fisik
maupun penunjang, untuk menuju pada diagnosis kehamilan.
Gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu kehamilan:
a. Amenorea (sebenarnya bermakna jika 3 bulan atau lebih)
b. Pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut, atau pada
kehamilan muda diperiksa dengan palpasi)
c. Adanya kontraksi uterus pada palpasi (Braxton-Hicks)
d. Teraba/tersa gerakan janin pada palpasi atau tampak pada imaging
Ballotement (+). Jika (-) curiga mola hidatidosa
e. Terdengar jantung janin (dengan alat Laennec/ Doppler) atau visual
tampak jantung berdenyut pada imaging (fetal ultrasound echoscopy)
f. Teraba bagian tubuh janin pada palpasi (leopold) atau tampak pada
imaging (ultrasonografi)
g. Perubahan serviks uterus (chadwick/hegar sign)
h. Kurva suhu badan meningkat
i. Tes urine B-hCG (Pack’s test/GalliMainini) positif. Hati-hati karena
positif palsu dapat juga terjadi misal karena urine kotor, alat kadaluwarsa
atau cara pemeriksaan yang salah.
j. Titer B-hCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari, kemudian
menurun seperti awal kehamilan, bahkan dapat sampai tidak terdeteksi.
k. Perasaan mual dan muntah berulang, morning sickness
l. Perubahan payudara
m. Poliuria
(Anggita Sari, 2015)
5. Standar Pelayanan pada Masa Kehamilan
Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam “14T” menurut
Kemenkes RI, 2015 :
a. Ukur berat badan dan Tinggi badan (T1)
Kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4-
0,5 kg tiap minggu mulai dari trimester II. Pengukuran tinggi badan ibu
hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang
sering berhubungan dengan rongga panggul.
b. Ukur tekanan darah (T2)
Tekanan darah yang normal 110/80-140/90 mmHg, bila melebihi 140/90
mmHg perlu diwaspadai adanya preeklampsi.
c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)
Tujuan peeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc.Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa
dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT)
dan kapan gerakan janin dimulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan.
d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
e. Pemberian imunisasi TT (TT5)
Imunisasi tetanus toxoid harus segera diberikan pada saat seorang wanita
hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu
ke-4.
f. Pemeriksaan HB (T6)
Pemeriksaan Hb pada bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama
dan minggu ke 28. Bila kadar Hb <11 gr% bumil dinyatakan anemia,
maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb
menjadi 11 gr% atau lebih.
g. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T7)
Pemeriksaan Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) adalah
untuk megetahui adanya terponema pallidum/penyakit menular seksual,,
antara lain Syphilis. Pemeriksaan dilakukan pada bumil yang datang
pertama kali diambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. Apabila
hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
h. Pemeriksaan protein urine (T8)
Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein
atau tidak untuk mendeteksi gejala preeklampsi.
i. Pemeriksaan urine reduksi (T9)
Untuk bumil dengan riwayat Diabetes Militus. Bila hasil positif maka
perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.
j. Perawatan payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk bumil, dilakukan 2 kali
sehari sebelum mandi dimulai pada usia 6 minggu.
k. Senam hamil (T11)
l. Pemberian obat malaria (T12)
Diberikan kepada bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada
bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan
hasil apusan darah yang positif.
m. Pemberian kapsul minyak yodium (T13)
Diberikan pada kasus ganguan akibat kekurangan yodium didaerah
endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
n. Temu wicara/konseling (T14)
2) Plasenta previa
Plasenta previa merupakan keadaan dimana plasenta berimplantasi
di segmen bawah rahim dan menutupi sebgai ostium uteri internum.
(Astuti, 2012 hal 189-192)
b. Sakit kepala yang hebat
Gejalan dari preeklamsi yang di sebabkan vasopsmus atau oedema
otak, penangananya yaitu istirahat, rileksasi, pantau tekanan darah,
proteinuria, dan refleks analgetik bila perlu. (Astuti, 2012 hal 192)
c. Penglihatan kabur
Penglihatan pandangan mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan
mungkin mennadakan preeklamsi. Penanganan yaitu pemeriksaan retina
berulang, konsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan istirahat
cukup. (Astuti, 2012 hal 193)
d. Bengkak di wajah dan jari tangan
Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul di muka,
tangan dan kaki tidak hilang setelah beristirahat dan di sertaikeluhan fisik
yang lain. (Asrinah, 2010)
– Telur 25 ½ btr
– Tempe –
– Sayuran 50 ½ gls
– Minyak 10 1 sdm
– Gula 10 1 sdm
– Telur 50 1 btr
– Tempe 50 1 ptg
– Sayuran 75 ¾ gls
– Minyak 15 1½ sdm
– Buah 100 1 bh
– Telur 25 ½ btr
– Tempe 50 1 ptg
– Sayuran 75 ¾ gls
– Minyak 10 1 sdm
B. PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat
kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak saling
berhubungan berkerja dalam kehormonisan untuk melahirkan bayi. (Elisabeth
Siwi Walyani, Amd. Keb, Th. Endang Purwostuti, S Pd, APP 2015
pustakabarupress)
Fokus utama asuhan pengeluaran hasil kontrasepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar. (Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb,
Th. Endang Purwostuti, S Pd, APP 2015 pustakabarupress) hal 4
Fokus utama asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya
komplikasi. (Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb, Th. Endang Purwostuti, S Pd,
APP 2015 pustakabarupress) hal 3
Tujuan asuhan persalianan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terjadi intergrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat optimal. (Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb, Th. Endang Purwostuti, S
Pd, APP 2015 pustakabarupress) hal 3
Persalianan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan artem (buka
premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diindikasi),
selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat witannya, mempunyai
janin tunggal dengan presentase puncak kepala, terlaksana lahir normal.
(Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb, Th. Endang Purwostuti, S Pd, APP 2015
pustakabarupress) hal 4
Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan
berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada
usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu
dan bayi dalam keadaan baik. (Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb, Th. Endang
Purwostuti, S Pd, APP 2015 pustakabarupress) hal 4
Persiapan Penolong :
a. 1 buah topi/penutup kepala
b. 1 buah kaca mata pelindung
c. 1 buah masker
d. 1 buah celemek plastic
e. 1 buah sepatu boot/sandal tertutup
f. 1 buah handuk pribadi/kain bersih untuk mengeringkan tangan
Persiapan Ibu :
a. 1 buah baju ibu
b. 1 buah kain ibu
c. 1 buah celana dalam ibu
d. 1 buah bra
e. Pembalut secukupnya
f. 1 buah underpad
g. 1 buah gurita
h. 2 buah waslap
Persiapan Bayi :
a. 1 buah baju bayi
b. 1 buah celana/popok bayi
c. 1 pasang kaos tangan
d. 1 pasang kaos kaki
e. 1 buah topi
f. 3 buah kain bersih
g. 1 buah handuk
h. Timbangan
i. Meja resusitasi
j. Lampu sorot 60 watt
k. Ambu bag\
l. Delee/slem seeker (penghisap lendir)
m. Obat-obatan :
- Salep mata antibiotic profilaksis
- 1 buah ampu vit K1
- 1 buah vaksin hepatitis B
- 1 buah spuit 1 cc
Perlindungan Diri (PD) :
a. 3 buah tempat sampah : basah, kering, medis
b. 3 buah Waskom :
- 2 buah berisi larutan klorin 0,5%
- 1 buah berisi air DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)
c. 1 buah wastafel + air mengalir
d. 1 botol sabun cuci tangan
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1) Mendenga dan melihat tanda kala dua persalinan.
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.
Ibu merasakan ada tekanan yang semakin meningkat padarectum dan
vagina.
Perineum tampak menonjol.
Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi segera pada ibu adan
bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi →siapkan:
Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
Alat penghisap lendir
Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu:
Mengelar kain di perut bawah ibu
Menyiapkan oksitosin 10 unit
Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3) Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6) Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik ( gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik )
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih 9terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% →langkah # 9. Pakai
sarung tangan DTT / steril untuk melaksanakan langkah lanjutan
8) lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)
untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160 x/menit).
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan kedalam partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
MENERAN
11) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup
baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatlaksanaan fase aktif) dan dokumentasi semua temuan yang ada. Jelaskan
pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan member
semangat pada ibu dan meneran secara benar.
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah
duduk atau posisi lain yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
Anjurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit ( 2 jam ) meneran (primigravida) atau 60 menit ( 1 jam) meneran
(multigravida)
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengringkan bayi) di perut bawah ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
Lahirnya Kepala
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secera
efektif atau bernapas cepat dan dangkal
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi. Perhatikan! Jika
tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas
kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spotan
Lahirnya Bahu
22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepalah
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangah bawah untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan siku
sebalah atas
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
ibunjari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada posisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk
VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25) Lakukan penilaian (selintas):
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif?
38) Segerah setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang perlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom Kateter) jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase
Dokumentasi
60) lengkapin partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV persalinans
5. Partograf
a. Definisi partograf
Diagram pemantauan kemajuan persalinan dengan melakukan pencatatan
hasil observasi kondisi ibu dan janin
Manfaat penggunaan partograf :
Merupakan alat yang efektif untuk mengetahui kemajuan
persalianan dan mengidentifikasi kapan intervensi diperlukan
Mempengaruhi keputusan klinis dan berhubungan dengan luaran
persalinan yang baik
Mengurangi kejadian persalianan lama, rupture uteri, persalinan macet
yang memerlukan augmentasi oksitosin, mengurangi angka operasi sesar,
angka kejadian stillbirth dan perdarahan post partum
Merupakan alat yang dapat digunakan sebagai komunikasi saat
melakukan rujukan
b. Penggunaan Partograf
Word Health Organization (WHO) telah memodifikasi partograf agar
lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Fase laten telah dihilangkan,
dan pencatatan pada partograf di mulai dari fase aktif ketika pembukaan
serviks 4 cm. (Ed Pratama, 2013)
Kondisi ibu dan bayijuga harus di mulai dan di catat dengan seksama,
yaitu:
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi
harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada
diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi
kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan
dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya
meningkat.
INGAT:
a. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama
fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.
b. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit
observasi.
c. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai :
< 20 detik
20-40 detik
> 40 detik
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk
mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV. Bagian ini dapat jiga
digunakan untuk mencatat jumlah asupan yang diberikan.
a. Oksitosin
Jika tetesan (drips) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang di berikan per volume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit.
b. Obat-Obatan Lain dan Cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat
kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu
selama persalinan.
Gangungan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
1) Kekecewaan pada bayinya
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik, yang dialami.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4) Kritikan sumi atau keluarga tentang perawatan bayinya.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyusuikan diri dengan ketergantungan bayinya terjadi peningkatan akan
perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan
suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi kebutuhan akan
istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
3) Jenis-jenis Infeksi
a) Endometritis
Kuman-kuman yang memasuki endometrium, biasanya
melalui luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan
kuman yang tidak terlalu pathogen, radang terbatas pada
endometrium.
Tanda dan gejala endometritis adalah sebagai berikut.
(1) Peningkatan demam secara persisten hingga 40o C, bergantung
pada keparahan infeksi.
(2) Takikardi.
(3) Menggigil dengan infeksi berat.
(4) Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral.
(5) Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.
(6) Subinvolusi.
(7) Lokia sedikit, tidak berbau, atau berbau tidak sedap, lokia
seropurelenta.
(8) Variabel awitan bergantung pada organism, dengan
streptococcus grup B muncul lebih awal.
(9) Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositosis
puerperium fisiologis.
b) Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat
terjadi melalui beberapa cara: Penyebaran melalui limfe dari luka
serviks yang terinfeksi atau dari endometritis, penyebaran langsung
dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum,
serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat
tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar
ekstraperitoneal ke semua jurusan.
Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut
sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis atau pada fossa iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam
nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa
nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini
patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada
perkembangan proses peradangan lebih lanjut, gejala-gejala
parametritis akan menjadi lebih jelas.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan
nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat
dengan tulang panggul dapat meluas ke berbagai jurusan. Pada
bagian tengah jaringan yang meradang tersebut dapat tumbuh
abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap
menjadi naik turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak
sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Pada 2/3 kasus tidak terjadi
pembentukan abses dan suhu menurun dalam beberapa minggu.
Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit dan
akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, cairan
abses selalu mencari jalan ke rongga perut sehingga menyebabkan
peritonitis, ke rectum, atau ke kandung kemih.
c) Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh
limfe uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-
ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan per
abdominal. Peritonitis yang terlokalisasi hanya dalam rongga
pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga
peritoneum disebut peritonitis umum, dan keadaan ini sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian akibat infeksi.
Gambaran klinis dari peritonitis adalah sebagai berikut:
(1) Pelvioperitonitis: demam, nyeri perut bagian bawah, nyeri pada
pemeriksaan dalam, kavum douglasi menonjol karena adanya
abses (kadang-kadang). Bila hal ini dijumpai, maka nanah
harus dikeluarkan dengan kolpotomi posterior, agar nanah tidak
keluar menembus rectum.
(2) Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan oleh
kuman yang pathogen. Perut kembung, meteorismus, dan dapat
terjadi paralitikleus. Suhu badan tinggi, nadi cepat dan nadi
kecil, perut nyeri tekan, pucat, muka cekung, kulit dingin, mata
cekung yang disebut hipokrates.penegakan diagnosis dibantu
dengan pemeriksaan laboratorium.
f) Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi
pada setiap wanita, mastitis semata-mata merupakan komplikasi
pada wanita menyusui. Mastitis harus dibedakan dari peningkatan
suhu transien dan nyeri payudara akibat pembesaran awal karena
air susu masuk ke dalam payudara. Mastitis terjadi akibat invasi
jaringan payudara (misalnya glandular, jaringan ikat, areola,
lemak) oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera
payudara. Organism yang umum termasuk S.aureus, streptococci,
dan H. parainfluenzae. Cedera payudara mungkin disebabkan
memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, statis
ASI dalam duktus, atau pecahnya atau fisura puting susu. Bakteri
dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu sebagai berikut.
(1) Tangan ibu
(2) Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
(3) Bayi
(4) Duktus laktiferus
(5) Darah sirkulasi
(6) Stress dan keletihan telah dikaitkan dengan mastitis. Hal ini
masuk akal karena stress dan keletihan dapat menyebabkan
kecerobohan dalam teknik penanganan, terutama saat mencuci
tangan, atau melewatkan waktu menyusui, yang dapat
menyebabkan pembesaran dan statis.
Kandung Bisa buang air kecil Ibu tidak bisa buang air kecil
kemih setelah 4 jam
Jalan lahir Tidak terjadi robekan pada jalan Ibu merasa nyeri di bagian jalan
lahir lahir atau terdapat hematoma di
dalam vagina
Ada enam hal pada asuhan untuk ibu, yaitu mencegah perdarahan
hebat, membantu agar uterus lembek berkontraksi, merawat kebersihan
jalan lahir, mengosongkan kandung kemih, member minum atau makan,
serta mengenali tanda-tanda bahaya. Masing-masing dijelaskan di bawah
ini.
1) Mencegah perdarahan hebat
Ibu yang kehilangan banyak darah dapat menimbulkan masalah,
antara lain ibu memerlukan waktu yang lebih lama untuk memperoleh
kembali kekuatannya setelah melahirkan, dan lebih besar
kemungkinannya untuk mengalami infeksi dalam uterus. Tindakan yang
perlu dilakukan:
a) Memeriksa uterus setiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
b) Memeriksa denyut nadi dan tekanan darah setiap 15 menit selama 1
jam, kemudian setiap 1 jam dalam 4 jam berikutnya. Perhatikan bila
ada tanda syok.
2) Membantu agar uterus lembek berkontraksi
Bila uterus lembek, hal-hal yang perlu dilakukan meliputi:
a) Memeriksa kandung kemih. Kandung kemih yang terlalu penuh
dapat menyebabkan uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka ibu
perlu dibantu untuk buang air kecil. Jangan melakukan kateterisasi.
Bila ibu tidak dapat buang air kecil setelah 4 jam, kemungkinan ibu
memerlukan kateterisasi.
b) Masase Uterus. Secara perlahan, tangan diletakkan diatas fundus
uteri dan masase dengan gerakan berputar sambil menekan fundus
selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2 menit, jika lembek,
ulangi masase. Ibu dan anggota keluarga perlu diajarkan tentang cara
memeriksa dan cara masase uterus agar uterus keras. Pada saat
melakukan masase uterus, jumlah darah yang keluar dari vagina
harus diperiksa.
c) Menekan Uterus. Dengan menekan uterus, bekuan darah dapat
dikeluarkan. Bekuan darah ini dapat menghambat kontraksi uterus.
d) Menganjurkan ibu segera menyusui bayi. Isapan bayi merangsang
pengeluaran oksitosin. Oksitosin akan membuat uterus berkontraksi
atau menjadi keras. Hal ini dapat mengurangi atau mecegah
perdarahan. Ibu dan keluarganya harus diberi penjelasan bahwa
pemberian ASI sangat penting bagi bayi.
3) Merawat kebersihan jalan lahir
Ibu diajarkan bagaimana cara membersihkan daerah genital dengan
air dan sabun setiap kali buang air kecil dan buang air besar dari atas
(bagian depan) ke bawah daerah anus. Hati-hati jangan sampai ada benda
apapun dari anus menuju ke vagina karena akan menimbulkan infeksi.
Ibu perlu diberikan penjelasan agar selalu menjaga kebersihan tubuh dan
mengganti pembalut secara teratur, serta memperhatikan perubahan-
perubahan yang terjadi pascasalin. Bagian kelamin ibu diperiksa dengan
lembut untuk melihat apakah ada robekan, gumpalan darah atau
hematoma, atau apakah tampak prolaps serviks di vagina.
4) Mengosongkan kandung kemih
Kandung kemih akan penuh setelah melahirkan. Ibu dianjurkan
untuk bang air kecil dalam 2 jam pertama.
5) Memberi minum atau makan
Ibu dianjurkan makan dan minum setelah melahirkan dengan makanan
yang bergizi. Bila ibu tidak ingin makan, maka ibu dianjurkan untuk
minum jus buah. Jus buah dapat memberikan energi. Ibu dianjurkan
untuk sering minum pada beberapa jam pertama.
6) Mengenali tanda-tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya yang perlu mendapat perhatian meliputi:
a. Perdarahan hebat
b. Mengeluarkan gumpalan darah
c. Pusing
d. Lemas yang berlebihan
e. Suhu tubuh ibu >38oC
f. Nyeri perut atau lochia berbau
g. Kejang-kejang
Bila terdapat satu atau lebih tanda tersebut, maka ibu berada dalam
bahaya, tetapi masih bisa ditolong. Tentukan tindakan yang tepat, bila
tidak, segera rujuk ke rumah sakit.
b. Asuhan Nifas 2-6 Hari Pertama Setelah Persalinan
Hal-hal yang ditanyakan adalah sebagai berikut:
1) Keadaan umum
2) Istirahat dan tidur
3) Makanan dan minuman
4) Suhu tubuh
5) Defekasi
6) Rasa nyaman diperut bawah
7) Lochia/cairan vagina
8) Nyeri pada perineum
9) Menyusui
10) Perasaan terhadap bayi
11) Pemahaman terhadap bayi baru lahir
12) Tanda depresi
13) Minum obat/vitamin
Pemeriksaan fisik terfokus kunjungan hari ke-2 sampai hari ke-6
pada ibu postpartum. Sebelum memulai pemeriksaan, tangan dicuci
dengan air dan sabun, dan sarung tangan dikenakan bila hendak
memeriksa lochia dan perineum.tangan dicuci kembali setelah selesai
melakukan pemeriksaan, kemudian dikeringkan dengan handuk bersih.
1) Tanda Vital. Mencakup pemeriksaan suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi. Hasilnya dijelaskan kepada ibu.
2) Payudara. Dilakukan pemeriksaan puting dan raba pembengkakan
payudara. Ibu perlu diberi penjelasan bahwa semakin sering bayi
mengisap payudara ibu, maka produksi ASI akan semakin banyak.
Menurut hasil penelitian oleh Nur Sholichah tentang “Hubungan
Perawatan Payudara pada Ibu Post Partum dengan Kelancaran
Pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang” pada bulan Februari-Maret 2011 yaitu: “Hasil
penelitian sebagian besar responden (51,6 %) mempunyai perawatan
payudara pada masa nifas yang kurang baik. Ibu post partum di Desa
Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebagian besar
(51,6 %) mempunyai kelancaran pengeluaran ASI yang lancar. Ada
hubungan antara perawatan payudara pada ibu post partum dengan
kelancaran pengeluaran ASI di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang dengan p = 0,007”
3) Uterus. Seharusnya keras dan tinggi fundus uteri berada di bawah pusat.
Ibu di berikan penjelasan bahwa uterus akan mengecil dalam waktu 2
minggu mendatang dan tidak dapat diraba dari luar.
4) Lochia. Warnanya masih merah, jumlahnya semakin berkurang dan
tidak berbau.
5) Perineum. Daerah perineum diperiksa kebersihannya, adanya
pembengkakan, serta rasa nyeri. Ibu diingatkan untuk mencuci daerah
perineum dengan air dan sabun setiap kali selesai BAK dan BAB dari
bagian depan ke bagian anus, setelah itu, ibu harus mencuci tangannnya
sampai bersih. Pembalut diganti minimal 2 kali sehari.
6) Pemeriksaan kaki. Dilakukan pemeriksaan terhadap adanya vena
varises, kemerahan pada betis, serta edema.
Bila ditemukan masalah pada kunjungan 2-6 hari postpartum,
maka bidan dapat mengajarkan masase payudara, serta latihan tau senam
nifas. Selain itu, bidan juga memberikan konseling tentang :
1) Higiene. Personal higiene meliputi kebersihan tubuh, pakaian, dan
higiene vagina seperti yang telah dibahas sebelumnya, serta kebersihan
alas tempat tidur dan lingkungan untuk mencegah infeksi.
2) Istirahat. Ibu perlu istirahat siang hari selama 1 jam dan tidur malam
hari sekitar 8 jam.
3) Latihan fisik/olahraga. Olahraga atau latihan dapat dilakukan beberapa
menit setiap hari untuk mencegah nyeri punggung. Bagi ibu yang
kurang bisa menahan buang air kecil, dapat melakukan latihan atau
senam nifas.
4) Gizi. Ibu menyusui akan memerlukan makanan dengan gizi seimbang
terutama kebutuhan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Ibu akan
membutuhkan untuk mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap harinya
yang akan digunakan untuk mengahasilkan ASI. Setiap hari, asupan
minimum 1800 kal merupakan jumlah nutrisi esensial yang adekuat.
Rata-rata, ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal per hari ketika
menyusui. Untuk protein dibutuhkan tambahan sebesar 20 gram.
5) Asuhan air dan suplemen. Ibu harus minum sedikitnya 2-3 liter setiap
hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Ibu dianjurkan untuk
minum 1 gelas setiap kali menyusui.. Multivitamin dan suplemen
mineral tidak dianjurkan untuk diminum secara rutin, sedangkan tablet
zat besi harus diminum setidaknya selama 40 hari setelah persalinan.
Kapsul vitamin A (200.000 unit) perlu diminum agar bisa memberikan
vitamin A melalui ASI kepada bayinya. Hasil penilitan dari Cahyanto,
Bibi Ahmad, Roosita, Katrin, yang berjudul “Kaitan Asupan Vitamin A
Dengan Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Nifas” menunjukan
bahwa asupan vitamin A berhubungan signifikan dengan produksi ASI
(p<0.05). Semakin tinggi asupan vitamin A pada ibu nifas, maka
produksi ASI untuk bayi akan semakin tercukupi.
c. Asuhan Nifas Minggu ke-2 Setelah Persalinan
Tujuan asuhan 2 minggu postpartum sama dengan asuhan 2-6 hari
postpartum, yaitu untuk memastikan ibu dalam keadaan sehat, involusi
uterus berlangsung dengan normal, dan ibu sudah menyusui dengan
lancar. Pada minggu kedua, ditambahkan memprakarsai penggunaan alat
kontrasepsi. Informasi yang diberikan sesuai kebutuhan dan keadaan ibu.
Bidan perlu menjelaskan rasionalisasi tindakan yang perlu dilakukan
kepada ibu dan keluarganya, dan perlu dipastikan apakah ibu dapat
melakukannya.
Proses penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu 2 minggu
postpartum dimulai dari pengkajian riwayat dan pemeriksaan fisik.
Asuhan yang diberikanpun hampir sama dengan asuhan hari ke-2 sampai
hari ke-6 postpartum. Bidan mendorong ibu untuk bertanya tentang hal-hal
yang belum jelas, terutama terkait informasi tentang tanda bahaya, dan
apakah ibu sudah mengetahui kepada siapa dan dimana mendapat bantuan
bila terjadi tanda bahaya. Pada kunjungan 2 minggu postpartum ini juga
diberikan pemahaman tentang pencegahan terhadap puting lecet dan
mastitis serta infeksi nifas. Selain itu, bidan juga menilai interaksi antara
ibu dengan bayinya dan respon terhadap kebutuhan bayi, serta stimulasi
dan kemampuan ibu dalam mengasuh bayi.
d. Asuhan Nifas Minggu Ke-4 Sampai Minggu Ke-6 Setelah Persalinan
Pengkajian riwayat meliput :
1) Jumlah minggu postpaartum.
2) Keadaan kesehatan secara umum: istirahat, tidur dan nafsu makan.
3) Penyesuaian terhadap asuhan bayi dan penyesuaian keluarga.
4) Bayi: adakah masalah, serta pemberian ASI dan imunisasi.
5) Hubungan seksual: apakah sudah dilakukan, apakah nyeri saat
berhubungan untuk pertama kali pada masa postpartum (dispareunia)
atau adanya masalah.
6) Metode KB yang digunakan
7) Apakah sudah timbul haid: jika ya, tanggal, lama dan jumlah darah.
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010).
Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya lebih
rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25oC, maka bayi akan kehilanganpanas
melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200
kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukan panas yang dapat
diproduksi hanya sepersepuluh daripada yang tersebut di atas dalam
waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penuruna suhu tubuh
sebanyak 2oC dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik
akan menybabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold
injury). Bayi baru lahir dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan
mengurangi konsumsi energi, serta merawatnya di dalam Natural
Thermal Environment (NTE), yaitu suhu lingkungan rata-rata dimana
produksi panas, pemakaian oksigen, dan kebutuhan nutrisi untuk
pertumbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal.
(Sondakh, 2015)
d. Adaptasi Neurologis
1) Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum
berkembang sempurna.
2) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut,
dan tremor pada ekstremitas.
3) Perkembang neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang
lebih kompleks (misalnya: kontrol kepala, tersenyum, dan merraih
dengan tujuan) akan berkembang.
4) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan
normal. (Tabel 3)
Tabel 3 Refleks pada bayi baru lahir
e. Adaptasi Gastrointestinal
1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan
ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan
mekanan sudah terbentuk saat lahir.
3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai; pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim
pancreas dan lipase.
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir; sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan,
lengket, dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam
pada 90% bayi baru lahir yang normal.
6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat terhadap
makanan, gejala-gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada
setiap kali pemberian makanan.
7) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada
payudara; sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara
efektif.
8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati di
dalam uterus; tindakan-tindakan ini berkembang baik pada saat lahir
dan diperkuat dengan rasa lapar.
Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 mL akan menurun
menjadi 50 mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi
tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir
diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan
mencapai 120 mg/100 mL. Bila perubahan glukosa menjadi glikogen
meningkat atau adanya gangguan metabolisme asma lemak yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi
megalami hipoglikemia.
(Sondakh, 2015)
f. Adaptasi Ginjal
1) Laju filtrasi gomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh
tidak aekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang
normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap
sensor.
3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan caran.
4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka
berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
5) Urin dapt keruh karena lendir dan garam asam urat; noda kemerahan
(debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
(Sondakh, 2015)
g. Adaptasi Hati
1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati
terus membantu pembentukan darah.
2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah.
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterin; pada saat ini, bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defisiensi zat besi.
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskular dan
menembus jaringan ekstravaskular lainnya (misalnya: kulit, sclera,
dan membrane mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang
disebut jaundice atau ikterus
6) Pada stress dingin yang lama, glikolisis anaerobic terjadi, yang
mengakibatkan peningkatan produksi asam. Aisodsis metabolik terjadi
dan jika terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat
terjadi. Asam lemak yang berlebihan menggeser bilirubin dari tempat-
tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak
berikatan yang bersirkulasi mengakibatkan peningkatan risiko kern-
ikterus bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg/dL atau kurang.
(Sondakh, 2015)
h. Adaptasi Imun
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisms penyerang di pintu
masuk.
2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan
risiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
a) Repons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
b) Fagositosis lambat.
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan,
kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga tidak terdapat
dalam saluran GI.
3) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama
periode neonatus.
(Sondakh, 2015)
3. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan
a. Perlindungan Termal (Termoregulasi)
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
2) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersesbut dengan
selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung
dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. Pastikan bayi
tetap hangat.
3) Mempertahankan lingkungan termal netral.
a) Letakkan bayi di bawah alat penghangat pancaran dengan
menggunakan sensor kulit untuk memanatu suhu sesuai
kebutuhan.
b) Tunda memnadikan bayi smapai suhu bayi stabil.
c) Pasang pentup kepala rajutan untuk mencegah kehilangan panas
dari kepala bayi.
b. Pemeliharaan Pernapasan
Mempertahankan terbukanya jalan napas. Sediakan balon pengisap
dari karet di tempat tidur bayi untuk mengisap lendir atau ASI dari mulut
dengan cepat dalam upaya mempertahankan jalan napas yang bersih
(Walyani, 2015)
c. Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat merupakan pemisahan fisik
terakhir antara ibu dan bayi. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat
berhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat
(high risk baby) dapat dilakukan p[emotongan rali pusat secepat mungkin
agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit dengan
kocher atau klem kira-kira 3 cm dan seklai lagi 1,5 cm dari pusat.
Pemotongan dilakukan antara kedua klem tersebut. Kemudian bayi
diletakkan di atas kain bersih atau steril yang hangat. Setelah itu,
dilakukan pengikatan tali pusat dengan alat penjepit plastik atau pita dari
nilon atau dapat juga benang katun steril. Untuk menghindari infeksi tali
pusat yang dapat menyebabkan sepsis, meningitis, dan lain-lain, maka di
tempat pemotongan dan di pangkal tali pusat, serta 2,5 cm di sekitar tali
pusat dapat diberi antiseptik, selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan
steril/bersih dan kering.
(Walyani, 2015)
d. Penilaian APGAR
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir
dengan menggunakan nilai APGAR (Tabel 4). Penilaian berikutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini pelru untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Tabel 4 Penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR
0 1 2
Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerah-
merahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(frekuensi
nadi)
Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
rangsang) mimik (grimace)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(pernapasan)
Setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga nilai terti nggi adalah
10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam
kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukkan adanya depresi sedang dan
membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3
menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera dan
mungkin memerlukan ventilasi (Mead, 1996).
1) Mengkaji nilai APGAR
Cara mengkaji nilai APGAR adalah sebagai berikut:
a) Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh tubuh bayi
berwarna merah muda (2); apakah tubuhnya merah muda, tetapi
ekstremitasnya biru (1); atau seluruh tubuh bayi pucat atau biru
(0).
b) Hitung frekuensi jantung dengan memalpasi umbilikus atau
meraba bagian atas dada bayi dibagian apeks 2 jari. Hitung
denyutan selama 6 detik, kemudian dikalikan 10. Tentukan
apakah frekuensi jantung >100 (10 denyut atau lebih pada periode
6 detik kedua) (2); < 100 (<10 denyut dalam 6 detik) (1); atau
tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah muda, aktif, dan
bernapas cenderung memiliki frekuensi jantung > 100.
c) Respons bayi terhadap stimulus juga harus diperiksa, yaitu
respons terhadap rasa haus atau sentuhan. Pada bayi yang sedang
diresusitasi, dapat berupa respons terhadap penggunaan kateter
oksigen atau pengisapan. Tentukan apakah bayi menangis sebagai
respons terhadap stimulus (2); apakah bayi mencoba untuk
menangis tetapi hanya dapat merintih (1); atau tidak ada repons
sama sekali (0)
d) Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah aktivitas
dan tingkat fleksi ekstremitas. Adakah gerakan aktif yang
menggunakan fleksi ekstremitas yang baik (2); adakah fleksi
ekstremitas (1); atau apakah bayi lemas (0).
e) Observasi upaya bernapas yang dilakukan bayi. Apakah baik dan
kuat, biasanya dilihat dari tangisan bayi (2); apakah pernapasn
bayi lambat dan tidak teratur (1); atau tidak ada pernapasan sama
sekali (0).
2) Prosedur penilaian APGAR
a) Pastikan bahwa pencahayaan baik, sehingga visualisasi warna
dapat dilakukan dengan baik, dan pastikan adany akses yang baik
ke bayi.
b) Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit, kemudian lakukan
pengkajian pertama. Kaji kelima variabel dengan cepat dan
stimultan, kemudian jumlahkan hasilnya.
c) Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan hasilnya,
misalnya bayi dengan nilai 0-3 memerlukan tindakan resusitasi
dengan segera.
d) Ulangi pada menit kelima. Skor harus naik bila nilai sebelumnya
8 atau kurang.
e) ulangi lagi pada menit kesepuluh.
f) Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang sesuai.
(Walyani, 2015)
4. Inisiasi Menyusu Dini
a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi
yang mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Seperti halnya bayi
mamalia lainnya, bayi manusia mempunyai kemampuan untuk menyusu
sendiri. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya
selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari
payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui
dini ini dinamakan the brest crawl atau merangkak mencari payudara.
b. Prinsip Menyusui atau Pemberian ASI
Beberapa prinsip dalam pemberian ASI adalah sebagai berikut:
1) Setelah bayi lahir, tali pusat segera diikat.
2) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan
langsung ke mulut ibu.
3) Biarkan kontak kulit berlangsung setidaknya satu jam atau lebih,
bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak
berhasil.
4) Bayi diberi topi dan diselimuti.
5) Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusui.
6) Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir.
7) Memberikan kolostrum kepada bayi.
8) Tidak memberikan makanan pralaktal seperti air gula atau air tajin
kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar, tetapi mengusahakan
bayi mengisap untuk merangsang produksi ASI.
9) Menyusui bayi dari kedua payudara secara bergantian sampai tetes
terakhir, masing-masing 15-25 menit.
10) Memberikan ASI saja selama 4-6 bulan pertama (on demand).
11) Memperhatikan posisi tubuh bayi saat ibu menyusui dan cara bayi
mengisap dimana putting dan aerola mammae harus masuk
seluruhnya ke mulut untuk menghindari puting lecet.
12) Menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand).
13) Setelah berumur 4 bulan, selain ASI, MP-ASI dapat diberikan
kepada bayi dalam bentuk makanana lumat secara bertahap.
14) Meneruskan menyusui bayi dengan tambahan MP-ASI sampai anak
berusia 2 tahun.
15) Berikan ASI lebih dahulu, baru MP-ASI.
16) Setelah usia 2 tahun, menyapih dilakukan secara bertahap.
17) Kebersihan ibu dan bayi, lingkungan dan peralatan yang digunakan
waktu memberi makanan anak perlu diperhatikan.
18) Memperhatikan gizi/amakanan ibu saat hamil dan menyusui. Ibu
memerlukan ekstra makanan dan minuman lebih banyak dari
keadaan sebelum hamil.
19) Bagi ibu yang bekerja, dapat memebrikan ASI sebelum dan sesudah
pulang kerja.
c. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) (Walyani, 2015)
1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
a) Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga
apabila bayi diletakkan di dada ibunya segera setlah melahirkan,
dapat menurunkan risiko hipotermia dan menurunkan kematian
akibat kedinginan. Menurut hasil penelitian oleh Yuyun Setyorini,
Yeni Rustina, dan Yusron Nasution tentang “Peningkatan Suhu
Bayi Baru Lahir (BBL) dan Ibu Melalui IMD” menunjukan
adanya perbedaan bermakna antara suhu tubuh bayi sebelum dan
sesudah IMD, dan antara suhu tubuh ibu sebelum dan sesudah
IMD. Penelitian ini memperkuat fakta bahwa IMD mempengaruhi
suhu tubuh ibu sehingga stabilitas suhu tubuh bayi dapat
dipertahankan.
b) Getaran cinta, saat ibu dipeluk oleh suaminya, maka akan
merasakan ketenangan, merasa dilindungi, dan kuat secara psikis.
Begitu juga dengan bayi, saat bayi diletakkan di dada ibu, bayi
akan lebih tenang dan mengurangi stress, shingga pernapasan dan
detak jantungnya pun lebih stabil.
c) Bayi terlebih dahulu tercemar oleh bakteri ibu yang tidak
berbahaya atau terdapat antinya di ASI ibu, sehingga bakteri baik
membuat koloni di usus dan kulit bayi, serta dapat menyaingi
bakteri yang lebih ganas di lingkungan luar.
d) Tidak ada yang meragukan kolostrum, cairan yang kaya akan
antibodi dan sangat penting untuk partumbuhan usus dan
ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi
kelangsungan hidupnya. Saat bayi dapat menyusu segera setlah
lahir, maka bayi bisa mendapatkan kolostrum dan tidak
tergantikan formula lain. Ada beberapa ibu yang memberikan
susu formula setelah melahikran, sehingga susu formula tersebut
akan menggantikan kolostrum yang sebenarnya sangat
dibutuhkan bayi.
e) Pemberian makanan awal selain ASI (susu hewan) yang
mengandung bukan protein susu manusia dapat sangat
mengganggu pertumbuhan fungsi usus.
f) Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai
kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif dan
mempertahankan menyusu daripada yang menunda menyusu dini.
Lalu, sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu
akan merangsang oksitosin yang penting untuk:
Membuat rahim berkontraksi sehingga dapat membantu
pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan;
Merangsang hormone lain, yang membuat ibu menjadi
tenang, rileks, dan mencintai bayinya;
Merangsang pengaliran ASI dari payudara.
g) Ibu dan ayah sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama
kali seperti ini. Bagi seorang muslim, bahkan dapat meng-
Adzankan sang buah hati di dada ibunya.
2) Keuntungan inisiasi menyusui untuk ibu
a) Oksitosin
Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko perdarahan
pascapersalinan.
Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan
produksi ASI.
Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi.
Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta,
dan penglihatan rasa nyeri dari berbagai prosedur
pascapersalinan lainnya.
b) Prolaktin
Meningkatkan produksi ASI
Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa
kurang nyaman
Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai
menyusu.
Menunda ovulasi.
3) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini untuk bayi
a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat
kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
b) Segera memberikan keekbalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah
imunisasi pertama bagi bayi.
c) Meningkatkan kecerdasan.
d) Membantu bayi mengoordinasikan kemampuan mengisap,
menelan, dan napas.
e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.
f) Mencegah kehilangan panas.
g) Meningkatkan berat badan.
Langkah II: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit
1 jam
Setelah tali pusat di potong dan diikat, letakkan bayi dengan
posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara
payudara ibu, tetapi lebih rendah dari puting.
Kemudian, selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi di kepala bayi.
Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam, mintalah ibu untuk memeluk dan
membelainya. Bila perlu, letakkan bantal dibawah kepala ibu
untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian
besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30-60
menit.
Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi
menyusu.
Selama kontak kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah
manajemen aktif kala III persalinan.
Langkah III: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan
mulai menyusu
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai
menyusu.
Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi supaya
bayi menyusu. Misalnya, memindahkan bayi dari satu payudara
ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit, bayi cukup menyusu di satu payudara.
Menunda semua asuhan BBL lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu. Tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi
lahir untuk mencegah hipotermi.
Usahakan tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin
hingga bayi selesai menyusu.
Segera setelah BBL selesai mengisap, bayi akan berhenti menelan
dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akakn merasa mengantuk.
Bayi kemudian diselimuti dengan kain, bersih, lalu lakukan
penimbangan dan pengukuran bayi, mengoleskan salep antibiotic
pada mata bayi, dan memberikan suntikan vitamin K1.
a) Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu
dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit
berikutnya.
b) Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 2 jam, pindahkan ibu ke dalam ruang pemulihan
dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan BBL
(pemberian antibiotik salep mata dan vitamin K1) kemudian
kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
Kenakan pakaian pada bayi, atau tetap jaga kehangatnnya. Tetap
tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila
suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya,
kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat
kembali.
Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan hepatitis B pertama.
Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruang yang sama. Letakkan
kembali bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan
bayi dapat menyusu sesering keinginannya.
Tabel 5 Perilaku bayi saat IMD
Langka Perilaku yang teramati Perkiraan waktu
h
1 Bayi beristirahat dan 30 menit pertama
melihat
2 Bayi mulai 30-60 menit
mendekatkan bibir setelah lahir
dan membawa dengan kontak
jarinya ke mulut kulit dengan
3 Bayi mengelurakan air
kulit terus-
liur.
menerus tanpa
4 Bayi menendang,
terputus.
menggerakkan kaki,
bahu, lengan, dan
badannya ke arah
dada ibu dengan
mengandalkan indra
penciumannya.
5 Bayi melekatkan
mulutnya ke puting
ibu.
(Sondakh, 2015)
d. Identifikasi bayi
Untuk memudahkan identifikasi, alat pengenal bayi perlu dipasang
segera pascapersalinan. Alat yang digunakan sebaiknya tahan air, dengan
tepi halus yang tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak
mudah lepas. Pada alat/gelang identifikasi, tercantum nama (bayi dan
ibunya), tanggal lahir nomor bayi, jenis kelamin, dan unit. Sidik telapak
kaki bayi dan sidik jari ibu harus tercetak dicatatan yang tidak mudah
hilang. Berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala dan lingkar perut diukur,
kemudian dicatat dalam rekam medis.
(Sondakh, 2015)
e. Perawatan lain-lain
1) Lakukan perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus. Jelly Wharton yang membentuk jaringan nekrotik dapat
berkolonisasi dengan organisme pathogen, kemudian menyebar dan
menyebabkan infeksi kulit dan infeksi sistemik pada bayi. Yang
terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat
tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar
tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan
longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih/steril kering. Popok atau
celana bayi diikat di bawah tali pusat tidak menutupi tali pusat untuk
menghindari kontak dengan feses dan urin. Hindari penggunaan
kancing, koin atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat.
Menurut hasil penelitian oleh Siti Zuniyati, Ariathi Eka
Sutryandari dan Tri Anasari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto
tentang “Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat berdasarkan Jenis
Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Patikraja
Kabupaten Banyumas” Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 2 No.1 Edisi
Juni 2011 adalah :”Rerata waktu pelepasan tali pusat menggunakan
kasa kering yaitu 131 jam 27 menit, menggunakan kasa alkohol 70 %
yaitu 174 jam 43 menit dan menggunakan kasa povidon-iodine 10 %
yaitu138 jam 25 menit. Dengan demikian rerata waktu pelepasan tali
pusat tercepat adalah menggunakan kasa kering.“
2) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan ke rumah,
diberikan imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B.
3) Orangtua diajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka diberitahu
agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan lebih lanjut jika
ditemui hal-hal berikut:
a) Pernapasan: sulit atau lebih dari 60 kali/menit
b) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru, atau pucat.
c) Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,
pernapsan sulit.
d) Feses/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, feses lembek, sering
kejang, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.
4) Orangtua diajarkan cara merawat bayi dan melakukan perawatan
harian untuk bayi baru lahir, meliputi:
a) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam, mulai
dari hari pertama.
b) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, serta
mengganti popok.
c) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
d) Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi
(Sondakh, 2015)
7. Jadwal Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus. Imunisasi yang dapat diberikan kepada bayi adalah imunisasi
rutin, imunisasi tersebut meliputi imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi
sebelum berusia 1 (satu) tahun.
a Imunisasi dasar
Tabel 1. Jadwal pemberian imunisasi dasar
Umur Jenis
0-7 hari Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Catatan:
Bayi lahir di institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum di pulangkan.
Bayi yang mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-
Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi
T2.
(Walyani, 2015)
E. KB (KELUARGA BERENCANA)
1. Pengertian KB
Keluarga berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan
pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatankeseejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. (Yuhedi, 2013)
2. Macam – macam KB
a) Metode Sederhana Tanpa Alat
1) KB Alamiah
(a) Metode Kalender
(1) Pengertian
Pantang berkala atau sistem kalender merupakan salah satu
cara/metode kontrasepsi sederhana yang dapat di kerjakan
sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama pada masa subur yang biasanya 12-16 hari sebelum
hari pertama masa menstruasi berikutnya. Metode ini di
dasarkan pada perhitungan mundur siklus menstruasi wanita
selama 6-12 bulan siklus yang tercatat. Metode ini efektif bila
dilakukan secara baik dan benar.
(2) Teknik Metode Kalender
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:
Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek untuk
menentukan awal dari masa suburnya
Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk
menentukan akhir masa suburnya
(3) Kerugian
Tidak dapat di andalkan karena tidak memperhitungkan
siklus yang tidak teratur
Stress, penyakit, dan perjalanan dapat mempengaruhi
siklus menstruasi
Membutuhkan catatan siklus menstruasi selama 6-12
bulan sebelum digunakan
(4) Keuntungan
Dalam kendali wanita
Meningkatkan pengetahuan mengenai kesuburan
Dapat dipadukan dengan metode yang lain
(5) Efektifitas
Angka kegagalan 14, 4-47 kehamilan pada 100 wanita
pertahun.
(Setiyaningrum, 2015)
(b) Metode Suhu Basal
(1) Pengertian
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai
oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat
(tidur).Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera
setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Metode suhu tubuh di lakukan dengan wanita
mengukur suhu tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu
tubuh basalnya. Setelah ovulasi suhu basal (BBt/Basal Body
Temperature) akan sedikit turun dan akan naik sebesar (0,2 –
0,4ºC) dan menetap sampai masa ovulasi berikutnya.
Hal ini terjadi karena setelah ovulasi hormon
progesterone disekresi oleh korpus luteum yang menyebabkan
suhu tubuh basal wanita naik, Aturan perubahan suhu:
Mengukur suhu pada waktu yang hampir sama setiap pagi
(sebelum bangkit dari tempat tidur) dan mencatat suhu ibu
pada kartu yang telah disediakan oleh instruktur KBA.
Memakai catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari
pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi
dari suhu yang normal, rendah. Mengabaikan suhu tinggi
yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
Menarik garis pada 0,05ºC – 0,1ºC di atas suhu tertinggi
dari 10 suhu 10 hari tersebut. Ini dinamakan garis
pelindung (cover line) atau garis suhu.
Masa tak subur mulai pada sore setelah hari ketiga
berturut-turut suhu berada di atas garis pelindung tersebut.
Catatan:
Jika salah satu dari 3 suhu tersebut di bawah garis
pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari, ini
mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk
menghindari kehamilan menunggu sampai 3 hari berturut-
turut suhu tersebut di atas garis pelindung sebelum
memulai senggama.
Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat
suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid
berikut mulai dan bersenggama sampai hari perhatian
berikutnya.
(2) Kerugian
Membutuhkan motivasi
Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, gangguan
tidur, stress, alkohol, dan obat-obatan, misalnya aspirin.
Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang
sama setiap hari akan menyebabkan ketidakakuratan suhu
tubuh.
Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga
mempersulit untuk mencapai kehamilan.
Membutuhkan masa pantang yang lama, karena ini
hanyalah mendeteksi pasca ovulasi.
(3) Keuntungan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan
terhadap masa subur.
Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur
dengan cara mendeteksi ovulasi.
Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain
seperti lender serviks.
Berada dalam kendali wanita.
Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan
Fase 4
Segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi
Hari 14-17
Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat
diregangkan
Dengan konsistensi seperti putih telur
Hari terakhir dari fase ini dikenal sebagai gejala
puncak
Perasaan wanita lubrikstif/ basah
Fase 5
Post-ovulasi
Hari 18-21
Lendir sedikit, keruh
Perasaan wanita lembab
Fase 6
Akhir post-ovulasi atau segera pra haid
Lendir jernih dan seperti air
Perasaan wanita: liat dan/ atau lembab/ basah
(2) Nonkontrasepsi
Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga
berencana
Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam
d) Keterbatasan
Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya
(angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan
pertahun)
Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24
jam sejak ejakulasi melekat pada penis
Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual
e) Dapat digunakan Oleh
Suami yang ingin berpatisipasi aktiv dalam keluarga
berencana
Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alas an
filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil
menunggu
f) Tidak Dapat Dilakukan Oleh
Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
Suami yang sulit melakukan senggama terputus
Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologi
Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit bekerjasama
Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama
terputus
g) Yang Harus Diinformasikan Pada Klien
Meningkatkan kerjasama dan membangun saling
pengertian sebelum melakukan hubungan seksual dan
pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati
penggunaan metode senggama terputus
Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan
kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk
menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya
Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan
penisnya dari vagina dan mengeluarkan sperma di luar
vagina. Pastikan pria tdak terlambat melaksanakannya.
Tidak dianjurkan pada masa subur
(Setiyaningrum, 2015)
Arching spring
Jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang
tampak kendur atau panjang dan posisi serviks
menyebabkan pemasangan sulit. Tipe ini
merupakan kombinasi dari flat spring dan coil
spring, dan menimbulkan tekanan yang kuat pada
dinding vagina.
- Cara Kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma
ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:
Mencegah masuknya sperma melalui kanalis
servikalis ke uterus dan saluran telur.
Sebagai alat untuk menempatkan spermisida
- Manfaat
Manfaat Konsepsi:
Efektif bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mengganggu hubungan seksual karena
telah dipersiapkan sebelumnya
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Manfaat Non Konsepsi:
Memberikan perlindungan terhadap penyakit
menular seksual
Dapat menampung darah menstruasi, bila
digunakan saat haid
- Pemasangan Diafragma
Tahap 1:
Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir. Pastikan diafragma tidak
berlubang. Oleskan spermisida pada kap diafragma
secara merata.
Tahap 2:
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan
diafragma. Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki
ke atas kursi, dududk di tepi kursi, berbaring ataupun
sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma
melipat menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan
jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat.
Spermisida harus berada di dalam kap.
Tahap 3:
Masukan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang,
dorong bagian depan pinggir ke atas, dibalik tulang
pubis. Masukan jari ke dalam vagina sampai
menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan
serviks telah terlindungi.
Perhatian:
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam
setelah berakhir hubungan seksual. Jika hubungan
seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina .jangan
meninggalkan diafragma ke dalam vagina lebih dari 24
jam.
- Pelepasan Diafragma
Tahap 1:
Sebelum melepas diafragma cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Kait bagian ujung diafragma dengan
bagian telunjuk dan tengah untuk memegang
penampung.
Tahap 2:
Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan
sabun dan air kemudian keringkan sebelum disimpan
kembali di tempatnya.
(Setiyaningrum, 2015)
Kap Serviks
Yaitu suatu alat yang hanya menutupi serviks saja.
Dibandingkan diafragma, kap serviks lebih dalam atau
lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya tetapi
diameternya lebih kecil, dan umumnya lebih kaku.
Zaman dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau
plastic, sekarang yang banyak adalah karet.
- Macam-macam kap serviks
Prentif Cavity-Rim Cap
o Paling sering dipakai
o Tersedia dalam ukuran, dengan diameter
dalam 22, 25, 28, dan 31 mm
Dumas atau Vault Cap
o Relative dangkal, berbentuk mangkuk
dengan pinggir alas yang tebal dan bagian
tengah yang tipis
o Tersedia dalam 5 ukuran dari 50-75 mm
o Cocok untuk wanita yang tidak dapat
memakai diafragma oleh karena tonus otot-
otot vagina yang kurang baik atau wanita
dengan serviks yang terlalu pendek
Vimule Cap
o Berbentuk lonceng yang panjang dengan
pinggir yang menonjol untuk memperkuat
hubungan dengan sekitarnya
o Cocok untuk wanita dengan tonus otot yang
kurang baik, dan serviks yang lebih panjang
rata-rata
o Tersedia dalam ukuran 42-55
- Keuntungan
Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila
dibiarkan di serviks untuk waktu > 24 jam,
pemberian spermisid sebelum bersenggama
akan menambah efektivitasnya.
Kap serviks dapat dibiarkan selama seluruh
periode intermenstrual, dan hanya perlu
dikeluarkan pada saat perkiraan datangnya haid.
(Tetapi ini tidak dianjurkan).
Tidak terasa oleh suami pada saat bersenggama
Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada
kelainan anatomis/fungsional dari vagina
misalnya: sistokel, rektokel, prolapses uteri,
tonus otot vagina yang kurang baik.
Kap serviks hanya menutupi serviks saja,
sehingga tidak memerlukan pengukuran ulang
bilamana terjadi perubahan tonus otot vagina.
Jarang terlepas selama senggama
- Kerugian
Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena
letak serviks yang jauh di dalam vagina
- Efek samping
Hanya ada satu efek samping minor yaitu
timbulnya secret yang sangat berbau bila kap
serviks dibiarkan terlalu lama di dalam vagina.
Yang selalu harus dipikirkan adalah
kemungkinan:
o Sindrom syok toksik
o Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang
o Bertambahnya abnormalitas serviks
sehubungan dengan HPV (Humam Papilloma
Virus).
Spons
Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge
berbentuk cekung yang dimaksudkan untuk menutupi
serviks dan mengurangi kemungkinan perubahan letak
spons selama senggama. Sisi lainnya mempunyai tali
untuk mempermudah pengeluarannya.
- Efek Samping dan Komplikasi
Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya
disebabkan oleh spermisidnya.
Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur
bertambah besar.
Kemungkinan timbulnya Syndrom Syok Toksik.
- Catatan Penting Untuk Akseptor
Jaga kebersihan tangan sebelum memasang sponge
dan saat mengeluarkannya
Jangan melampaui batas waktu 24 jam untuk
membiarkan sponge in situ.
Jangan menggunakan sponge bila sedang haid, bila
ada perdarahan pervaginal atau apabila ada flour
albus.
Jangan menggunakan sponge selama 6-12 minggu
post partum (pakailah kondom).
Perhatikan tanda-tanda bahaya Syndrom Syok
Toksik.
Kondom Wanita
Ini merupakan kombinasi antara diafragma dan
kondom, alat ini terdiri dari dua cincin polyurethane
yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada
masing-masing ujung dari suatu selubung lunak
polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang,
biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya.
Cincin dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan
tidak perlu dipasang tepat menutupi serviks karena
akan terdorong ke atas selama senggama. Cincin luar
menutupi labia landasan dari penis. Selama
bersenggama cincin luar menutupi labia dan dasar dari
penis.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita
adalah karena pada kondom pria dan diafragma biasa,
kedua alat tersebut menutupi daerah perineum sehingga
masih ada kemungkinan penyebaran mikroorganisme
penyebaran PMS.
(Setiyaningrum, 2015)
2) Kimiawi
(a) Spermisida
(1) Pengertian
Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh sperma. Yang dikemas dalam bentuk:
Aerosol (busa).
Tablet vaginal, supposituria, atau dissolvable film.
Krim
(2) Cara Kerja
Menyebabkan sel membran sperma pecah, memperlambat
pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan
sel telur.
(3) Manfaat
Kontrasepsi:
Efektif seketika (busa dan krim)
Tidak mengganggu produksi ASI
Bisa digunakan sebagai pendukung metode yang lain.
Tidak mengganggu kesehatan klien.
Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Mudah digunakan.
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus.
Non Kontrasepsi:
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS.
(4) Keterbatasan
Efektivitas kurang (3-21 kehamilan per 100 perempuan
per tahun pertama).
Efektivitas sebagai kontrasepsi tergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan.
Ketergantungan penggunaan dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual.
Penggunaan harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum melakukan hubungan seksual.
Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam.
(Setiyaningrum, 2015)
3) Metode Modern
(a) Kontrasepsi Hormonal
(1) Oral Kontrasepsi
Profil
- Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
memakai pil KB.
- Sangat efektif pada masa laktasi
- Dosis rendah
- Tidak menurunkan produksi ASI
- Tidak memberikan efek samping estrogen
- Efek samping utama adalah gangguan perdarahan:
perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur.
- Dapat di pakai sebagai kontrasepsi darurat.
Jenis
- Kemasan dengan isis 35 pil; 300 µg levonogestrel
atau 350 µg noretindron.
- Kemasan dengan isi 28 pil; 75 µg norgestrel.
Cara Kerja
- Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid
seks di ovarium (tidak begitu kuat)
- Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit.
- Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
- Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi
sperma terganggu.
Efektivitas
- Sangat efektif 98,5%
- Jangan sampai ada tablet yang lupa
- Tablet yang digunakan pada jam yang sama
- Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah
penggunaan
Keuntungan Kontrasepsi
- Sangat efektif bila digunakan secara benar
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Tidak mempengaruhi ASI
- Kesuburan cepat kembali
- Nyaman dan mudah digunakan
- Sedikit efek samping
- Dapat dihentikan setiap saat
- Tidak mengandung estrogen
Keuntungan Non Kontrasepsi
- Mengurangi ngeri haid
- Mengurangi jumlah darah haid
- Menurunkan tingkat anemia
- Mencegah kanker endometrium
- Melindungi dari penyakit radang panggul
- Tidak meningkatkan pembekuan darah
- Dapat diberikan pada penderita endometriosis
- Kurang menyebabkan peningkatan tekanan
darah,nyeri kepala dan depresi
- Keterbatasan
- Hampir 30-60% mengalami gannguan haid
(perdarahan sela, spotting,amenorea)
- Meningkatkan/penurunan berat badan
- Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang
sama
- Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi besar
- Payudara menjadi tegang,mual,pusing,dermatitis atau
jerawat
- Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100
kehamilan)
- Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
atau HIV/AIDS
- Yang Boleh Menggunakan
- Usia reproduksi
- Telah memilili anak, atau yang belum memiliki anak
- Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat
efektif selama periode menyusui
- Pasca persalinan dan tidak menyusui
- Pasca keguguran
- Perokok segala usia
- Mempunyai tekanan darah tinggi (selamam <180/110
mmHg)
- Yang Tidak Boleh Menggunakan
- Hamil diduga hamil
- Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
- Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
- Kanker payudura atau riwayat kanker payudara
- Sering lupa minum pil
- Miom uterus
- Riwayat troke
- Intruksi Bagi Klien
- Minum pil setiap hari pada saat yang sama
- Minum pil yang pertama pada hari pertama haid
- Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah
menggunakan pil, minumlah pil yang lain, atau
gunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat
melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya
- Bila klien menggunkan pil terlambat lebih dari 3 jam,
minumlah pil tersebut begitu klien ingat. Gunakan
metode pelindung selama 48 jam
- Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang
terlupa terebut sesegera klien ingat dan gunakan
metode pelindung sampai akhir bulan
- Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru
sehari setelah paket terakhir habis
- Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian
kehilangan 1 siklus 4 tidak haid) atau bila merasa
hamil segera temui petugas klinik untuk tes
kehamilan.
(Setiyaningrum, 2015)
(2) Suntikan /Injeksi
Profil
- Sangat efektif
- Aman
- Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia
reproduksi
- Kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan
- Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan
produksi ASI
- Cara kerja
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Efektifitas
Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal
penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal.
Keuntungan kontrasepsi
- Sangat efektif
- Pencegahan kehamilan jangka panjang
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
- Tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan
gangguan pembekuan darah
- Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
- Sedikit efek samping
- Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
- Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun
sampai perimenopause
- Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik
- Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
- Mencegah beberapa penyakit radang panggul
- Menurunkan krisis anemia bulan sabit
Keterbatasan
- Sering ditemukan gangguan haid, seperti: siklus haid
yang pendek atau memanjang, perdarahan yang
banyak perdarahan bercak, tidak haid sama sekali
- Klien sangat bergantung pada tempat sarana
pelayanan kesehatan
- Tidak dapat dihentikan sewaktu waktu sebelum
suntikan berikut
- Permasalahan BB merupakan efek samping sering.
(Susilowati & SiT, 2011) Efek samping dari KB
suntik 3 bulan adalah mengalami gannguan haid,
penambahan berat badan, mual, berkunang-kunang,
sakit kepala, nervositas, penurunan libido dan vagina
kering. Dari beberapa efek samping tersebut yang
paling sering dialami oleh akseptor adalah gangguan
haid.
- Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian
- Terjadinya perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang
- Pada gangguan jangka panjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang
- Pada penggunaan obat jangka panjang dapat
menimbulkan kekeringan pda vagina, menurunkan
libido gangguan emosi,sakit kepala,jerawat
c) Sterilisasi
(1) Pada Wanita (MOW)
Dapat dilakukan dengan cara:
Abdominal
- Laparotomi
- Mini-laparatomi
- Laparoskopi
Vaginal
- Kolpotomi
- Kuldoskopi
Transcervikal
- Histeroskopi
- Tanpa melihat langsung
(l) Penyumbatan tuba secara mekanis
Tubal clip Penyumbatan tuba mekanis dipasang pada
isthmus tuba fallopi, 2-3 cm dari uterus, melalui
laparatomi, lapaoskopi, kolpotomi, dan kuldoskopi. Tuba
clips menyebabkan kerusakan lebih sedikit pada tuba
fallopi dibandingkan cara oklusi tuba fallopi lainnya.
Tubal ring dapat dipakai pada mini-laparatomi,
laparoskopi, dan cara trans-vaginal, dan dipasanng pada
ampula 2-3 cm dari uterus.
(m) Penyumbatan tuba secara kimiawi
Zat-zat kimia dalam cair, pasta, padat dimasukkan ke dalam
melalui serviks ke dalam uteri-tubal junction, dapat dengan
visualisasi langsung ataupun tidak. Cara kerjanya adalah zat
kimia akan menjadi tissue padat sehingga terbentuk
sumbatan dalam tuba falopi (Tissue Adhesive), zat kimia
akan merusak tuba falopi dan menimbulkan fibrosis
(Sclerosing agent).
Keuntungan dari metode ini adalah mudah mengerjakannya,
dapat rawat jalan. Kerugiannya adalah kebanyakan zat
kimia kurang efektif, ada zat kimia yang sangan tolsik
kadang dapat merusak jaringan, ireversibel.
(Setiyaningrum, 2015)
(2) Pada Pria (MOP)
Profil
- Sangat efektif dan permanen
- Tidak ada efek samping jangka panjang
- Tindak bedah yang aman dan sederhana
- Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
- Konseling dan inform consent mutlak diperlukan
Mekanisme Tindakan
Vasektomi merupakan operasi kecil dimana vas
deferens yang berfungsi sebagai saluran transportasi
spermatozoa dipotong dan disumbat. Setelah operasi
minor ini, spermatozoa akan terbendung pada ujung vas
sisi testis yang telah disumbat. Karena vasektomi tidak
mempengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris maka
produksi cairan semen tetap berlangsung dan pria yang
divasektomi tetap berejakulasi dan ejakulatnya tanpa
mengandung sel spermatozoa. Testis juga tidak
terpengaruh dan tetap berfungsi penuh sehingga pria tetap
mempunyai perasaan, keinginan, dan kemampuan seksual
yang sama dengan sebelum vasektomi.
Akibat dari Vasektomi
Pandangan keliru sampai saat ini dari sebagian
besar masyarakat masih menganggap vasektomi sama
dengan kastrasi (kebiri), sehingga dikhawatirkan dapat
mengakibatkan kegemukan dan kehilangan potensi
sebagai laki-laki. Tindakan vasektomi hanya memutus
kontinuitas vas deferens yang berfungsi menyalurkan
spermatozoa dari testis, sehingga penyaluran spermatozoa
melalui saluran tersebut dihambat. Sumbatan pada vas
deferen tidak mempengaruhi jaringan inferstitiel pada
testis, sehingga sel-sel leydig tetap menghasilkan hormone
testosterone seperti biasa dan libido juga tidak berubah.
Kondisi yang Memerlukan Perhatian Khusus Bagi
Tindakan Vasektomi
- Kondisi kulit pada daerah operasi.
- Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi
kesehatan klien
- Hidrokel atau varikokel yang besar
- Filiariasis
- Undesensus testikularis
- Masa intraskrotalis
- Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau
sedang menggunakan antikoagulansia.
Waktu Dilakukan Prosedur Vasektomi
Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur
yang telah memiliki jumlah anak cukup dan tidak ingin
menambah anak lagi, sehat tanpa kontraindikasi dapat
dilakukan prosedur vasektomi tanpa pisau sesegera
mungkin sesuai dengan keinginan mereka.
Tempat dan Provider Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan di rumah sakit, klinik
keluarga berencana, puskesmas, praktik bersama dokter
spesialis, tempat praktik dokter pribadi, dan fasilitas
layanan bergerak, provider vasektomi adalah dokter
spesialis urologi atau bedah dan atau dokter umum yang
terlatih.
Efektivitas
Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi
paling efektif. Angka kegagalan biasanya kurang dari
0,1%-0,15% pada tahun pertama pemakaian.
Keamanan
Prosedur vasektomi dilakukan dengan anastesi local
dan akses terhadap vas mudah diperoleh, maka prosedur
ini lebih aman dibandingkan teknik kontrasepsi mantap
wanita. Kurang dari 0,4% pria mengalami komplikasi
dalam bentuk infeksi maupun pembentukan hematoma.
Penapisan klien sebelum prosedur dilakukan, mengurangi
kemungkinan munculnya komplikasi. Factor-faktor yang
mungkin menimbulkan komplikasi pada vasektomi
mencakup pembedahan/cedera saluran genital yang terjadi
sebelumnya dan kelainan kongenital.
Persyaratan Pasien di Lakukan Prosedur Vasektomi
- Sukarela, artinya klien telah mengerti dan memahami
segala akibat prosedur vasektomi selantjutnya
memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri,
dengan mengisi dan menandatangani informed
concent (persetujuan tindakan)
- Bahagia, artinya klien terikat dalam perkawinan yang
syah dan telah mempunyai jumlah anak minimal 2
orang dengan umur anak terkecil minimal 2 tahun.
- Sehat, melalui pemeriksaan oleh dokter klien
dianggap sehat dan memenuhi persyaratan medis
untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi.
Efek Samping
Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat
pembedahan yang biasanya hanya berlangsung beberapa
hari. Pembentukan granuloma relative jarang dan
merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri.
Teknik Vasektomi Standar
Langkah 1: Celana dibuka dan baringkan pasien
terlentang
Langkah 2: Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan
bagian dalam pangkal paha kiri kanan
dibersihkan dengan cairan yang tidak
merangsang seperti larutan iodofor (betadine)
0,75% atau larutan klorheksidin (Hibiscrub)
4%.
Langkah 3: Tutuplah daerah yang telah dibersihkan
tersebut dengan kain steril berlubang pada
tempat skrotum ditonjolkan keluar.
Langkah 4: Tepat di alinea mediana di atas vas deferens,
kulit skrotum diberi anastesi local (Prokain
atau Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu jarum
diteruskan masuk dan di daerah distal
proksimal vas deferens didepnoir lagi
masing-masing 0,5 ml.
Langkah 5: Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2
cm tepat di atas vas deferens yang telah
ditonjolkan kepermukaan kulit.
Langkah 6: Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang
dengan klem, disiangi tampak vas deferens
mengkilat seperti mutiara, perdarahan
dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah
lagi obat anastesi ke dalam fasia disayat
longitudinal sepanjang 0,5 cm.
Langkah 7: Jepitlah vas deferens dengan klem pada dua
tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan
benang kedua ujungnya. Setelah diikat
jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang
mengikat kedua ujung vas deferens tersebut
untuk melihat kalau ada perdarahan yang
tersembunyi. Jepitan hanya pada titik
perdarahan, jangan terlalu banyak, karena
dapat menjepit pembuluh darah lain seperti
arteri testikularis atau deferensialis yang
berakibat kematian testis itu sendiri.
Langkah 8: Potonglah diantara dua ikatan tersebut
sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra
nomor 00,0, atau satu untuk mengikat vas
tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar
tapi juga jangan terlalu keras karena dapat
memotong vas deferens.
Langkah 9: Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang di
anjurkan adalah dengan melakukan
interposisi fasia vas deferens, yaknimenjahit
kembali fasia yang terluka sedemikian rupa,
vas deferens bagian distal (sebelah ureteral di
benangkan dalam fasia dan vas deferens
bagian prosigmal sebelah testis) terletak di
luar fasia.
Langkah 10: Lakukanlah tindakan di atas (langkah 6-9)
untuk vas deferens kanan dan kiri yang telah
selesai, tutuplah kulit den 1-2 jahitan plain
catgut no.000 kemudian rawat luka operasi
sebagaimana mustinya, tutup dengan kasa
steril dan di plester.
Teknik Vasektomi Tanpa Pisau
Langkah 1: Celana di bukan dan baringkan pasien dalam
posisi terlentang
Langkah 2: Rambut di daerah skrotum cukur sampai
bersih.
Langkah 3: Penis di plester ke dinding perut.
Langkah 4: Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan
bagian dalam pangkal paha kiri kanan di
bersihkan dengan cairan yang tidak
merangsang seperti larutan lodofor (betadin)
atau larutan Klorheksidin (Hibiscrub) 4
persen.
Langkah 5: Tutuplah daerah yang telah di bersihkan
tersebut dengan kain steril berlubang pada
tempat skrotum di tonjolkan keluar.
Langkah 6: Tepat di linea mediana di atas vas deferens,
kulit skrotum diberi anastesi local (Prokain
atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu
jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens
kea rah distal, kemudian dideponir lagi
masing-masing 3-4 ml, prosedur ini
dilakukan sebelah kanan dan kiri.
Langkah 7: Vas deferens dengan kulit yang ditegangkan
difiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi
pada garis tengah skrotum. Kemudian klem
direbahkan ke bawah sehingga vas deferens
mengarah ke bawah kulit.
Langkah 8: Kemudian tusuk bagian yang paling
menonjol dari vas deferens, tepat disebelah
distal lingkaran klem dengan sebelah ujung
klem diseksi dengan membentuk sudut ± 45o.
sewaktu menusuk vas deferens sebaiknya
sampai kena vas deferens; kemudian klem
diseksi ditarik, tutupkan ujung-ujung klem
dan dalam keadaan tertutup ujung klem
dimasukkan kembali dalam lobang tusukan,
searah jalannya vas deferens.
Langkah 9: Renggangkan ujung-ujung klem pelan0pelan.
Semua lapisan jaringan kulit sampai dinding
vas deferens akan dapat dipisahkan dalam
satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens
yang telah telanjang dapat terlihat.
Langkah 10: Dengan ujung klem diseksi menghadap ke
bawah, tusukan salah satu ujung klem ke
dinding vas deferens; dan ujung klem diputar
menurut arah arum jam, sehingga ujung klem
menghadap ke atas. Ujung klem pelan-pelan
dirapatkan dan pegang dinding anterior vas
deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit
dan pindahkan untuk memegang vas deferens
yang telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas
deferens yang sudah telanjang dengan klem
fiksasi lalu lepaskan klem diseksi.
Langkah 11: Pada tempat vas deferens yang melengkung,
jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan
ke bawah dengan klem diseksi. Kalau lobang
telah cukup luas, lalu klem diseksi
dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian
buka ujung-ujung klem pelan-pelan parallel
dengan arah vas deferens yang diangkat.
Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang
bebas. Vas deferens di-crush secara lunak
dengan klem diseksi, sebelum dilakukan
ligasi dengan benang sutra 3-0.
Langkah 12: Di antara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas
deferens dipotong dan diangkat. Benang pada
putung distal sementara tidak dipotong.
Control perdarahan dan kembalian putung-
putung vas deferens dalamn skrotum.
Langkah 13: Tarik pelan-pelan benang pada punting yang
distal. Pegang secara halus fasia vas deferens
dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia
dengan mengikat sedemikian rupa sehingga
punting bagian epididimis tertutup dan
punting distal ada di luar fasia. Apabila tidak
tegang, maka benang yang terakhir dapat
dipotong dengan vas deferens dikembalian
dalam skrotum.
Langkah 14: Lakukanlah tindakan di atas (langkah7-13)
untuk vas deferens sebelah yang lain, melalui
luka digaris tengah yang sama. Kalau tidak
ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit
hanya diaproksimasikan dengan band aid
atau tensoplas.
Kemungkinan Penyulit dan Cara Mengatasinya
- Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan
pengamatan saja, bila banyak, hendaknya dirujuk
segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap.
Di sini akan dilakukan operasi kembali dengan
anastesi umum, membuka luka, mengeluarkan
bekuan-bekuan darah dan kemudian mencari sumber
perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap
keluhan pembengkakan isi skrotum pasca vasektomi
hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan
dilakukan pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah
di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan
mengundnag kuman-kuman dan menimbulkan
infeksi.
- Hematoma
Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban
yang berlebihan, missal naik sepeda, duduk terlalu
lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan
sebagainya.
- Infeksi
Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati
menurut prinsip pengobatan luka kulit. Apabila basah,
dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang).
Apabila kering dengan salep antibiotika. Apabila
terjadi infiltrate di dalam kulit skrotum di tempat
vasektomi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit.
Disini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring,
kompres, pemberian antibiotika, dan pengamatan
apabila infiltrate menjadi abses. Mungkin juga terjadi
epididimitis, orkitis atau epididimoorkitis. Dalam
keadaan seperti ini pasien segera dirujuk. Di sini akan
dilakukan istirahat baring, kompres es, pemberian
antibiotika dan analgetika.
- Granuloma Sperma
Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau pada
epididimis. Gejalanya merupakan benjolan kenyal
dengan kadang-kadang keluhan nyeri. Granula sperma
dapat terjadi 1-2 minggu setelah vasektomi. Pada
keadaan ini dilakukan eksisis granuloma dan
mengikat kembali vas deferens. Terjadi pada 0,1-30%
kasus.
- Antibiotika Sperma
Separuh sampai dua pertiga akseptor vasektomi
akan membentuk antibody terhadap sperma. Sampai
kini tidak pernah terbukti adanya penyulit yang
disebabkan adanya antibody tersebut.
(Setiyaningrum, 2015)