Anda di halaman 1dari 241

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang alamiah tetapi pandangan yang
menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara
sosiocultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Maksud dari
kalimat tersebut karena tidak selamanya kehamilan berjalan dengan keadaan
yang normal (fisiologis) bisa saja sewaktu-waktu terjadi keadaan yang
abnormal (patologis), jika keadaan yang abnormal tersebut tidak ditangani
dengan tepat maka keadaan tersebut bisa berlanjut pada saat persalinan
maupun nifas bahkan bisa menyebabkan kematian ibu maupun bayi.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunanAngka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada
dasarnyamengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”
yaitu meliputi :Keluarga Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan
Aman, dan PelayananObstetri Essensial. Pendekatan pelayanan obstetrik dan
neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making
Pregnancy Safer (MPS), yangmempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan
danpenatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/ Sustainable Development
Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals
(MDGs) dan disebut juga dengan Global Goalsterdiri dari: 17 goals/ tujuan,
169 target. Tujuan ke-3 dari SDGs yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Target dari tujuan
tersebut adalah pada 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah
70 per 100.000 kelahiran hidup dan pada 2030 mengakhiri kematian bayi dan
balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan
Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka
Kematian Balita 25 per 1.000 KH. (KemenKes RI, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-
2019 dan SDGs. Menurut data SDKI, Angka Kematian Ibu sudah mengalami
penurunan pada periode tahun 1994-2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390
per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2002sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007
sebesar 228 per 100.000kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 Angka
Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Untuk AKB dapat dikatakan penurunan on the track (terus menurun)
dan pada SDKI 2012 menunjukan angka 32/1.000 KH (SDKI 2012). Dan pada
tahun 2015, berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus 2015 baik AKI
maupun AKB menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/
1000 KH). (KemenKes RI, 2015). Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota,
jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB selama tahun 2015 adalah 95
kasus, menurun dibandingkan tahun 2014 dengan 111 kasus. Trend jumlah
kematian ibu tahun 2006-2015. Kejadian kematian ibu terbanyak pada tahun
2015 sama dengan tahun 2014 yakni terjadi pada saat nifas sebesar 42,11%,
KN3 sekita 97 %, sedangkan kejadian kematian ibu bersalin sekitar 35,78%,
dan kematian ibu pada saat hamil sekitar 22,11%. Berdasarkan kelompok
umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-34 tahun sebanyak 66,52%,
usia ≥35 tahun sebanyak 27,37% dan usia <20 tahun sebanyak 6,31%. (Dikes
NTB, 2015).
Laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB mencatat
bahwa kasus kematian bayi pada tahun 2015 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2014. Kasus kematian bayi pada tahun 2014 adalah 1.070
kasus kematian bayi dari 104.358 kelahiran hidup, sedangkan kasus kematian
bayi tahun 2015 terdiri dari 1.086 kasus kematian bayi dari 104.597 kelahiran
hidup. (Dikes NTB, 2015)
Pada saat melakukan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan ≥32
minggu ini mahasiswa mendapat lokasi di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Karang Pule. Berdasarkan hasil PWS KIA Puskesmas Karang Pule pada bulan
Desember 2019 yaitu cakupan kunjungan ANC sejumlah 58 ibu hamil,
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sejumlah 2 ibu bersalin.
(Laporan PWS KIA Puskesmas Karang Pule 2019).
Untuk menciptakan tenaga bidan professional yang berjiwa nasional,
tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi (IPTEK), maka
pendidikan program D III Kebidanan melaksanakan kasus pendampingan
pasien. Hal ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan
Hal ini sangat menarik agar dapat melaksanakan asuhan kebidanan
kehamilan 32 minggu, disamping untuk membantu ibu hamil tersebut untuk
memperoleh pelayanan kebidanan secara memadai, dapat pula membantu
suksesnya program KB dan NKKBS yang pada tujuan akhir dapat
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan pendekatan
Manajemen Kebidanan pada kasus normal/masalah mulai dari ANC
(Umur Kehamilan ≥32 minggu), INC, PNC, BBL, Neonatus, serta KB.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data Subjektif dengan benar pada
Ny. “F” mulai dari ANC, INC, PNC, BBL, Neonatus, serta KB.
b. Mampu melakukan pengumpulan data Objektif dengan benar pada Ny.
“F” mulai dari ANC, INC, PNC, BBL, Neonatus, serta KB.
c. Mampu melakukan Analisa dengan benar pada Ny. “F” mulai dari
ANC, INC, PNC, BBL, Neonatus, serta KB.
d. Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan benar sesuai dengan
analisa yang sudah ditetapkan pada Ny. “F” mulai dari ANC, INC,
PNC, BBL, Neonatus, serta KB.

C. Manfaat
1. Bagi lahan praktek
Dapat mempertahankan kualitas pelayanan kebidanan umumnya dan
pelayanan bagi ibu hamil khususnya mulai dari ANC, INC, PNC, BBL,
Neonatus, serta KB.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Menambah pengetahuan dan pelayanan institusi pendidikan dalam
pelaksanaan kasus 32 minggu bagi mahasiswa
b. Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang di peroleh mahasiswa di bangku kuliah.
c. Dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan yang telah diberikan, sehingga tercapai asuhan sesuai
standar dan tetap tercermin bidan yang professional.
3. Bagi Masyarakat
a. Dapat menambah pengetahuan klien khususnya dan masyarakat
umumnya dalam perawatan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,
nifas dan keluarga berencana.
b. Klien atau masyarakat dapat mengenali tanda-tanda bahaya dan resiko
terhadap kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatal dan
keluarga berencana.
c. Klien khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat menolong
dirinya sendiri terhadap perubahan Fisiologis dalam masa kehamilan,
persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir, neonatal dan keluarga
berencana.
4. Bagi Penulis
a. Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu haml, ibu bersalin, ibu nifas,
bayi baru lahir dan neonatal seta keluarga berencana sehingga nantinya
pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang
pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan
dampak menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
b. Belajar menerapkan langsung pada masyarakat di lapangan
perkembangan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di dalam kelas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan normal adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya lahir normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
( WHO, 2015).
Kehamilan adalah sebuah proses di mana walanya sel telur
matang keluar ke saluran telur kemudian bertemu sel sperma dan
menyatu. Kemudan keduanya membentuk sel yang kemudian tumbuh
dari waktu ke waktu ( BKKBN, 2015).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
dan bila dihitung kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan 7 hari. (Nurul jannah,2011 hal :
49)
Kehamilan normal yaitu setiap wanita akan mengalami proses
kehamilan yaitu dimulai dari konsepsi yang berlangsung 280 hari atau
40 minggu atau 9 bulan lunar sampai lahirya janin dan memerlukan
edikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal.(Sarwono
Prawirohardjo,2012 )
b. Etiologi
Untuk setiap kehamilan harus ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi. Tiap
spermatozoa terdiri dari tiga bagian yaitu : kaput/kepala yang
berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor,
dan bagian yang silindrik menghubungkan kepala dengan ekor, dan
getaran ekor spermatozoa dapat bergerak cepat (Hanifa
Wiknjosastro,2011).
c. Fisiologi
1) Konsepsi
Tiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dan
indung telur atau sering dinamakan ovulasi. Sel telur ini
ditangkap oleh fimbria masuk ke dalam saluran telur. Saat
bersetubuh semen ditumpahkan dalam vagina dan jumlahnya
berjuta juta, sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu
masuk ke saluran telur. Pembuahan ovum oleh sperma biasanya
terjadi di ampulla tuba. Masuknya sel sperma dan bersatu dengan
sel telur disebut fertilisasi (Risanto dan Ova Emilia, 2012).
2) Ovum dan Transpor Ovum
Pada waktu ovulasi, sel telur yang telah masak dilepaskan
dan dilempar ke infundibulum. Selanjutnya ia masuk ke dalam
ampula sebagai hasil gerakan silia dan kontraksi otot. Sebuah
ovum mungkin ditangkap/masuk ke dalam infundibulum tuba
yang berlawanan. Keadaan ini disebut migrasi ekstema. Ovum
biasanya dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi, dan akan mati bila
dalam 24 jam tidak segera dibuahi (Risanto dan Ova Emilia,
2011).

Gambar 1. Skema sikius ovarium, fertilisasi dan


perkembangan fetus selama minggu pertama
3) Sperma dan Transpor Sperma
Menurut Risanto dan Ova Emilia (2011), sperma berbentuk
seperti cebong, terdiri atas 3 bagian yaitu: kepala, berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), leher yang
menghubungkan kepada dengan bagian tengah, dan ekor yang
dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
Ekor panjangnya kira-kira lOx bagian kepala. Secara embrional
spermatogonium berasal dari sel-sel germinal primitif di tubulus
testis. Setelah bayi laki-laki lahir jumlah spermatogonium yang
ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil balig. Pada
masa pubertas dibawah pengaruh sel-sel interstisial Leydig, sel-
sel spermatogonium mulai aktif mengadakan mitosis dan meiosis
dan terjadilah spermatogenesis .
Pada saat koitus kira-kira 3-5 cc semen ditumpahkan ke
dalam forniks posterior, dengan jumlah spermatozoa antara 300-
500 juta. Mereka masuk ke dalam kanalis servikalis dengan
gerakan ekornya. Selanjutnya gerakan di dalam rongga uterus dan
tuba terutama sebagai hasil kontraksi otot-otot pada organ
tersebut.
Kira-kira satu jam setelah koitus, spermatozoa telah
mencapai ampula, tempat terjadinya fertilisasi. Hanya beberapa
ratus spermatozoa yang dapat mencapai tempat ini Sebagian besar
mati akibat kondisi keasaman vagina, sebagian lagi hilang/mati
dalam perjalanan. Spermatozoa dapat bertahan dalam saluran
reproduksi wanita sampai 2-3 hari.
4) Kapasitasi
Dalam saluran reproduksi wanita, spermatozoa mengalami
kapasitasi sebelum ia mampu membuahi ovum. Kapasitasi terjadi
dalam rongga uterus dan tuba, yaitu berupa pelepasan lapisan
pelindung di sekitar akrosom. Setelah ini, terjadilah reaksi
akrosomik, yaitu pembentukan lubang-lubang kecil pada akrosom
tempat dilepaskannya enzim-enzim yang dapat melisiskan korona
radiata dan zona pelusida. Setidak-tidaknya dikenal dua enzim,
yaitu CPE (Corona Penetrating Enzyme) yang mencerna korona
radiata, dan hialuronidase yang mencerna zona pelusida (Risanto
dan Ova Emilia, 2011).
5) Fertilisasi
Menurut Risanto dan Ova Emilia (2012), fertilisasi adalah
konsepsi atau pembuahan. Fertilisasi adalah peristiwa bersatunya
sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.
Pada saat sebuah ovum dikeluarkan, ia masih berada dalam
metafasis pembelahan meiosis II. Dengan masuknya sebuah
spermatozoon, ia melepaskan benda polar II dan berakhirlah
meiosis II. Peristiwa ini disebut aktivasi telur. Intinya segera
berubah menjadi pronukleus betina, sementara spermatozoa
setelah melepaskan ekornya akan berubah menjadi pronukleus
jantan. Kedua pronukleus ini akhirnva melebur di tengah-tengah
sitoplasma sel telur dan terjadilah zigot, sebuah sel tunggal, awal
sebuah kehidupan baru makhluk manusia.
Hasil fertilisasi berupa:
a) Kembalinya jumlah kromosom diploid (2n=46) Pada
manusia.
b) Penurunan/pewarisan sifat-sifat spesies
Penyebabnya adalah zigot mengandung separuh sifat ibunya
dan separuh sifat ayah.
c) Penentuan jenis kelamin
Jenis kelamin ditentukan di awal terjadinya pembuahan. Pada
manusia struktur (46,XX) adalah wanita, sedangkan (46,XY)
adalah laki-laki.
d) Permulaan pembelahan segmentasi (cleavage)
Segera setelah terjadinya pembuahan, zigot dalam 8-14 jam
akan memulai pembelahan segmentasi pertama, yang disusul
pembelahan-pembelahan selanjutnya dengan kecepatan tiap
10-12 jam.
Gambar 2. Diagram fertilisasi
6) Nidasi (Implantasi)
Menurut Risanto dan Ova Emilia (2011), Nidasi adalah
peristiwa bersarangnya sel telur yang telah dibuahi (fertilized
egg) ke dalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot)
akan segera membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel-
sel anak yang lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari ke 3,
bola tersebut terdiri atas 16 sel blastomer dan disebut morula.
Pada hari ke 4 di dalam bola tersebut mulai terbentuk rongga;
bangunan ini disebut blastula.
Dua struktur penting dalam blastula adalah:
a) Lapisan luar yang disebut trofoblas, yang akan menjadi
plasenta.
b) Embrioblas (inner cell mass) yang kelak akan menjadi janin.
Pada hari ke-4 ini blastula masuk ke dalam endometrium, dan
pada hari ke-6 menempel pada endometnium. Pada hari ke-
10 seluruh blastula (blastokista) sudah terbenam dalam
endometrium, dan dengan demikian nidasi selesai.

Ga
mbar 3 Skema implantasi fase awal. (A) Hari ke-6;
trofoblas meekat pada epitel endometrium di kutub
embrionik blastokista. (B) Hari ke-1 0.
G
ambar 4. Desidua Gambar 5. Potongan sagital uterus
gravid
Selaput janin terdiri atas korion, amnion, saccus vitellinus
(kantung kuning telur) dan alantois. Bagian korion di mana vili
tetap berkembang (yaitu pada tempat embrioblas) kelak
berkembang menjadi plasenta. Plasenta selain terdiri atas
komponen janin, juga terdiri atas komponen maternal yaitu
desidua (desidua basalis).
Desidua adalah bagian dan stratum fungsionale
endometrium yang mengalami perubahan-perubahan tertentu
selama kehamilan. Desidua inilah yang dilepaskan bersamaan
dengan proses persalinan.
Dikenal tiga daerah desidua, yaitu:
1) Desidua basalis, yaitu bagian endometrium yang ada di
bawah konseptus,
2) Desidua kapsularis, yaitu endometrium yang superfisial, yang
menutupi janin,
3) Desidua parietalis, yaitu bagian endometrium selain kedua
desidua di atas.
Desidua kapsularis bersatu dengan desidua parietalis, dan
akhirnya berdegenerasi pada minggu ke-22.
7) Plasenta
Menurut Risanto dan Ova Emilia (2011), kira-kira pada
minggu ke delapan seluruh kantong korion teiah ditutupi
(ditumbuhi) vili koriales. Dengan makin besamya kantong ini vili
yang ada di seberang janin (pada daerah desidua kapsularis)
makin terjepit, dan akhirnya mengalami degenerasi, sehingga
daerah ini menjadi halus, dan disebut korion halus atau korion
laeve. Sebaliknya vili yang ada di pihak desidua basalis tumbuh
dan berkembang dengan cepat, dan bagian korion ini disebut
frondosum, yang akan membentuk plasenta (piasenta pars fetalis).
Dengan makin tumbuhnya vili, desidua basalis makin
tererosi, sehingga terbentuk sekat-sekat yang disebut sekat
piasenta. Sekat ini membagi piasenta fetalis menjadi kira-kira 15-
30 lobuli yang disebut kotiledon. Tiap kotiledon berisi vilus utama
dengan beberapa vilus cabang.
Spatium interviliosum merupakan perluasan lakuna-lakuna
yang terbentuk dalam sinsisiotrofoblas. Spasium intervilosum
dibatasi oieh lempeng korion di sebelah dalam dan desidua basaiis
di sebelah luar. Spasium intervilosum dibagi menjadi ruang-ruang
lebih kecil oleh sekat plasenta, meskipun pembagian ini tidak
sempurna karena sekat piasenta tidak mencapai lempeng korion.
Bagian yang paling pinggir dan ruang intervilus disebut sinus
marginalis.

Gambar 6. Skema potongan melintang plasenta matur


Selaput korion dan amnion bersatu membentuk selaput korio-
amnion. Selaput ini bersatu pula dengan desidua kapsularis, dan
setelah desidua ini menghilang, ia bersatu dengan desidua
parietalis. Pada saat persalinan berlangsung, ia menonjol melalui
ostium uteri dan berfungsi membantu kelancaran pembukaan
serviks uteri. Dalam klinik selaput ini dikenal dengan nama selaput
ketuban.
Piasenta melekat ke endometrium (desidua basalis) melalui
bangunan yang disebut cytotrophoblastic shell dan anchoring vili.
Vili koriales terbentuk mulai minggu ke dua. Pada saat ini masih
disebut vili primer yang terdiri atas sitotrofobias sebagai inti (core)
dan sinsisiotrofoblas yang mengelilinginya.

Gambar 7. Villa Primer


Pada hari ke- 15, vili primer mulai bercabang-cabang dan
terbentuklah inti mesenkim di tengah (sebagai central core). Pada
tahap ini ia disebut vili sekunder.

Gambar 8. Diagram perkembangan villi koriales


Kemudian, terbentuklah pembuluh darah di dalam central
core, dan sekarang Plasentasi ia disebut vili tersier. Pada saat inilah
hubungan pembuluh darah antara janin dengan plasenta terbentuk,
yang berarti dimulainya sirkulasi feto-maternal.
Lapisan sitotrofoblas pada ujung vili dengan cepat tumbuh
dan menembus sinsisiotrofobias untuk selanjutnya menempel pada
desidua basalis. Vili inilah yang disebut anchoring vili.
Perkembangan selanjutnya adalah masing-masing anchoring
vili saling melebar dan berhubungan satu dengan yang lain,
membentuk cytotrophoblastic shell. Bangunan inilah yang
melekatkan plasenta secara kuat pada desidua basalis.
Di sebeiah luar cytotrophoblastic shell ini terbentuk suatu
lapisan fibrosis yang kuat yang disebut membrana Nitabuch.
Diduga membrana ini merupakan barier terhadap invasi
sitotrofoblas lebih lanjut, sehingga plasenta tidak menembus
sampai miometrium.
a) Sirkulasi Plasenta
Menurut Risanto dan Ova Emilia (2012), darah venosa
(tanpa oksigen) meninggalkan janin melalui arteri umbilicalis
dan masuk ke dalam plasenta. Di dalam vili ia membentuk
sistem arterikapiler-vena. Vili ini terbenam dalam lakuna (pada
saat ini adalah spasium intervilosum), sehingga sebenarnya
tidak terdapat percampuran darah antara darah janin dan darah
ibu. Darah arteri (teroksigenasi) masuk ke dalam janin meialui
vena umbilikalis.
Darah maternal masuk ke dalam spasium intervilosum
dengancara menyemprot. Karena perbedaan tekanan yang
tinggi antara tempat masuknya darah (60-70 mmHg) dengan
tekanan di antara vili (20 mmHg) maka darah sempat berputar-
putar di sekitar vili. Pada saat inilah pertukaran gas dan nutrien
antarajanin dan ibu terjadi. Seianjutnya darah maternal masuk
kembali melalui venavena dalam endometrium. Kecepatan
aliran darah uteroplasenta, naik selama kehamilan, dan kira-
kira 50 ml per menit pada minggu ke 10 sampai 500-600
ini/menit pada saat aterm.
Selaput plasenta adalah lapisan yang memisahkan darah
maternal dengan darah fetal. Lebih lazim disebut barier
piasenta, walaupun sebetulnya kurang tepat karena banyak
senyawa dapat melaluinya. Hanya moiekul-moiekul tertentu
sajarah yang betulbetul tidak dapat melaluinya. Sampai umur
20 minggu selaput plasenta terdiri atas 4 lapisan, yaitu:
sinsitiotrofoblas, sitotrofoblas, jaringan ikat dalam core, dan
endoterium kapiler janin.

Gambar 9. Potongan melintang vilus korialis pada


kehamilan 10 minggu
Pada sinsisiotrofoblas terdapat mikrovili yang berfungsi
memperluas area permukaan pertukaran zat antara janin dan
ibu. Setelah umur kehamilan 20 minggu, terjadilah hal-hal
berikut:
(1) Sitotrofoblas tidak lagi membentuk lapisan yang
kontinyu.
(2) Tebal jaringan ikat berkurang.
(3) Jumlah dan ukuran kapiler janin bertambah.
Dengan makin tuanya kehamilan, selaput plasenta
menjadi semakin tipis dan banyak kapiler janin terletak sangat
dekat dengan sinsisiotrofoblas.

Gambar 10. Potongan melintang vilus korialis pada


kehamilan Aterm
b) Fungsi Utama Plasenta Adalah:
(1) Alat metabolism
Terutama pada saat kehamilan muda, plasenta
mensintesis glikogen, kolesterol dan asam lemak yang
merupakan persediaan nutrien dan energi untuk embrio.
(2) Alat transfer
Pada akhir kehamilan terbentuklah material
fibrinoid yang melapisi sinsisiotrofoblas sehingga fungsi
plasenta semakin menurun. Dalam central core dijumpai
pula sel-sel makrofag yang disebut sel-sel Hofbauer.

Gambar 11. Ilustrasi diagram transfer plasenta


Ada 5 mekanisme transportasi zat lewat selaput
plasenta, yaitu:
(a) Difusi sederhana
Difusi sederhana tergantung pada perbedaan
kadar, konstanta difusi dan luas permukaan difusi.
Zat-zat yang lewat plasenta dengan cara ini adalah
oksigen, karbondioksida, karbonmonoksida. Beberapa
senyawa lobat dengan molekul kecil dapat pula lewat
dengan cara ini. Karena heparin bermolekul besar, ia
tidak dapat melewati plasenta.
(b) Difusi yang dipercepat/dipermudah
Contoh yang nyata adalah transport glukosa.
Transport glukosa dan ibu ke janin lebih cepat bila
dibandingkan dengan perhitungan menggunakan
persamaan difusi untuk difusi sederhana. Mungkin di
sini terdapat suatu pembawa yang bekerja ke arah
konsentrasi rendah (berbeda dengan transport aktif
yang bekerja ke arah konsentrasi tinggi). Zat lain
misalnya tiroksin, tiamin, alkohol, morfin dan zat-zat
lain dengan berat molekul kurang dan 1000, termasuk
ke dalamnya (difusi dipermudah). Molekul dengan
berat lebih dan 1000 (protein darah, insulin, hormon-
hormon pituitaria, dan HCG) tidak akan lewat dengan
cara difusi.
(c) Transport aktif
Zat yang lewat dengan transport aktif antara lain
adalah asam amino esensial dan vitamin yang larut
dalam air. Zat-zat ini terdapat dalam konsentrasi yang
lebih tinggi, pada darah janin dibanding dengan darah
ibu, Transport di sini dibantu dengan aktivitas
enzimatik.
Vitamin yang larut dalam air lewat selaput
plasenta lebih cepat daripada yang larut dalam lemak.
(d) Pinositosis
Pinositosis adalah suatu bentuk transport dengan
cara memasukkan zat secara utuh, dengan pertolongan
pseudopodia sinsisiotrofoblas. Protein kompleks,
sejumlah lemak, benda-benda imun dan bahkan virus
dapat menembus plasenta dengan cara ini. Alfa dan
beta globulin sukar menembus selaput plasenta, tetapi
gamma globulin terutama 1gr dengan mudah
melewati selaput plasenta.
(e) Kebocoran
ini terjadi karena adanya kerusakan pada vili,
sehingga selaput plasenta robek. Keadaan ini terjadi
misal pada saat persalinan. Pada saat ini sel darah
merah janin dapat dengan mudah memasuki sirkulasi
maternal. Peristiwa inilah yang dipakai untuk
menerangkan terjadinya sensitisasi pada
imkompatibilitas faktor Rh.
(3) Alat sekresi (hormon dan enzim)
(1) HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
Hormon ini dibuat oleh sinsisiotrofoblas dan
disekresi ke dalam darah ibu. HCG dibuat sejak
trofoblas terbentuk, selama minggu ke 2, dan
mencapai puncaknya pada kirakira 2 s/d 2,5 bulan
setelah hari pertama mensis terakhir. Jumlahnya
mencapai 80.000 sampai 100.000 mu/ml plasma atau
urin (kadarnya hampir sama, tetapi dalam urin sedikit
lebih rendah). Setelah itu kadarnya turun lagi menjadi
5.000-10.000 mu/ml dan terus bertahan sampai akhir
kehamilan.
Fungsi utama hormon ini adalah luteotropik,
yaitu mengubah korpus luteum menstruasi menjadi
korpus, luteum kehamilan yang tetap mensekresi
progesteron dan estrogen untuk mempertahankan
kehamilan.
Tes untuk HCG yang banyak dijalankan adalah
tes inhibisi dengan kepekaan 700-800 mu/ml. Hal ini
untuk menghmndari reaksi positif palsu dengan LH
(sub unit LH mengadakan reaksi silang dengan HCG).
(2) HCS (Human Chorionic Somatomammotropin) atau
HPL (Human Placental Lactogen).
Hormon ini juga dibuat oleh sinsisiotrofoblas dan
masuk ke dalam sirkulasi maternal. Makin tua
kehamilan, produksinya makin naik. Ia mempunyai
sifat laktogenik, artinya ikut mempersiapkan payudara
untuk laktasi. Ia juga mempunyai sifat diabetogenik,
dan balans nitrogen yang positif. Pada insufisiensi
plasenta kadarnya sangat rendah, sehingga
pemeriksaan serial HCS dapat menjadi salah satu
parameter untuk menentukan fungsi plasenta.
(3) CCT (Chorionic Corticotropin) dan Chorionic
Thyrotropin
Kedua hormon ini juga merupakan hormon
protein yang disekresi oleh plasenta. Peranan
fisiologis mereka masih belum diketahui dengan pasti.

(4) Estrogen dan Progesteron


Plasenta bukanlah organ yang secara sempurna
dapat mensintesis estrogen. Ia tidak dapat mensintesis
estrogen dan bahan yang sederhana seperti asetat atau
kolesterol, tetapi plasenta dapat mengubah kolesterol
menjadi pregnenolon, lalu menjadi progesteron.
Plasenta tidak dapat mengubah progesteron
menjadi androstenedion (pre-kursor estron dan
estradiol), juga ia tidak dapat mengubah pregnenolon
menjadi dehidroepiandrosteron (prekursor estrogen
terutama estradiol).
(5) Enzim Cystin amino peptidase (oxytocinase)
Dihasilkan oleh sel-sel sinsisium dan langsung
masuk ke dalam sirkulasi maternal. Kadarnya naik
terus sampai aterm. Fungsi enzim ini adalah untuk
menginaktivasi oksitosin, meskipun pendapat ini
masih diragukan. Diamin oksidase (histaminase) dan
fosfatase alkali juga dihasilkan oleh plasenta.
8) Cairan Amnion (Air Ketuban)
Menurut Risanto dan Ova Emilia (2011), air ketuban
adalah cairan yang mengisi rongga amnion. Rongga amnion
mulai terbentuk pada hari ke 10-12 setelah pembuahan. Volume
air ketuban bertambah banyak dengan makin tuanya umur
kehamilan. Pada umur kehamilan 12 minggu volumenya ± 50
ml, dan pada 20 minggu antara 350 - 400 ml. Pada 36 - 38
minggu kira-kira 1 liter. Selanjutnya, volumenya menjadi
berkurang pada kehamilan postterm, tidak jarang menjadi
kurang dan 500 ml.
Air ketuban berasal dan transudasi plasma maternal,
masuk menembus selaput yang melapisi plasenta dan tali pusat.
Pada kehamilan lanjut urin janin ikut membentuk air ketuban.
Dengan demikian, kreatinin, urea dan asam urat dalam air
ketuban menjadi makin tinggi dengan makin tuanya umur
kehamilan.
Fungsi air ketuban adalah:
a) Agar janin dapat bergerak dengan bebas,
b) Menjaga temperatur,
c) Mencegah trauma langsung,
d) Mencegah perlengketan janin dengan selaput ketuban,
e) Pada persalinan ikut membantu dilatasi serviks.
Dari air ketuban ini pula maturitas janin dan kelainan-
kelainan bawaan dapat diperiksa (dengan melakukan
amniosentesis). Pada akhir kehamilan minum ± 400 - 500 ml air
ketuban sehingga sebagai kompensasinya ia harus kencing
sebanyak itu pula. Bila ada gangguan, baik dalam proses
menelan atau kencing janin, maka terjadilah gangguan volume
air ketuban. Bila pada saat aterm volume air ketuban kurang dan
500 ml maka disebut oligohidramnion, dan bila lebih dan 2000
ml maka disebut polihidramnion atau hidramnion saja.
Oligohidramnion sering didapati pada agenesis ginjal,
sedangkan polihidramnion pada atresia esofagus janin atau
diabetes melitus pada ibu.
d. Tanda-Tanda Kehamilan
1) Tanda-Tanda Kemungkinan Hamil
a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
b) Pada pemeriksaan dalam dijumpai:
a) Tanda hegar
Pada minggu-minggu pertama istimus uteri mengadakan
hipertropi sehingga lebih panjang dan lebih lunak.
b) Tanda piscaseck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol
jelas ke jurusan tersebut. Sehingga pertumbuhan uterus tidak
rata, uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari
blastocist dan daerah insersi plasenta.
c) Tanda chadwicks
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna biru ke
unguan pada mukosa vagina, vulva dan serviks akibat
menigkatnya hormone estrogen. Warna portio pun tanpak
livide.
d) Kontraksi brackton hicks
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak menimbulkan rasa
nyeri pada waktu pemeriksaan.
e) Teraba balotemen
Balotemen adalah gerakan janin yang belum ngaded, teraba
pada minggu ke 16-18. Balotemen adalah mempalpasi suatu
struktur terpung dengan perlahan struktur tersebut dan
merasakan pantulannya.
c) Pemeriksaan test biologis kehamilan positif. Sebagian
kemungkinan positif palsu.
2) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenore (tidak adanya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Gejala ini sangat
penting karena perempuan hamil umumnya tidak mendapat
haid. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir,
supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan kapan
persalinan akan terjadi. Namun, ini tidak bisa dijadikann sebagai
acuan untuk mendeteksi adanya kehamilan, bisa juga akibat dari
keletihan atau stress.
b) Mual dipagi hari (tanpa muntah) terjadi pada 2-8 minggu setelah
pembuahan
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan. Ini sering terjadi pada pagi hari
tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness.
Bila terlampau sering, bisa mengakibatkan gangguan kesehatan
dan disebut hiperemesis gravidarum. Akibat mual muntah akan
membuat nafsu makan berkurang.

c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)


Hal ini biasanya mulai pada kehamilan usia 4-8 minggu dan
terus berlanjut sampai dengan usia 14-16 minggu.
d) Sering buang air kecil
Pada awal masa kehamilan, karena adanya rahim kedepan,
kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada
trimester II, sudah muali menghilang karena uterus yang
membesar keluar dari rongga panggul. Pada trimester III gejala
ini bisa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan
menekan kembali kandung kencing.
e) Pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)
menyebabkan adanya iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan syncope atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu. Sering dijumpai ibu pingsan
bila berada pada tempat-tempat ramai.
f) Mammae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh hormone estrigen dan
progesterone yng merangsang duktuli dan alveoli pada mamma
glandula montgomeri. Ujung saraf tertekan sehingga
menyebabkan rasa sakit, terutama pada hamil pertama.
g) Anoreksia (tidak nafsu makan)
Pada bulan-bulan pertama, kadang terjadi anoreksia. Tetapi
setelah itu nafsu makan kembali. Hendaknya nafsu makan tetap
dijaga, jangan sampai salah pengertian makan untuk dua orang,
sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
h) Konstipasi dan obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat paristaltik usus dan
menyebakan kesulitan untuk buang air besar.
i) Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan usia 12 minggu ke atas
Ada beberapa bagiab dimana pigmentasi terlihat jelas, yaitu:
(1) Sekitar pipi: cloasma gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormon hipofisis
anterior menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.
(2) Dinding perut
(a) Striae livide
(b) Striae nigra
(c) Linea alba menjadi hitam
(3) Sekitar payudara
(a) Hiperpigmentasi areola mammae
(b) Puting susu makin menonjol
(c) Kelenjar montgomery makin menonjol
(d) Pembuluh darah menifes sekitar payudara
j) Epulis
Suatu hipertropi papilla gingivae/hipertropi gusi. Sering terjadi
pada trimester I.
k) Varises
Karena pengaruh dari hormone estrogen dan progesterone
terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah vena
tersebut terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, betis dan
payudara. Pada multigravida kadang-kadang varise ditemukan
pada kehamilan yang terdahulu, sering terjadi pada trimester I
dan menghilang setelah persalinan.
3) Tanda pasti kehamilan
Seseorang yang dinyatakan positif hamil ditandai dengan:
a) Terlihatnya embrio atau kantung kehamilan melalui USG pada 4-
6 minggu sesudah pembuahan.
b) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu.
Didengar dengan stetoscope leanec, alat kardiografi, alat dopler,
atau dilihat dengan ultrasonografi.
c) Terasa gerak janin dalam rahim. Pada pimigravida bisa dirasakan
ktretika kehamilan berusia 18 minggu, sednagkan pada
multigravida diusia 16 minggu. Terlihat atau teraba gerakan-
gerakan janin dan bagian-bagian janin.
Tabel 1. Pembentukan Organ Janin
Umur Panjang
Pembentukan organ
Kehamilan fetus
4 minggu 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga dan
hidung
8 minggu 2,5 cm Hidung, kuping, jari-jemari
mulai di bentuk. Kepala
menekuk ke dada.
12 minggu 9 cm Daun telinga lebih jelas,
kelopak mata melekat, leher
mulai terbentuk, alat
kandungan luar terbentuk
namun belum berdiferensiasi.
16 minggu 16-18 cm Genitalia eksterna terbentuk
dan dapat di kenal, kulit tipis
dan warna merah.
20 minggu 25 cm Kulit lebih tebal, rambut mulai
tumbuh di kepala dan rambut
halus (lanugo) tumbuh di kulit.
24 minggu 30-32 cm Kedua kelopak mata tumbuh
alis dan bulu mata serta kulit
keriput. Kepala besar. Bila
lahir, dapat bernapas tapi
hanya beberapa jam saja.
28 minggu 35 cm Kulit warna merah di tutupi
verniks kaseosa. Bila lahir,
dapat bernapas, menangis
pelan dan lemah.
32 minggu 40-43 cm Kulit merah dan keriput. Bila
lahir, kelihatan seperti orang
tua dan kecil.
36 minggu 46 cm Muka berseri tidak keriput.
Bayi premature.
40 minggu 50-55 cm Bayi cukup bulan. Kulit licin,
verniks kaseosa banyak,
rambut kepala tumbuh baik,
organ-organ baik.

e. Pembagian Usia Kehamilan


1) Menurut usia kehamilan, kehamilan digolongkan:
a) Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42
minggu dan ini merupakan periode di mana terjadi persalinan
normal.
b) Kehamilan prematur yaitu kehamilan antara 28 dan 36
minggu.
c) Kehamilan posterm atau kehamilan lewat waktu yaitu
kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih 42 minggu
lengkap.
2) Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian:
a) Kehamilan trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu).
b) Kehamilan trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu).
c) Kehamilan trimester terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).
Janin yang dilahirkan dalam trimester terakhir telah viabel
(dapat hidup). (Wiknjosastro, 2011)

f. Perkembangan Bentuk Janin


Tabel 2. Perkembangan Bentuk Organ
Gambar Keterangan
Pada akhir bulan ketiga, panjang
tubuh janin mencapai kira-kira 3 inci
(7,62 cm) dan berat badan kira-kira 1ons.
Lengan, hasta dan jari-jarinya, serta
kedua kaki dan jemarinya sudah ada,
sedangkan kuku mulai terbentuk.

Janin pada bulan ke-3 Demikian pula bagian luar telinga sudah
ada pada fase ini. Pangkal gigi pun mulai
terbentuk pada tulang rahang yang kecil,
dan organ-organ sex yang bagian dalam
sudah mulai tumbuh.
Janin pada bulan ke-4 Pada fase ini, detak jantung janin
sudah dapat terdengar dengan
menggunakan alat khusus (dopller).
Kepala yang bersambung dengan bagian
tubuh lainnya menjadi bertambah besar
pada bulan keempat, dan panjang janin
akan segera bertambah.
Pada akhir bulan keempat, panjang
tubuh janin akan mencapai kira-kira 7
inci 917,78 cm) dan berat badannya
mencapai 4 ons. Ia sudah memiliki
rambut, alis dan bulu mata, serta mulai
mengisap ibu jari tangannya.
Sepanjang bulan kelima, berat
badan janin berkisar pada 1/2 hingga 1
pon (0,24 hingga 0,45 kg) dan panjang
tubuhnya antara 10 hingga 12 inci (25,4
J hingga 30,5 cm). Otot-ototnya sudah
anin pada bulan ke-5 mulai berfungsi, sehingga ia senantiasa
bergerak. Biasanya pada bulan kelima ini
gerakan janin jelas dapat dirasakan oleh
ibunya.

Panjang tubuh janin berkisar


Janin Pada Nulan Ke-6 antara 11 hingga 14 inci (27 hingga 35,5
cm) dan berat badannya antara 1,5
hingga 2 pon (0,67 hingga 0,9).
Kulitnya mengerut dan berwarna
kemerahan, serta dilapisi sejenis
pelindung yang disebut Vernix
Caseosa.
Janin Pada Bulan Ke-7 Selama bulan ini janin terus
tumbuh dan bergerak.Apabila pada bulan
ini janin lahir maka masih dapat hidup,
akan tetapi harus dibantu dengan alat-
alat pembantu dan dampak lain dari
kelairan janin pada bulan ini adalah
keadaanya masih lemah dan bayi BBLR
(Berat badan bayi lahir rendah), sehingga
harus di hangatkan kedalam incubator
agar suhu badan bayi bias mencapai suhu
yang normal.
Pada bulan ini janian sudah
menjadi lebih panjang dan lebih gemuk
keadaannya. Panjang tubuhnya mencapai
18 inci (45,7 sampai 5 pon atau 2,27 kg).
Apabila janin lahir pada fase ini, peluang
Janin Pada Bulan Ke-8 untuk hidup lebih besar, karena
pertumbuhanya relative sempurna.
Sepanjang bulan ini janin akan terus
tumbuh dan pada akhir bulan ini berat
badan janin umumnya berkisar antara 7
hingga 7,5 pon (3,18 hingga 3,40 kg) dan
panjang tubuhnya sekitar 20 inci 50 cm.
Janin Pada Bulan Ke-9 Kulitnya masih dilapisi cairan pelindung
(liquor Amnion). Posisi janin berubah
sebagai persiapan untuk lahir dan mulai
turun kebawah dengan kepala berada
pada bagian bawah dan janin sudah siap
untuk dilahirkan.
(Anderson RA, 2012, Perkembangan janin )
g. Penatalaksanaan Pelayanan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu),
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28),
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36
dan sesudah minggu ke 36).
1) Asuhan kehamilan kunjungan awal
a) Tujuan kunjungan
Mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat
membantu bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa
saling percaya antara ibu dan bidan, mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi, menggunakan data untuk menghitung usia
kehamilan, dan tafsiran tanggal persalinan, merencanakan asuhan
khusus yang dibutuhkan ibu. Tujuannya adalah memfasilitasi hasil
yang sehat dan positif bagi ibu dan bayi, menegakkan hubungan
saling percaya, mendeteksi komplikasi-komplikasi kehamilan,
mempersiapkan kelahiran, memberikan pendidikan.
b) Pengkajian data subyektif ibu hamil
(1) Informasi biodata, identitas ibu dan suami (nama, umur, suku,
agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan alamat)
(2) Riwayat kehamilan sekarang (HPHT, siklus menstruasi,
gerakan janin, masalah dan tanda-tanda bahaya, keluhan-
keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan
termasuk jamu, kakhawatiran yang dirasakan).
(3) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu (jumlah
kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm,
persalinan yang prematur, keguguran atau kegagalan
kehamilan, persalinan dengan tindakan, riwayat perdarahan
pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, berat bayi
sebelumnya, masalah-masalah lain yang dialami).
(4) Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dulu
(masalah kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria, PMS,
HIV/AIDS, imunisasi TT)
(5) Riwayat sosial ekonomi (status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan
keluarga, kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi dengan
fokus pada vitamin A dan zat besi, kebiasaan hidup sehat
meliputi kebiasaan merokok, minum obat atau alkohol, beban
kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat melahirkan, dan
penolong yang diinginkan).
c) Pemeriksaan fisik
(1) Pemeriksaan fisik umum : tinggi badan, berat badan, tanda-
tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi).
(2) Kepala dan leher : kepala meliputi bersih/kotor,benjolan,lesi
,edema di muka, ikterus pada mata, bibir pucat, leher meliputi
pembengkakan kelenjar limfe dan tiroid.
(3) Payudara : ukuran, simetris, puting payudara menonjol/masuk,
keluarnya kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa, nodul
axilla.
(4) Abdomen : luka bekas operasi, tinggi fundus uteri (jika > 12
minggu), letak, presentasi, posisi, dan penurunan kepala (kalau
> 36 minggu), mendengar denyut jantung janin (kalau > 18
minggu).
(5) Tangan dan kaki : edema di jari tangan, kuku jari pucat, varises
vena, refleks patella.
(6) Genitalia luar (externa) : varises, perdarahan, luka, cairan yang
keluar, kelenjar bartholin, bengkak (massa).
(7) Genitalia dalam (interna) : serviks meliputi cairan yang keluar,
luka, kelunakan, posisi, mobilisasi, tertutup atau terbuka,
vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah, ukuran
adneksa, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan, massa (pada
trimester pertama).
d) Tes laboratorium
(1) Haemoglobin : normalnya 10,5-14,0
(2) Protein urin : normalnya bening (-)
(3) Glukosa urin : normalnya biru (-)
(4) VDRL : normalnya (-)
(5) Faktor rhesus : normalnya RH +
(6) Gol darah
(7) HIV
(8) Rubella
(9) Tinja/cacingan
e) Menentukan diagnosa, menetapkan normalitas kehamilan,
membedakan antara ketidaknyamanan dalam kehamilan dan
kemungkinan komplikasi, mengidentifikasi kemungkinan
kebutuhan belajar.
Diagnosis dibuat untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :
(1) Kehamilan normal dengan gambaran ibu sehat, tidak ada
riwayat obstetric buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia
kehamilan, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal.
(Saifuddin, 2012).
(2) Kehamilan dengan masalah khusus, seperti masalah keluarga
atau psikososial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan
financial.
(3) Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan
rujukan untuk konsultasi dan atau kerjasama penanganannya.
Seperti hipertensi, anemia berat, pre-eklampsia, pertumbuhan
janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin, dan
kondisi lain-lain yang dapat memburuk selama kehamilan.
(4) Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
membutuhkan rujukan segera. Seperti perdarahan, eklampsia,
ketuban pecah dini, atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain
pada ibu dan bayi.
f) Mengembangkan perencanaan asuhan yang komprehensif,
menetapkan kebutuhan.
g) Melaksanakan asuhan sesuai dengan kebutuhan.
h) Menetapkan jadwal kunjungan sesuai dengan
perkembangan kehamilan.

2) Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang


a) Pengkajian data fokus : riwayat
Riwayat kehamilan sekarang, menanyakan perasaan ibu saat ini,
menanyakan masalah yang mungkin timbul, pemeriksaan keadaan
umum, emosi, dan tanda-tanda vital.
b) Deteksi komplikasi
Perlu ditanyakan ada tidaknya komplikasi pada kehamilan, seperti
perdarahan dari vagina, pengeluaran cairan yang baunya berbeda
dengan bau urin dari vagina, nyeri yang hebat, gerakan janin yang
abnormal, tidak ada gerakan janin, suhu tubuh yang tinggi, demam,
menggigil, sakit kepala hebat, penglihatan kabur, pembengkakan
pada kaki, tangan, dan wajah.
c) Ketidaknyamanan
d) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, emosi, dan tanda-tanda vital, mengukur TFU,
palpasi abdomen, menghitung DJJ.
e) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ulang terhadap kadar protein urin, hemoglobin.
f) Mengembangkan rencana sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan kehamilan.
h. Pelayanan / Asuhan Standar Minimal Termasuk “10T” :
1) Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai
yang seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada
trimester III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah. Ukuran tinggi badan ibu hamil
juga harus diperhatikan, untuk dapat mengatahui apakah ibu dapat
melahirkan normal atau tidak.
2) Ukur Tekanan Darah
Untuk mengatahui setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsia
lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
3) Nilai Status Gizi (Ukur LILA )
Mengukur lila ( Lingkar lengan ) pada ibu hamil harus
dilakukan untuk mengatahui status gizi ibu. Ukuran yaitu 23,5 cm.
4) Ukur Tinggi Fundus Uteri
Mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan
meteran kain ( sesudah kehamilan ) dari 24 minggu TFU dalam cm
di ukur dari sympisis pubis sampai fundus uteri ( Rukiayah dkk,
2012 )
5) Tentukan Presentasi Janin Dan DJJ
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan serta bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Serta melakukan
pemeriksaan DJJ untuk mengatahui kesejahtraan janin.
6) Pemberian Imunisasi Tetanusteksoid
Pemberian imunisasi TT sesuai dengan ketentuan TT1
diberikan pada kunjungan antenatal pertama, TT2 diberikan 4
minggu setelah TT1.
7) Pemberian Tablet Zat Besi, Minimum 90 Tablet Selama
Kehamilan.
Dimulai dengan pemberian satu tablet sesudah makan, tiap
tablet mengandung Fe.So4 Mg ( zat besi 60 mg ) dan asam folat
500 mg, minimal 90 tablet, Tablet besi ini sebaiknya tidak
diminum bersama the atau kopi karena mengganggu penyerapan.
( Yuni kusmiati dkk, 2012)
8) Tes Laboratorium
Tes laboratorium penting juga dilakukan untuk digunaan
menilai adanya masalah pada ibu hamil dan jika tertangani, maka
akan mencegah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.
Tes yang dilakukan yaitu Haemoglobin (Hb), protein urine,
Glukosa dalam urine, VDRL/RPL, Golongan darah, Human
Immunodeficiency virus ( HIV), Rubella, tinja untuk ova/telur
cacing dan parasit. ( Yuni kusmiati, dkk.2011).
9) Tatalaksana Kasus
10) Temu wicara
Dalam persiapan rujukan termasuk perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan melakukan
anamnesis riwayat dan mengisi kartu ibu hamil/buku KIA secara
lengkap, dan memastikan bahwa kehamilan ibu diharapkan
( Rukiyah dkk, 2011).
i. Cara Menentukan Taksiran Persalinan :
Menentukan tanggal perkiraan partus, dengan rumus Naegele ,
yaitu hari + 7, bulan – 3, tahun + 1.
Jika HPHT lupa, menggunakan patokan gerakan janin
primigravida dirasakan ibu pada kehamilan 18 minggu, multigravida
pada kehamilan 16 minggu. Dapat pula sebagai pegangan dipakai
perasaan nausea yang biasanya hilang pada kehamilan 12 – 14 minggu.
1) Palpasi abdomen :

Gambar 12. Leopold 1 sampai 4


a) Leopold I :
Gambar 13. Leopold 1
Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia
kehamilan, menentukan bagian janin yang ada pada fundus
uteri.
Cara : Petugas menghadap kemuka ibu, uterus dibawa
ketengah, tentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang
terdapat di dalam.
Hasil : Kepala teraba benda bulat dan keras, Bokong teraba
tidak bulat dan lunak
b) Leopold II :

Gambar 14. Leopold 2


Untuk menetukan bagian yang ada di samping uterus,
menetukan letak.
Cara : Uterus didorong kesatu sisi sambil meraba bagian
janin yang berada disisi tersebut dengan cara yang sama pada
sisi uterus yang lain.
Hasil : Punggung janin teraba membujur dari atas kebawah
pada letak kepala. Pada letak lintang dapat ditemukan kepala.
c) Leopold III :
Gambar 15. Leopold 3

Menentukan bagian janin yang berada di uterus bagian


bawah.
Cara : Tangan kanan diletakan diatas simfisis dengan ibu
jari disebelah kanan ibu dengan empat jari lainnya disebelah
kiri ibu sambil meraba bagian bawah tersebut.
Hasil : Teraba kepala/bokong/bagian kecil janin.
d) Leopold IV :

Gambar 16. Leopold 4


Menetukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin
masuk ke dalam panggul.
2) Penurunan Bagian Terbawah Dengan Metode-Lima Jari
(Perlimaan) Adalah: ( APN. 2011 )
a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas
simfisis pubis
b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki
pintu atas panggul
c) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki
rongga panggul
d) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada diatas simfisi dan (3/5) bagian telah tururi melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan)
e) 1/5 jika hanya I dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul
f) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke dalam rongga panggul.
3) Cara menghitung berat badan janin dalam kandungan :
Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut cara
Jonson:
Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul :
PBBJ = ( TFU –11 ) x 155
Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul :
PBBJ = ( TFU – 12 ) x 155
4) Cara menentukan umur kehamilan :
a) Dihitung dari tanggal haid terakhir.
b) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup
“feeling life” (quickening).
c) Menurut Spieggelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus
uteri dari simfisis, maka diperoleh Tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Mengukur Tinggi Fundus Uteri
Umur Kehamilan TFU
22-28 minggu 24-25 cm diatas simfisis
28 minggu 26,7 cm diatas simfisis
30 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
32 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
34 minggu 31 cm diatas simfisis
36 minggu 32 cm diatas simfisis
38 minggu 33 cm diatas simfisis
40 minggu 37,7 cm diatas simfisis

d) Tinggi fundus dalam cm atau menggunakan jari – jari tangan


sesuai dengan usia kehamilan (dengan cara Leopold)
Gambar 17. Tinggi fundus menggunakan jari-jari tangan

24

20

Tabel 4. Mengukur Tinggi Fundus Uteri Dengan Cara


Leopold
Umur
TFU Keterangan
kehamilan
8 mgg Blm teraba Sebesar telur bebek
12 mgg 3 jari atas simfisis Sebesar telur angsa
16 mgg ½ pusat – simfisis Sebesar kepala bayi
20 mgg 3 jari bawah pusat -
24 mgg Sepusat -
28 mgg 3 jr ats pusat -

32 mgg ½ pusat – Px -
36 mgg 1 jr di bwh Px Kepala masih berada
di atas pintu panggul.
40 mgg 3 jr bwh Px Fundus uteri turun
kembali, karena kepala
janin masuk ke rongga
panggul.
e) Tinggi fundus dalam cm atau menggunakan jari – jari tangan
sesuai dengan usia kehamilan (dengan cara Mc. Donald) :
Posisi uterus diketengahkan, letakkan ujung meteran pada
simfisis, kemudian diukur sampai fundus uteri maka akan
terlihat hasil dalam cm. Menurut standar kebidanan 2006, TFU
dengan cm dihitung mulai umur kehamilan 24 minggu.
Gambar 18. Posisi tangan untuk pengukuran tinggi
fundus uteri menggunakan pita pengukur

Tabel 5. Tinggi Fundus Uteri Sesuai Umur Kehamilan


menurut MC. Donald

Menggunakan penunjuk
UK TFU (cm)
badan
Hanya teraba di atas
12 mgg -
shymfisis pubis
Di tengah antara shymfisis
16 mgg -
pubis dan umbilikus
20 mgg 20 (± 2 cm) Pada umbilikus
22-27 mgg 22 (± 2 cm) -
Di tengan antara umbilikus
28 mgg 28 (± 2 cm)
dan PX
29-35 mgg 29 (± 2 cm) -
36 mgg 36 (± 2 cm) Pada PX
5) Cara menghitung denyut jantung janin :
Auskultasi :
Dengan stetoskop Laennec bunyi jantung janin baru dapat didengar
pada kehamilan 18 – 20 minggu. Dengan dopler dapat terdengar
sejak usia kehamilan 12 minggu.
DJJ = 5’’1 + 5’’3 + 5’’5 = …. x 4 = …. x/menit
j. Pemeriksaan Haemoglobin
Pemeriksaan Hb dilakukan 2 kali selama kehamilan, pada
trimester pertama dan pada kehamilan 30 minggu, karena pada usia 30
minggu terjadi puncak hemodilusi. Ibu dikatakan anemia ringan Hb <
11 gr%, dan anemia berat < 8 gr%. Dilakukan juga pemeriksaan
golongan darah, protein dan kadar glukosa pada urine. Untuk saat ini
anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb <
11 gr% pada trimester I dan III atau Hb < 10,5 gr% pada trimester.
Anjuran program nasional Indonesia adalah pemberian 60 mg/hari
elemental besi dan 50 g asam folat untuk profilaksis anemia. Program
Depkes memberikan 90 tablet besi selama 3 bulan (Pengurus IBI,
2011).
k. Perubahan Fisiologis Dalam Kehamilan
Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,
khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna pada payudar
(mamma). Dalam hal ini hormon somatomammotropin, estrogen, dan
progesteron mempunyai peranan penting. Perubahan yang terdapat
pada wanita hamil ialah antara lain sebagai berikut :
1) Perubahan pada organ reproduksi
a) Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput lendir membiru (tanda chadwick),kekenyalan/elastisitas
vagina bertambah artinya daya renggang bertambah sebagai
persiapan persalinan.
b) Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan
fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
umum 16 minggu.
c) Uterus
Selama kehamilan berat uterus naik dari 60 gr menjadi
1000 gr pada usia kehamilan aterm. Ukurannya menjadi
panjang 30cmx23cmx20cm. Seluruh komponen jaringan yang
ada dalam uterus berperan dalam pertumbuhan kehamilan.
Uterus menjadi tebal, disebut decidua oleh karena pertambahan
besar dan jumlah sel baru. Pada awal kehamilan uterus menjadi
tebal, tetapi pada akhir kehamilan uterus melar dan menipis,
dimana saat kehamilan matang lapisan uterus hanya setebal 0,5
– 1 cm. Bentuk uterus berubah dari seperti buah pir menjadi
bulat pada 12 minggu I kehamilan.
d) Vulva dan perineum
Selama masa kehamilan terjadi peningkatan vaskularisasi
yamg menyebabkan pembesaran struktur eksterna vulva dan
terjadi hiperemia serta perlunakan jaringan ikat di kulit dan
otot-otot perinerum serta vulva. Terjadi hipertropi badan–
badan perineum dan deposisi lemak. Pada nulipara kedua labia
mayora saling mendekat dan menutupi introitus vagina, pada
wanita yang pernah melahirkan atau terjadi cedera vagina
kedua labia memisah dan menganga.
e) Servik
Selama kehamilan terjadi pelebaran servik. Pasokan darah
ke servik meningkat akibat dari pengaruh estrogen yang
menyebabkan warna ungu pucat yang disebut tanda chadwick.
Selaim itu terjadi tekstur jaringan yang lebih lunak pada servik
yang disebut tanda goodell.
2) Perubahan pada sistem endokrin
Kelenjar tiroid dapat membesar sedikit sebagai kompensasi
konsentrasi yodium yang rendah, kelenjar hipofise dapat membesar
tetapi tidak berperan dalam kehamilan dan kelenjar adrenal tidak
berpengaruh.
Adapun hormon yang dapat dijumpai dalam kehamilan sebagai
berikut :
a) Plasenta adalah kelenjar hormon aktif yang khusus untuk
kehamilan. Hormon yang dihasilkannya adalah human
chorionic gonadotrophin (HCG), estrogen, progesterone dan
human placental lactogen (HPL). Semua hormone ini sangat
berguna dalam mendukung kehidupan janin dan ibu selama
masa kehamilan.
b) HCG. Hormon ini diproduksi oleh sel tropoblast yang
berkembang pada saat mulai menempelnya sel telur yang telah
dibuahi. Hormon ini akan dilepaskan ke darah ibu dan akan
menstimulus pertumbuhan korpus luteum pada trimester I
kehamilan. Corpus luteum ini akan memproduksi hormone
estrogen dan progesterone yang merupakan hormone yang
sangat pentung untuk mempertahankan kehamilan.
c) Estrogen. Produksi estrogen pada usia kehamilan sampai
dengan 12 minggu diproduksi dalam jumlah besar oleh korpus
luteum dan sesudahnya diproduksi oleh plasenta. Fungsinya
adalah menstimulus pertumbuhan di dalam uterus. Duktus –
duktus dalam mamae. Puting susu ibu dan mempengaruhi
vagina. Estrogen juga berperan meretensi atau menahan cairan
dan elektrolit dalam jaringan tubuh wanita hamil, menekan
ovulasi dan menghambat proses laktasi pada masa kehamilan.
d) Progesterone. Berfungsi membuat uterus menjadi tebal
sehingga bisa digunakan untuk penempelan hasil konsepsi,
mematangkan funsi mamae untuk siap memproduksi ASI.
3) Perubahan pada sistem lain
a) Perubahan pada system kardiovaskuler
Selama kehamilan diafragma terdorong ke atas secara
progresif, jantung terdesak ke atas. Akibatnya apex jantung
akan sedikit ke lateral bila dibandingkan dengan posisi wanita
normal.
b) Sistem pernafasan
Wanita hamil kadang mengeluh sesak dan pendek nafas. Ini
disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat
uterus yang membesar.
c) Sistem pencernaan
Semakin bertambahnya umur kehamilan lambung dan usus
terdesak oleh uterus yang membesar. Tonus otot – otot saluran
pencernaan melemah dan makanan akan lebih lama berada
dalam saluran pencernaan. Reabsorbsi makanan sempurna
tetapi akan menimbulkan obstipasi.
d) Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif merupakan komplikasi posisi ke depan
akibat uterus yang membesar, lordosis menggeser pusat daya
berat ke belakang ke arah tungkai yang pada gilirannya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah pinggang
terutama pada akhir kehamilan.
e) Sistem urinaria
Pembesaran dan penekanan uterus akibat bertambah besarnya
kehamilan mengakibatkan meningkatnya frekuensi kencing.
f) Sistem integumen
Pada kulit terjadi hiperpigmentasi yaitu pada muka, payudara,
perut dan vulva.
g) Pertambahan berat badan selama hamil berdasarkan IMT
Tabel 6. Pertambahan berat badan selama hamil
berdasarkan IMT.

Total Kenaikan Selama


IMT (kg/m2) Yang Disarankan Trimester 2 dan
(kg) 3
Kurus (IMT < 18,5) 12,7-18,1 0,5 kg/minggu
Normal (IMT 18,5 –
11,3-15,9 0,4 kg/minggu
23,3)
Gemuk (IMT 23,3 – 29) 6,8-11,3 0,3 kg/minggu
Obesitas ( IMT > 29) 0,2 kg/minggu 0,2 kg/minggu
Bayi Kembar 15,9-20,4 0,7 kg/minggu

Pertambahan berat total selama kehamilan pada


primigravida sehat yang makan tanpa batasan adalah sekitar
12,5 kg. Dengan distribusi pertambahan berat badan
sebagai berikut :
(1) Payudara : 0,5 kg
(2) Fat/lemak : 3,5 kg
(3) Plasenta : 0,6 kg
(4) Fetus : 3,4 kg
(5) Cairan ketuban (amniotic fluid) : 0,6 kg)
(6) Pembesaran uterus : 0,9 kg
(7) Penambahan darah : 1,5 kg
(8) Cairan ekstraseluler : 1,5 kg
Total : 12,5 kg
(Cunningham, 2011).
Kenaikan berat badan wanita hamil rata – rata antara 6,5 kg
sampai 16 kg. Bila berat badan naik lebih dari semestinya
anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, terlebih – lebih sayur
mayur dan buah-buahan (Wiknjosastro, 2012)
Kenaikan BB per Trimester :
Triwulan pertama 1.000 – 1.500 gr
Triwulan kedua 4.500 gr
Triwulan ketiga 5.000 – 5.500 gr
10.000 – 12.000 gr
l. Perubahan Fisiologis Untuk Tiap Trimester Kehamilan :
1) Trimester Pertama
a) Nyeri dan pembesaran payudara
b) Kelelahan
c) Sering kencing
d) Mual Muntah
e) Pertumbuhan janin diatas simpisis pubis bisa dirasakan
mulai kehamilan 12 minggu.
f) Mengalami kenaikan BB 1-2 kg selama trimester 1.
2) Trimester Kedua
a) Uterus terus membesar.
b) Setelah 16 minggu uterus biasanya berada pada
pertengahan antara simpisis dan pusat.
c) BB meningkat 4-5 kg.
d) Umur kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri berada
didekat pusat.
e) Payudara mulai mengeluarkan kolostrum.
f) Gerakan bayi dirasakan.
g) Nampak perubahan kulit, cloasma, linia dan striae
gravidarum.
3) Trimester Ketiga
a) Umur kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak
kira-kira 3 jari diatas pusat.
b) Umur kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri terletak
diantara setengah jarak pusat dan prosesus xifoideus.
c) Payudara penuh dan nyeri tekan.
d) Sering kencing.
e) Umur kehamilan 38 minggu, bagian terendah janin turun
ke rongga panggul.
f) Sakit pinggang dan sering kencing makin meningkat.
g) Susah tidur.
h) Terjadi peningkatan kontraksi Braxton hicks.
m. Perubahan Psikologis Dalam Kehamilan
Perubahan psikis ini meliputi perasaan takut yang ditimbulkan
karena kehamilan menyebabkan perubahan besar pada badan ibu yang
dianggap sesuatu yang baru.
1) Pada trimester 1 yaitu :
a) Penerimaan keluarga khususnya pasutri terhadap
kehamilannya.
b) Perubahan sehari-hari.
c) Mencari tanda kehamilan.
d) Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya.
e) Merasakan kekecewaan, pendakan, kecemasan dan kesedihan.
f) Hasrat hubungan seks berbeda.
g) Khawatir kehilangan bentuk tubuh.
h) Ketidakstabilan mirip sindrom pra-haid : mudah marah, ayunan
suasana hati, irasionalitas, cengeng.
i) Perasaan was-was, takut, gembira.
2) Pada trimester 2 yaitu :
a) Ibu merasa sehat.
b) Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.
c) Sudah menerma kehamilannya.
d) Mulai merasa gerak bayi.
e) Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang di luar dirinya.
f) Merasa terlepas dari masa cemas dan tidak nyaman.
g) Libido meningkat.
3) Pada trimester 3 yaitu :
a) Disebut periode menunggu dan waspada sebab merasa tidak
sabar menunggu kelahiran.
b) Gerakan bayi dan membesarnya perut.
c) Kadang merasa lahir bayinya lahir sewaktu-waktu.
d) Meningkatnya kewaspadaan timbulnya tanda dan gejala
persalinan.
e) Rasa tidak nyaman.
f) Kehilangan perhatian yang didapatkan selama hamil.
g) Semakin ingin menyudahi masa kehamilan.
h) Tidak sabaran dan resah.
i) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya
n. Perawatan Wanita Hamil
1) Gizi Pada Ibu Hamil
a) Kebutuhan gizi ibu hamil :
(1) Trimester I (minggu 1-13)
Kebutuhan gizi masih tetap seperti biasa.
(2) Trimester II (minggu 14-28)
Ibu memerlukan tambahan kalori  285 kal, protein lebih
tinggi dari biasa yaitu 1,5 gr/kg BB.
(3) Trimester III (minggu 28-lahir)
Kalori sama dengan trimester II tapi protein naik menjadi 2
gr/kg BB.
Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil sesuai
dengan Widya Karya Pangan Dan Gizi Ibu Hamil adalah:
Tabel 7. Kecakupan gizi ibu hamil
Kalori : 2185 kal Vitamin A : 750 RE
Protein : 56 gram Vitamin B :400-600 IU
Kalsium : 900 mg Vitamin C : 60 mg
Fosfor : 650 mg Vitamin B12 : 1,3 mg
Besi (Fe) : 46 µg Asam Folik : 300 µg
Iodium : 175 mg Casein : 10,2 mg
Magnesium : 950 mg Riboflavin : 2,3 mg
Seng : 20 mg

b) Contoh Menu Sehari Serta Nilai Gizi yang Dikandungnya


Tabel 8. Contoh menu sehari
Makanan Bahan Berat URT Kalori Protein Lemak HA
Sarapan Pagi
Nasi Beras 50 1 gls 180 3,4 0,35 39,4
Telur dadar Telur ayam 50 1 btr 81 6,4 6 0,35
Minyak 10 1 sdm 87 0,1 9,8 -
Teh manis Teh dan gula 10 1 sdm 36,4 0,05 - 9,4
Jam 10.00
Pagi Susu 10 2 sdm 6,1 6,32 0,35 0,45
Susu sapi Gula 10 1 sdm 36,4 - - 9,4
Biskuit 25 2,5 buah 114,5 1,725 36 18,77
Biskuit
Makan Siang
Nasi Beras 100 2 gls 360 6.8 0,7 78,9
Empal daging Daging sapi 50 1ktk 103,5 9,4 7 -
Minyak 10 korek 87 0,1 9,8 -
Tempe bacem Tempe 50 1 sdm 74,5 9,1 2 6,3
Sayur sop Wortel, 10 1ktk 2,4 0,14 0,02 0,53
Kentang, 10 korek 4,2 0,12 0,03 0,93
Buncis/kol 10 1 ptg bsr 3,5 0,24 0,02 0,7
Pepaya Pepaya 100 1 buah bsr 46 0,5 - 12,2
1
genggam
1 ptg bsr
Jam 16.00
Teh manis Teh dan gula 10 1 sdm 36,4 - - 9,4
Jagung rebus Jagung muda 50 1 buah 64,5 2,5 0,65 15,15
Makan
Malam Beras 100 2 gls 360 6,8 0,7 78,9
Nasi Daging ayam 50 1 paha 151 9,1 12,5 -
Daging ayam Minyak 10 1 sdm 87 0,1 9,8 -
Telur ayam 50 1 btr 81 6,4 6 0,35
Telur ceplok Minyak 10 1 sdm 87 0,1 9,8 -
Kacang pnjng 50 1 22 1,35 0,15 3,9
Sayur urap Toge 25 genggam 5,6 0,5 0,05 1,2
Kelapa 15 1 17 0,2 0,2 3,5
Pisang 30 genggam 40 0,6 0,1 12,5
Pisang 1
genggam
1 buah
Jam 21.00
Singkong rebus Singkong 50 1 ptg sdg 73 0,6 0.15 17
Air Putih Air putih 200 1 gelas - - - -
JUMLAH 2247,30 77 79,17 319,36

2) Insomnia (susah tidur)


Insomnia, baik pada wanita yang mengandung maupun tidak,
dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti kekhawatiran,
kecemasan terlalu gembira menyambut suatu acara keesokan hari.
Wanita hamil, bagaimanapun, memiliki tambahan alasan fisik
sebagai penyebab insomnia. Hal ini meliputi ketidaknyamanan
akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama
kehamilan, dan pergerakan janin, terutama jika janin tersebut aktif.
Penanganan insomnia melalui pengaturan waktu bisa efektif bisa
tidak. Bagi kebanyakan wanita setidaknya terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan :
a) Mandi air hangat.
b) Minum air hangat (susu, teh tanpa kafein dicampur susu)
sebelum tidur.
c) Lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum
tidur.
d) Ambil posisi relaksasi.
e) Gunakan teknik relaksasi progresif. (Helen Varney, 2011)
3) Senam Hamil
Pada ibu hamil sangat dibutuhkan tubuh yang sehat dan
bugar, diupayakan dengan makan teratur, cukup istirahat dan olah
tubuh sesuai takaran. Dengan tubuh bugar dan sehat, ibu hamil
tetap dapat menjalankan tugas rutin sehari-hari, menurunkan stres
akibat rasa cemas yang dihadapi menjelang persalinan.
Jenis olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil adalah
senam hamil, disesuaikan dengan banyaknya perubahan fisik
seperti pada organ genital, perut kian membesar dan lain-lain.
Dengan mengikuti senam hamil secara teratur dn intensif, ibu
hamil dapat menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandung
secara optimal.
Berikut adalah langkah-langkah gerakan dasar senam hamil :
a) Duduk Bersila
Sikap duduk ini adalah
sikap duduk yang baik
selama kehamilan, karena
dengan sikap ini perut
bagian bawah menekan
perut ke dalam rongga
panggul (beserta janinnya) sehingga kedudukan janin dalam
kandungan tetap baik. (dilakukan 8x)
b) Memutar Lengan Dan Mengencangkan Payudara
Letakan jari-tangan dibahu. Meletakan
dua lengan mejepit : Kedua payudara dan
mengangkat payudara ke atas dengan kedua

siku tersebut. Lakukan gerakan ini dengan


memutar lengan. Lepas perlahan-lahan
kemudian lanjutkan dengan mengangkat
kedua siku keatas dan kembali ke posisi 
semula lakukan gerakan 8x.

c) Gerakan Relaksasi
Posisi tidur miring kekanan, dengan kepala ditopang tangan
atau bantal, kaki dibawah lurus, kaki atas ditekuk, tarik nafas
dan hembuskan lewat mulut. Lakukan gerakan dengan
mengangkat kaki atas setinggi pinggul, kemudian turunkan,
lanjutkan dengan mengangkat kaki atas, tekuk ke arah perut
dengan kaki bawah sejajar, luruskan dan kembali keposisi
semula, ulangi semua gerakan dengan posisi miring kekiri.
Masing-masing 8x.
d) Gerakan Pergerakan Kaki Dan Menganyuh
Posisi tubuh terlentang. Kedua kaki lurus
tekanlah jari-jari kaki lurus kebawah dan tekuk
keatas kembali. Putar pergelangan kaki dari arah
kanan kekiri dan sebaliknya. Lanjutkan
pergerakan dengan kaki seolah-olah mengayuh
sepeda dengan kedua tangan disisi samping
untuk menahan. Lakukan gerakan masing-
masing 8x.
e) Mengangkat Panggul
Posisi tidur terlentang
dengan kedua kaki ditekuk.
Kedua tangan diletakan
disamping untuk menahan
badan. Tarik napas, tahan
sambil mengencangkan otot
panggul, tahan beberapa
detik, lalu kembali keposisi semula sambil menghembuskan
napas. Lakukan gerakan 8x.
f) Latihan Mengeran
Posisi tidur
terlentang, rangkul paha
dengan tangan sampai siku.
Lakukan dengan posisi
miring kekiri dan kenan
lanjutkan dengan posisi
terlentang dan merangkul
kedua paha dengan lengan sampai siku. Sambil menarik napas
angkat kepala, pandangan keperut lalu hembuskan napas
lanjutkan dengan pergelangan kaki. Lakukan 8x.
g) Melenturkan Punggung
Posisi merangkak, bahu sejajar dengan
kedua lengan dibuka sejajar. Dengan
membuka kaki, angkat punggung dan
tundukan kepala, sambil menarik napas
tahan beberapa detik kemudian kembali
ke posisi semula, pada posisi kembali otot punggung rileks. Ulangi
gerakan sampai 8x
h) Gerakan Anti Sungsang
Posisi menungging.
Tangan rileks disamping
tubuh dan kedua kaki
terbuka, ditekuk sejajar
bahu. Letakan kepala
dikedua tangan, turunkan
dada perlahan-lahan
sampai menyentuh kasur, kepala menolek ke samping kiri atau
kanan. Letakan siku diatas kasur, geser sejauh mungkin dan
tubuh kesamping. Ulangi gerakan sampai 8x.
o. Imunisasi Tetanus 0,5 cc Pada Ibu Hamil
Memberikan imunisasi TT 0,5 cc, jika sebelumnya telah
mendapatkan. Dengan jadwal sebagai berikut :

Tabel 9. Tabel Pemberian Imunisasi TT


Antigen Interval Lama %
(selang waktu minimal) Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun* 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur 99
hidup
Keterangan : * Artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut
melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan
terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum).
p. Prosedur Diagnostik
Prosedur Diagnostik dilakukan meliputi :
1) Anamnesa
a) Riwayat Kehamilan
b) Riwayat Kebidanan
c) Riwayat Kesehatan
d) Riwayat Sosial
2) Pemeriksaan Umum (Keseluruhan)
3) Pemeriksaan Kebidanan (Luar)
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
d) Perkusi
4) Pemeriksaan Kebidanan (Dalam)
5) Pemeriksaan Laboratorium
6) Pemeriksaan Penunjang : USG dan CTG.

q. Prognosa dan Komplikasi


1) Prognosa
Setelah pemeriksaan selesai maka atas dasar pemeriksaan
harus dapat dibuat prognosa atau ramalan apakah nanti
kehamilannya akan berakhir dengan persalinan normal atau tidak.
Prognosa atau ramalan perlu untuk menentukan apakah
nantinya ibu hamil harus bersalin di Rumah Sakit atau boleh
melahirkan di rumah.
Berikut ini 18 penapisan dalam merujuk pasien, antara lain :
a) Riwayat bedah caesar
b) Perdarahan Pervaginam
c) Persalinan kurang bulan
(usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
d) Ketuban pecah dengan
mekonium kental
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah pada
persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu)
g) Ikterus
h) Anemia berat
i) Tanda / gejala infeksi
j) Preeklampsi / Hipertensi
dalam kehamilan
k) Tinggi fundus uteri 40 cm
atau lebih
l) Gawat janin
m) Primipara dalam fase aktif
persalinan dengan palpasi kepala masih 5/5
n) Presentasi bukan letak
belakang kepala
o) Presentasi majemuk
p) Kehamilan gemeli
q) Tali pusat menumbung
r) Syok

2) Komplikasi
Pada kehamilan komplikasi yang sering ditemukan :
a) Perdarahan nidasi merupakan hal yang fisiologis bila
jumlahnya sedikit, sebentar dan tidak berpengaruh buruk pada
kehamilan
b) Abortus
c) Kehamilan unembrionik (Blighted Ovom) dimana sejak
awal mudigah terbentuk kemudian mati
d) Mola hidatidosa
e) Kehamilan Ektopik
f) Hiperemesis gravidarum
g) Preeklampsia dan Eklampsia
h) Perdarahan antepartum
i) Kehamilan kembar
j) Kelainan dalam lamanya kehamilan.
r. Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Hamil (Sarwono,2012)
Setelah melakukan pemeriksaan dengan seksama, hasil akhir
harus dapat menjawab pertanyaan berkaitan dengan keadaan hamil
sebagai berikut :
1) Umur ibu ( hanya dicantumkan bila umur ibu kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun )
a) Wanita hamil dibawah usia 20 tahun mempunyai resiko
komplikasi kehamilan dan persalinan yang lebih tinggi.
Mereka lebih mungkin menderita hipertensi yang diinduksi
kehamilan atau anemia dan melahirkan bayi dengan BBLR
b) Primigravida tua (diatas 35 tahun ) mempunyai resiko lebih
tinggi menderita hipertensi essensial, hipertensi yang diinduksi
kehamilan diabetes kehamilan dan perdarahan antepartum.
Kemungkinanan mendapatkan bayi Down syndrome juga lebih
besar serta melahirkan dengan secio caesaria juga lebih besar.

2) Primigravida atau Multigravida


a) Definisi
Nuligravida : seorang wanita yang belum pernah hamil
Primigravida : seorang wanita yang hamil pertama kalinya
Multigravida : seorang wanita yang hamil dua kali atau lebih
b) Cara membedakan antara primigravida dan multigravida
Tabel 10. Perbedaan Primigravida Dengan Multigravida
Primigravida Multigravida
Payudara tegang Payudara lembek dan
menggantung
Putting susu runcing Putting susu tumpul
Perut tegang, menonjol Perut lembek dan bergantung
Stirae livide Stirae livide dan albican
Perineum utuh Perineum terdapat bekas robekan
Vulva tertutup Vulva terbuka
Vagina sempit dan rugae Vagina longgar dan tanpa rugae
Portio runcing, tertutup Portio tumpul dan terbagi dalam
bibir depan belakng
Hamil pertama kali Pernah hamil dan melahirkan
bayi genap bulan
Pada multigravida dilakukan pertanyaan tentang
persalinannya yang lampau, sebagai gambaran kerjasama antara 3
P, yaitu power( kekuatan his dan mengejan), passenger(besar dan
beratnya janin serta plasenta), passage( jalan lahir lunak dan tulang
panggul). Bila kehamilan dan persalinan yang lampau dijumpai
keadaan :
(1) Kehamilan dengan komplikasi atau penyakit
(2) Pernah mengalami keguguran
(3) Persalinan prematurus
(4) Kehamilan mati dalam rahim
(5) Persalinan dengan tindakan operasi
(6) Persalinan berlangsung lama, melebihi 24 jam
(7) Kehamilan lewat waktu
Dapat disimpulkan bahwa kehamilan yang sekarang
mempunyai resiko yang lebih tinggi.
3) Hamil atau tidak hamil
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini perlu ditetapkan tanda –
tanda kehamilan, sebagai berikut :
a) Tanda kemungkinan kehamilan
(1) Tanda subyektife hamil
(a) Terlambat datang bulan
(b) Terdapat mual muntah
(c) Terasa sesak
(d) Terasa gerakan janin dalam perut
(e) Sering kencing
(2) Tanda obyektife hamil
(a). Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim, dengan
memperhatikan tanda piskacek dan tanda hegar
(b).Perubahan warna dan konsistensi serviks
(c). Kontraksi braxton hicks
(d).Terdapat ballotement
(e). Teraba bagian janin
(f). Terdapat kemungkinan pengeluaran colostrum
(g).Terdapat hiperpigrmentasi kulit
(h).Terdapat warna kebiruan pada vagina / selaput lendir vulva
(tanda chadwik)
(i). Tes biologis positif
b) Tanda pasti kehamilan
(1) Teraba gerakan janin dalam rahim
(2) Terdengar denyut jantung janin
(3) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin
(4) Pemeriksaan USG

4) Umur kehamilan
Cara menentukan umur kehamilan (Manuaba, 2008. hal :120 )
a) Mempergunakan rumus naegle
(1) Hari + 7, Bulan +3, Tahun +1
(2) Hari + 7, Bulan + 9
b) Perkiraan tinggi fundus uteri
Tabel 11. Umur kehamilan berdasarkan TFU
Umur TFU Keterangan
kehamilan
8 mgg Blm teraba Sebesar telur bebek
12 mgg Di atas simfisis Sebesar telur angsa
16 mgg ½ pusat – simfisis Sebesar kepala bayi
20 mgg Di pinggir bawah pusat --
24 mgg 24 minggu tepat di atas --
pinggir pusat
28 mgg 3 jr ats pusat / 1/3 pusat --
– Px
32 mgg ½ pusat – Px --
36 mgg 1 jr di bwh Px Kepala masih
berada di atas pintu
panggul.
40 mgg 3 jr bwh Px Fundus uteri turun
kembali, karena
kepala janin masuk
ke rongga panggul.
(Wiknjosastro, 2013)
c) Dengan USG
Penentuan umur kehamilan dengan menggunakan USG
memerlukan ilmu pengetahuan yang lebih mendetail dan hanya
bisa dilakukan oleh orang atau ahli yang berkompeten didalam
bidangnya

5) Intrauterine atau ekstrauterine


a) Kehamilan diluar cavum uteri (ektopik ) sebagian besar tidak
dapat berlangsung sampai aterm dan pecah sampai umur hamil
muda
b) Kehamilan intrauterine sejak hamil muda dapat dipastikan
yaitu perkembangan rahim sesuai dengan tuanya kehamila, janin
teraba intrauterine, dan pada palpasi terjadi kontraksi braxton
hicks.
c) Kehamilan abdominal yang mencapai aterm dapat dipastikan
dengan :
(1) gerakan janin terasa nyeri
(2) palpasi janin teraba dibawah kulit
abdomen
(3) kontraksi braxton hicks tidak ada
(4) di samping janin teraba uterus yang
kosong
(5) pemeriksaan USG didapatkan rahim
kosong
(6) percobaan oksitosin 2 unit IV, kantung
janin tidak terjadi kontraksi
(7) foto rontgen dengan keras dan sonde
ternyata rahim kosong.
6) Tunggal Atau Ganda
Menetapkan kehamilan ganda pada umur kehamilan muda sulit
dilakukan, kecuali dengan USG. Dengan anamnesa dapat diduga hamil
kembar (ganda ) yaitu :
a) Perut cepat membesar
b) Gejala emesis gravidarum lebih cepat
c) Perut dirasakan lebih berat
d) Gerakan janin lebih banya
e) Dapat disertai sesak nafas
f) Pada hamil tua dengan pemeriksaan dijumpai gejala hamil
ganda yaitu:
(1) perut lebih besar dari tuanya kehamilan
(2) teraba tiga bagian besar atau dua bagian
besar yang berdampingan
(3) teraba banyak bagian kecil
(4) sering disertai hidramnion
(5) terdengar dua punctum maksimum denyut
jantung janin dalam perbedaan sekitar 10 denyutan
(6) dengan pemeriksaan USG dapat dipastikan
hamil kembar, dimana terdapat dua kepala dan kerangka janin,
dan dua denyut jantung janin berdenyut.
7) Hidup atau Mati
a) Janin hidup
(1) TFU sesuai dengan umur kehamilan
(2) Palpasi janin dalam rahim jelas
(3) Terdengar DJJ
(4) Terasa adanya gerkan janin
b) Kematian janin dalam rahim dapat dilakukan pemeriksaan :
(1) Kehamilan sangat muda kurang dari 12 minggu
(a) Pemeriksaan USG
 Bentuk kantong janin tidak normal, keriput
 Air ketuban berkurang
 Tidak terdapat denyut jantung janin
(b) Tes biologis negative setelah kehamilan mati
dalam rahim sekitar 10 hari
(2) Kehamilan diatas 16 minggu
(a) TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan / fundus uteri
mengecil.
(b) Palpasi janin dalam rahim tidak jelas.
(c) Tidak terdengar denyut jantung janin.
(d) Tidak terasa gerakan janin.
(e) Pemeriksaan USG dan foto abdomen :
 Air Ketuban Berkurang
 Tanda Spalding Positif
 Denyut Jantung Janin Tidak Ada
 Kerangka Janin Sangat Melengkung
 Terdapat Gelembung Gas Dalam Usus Janin

8) Letak anak
Letak janin dapat diketahui dengan :
a) Palpasi abdomen : Leopold I dan III
b) Mendengarkan tempat dimana paling jelas denyut jantung
janin terdengar
(1) Bila DJJ terdengar diatas pusat, maka
letak janin adalah letak sungsang
(2) Bila DJJ terdengar dibawah pusat,
maka letak janin adalah letak kepala
c) Pemeriksaan USG
9) Keadaan umum ibu dan janin
a) Pemeriksaan kesehatan umum ibu hamil dilakukan melalui
anamnese, pemeriksaan kesehatan umum ibu hamil dilakukan
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboraturium
dasar.keadaan umum ibu dikatakan baik apabila hasil anannesa
pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan hasil
abnormal.
b) Sedangkan keadaan umum janin dikatakan baik apabila
gerkan janin dirasakan aktif oleh ibu dan DJJ dalam batas normal.

2. Ketuban Pecah Dini ( KPD )


a. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan
cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant,
2013).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban
sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2011)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan. (Prawirohardjo, 2011 )
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan kurang bulan, dan mempunyai konstribusi yang besar
pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan.
Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat
komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas dan RDS. ( Sujiatini, dkk, 2012)
b. Penyebab
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor
yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana
yang lebih berperan sulit diketahui (Nugroho, 2011).
Faktor-faktor predisposisi itu antara lain adalah:
a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil
dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi
bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius
bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis
(Prawirohardjo, 2011).
Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan
viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau
infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk
pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik. Grup B
streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan
amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan
Staphylococcus epidermidisadalah bakteri-bakteri yang sering
ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri-
bakteri tersebut dapat melepaskan mediator inflamasi yang
menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya
perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput
ketuban (Varney, 2011).
Jika terdiagnosis korioamnionitis, perlu segera dimulai
upaya untuk melahirkan janin sebaiknya pervaginam.
Sayangnya, satu-satunya indikator yang andal untuk menegakkan
diagnosis ini hanyalah demam; suhu tubuh 38ºC atau lebih, air
ketuban yang keruh dan berbau yang menyertai pecah ketuban
yang menandakan infeksi (Anonim, 2011).
b. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali
mengalami ketuban pecah dini kembali.Patogenesis terjadinya
ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm
terutama pada pasien risiko tinggi (Nugroho, 2012).
Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan
atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya
wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih
beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita
yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena
komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan
kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya
(Anonim, 2012)
c. Tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya hidramnion dan gemeli. Pada
kelahiran kembar sebelum 37 minggu sering terjadi pelahiran
preterm, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih sering
mengalami ketuban pecah dini (Nugroho, 2012).
Perubahan pada volume cairan amnion diketahui
berhubungan erat dengan hasil akhir kehamilan yang kurang
bagus. Baik karakteristik janin maupun ibu dikaitkan dengan
perubahan pada volume cairan amnion. Polihidramnion dapat
terjadi akibat kelainan kongenital, diabetes mellitus, janin besar
(makrosomia), kehamilan kembar, kelainan pada plasenta dan
tali pusat dan penggunaan obat-obatan (misalnya propiltiourasil).
Kelainan kongenital yang sering menimbulkan polihidramnion
adalah defek tabung neural, obstruksi traktus gastrointestinal
bagian atas, dan kelainan kromosom (trisomi 21, 18, 8, 13)
komplikasi yang sering terjadi pada polihidramnion adalah
malpresentasi janin, ketuban pecah dini, prolaps tali pusat,
persalinan pretem dan gangguan pernafasan pada ibu
(Prawirohardjo, 2011).
d. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia)
Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi
(inkompetensia), didasarkan pada adanya ketidakmampuan
serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi
serviks sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada
trimester kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan
kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.
Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada
serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical,
dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi
obstetrik (Prawirohardjo, 2011).
Diagnosa inkompetensi serviks ditegakkan ketika serviks
menipis dan membuka tanpa disertai nyeri pada trimester kedua
atau awal trimester ketiga kehamilan. Umumnya, wanita datang
kepelayanan kesehatan dengan keluhan perdarahan pervaginam,
tekanan pada panggul, atau ketuban pecah dan ketika diperiksa
serviksnya sudah mengalami pembukaan. Bagi wanita dengan
inkompetensi serviks, rangkaian peristiwa ini akan berulang pada
kehamilan berikutnya, berapa pun jarak kehamilannya. Secara
tradisi, diagnosis inkompetensia serviks ditegakkan berdasarkan
peristiwa yang sebelumnya terjadi, yakni minimal dua kali
keguguran pada pertengahan trimester tanpa disertai awitan
persalinan dan pelahiran ( Morgan, 2012).
Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat
keguguran pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya
riwayat laserasi serviks menyusul pelahiran pervaginam atau
melalui operasi sesar, adanya pembukaan serviks berlebihan
disertai kala dua yang memanjang pada kehamilan sebelumnya,
ibu berulang kali mengalami abortus elektif pada trimester
pertama atau kedua, atau sebelumnya ibu mengalami eksisi
sejumlah besar jaringan serviks (Morgan, 2012).
e. Paritas
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (Saifuddin, 2014).
Paritas terbagi menjadi primipara dan multipara.
Primiparitas adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi
hidup atau mati untuk pertama kali. Multiparitas adalah wanita
yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali
(sampai 5 kali atau lebih) (Varney, 2011).
f. Kehamilan dengan janin kembar
Pada kehamilan kembar, evaluasi plasenta bukan hanya
mencakup posisinya tetapi juga korionisitas kedua janin. Pada
banyak kasus adalah mungkin saja menentukan apakah janin
merupakan kembar monozigot atau dizigot. Selain itu, dapat juga
ditentukan apakah janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya
membedakan ini diperlukan untuk memperbaiki resiko
kehamilan. Pengawasan pada wanita hamil kembar perlu
ditingkatkan untuk mengevaluasi resiko persalinan preterm.
Gejala persalinan preterm harus ditinjau kembali dengan cermat
setiap kali melakukan kunjungan (Nugroho, 2011).
Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi
mengalami ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya
disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi
hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika ibu dan
keluarga dilibatkan dalam mengamati gejala yang berhubungan
dengan preeklamsi dan tanda-tanda ketuban pecah (Varney,
2011).
g. Usia ibu yang ≤ 20 tahun
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan ibu
dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk
melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi
mengalami ketuban pecah dini (Nugroho, 2011).
Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses
kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan.
World Health Organisation (WHO) memberikan rekomendasi
sebagaimana disampaikan Seno (2011) seorang ahli kebidanan
dan kandungan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Sampai
sekarang, rekomendasi WHO untuk usia yang dianggap paling
aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 30
tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dapat
menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100% siap
(Agil, 2011).
Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia
kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan
darah dan pertumbuhan janin terhambat. Bisa jadi secara mental
pun wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk
memeriksakan diri dan kandungannya menjadi rendah. Di luar
urusan kehamilan dan persalinan, risiko kanker leher rahim pun
meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia
20 tahun ini. Berbeda dengan wanita usia 20-30 tahun yang
dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan. Di
rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima.
Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi yang
maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental pun siap,
yang berdampak pada perilaku merawat dan menjaga
kehamilannya secara hati-hati (Agil, 2011).
Pendapat Seno (2011), usia 30-35 tahun sebenarnya
merupakan masa transisi “Kehamilan pada usia ini masih bisa
diterima asal kondisi tubuh dan kesehatan wanita yang
bersangkutan termasuk gizinya, dalam keadaan baik”. Mau tidak
mau, suka atau tidak suka, proses kehamilan dan persalinan
berkaitan dengan kondisi dan fungsi organ-organ wanita.
Artinya, sejalan dengan bertambahnya usia, tidak sedikit fungsi
organ yang menurun. Semakin bertambah usia, semakin sulit
hamil karena sel telur yang siap dibuahi semakin sedikit. Selain
itu, kualitas sel telur juga semakin menurun. Itu sebabnya, pada
kehamilan pertama di usia lanjut, resiko perkembangan janin
tidak normal dan timbulnya penyakit kelainan bawaan juga
tinggi, begitu juga kondisi-kondisi lain yang mungkin
mengganggu proses kehamilan dan persalinan seperti kelahiran
preterm ataupun ketuban pecah dini (Agil, 2011).
c. Mekanisme Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah
karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh
selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matrix, perubahan stuktur, jumlah sel dan katabolisme
kolagen menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
a. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
b. Berkurangnya tembaga dan asa askorbikyang berkaitan
pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen di mediasi matriks metalloproteinase
(MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan
TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matrix
ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini
meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana
terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat dalam kehamilan muda. Pada
trimester 3 selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ketuban pada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini
prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks,
solusio plasenta.(sarwono, 2011)
d. Tanda dan Gejala
Ketuban pecah dini ini umumnya dirasakan sebagai keluarnya
air dari jalan lahir yang tidak dapat ditahan. Beberapa orang akan
mengira bahwa ia ngompol. Umumnya cairan yang keluar ini akan
berwarna jernih. Adanya ketuban yang berbau, berwarna hijau
merupakan tanda – tanda adanya infeksi pada air ketuban yang akan
meningkatkan resiko infeksi berat pada janin.
Ketuban pecah dini akan menyebabkan banyak komplikasi
pada janin dan ibu. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
adalah adanya persalinan yang prematur, meningkatnya
kemungkinan dilakukan tindakan seksio sesarea, meningkatnya
resiko infeksi pada ibu maupun pada janin, berkurangnya cairan
ketuban atau disebut juga oligohidramnion yang nantinya dapat
menyebabkan penekanan tali pusat dan kekurangan oksigen pada
janin hingga gangguan bentuk tubuh janin.
Umumnya pada mereka yang mengeluh keluarnya cairan
ketuban akan diperiksa di dokter dengan menggunakan alat
inspekulo yang bertujuan untuk menilai adanya air di dalam jalan
lahir. Untuk memastikan bahwa  air tersebut merupakan air ketuban,
akan digunakan pemeriksaan dengan kertas lakmus. Kemudian
selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan dalam untuk menilai
adanya pembukaan dan pendataran serviks. Akan dilakukan juga
pemeriksaan untuk menilai adanya infeksi pada ibu maupun
janin.Pemeriksaan dengan ultrasonografi dapat dilakukan untuk
menilai sisa cairan ketuban yang terdapat di dalam rahim.
Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu timbul pada
ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian
cairan tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam.
Keadaan lain seperti nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin
cepat serta perdarahan pervaginam sedikit tidak selalu dialami ibu
dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai
untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin
(Varney, 2011).
e. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung
pada usia kehamilan dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden sectio secarea, atau gagalnya persalinan
normal.
a. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah
dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum
insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten
c. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban mterjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat
hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawat.
d. Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan komposisi
muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonas.
(sarwono prawirohardjo, 2011)
f. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
a. Pastikan diagnosis
b. Tentukan umur kehamilan
c. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
d. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarga air ketuban berupa cairan jernih keluar dari
vagina yang kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dalam
persalinan.
Diagnosis ketuban pecah dini prematur dengan inspekulo
dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan
PH vagina perempuan hamil sekitar 4,5 bila ada caira ketuban PH
nya sekitar 7,1-7,3. Antiseptic yang alkalin akan menaikan PH
vagina.
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini
dapat dikonfirmasikan denga adanya oligohidramnion. Bila air
ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks.
Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk
rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air
ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk dirawat jalan.
Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, kotioamnionitis, gawat
janin, persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini dalam
kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang
komperhensif. Secara umum penatalksanaan pasien ketuban pecah
dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat
janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.
(sarwono prawirohardjo, 2011)
g. Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan
ketuban divagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan
sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu
dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-
tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 C serta air ketuban
keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm. Janin yang
mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring velviks. Tentukan
adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan penanganan
aktif (terminasi kehamilan). (sarwono prawirohardjo, 2011)
h. Penanganan
a. KPD dengan kehamilan Preterm
1) Perkiraan berat badan janin > 1500 gr
a) Berikan antibiotika injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam per IV,
tes dulu 2 hari dilanjutkan Amoxicillin 3 x 500 mg/hari
per os selama 3 hari.
b) Diberikan Kortikosteroid untuk merangsang maturasi
paru yaitu injeksi Deksametason 19 mg IV, 2x selama 24
jam atau injeksi Betametason 12 mg IV 2x selama 24
jam.
c) Observasi 2 x 24 jam, bila belum inpartu segera
terminasi.
d) Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat 37,60C segera terminasi.

2) Perkiraan berat badan janin < 1500 gr


a) Pemberian antibiotikan injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam IV,
tes dulu selama 2 hari dilanjutkan Amxicillin 3 x 500
mg/hari per os selama 3 hari.
b) Observasi 2 x 24 jam dan suhu rektal tiap 3 jam.
3) Bila suhu rektal meningkat > 37,60C segera terminasi.
a) Bila 2 x 24 jam air ketuban tidak keluar dilakukan USG
b) Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan
(konservatif).
c) Bila air ketuban sedikit, segera terminasi.
4) Bila 2 x 24 jam, air ketuban masih tetap keluar segera
terminasi.
5) Bila konservatif, sebelum penderita pulang diberi nasehat
a) Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda demam atau
keluar air ketuban lagi.
b) Tidak boleh koitus.
c) Tidak boleh manipulasi vaginal.
Yang dimaksud terminasi adalah:
1) Induksi persalinan dengan oksitosin drip 5 U dalam 500
cc D 5% dimulai 8 tetes/menit untuk tetesan pertama,bila
tetesan pertama habis belum ada tanda-tanda inpartu di
lanjutkan dengan tetesan kedua yaitu lansung 20 tetes/
menit, bila his belum adekuat naikkan 30 menit, bila his
adekuat pertahankan 20 tetes/menit sampai his adekuat
maksimal 40 tetes/menit
2) Dikatakan drip oksitosin gagal apabila jika sudah 2x
pemberian drip oksitosin + 2 botol infus RL tidak ada his
dan kemajuan dalam pembukaan, terjadi lingkaran bandle,
gawat janin maka dilakukan tindakan seksio sesarea.
b. KPD dengan kehamilan Aterm
1) Diberikan antibiotika (injeksi Ampicillin 1 gr/6 jam per IV,
tes dulu).
2) Observasi suhu rektal tiap 3 jam, bila suhu meningkat >
37,60C segera terminasi.
3) Bila suhu rektal tidak meningkat ditunggu 12 jam, bila belum
ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.
4) Batasi pemeriksaan dalam,dilakukan hanya berdasarkan
indikasi obstetrik.
5) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi pelvik skore:
a) Bila PS ≥ 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip
Bila PS ≤ 5,dilakukan pematangan serviks
3. Induksi Persalinan
a. Pengertian
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil
yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk
merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan.Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan,
di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut
dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu. (Wiknjosastro,
2013: 73).
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya
proses persalinan(dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian
distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis
untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.
(Darmayanti, 2011: 1).
Indikasi-indikasi yang penting ialah postmaturitas dan
hipertensi pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat
melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi,
diantaranya :
1. Hendaknya serviks uteri sudah matang, yaitu serviks sudah
mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1
jari, sumbu serviks menghadap ke depan.
2. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
3. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.
4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga
panggul. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka
induksi persalinan mungkin tidak memberi hasil yang
diharapkan.
b. Tujuan Induksi
1. Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan
kelanjutan kehamilan.
2. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks
dan penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus
atau komplikasi janin.
3. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan
memaksimalkan kepuasan ibu.
c. Etiologi
Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari
ibu. Indikasi yang berasal dari ibu adalah :
1. Kelainan hipertensi pada kehamilan, Gangguan hipertensi pada
awal kehamilan disebabkan oleh berbagai keadaan, dimana
terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi,
eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit
hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-
induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit
yang sudah ada sebelum hamil.
2. Diabetes, Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami
komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan
kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan
dipengaruhi oleh komplikasi diabetic. Diabetes yang diikuti dengan
komplikasi lain seperti makrosomia, preklamsia, atau kematian
janin, pengakhiran kehamilan lebih baik dilakukan dengan
induksi atau operasi caesar.
3. Perdarahan Antepartum, Perdarahan antepartum yang bisa
dilakukan induksi persalinan adalah solusio plasenta dan plasenta
previa lateralis. Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta
yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir.
Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat
tersembunyi di belakang plasenta menembus selaput ketuban,
masuk ke dalam kantong ketuban. Nasib janin tergantung dari
luasnya plasenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau
seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian
janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin tidak
berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat janin.
Solusio placenta juga dapat mnyebabkan renjatan pada ibu.
Untuk solusio plasenta yang sedang atau berat.
Indikasi yang berasal dari anak antara lain :
1. Kehamilan lewat waktu (penelitian dilakukan oleh peneliti
kehamilan lewat waktu di Kanada pada ibu yang mengalami
kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi dengan yang tidak
diinduksi, hasilnya menunjukkan angka seksiosesaria pada
kelompok yang diinduksi lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok yang tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan
nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai
risiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin
menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan:
Pertumbuhan janin makin melambat
a) Terjadi perubahan metabolisme janin.
b) Air ketuban berkurang dan makin kental.
c) Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa
menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm.Ada
komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak
defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu
dan pendarahan postpartum.
2. Ketuban pecah dini, Ketika selaput ketuban pecah,
mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong
amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-
tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang
mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah memasuki aterm maka perlu
dilakukaninduksi.
3. Kematian janin dalam rahim.
4. Restriksi pertumbuhan intrauteri, Bila dibiarkan terlalu lama
dalam kandungan diduga akan berisiko/ membahayakan hidup
janin/kematian janin.
5. Isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor,
Kelainan congenital mayor merupakan kelainan yang memberikan
dampak besar pada bidang medis, operatif, dan kosmetik serta
yang mempunyai risiko kesakitan dan kematian tinggi,
misalnya : anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis
d. Kontra Indikasi 
Kontra indikasi dari induksi persalinan ada yang absolut dan yang relatif.
Kontraindikasi absolut adalah :
1. Disproposi sefalopelvik absolute.
2. Gawat janin.
3. Plasenta previa totalos.
4. Vasa previa.
5. Presentasi abnormal.
6. Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya.
7. Presentasi bokong
Kontraindikasi yang sifatnya relatif adalah :
1. Perdarahan antepartum.
2. Grande multiparitas.
3. Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP).
4.   Malposisi dan malpresentasi.
e. Klisifikasi
Induksi persalinan terbagi atas:
1. Secara Medis
a. Infus oksitosin
Syarat - syarat pemberian infuse oksitosin :
Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan
dan tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin,
maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
d) Kehamilan aterm.
e) Ukuran panggul normal.
f) Tak ada CPD.
g) Janin dalam presentasi kepala.
h) Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan
sudah mulai membuka)
Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop,
yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan
kemungkinan besar akan berhasi.
SKOR BISHOP
SKOR 0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
serviks
Pendataran 0-30 % 40-50 % 60-70 % 80 %
serviks
Penurunan -3 -2 -1,0 +1, +2
kepala diukur
dari Hodge III
(cm)
Konsistensi Keras Sedang Lunak
serviks
Posisi serviks Ke belakang Searah sumbu Ke arah
jalan lahir depan

Tekhnik infus oksitosin berencana:


1. Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita
sudah tidur pulas.
2. Pagi harinya penderita diberi pencahar.
3. Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan
observasi yang baik.
4. Disiapkan cairan D5 500 cc yang diisi dengan oksitosin 5 IU.
5. Cairan yang sudah mengandung 5 IU oksitosin dialirkan secara
intravena melalui aliran infus dengan jarum abocath no 18 G.
6. Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah.
7. Tetesan dimulai dengan 8 tetes permenit dinaikan 4 tetes setiap 30
menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 40
tetes. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi rahim tidak muncul
juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak
akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus
oksitosin dihentikan
8. Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara
cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri,
tanda-tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat
janin.
9. Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat
maka kadar tetesanoksitosin dipertahankan. Sebaiknya
bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah
tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai
persalinan selesai yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta.
11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan
dengan periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. 
Induksi persalinan dengan oksitosin drip dikatakan gagal
apabila:
a) Terjadi gawat janin .
b) Terjadi rupture uteri .
c) His kuat tidak ada kemajuan persalinan.
d) 2 flash habis kemajuan persalinan tidak mengarah ke fase
aktif.
e) Pemberian Prostaladin
Prostagladin dapat merangsang otot-otot polos termsuk juga otot-
otot rahim.Prostagladin yang spesifik untuk merangsang
otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha.Untuk induksi
persalinan dapat diberikan secara intravena, oral.Pada
kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin
cukup efektif.
f) Cairan hipertonik intra uteri
Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk
merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan
janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa
cairan garam hipertonik 20 , urea dan lain-lain. Kadang-
kadang pemakaian urea dicampur dengan prostagladin
untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim.Cara
ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya,
misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan
pembekuan darah.
2. Secara manipulatif 
a. Amniotomi
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara
memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan (fore
water) maupun dibagian belakang (hindwater) dengan suatu
alat khusus (drewsmith catheter). Sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi
dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim. Beberapa teori
mengemukakan bahwa :
1) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40%
sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk
membuka serviks.
2) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam
rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan,
sehingga berkurangnnya oksigenesi otot-otot rahim dan
keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
3) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan
dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf- syaraf
yang merangsang kontraksi rahim.
Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-
tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara-
cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan
inpus oksitosin. Pada amniotomi perlu diingat akan
terjadinya penyulit-penyulit sebagai berikut :
1. Infeksi.
2. Prolapsus funikuli.
3. Gawat janin.
4. Tanda-tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat
banyak dan dikeluarkan secara tepat ).
Tehnik amniotomi
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di
masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis
servikalis.Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa,
sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.Tangan kiri
kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan
tuntunan kedua jari yang telah ada didalam.Ujung pengait
diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
didalam.Tangan yang diluar kemudian memanipulasi
pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek
selaput ketuban.Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga
dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara
jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian
dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis
servikalis.Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten
menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul.Setelah air
ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan
kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar robekan
selaput ketuban.Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit
untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat,
bagian-bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta.
Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan
lahir.
b. Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stnpping of the
membrane)
Yang dimaksud dengan stripping of the membrane,
ialah melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara
menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan.Cara ini
dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his.
Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini,
ialah :
1. Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari.
2. Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah,
tidak boleh dilakukan.
3. Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.
c. Pemakaian rangsangan listrik 
Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam
servik, sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding
perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi
rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim.
Bentuk alat ini bermacam-macam, bahkan ada yang
ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa-bawa dan ibu tidak
perlu tinggal di rumah sakit.Pemakaian alat ini perlu dijelaskan
dan disetujui oleh pasien.
d. Rangsangan pada puting susu (breast stimulation )
Sebagaimana diketahui rangsangan putting susu dapat
mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan
oksitosis sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan
pengertian ini maka telah dicoba dilakukan induksi
persalinan dengan merangsang puting susu. Pada salah satu
puting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase ringan
dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah
tersebut, maka sebaiknya pada daerah putting dan aerola
mammae di beri minyak pelicin. Lamanya tiap kali
melakukan masase ini dapat ½ jam ±1 jam, kemudian
istirah beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga
dalam 1hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan
untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudara
bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan
berlebihan. Menurut penelitian di luar negri cara induksi ini
memberi hasil yang baik. Cara-cara ini baik sekali untuk melakukan
pematangan serviks pada kasus-kasus kehamilan lewat waktu.
f. Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat
waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya
hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini.
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan
oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim
semakin sensitif terhadap rangsangan.Pada kehamilan lewat waktu
terjadi sebaliknya otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan,
karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim.
Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah
meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi
plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan
kemudian mulai menurun setelah 42minggu, ini dapat dibuktikan dengan
adanya penurunan kadar estriol dan plasentallaktogen.
g. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah
kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya
sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri.Adanya kontraksi
rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam
pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan
dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan
menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.
h. Komplikasi
Menurut Rustam (2011), komplikasi induksi persalinan adalah :
a. Terhadap Ibu
1) Kegagalan induksi.
2) Kelelahan ibu dan krisis emosional.
3) Inersia uteri partus lama.
4) Tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan
solusio plasenta, ruptura uteri dan laserasi jalan lahir
lainnya.
5) Infeksi intra uterin.
b. Terhadap janin
1) Trauma pada janin oleh tindakan.
2) Prolapsus tali pusat.
3) Infeksi intrapartal pada janin.
Komplikasi induksi persalingan dengan pemberian oksitosin
dalam infus intravena dengan pemecahan ketuban cukup aman bagi
ibu apabila syarat-syarat seperti disebut diatas dipenuhi. Kematian
perinatal lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi
hal ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk
melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi
persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio sesaria, harus
selalu diperhitungkan.Komplikasi induksi persalinan yang
mungkin terjadi diantaranya adalah :
1. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya
induksi harus dilakukandalam pengawasan yang ketat dari
dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan
rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi
dihentikan dan dilakukan operasi Caesar. Kontraksi yang
dihasilkan oleh uterus dapa tmenurunkan denyut jantung
janin.
2. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi
mengalami gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya
selama proses induksi berlangsung, penolong harus
memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu berisiko
menimbulkan gawat janin, proses induksi harus
dihentikan.
3. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi
pada yang sebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu
menginginkan kelahiran normal.
4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali
namun tetap harus diwaspadai.Emboli terjadi apabila air
ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut
di otak ibu, atau paru-paru.Bila terjadi, dapat merenggut nyawa
ibu seketika.
5. Janin bisa mengalami ikterus neonatorum dan aspirasi air ketuban.
6. Infeksi dan rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi
pada induksi persalinan walaupun jumlahnya sedikit.
26 penapisan dalam merujuk pasien antara lain:
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan ( usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium kental
5. Ketuban pecah dini >12 jam
6. Ketuban pecah pada pesalinan kerang bulan ( usia kehamilan < 37
minggu)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/ gejala infeksi (suhu >38ᵒC)
10. Preeklamsi berat / eklamsi
11. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara pada fase aktif persalinan dengan palpasi kepala masi
5/5
14. Presentasi bukan letak belakang kepala
15. Presentasi majemuk
16. Kehamilan gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
19. Postterm pregnancy
20. Hipertensi pada kehamilan
21. Kehamilan dengan penyakit sistemik ( diabetes militus, jantung,
kelainan darah, TBC, dll)
22. Tinggi badan <140 cm
23. Kehamilan diluar kandungan ( KET)
24. Partus tidak maju ( kala I lama, kala II lama, kala II tidak maju)
25. Hamil dengan myoma uteri
26. Kehamilan dengan riwayat penyakit tertentu ( HIV/AIDS,
hipertensi, dll)
4. Persalinan
a. Pengertian
1) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Asuhan Persalinan
Normal 2011, Hal 39)
2) Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu
badan ibu, presentasi belakang kepal, keseimbangan diameter
kepala bayi dan panggul ibu serta dengan tenaga ibu sendiri
(Winkjosastro, 2012)
3) Persalinan merupakan suatu proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir, Kelahiran adalah
proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir (saifuddin, AB. 2011 hal 100)
b. Etiologi
Beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan adalah
(Yanti, 2012).
1) Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone
dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteon menurun sehingga timbul his.
2) Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena
itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3) Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya yang bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot rahim makin rentan.
4) Pengaruh janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anenchepaluskehamilan
sering lebih lama dari biasa.
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, di sangka menjadi
salah satu sebab permulaan pesalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan ekstramnial menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga
disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun darah periver pada ibu-ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan. (Wiknjosastro,
2012).
c. Tanda – Tanda Persalianan
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(prekuesi minmal 2 kali dalam 10 menit)
3) Carian lendir bercampur darah (show) melalui vagina (asuhan
persalinan normal 2012, hal 39)
d. Fisiologis Persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori
yang komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika
telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus
antara lain penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot – otot uterus.
Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum
persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang
mengakibatkan iskemi otot – otot uterus yang mengganggu
sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan
pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang
servik menyebabkan uterus berkontraksi (Wiknjosastro, 2012).
e. Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
1) Kala I
a) Pengertian
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan
serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses
membukanya serviks disebabkan oleh his
pesalinan/kontraksi.
Tanda dan gejala kala I :
(1) His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit.
(2) Penipisan dan pembukaan serviks.
(3) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir
bercampur darah.
b) Kala I dibagi dalam 2 fase:
(1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servik secara bertahap,
pembukaan servik kurang dari 4 cm, biasanya
berlangsung hingga 8 jam.
Prosedur dan diagnostik :
Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada
waktunya: (Saifuddin AB, 2011) maka:
(a) Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran
pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan
ketuban; riwayat kehamilan; riwayat medik;
riwayat sosial; terakhir kali makan dan minum;
masalah yang pernah ada.
(b) Pemeriksaan Umum :
Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu;
kandung kemih.
(c) Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi;
penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut
jantung janin.
(d) Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban
penurunan dan molase; anggota tubuh janin yang
sudah teraba.
(e) Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan
lain-lain; darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.
(f) Perubahan psikososial
Perubahan perilaku; tingkat energi; kebutuhan dan
dukungan.
(2) Fase aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi
tiga kali atau lebih), serviks membuka dari 4 cm ke 10
cm, biasanya kecepatan 1 cm atau lebih per jam
hingga pembukaan lengkap ( 10 cm ) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin.
(3) Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala satu persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik. Tujuan utama dan penggunaan
partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan
kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci
pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru lahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten,
partograf akan membantu penolong persalinan
untuk:
1) Mencatat kemajuan persalinan
2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama
persalinan dan kelahiran
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk
identifikasi dini penyulit persalinan
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk
membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu.
Partograf harus digunakan:
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan dan merupakan elemen penting dari
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan
untuk semua persalinan, baik normal maupun
patologis.
2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat
(rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit,
dll).
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses
kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter
Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran).
Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini, kala I
persalinan terdiri dan dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif yang diacu pada pembukaan serviks:
1) Fase laten: pembukaan serviks kurang dan 4 cm
2) Fase aktif: pembukaan serviks dan 4 sampai 10 cm
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara
seksama, yaitu:
1) Denyut jantung janin: setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 1/2 jam
3) Nadi: setiap 1/2 jam
4) Pembukaan serviks: setiap 4 jam
5) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian
kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan
tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan
adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi
berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang
kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak
ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang
dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi
teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya
meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah,
penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah
dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik.
Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi
kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan
frekuensi kontraksi.
Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika
fase laten berlangsung lebih dan 8 jam.
Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan: Partograf
Halaman depan partograf menginstruksikan
observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu:
Informasi tentang ibu:
1) Nama, umur;
2) Gravida, para, abortus (keguguran);
3) Nomor catatan medik/nomor puskesmas;
4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah,
tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat
ibu);
5) Waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi janin:
1) DJJ; setiap 30 menit
2) Penyusupan (molase) kepala janin: Setiap 4 jam.
Gunakan lambang-lambang berikut:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang
tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : Tulang kepala janin tumpang tindih, tidak dapat
dipisahkan
3) Warna dan adanya air ketuban; setiap 4 jam
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U : Selaput ketuban utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur meconium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban
tidak mengalir lagi (“kering”)
Kemajuan persalinan:
(a) Pembukaan serviks; setiap 4 jam
(b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
setiap 4 jam
(c) Garis waspada dan garis bertindak.
Jam dan waktu:
(a) Waktu mulainya fase aktif persalinan;
(b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus:
(a) Frekuensi dan lamanya: setiap 30 menit
(b)Lama kontraksi (dalam detik)
Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
(a) Oksitosin;
(b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang
diberikan.
Kondisi ibu:
(a) Nadi: setiap 30 menit, tekanan darah: setiap 4 jam
dan temperatur tubuh; setiap 30 menit
(b) Urin (volume, aseton atau protein): setiap 2-4 jam
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
(dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf
atau di catatan kemajuan persalinan)
Gambar 19. Partograf
c) Prognosa dan Komplikasi
(1) Prognosa
(Waspodo D, 2012) Meskipun sebagian besar ibu
menjalani persalinan normal, namun sekitar 10-15%
diantaranya mengalami masalah selama proses
persalinan dan kadang-kadang sulit untuk menduga
kapan penyulit akan terjadi.
(2) Komplikasi
(Hanifa Winkjosastro, 2012), Komplikasi dalam
persalinan yang biasa terjadi :
(a) Distosia atau persalinan yang sulit akibat dari:
- Kelainan tenaga atau his
- Kelainan janin (kelainan dalam letak atau
bentuk janin)
- Kelainan jalan lahir
(b) Perdarahan saat dan setelah persalinan
(c) Retensio plasenta
(d) Inversio uteri
(e) Perlukaan vulva, vagina dan serviks
(f) Ruptura uteri
(g) Emboli air ketuban
(h) Hematoma obstetric
2) Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Wanita merasa hendak buang air besar karena tekanan
pada rektum. Perineum menonjol dan menjadi besar karena
anus membuka. Labia menjadi membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak pada vulva pada waktu his.
Pada primigravida kala II berlangsung 1,5 - 2 jam, pada
multi 0,5 - 1 jam.
a) Tanda Dan Gejala Kala II :
(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
(2) Perineum terlihat menonjol
(3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada
rectum dan atau vaginanya
(4) Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada
rectum dan atau vaginanya
(5) Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka
(6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Gambar 20. Alir untuk penatalaksanaan fisiologis persalinan kala dua

3) Kala III (Kala uri)


Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
(Wiknjosastro, 2007).
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai dengan
lahirnya placenta ( 30 menit). Setelah bayi lahir, uterus teraba
keras dan fundus uteri sepusat. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah
bayi lahir dan plasenta keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri (dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan
pascapersalinan.
a) Tanda – tanda pelepasan plasenta :
Gambar 21. Pelepasan plasenta

(1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.


(2) Tali pusat memanjang
(3) Semburan darah tiba – tiba
b) Manejemen aktif kala III :
Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu
kala III dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah
terjadinya retensio plasenta.
Tiga langkah manajemen aktif kala III :
(1) Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit
setelah bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan
tunggal.
(2) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
(3) Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah
plasenta lahir.
4) Kala IV (2 jam post partum)
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat
dengan amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini
tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan
terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi
yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian
pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan
ibu saat menyusui bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh
kelenjar hipofise posterior (Manuaba, 2012).
Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir,
tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat.
Selama 2 jam pertama pascapersalinan :
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan
perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika
ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian
secara lebih sering.
Tabel 12. Lamanya persalinan pada primigravida dan
multigravida
Primigravida Multigravida
Kala I 8 jam 6 jam
Kala II 2 jam 1 jam
Kala III 30 menit 30 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa 12-14 jam 8-10 jam
memasukkan kala IV
yang bersifat
observasi)

f. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan


1) Power : His dan tenaga mengejan.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His dan
tenaga mengejan sangat mempengaruhi persalinan. His
menyebabkan pembukaan pada serviks, mendorong bayi untuk
keluar, dan melepaskan plasenta. Tenaga mengejan akan dapat
berhasil setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, dan
paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
2) Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
Gambar 22. Panggul

Pelvis terdiri dari 4 tulang, yaitu 2 tulang inominata, os


sacrum, dan koksigis.
Gambar 23. Bagian Panggul
a) Bagian Pelvis
Pelvis dibagi oleh linea terminalis menjadi pelvis
mayor atas dan pelvis minor di bawahnya.
(1) Pelvis mayor (palsu) sedikit bermaksa secara obstetric yang
relevan dengan jalan lahir janin melalui pelvis.
(2) Pelvis minor (sejati) membentuk jalur tulang yang dilalui
janin untuk dilahirkan pervaginam.
Pelvis minor mempunyai lima batasan:
(1) Batasan superior: promontorium, sacrum, linea terminalis,
batas atas tulang pubis.
(2) Batas inferior: batas inferior tuber iskiadikum dan ujung
koksigis.
(3) Bagian posterior : permukaan anterior sarkum dan
coksigeus.
(4) Bagian lateral : insisura sakroiliaca dan ligament serta
permukaan dalam tulang ischium
(5) Bagian anterior : foramen obsturatum dan permukaan
posterior simfisis, pubis, tulang-tulang pubis, dan ramus
acenden tulang-tulang ischium.
Pelvis minor (sejati) memiliki tiga bidang yang secara
obstetric bermakna:
(1) Pintu atas panggul (pintu superior) adalah pintu masuk
atas ke pelvis minor. Batasan-batasannya yaitu
Promontorium, sayap sakrum, linea innominata, ramus
superior os pubis, tepi atas simphysis hingga kembali
sampai ke promontorium. Diameter pintu atas panggul
yang sering dijadikan acuan dalam pembahasan di bawah
ini:
(a) Konjugata vera: konjugata sejati pintu atas panggul,
membentang dari bagian tengah promontorium sacrum
hingga pertengahan batas atas simfisis pubis, ukuran
normal konjungata vera adalah 11 cm atau lebih.
(b) Konjugata obstetric pintu atas panggul: membentang
dari bagian tengah promontorium sacrum hingga bagian
tengah simfisis pubis pada permukaan dalamnya
berjarak milimeter di bawah batas atas. Ukuran
minimum diameter ini sebelum pelvis dianggap
berkontraksi adalah 10 cm.
(c) Diagonal konjugata pintu atas panggul: terbentang dari
bagian tengah promontrium sacrum hingga ke bagian
tengah tepi inferior (bagian bawah) simfisis pubis.
Ukuran klinis yang normal minimal 11,5 cm.
Diameter transversal pintu atas panggul mengukur
jarak terjauh antara linea terminalis pada salah satu dari dua
sisi pelvis, jarak ini kira-kira 13,5 cm.
Diameter oblik pintu atas panggul mengukur jarak
antara sinkondrosis sakroiliaka pada satu sisi pelvis dan
eminensia iliopektinea pada sisi pelvis yang berlawanan.
Sinkondrosis sakroiliaka pada pelvis kiri atau kanan
menentukan apakah diameter tersebut adalah diameter oblik
kanan atau oblik kiri.
(2) Pintu tengah panggul
Bidang tengah panggul adalah bidang diameter terkecil.
Batasa-batasannya dari cekungan sakrum, dinding pelvik,
distansia interspinarum. Biasanya berukuran 10 cm. ukuran
ini penting, karena merupakan diameter terkcil pelvis yang
harus dilalui janin untuk mengakomodasi dirinya.
(3) Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul dilihat dari kelenturan os
coccygis dan sudut arcus pubis normalnya 90°.
b) Bidang hodge
Bidang – bidang hodge ini dipelajari untuk menentukan
sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul
pada persalinan.
Gambar 24. Bidang hodge
(a) Hodge I :sejajar dengan PAP
(b)Hodge II:sejajar HI melalu tepi bawah sympisis
(c)Hodge III:sejajar HI,HII melalui spina ishiadika
(d)Hodge IV: sejajar HI,HII,HIII,melalui ujung os cocsygis
3) Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
a) Janin

Gambar 25. Tulang tengkorak


b) Bagian tengkorak pada kepala terdiri dari:
(1) Tulang dahi ( os frontale ) : 2 buah
(2) Tulang Ubun-ubun ( os parietale ) : 2 buah
(3) Ubun-ubun besar (fontanela mayor) terbentuk dari: sutura
sagitalis, 2 sutura coronaria, sutura frontalis
(4) Ubun-ubun kecil (fontanela minor) terbentuk dari: 2 sutura
lamboidea dan sutura sagitalis.
(5) Tulang pelipis ( os temporale ) : 2 buah
(6) Tulang belakang kepala ( os occipitale )
c) Sutura yang harus diketahui yaitu:
(1) Sutura sagitalis : antara kedua os parietal
(2) Sutura coronaria: antara os frontale dan os parietal
(3) Sutura lamboidea: antara os occipital dan kedua os parietal
(4) Sutura frontalis : antara os frontae kiri dan kanan
d) Ukuran-ukuran kepala bayi:
(1) Ukuran muka belakang
(a) Diameter sub-occipito bregmatika (SOB) dari foramen
magnum ke ubun-ubun besar: 9,5 cm
(b) Diameter sub-occipito frontalis (SOF) dari foramen
magnum ke pangkal hidung: 11 cm
(c) Diameter mento occipitalis dari dagu ke titik yang
terjauh pada belakang kepala: 13,5 cm
(d) Diameter fronto occipitalis dari pangkal hidung ke titik
yang terjauh pada belakang kepala: 12 cm.
(2) Ukuran melintang
(3) Diameter biparietalis (9cm): ukuran yang terbesar antara
kedua os parietalis
(4) Diameter bitemporalis (8cm): jarak yang terbesar antara
sutura koronaria kana kiri
(5) Ukuran lingkaran
(a) Circumferentia suboccipito bregmatika (lingkaran
kecil kepala): 32 cm
(b) Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang
kepala): 34 cm
(c) Circumferentia mento occipitalis (lingkaran beasar
kepala): 35 cm
4) Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu
dalam menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi
selama proses persalinan.
5) Provider (penolong) : dokter atau bidan yang merupakan tenaga
terlatih dalam bidang kesehatan. (Wiknjosastro, 2012).
f. Mekanisme Persalinan
1) Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari
salah satu bagian dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.
Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.
Macam-macam persalinan letak kepala:
a) Letak Belakang Kepala
(1) Denominator pada letak belakang kepala adalah
ubun-ubun kecil (UUK)
(2) Hipomoklionnya adalah soboksiput.
b) Letak Puncak
a) Denominatornya adalah UUB
b) Hipomoklionnya adalah glabella
c) Letak Muka
(1) Denominatornya adalah dagu
(2) Hipomoklionnya adalah daerah submentum
d) Letak Dahi
(1) Denominatornya adalah dahi
(2) Hipomoklionnya adalah fossa kanina
2) Mekanisme persalinan letak belakang kepala
a) Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar
(diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida
kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira – kira
36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira – kira
38 minggu, kadang – kadang baru pada permulaan partus.
(Wiknjosastro, 2013). Engagement lengkap terjadi bila
kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah
terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi,
sehingga posisinya seolah – olah terfixer di dalam
panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut
fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam
posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai
dengan bentuk yang bulat lonjong.
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura
sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut
Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat
bergeser ke depan atau ke belakang disebut
Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis :
(6) Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila
sutura sagitalis bergeser mendekati promontorium.
(7) Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila
sutura sagitalis mendekati symphisis.
Tabel 26. Mekanisme Persalinan Letak Belakang Kepala

b) Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul.
Faktor – faktor yng
mempengaruhi
descensus : tekanan
air ketuban, dorongan langsung fundus uteri pada bokong
janin, kontraksi otot – otot abdomen, ekstensi badan janin.
c) Fleksi
Ialah menekannya
kepala di mana
dagu mendekati
sternum sehingga
lingkaran kepala menjadi mengecil  suboksipito
bregmatikus (9,5 cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala
terdorong His ke bawah kemudian menemui jalan lahir.
Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari
atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan
ke bawah.
d) Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga
ubun - ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII).
Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah
bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang
melengkung, kepala yang bulat dan lonjong.
e) Defleksi
Ialah
mekanisme
lahirnya kepala
lewat perineum.
Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan
panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang
belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan
berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar
(hypomochlion) di bawah symphisis sehingga berturut –
turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya
dagu.
f) Putaran paksi luar (external rotation)

Ialah berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan


sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
g) Expulsi :
lahirnya seluruh badan bayi.
(Cunningham, 2011)

g. Prosedur Diagnostik
Untuk menentukan persalinan sudah pada waktunya adalah :
(Saifuddin, AB. 2012)
1) Tanyakan :
a) P
ermulaan timbulnya kontraksi
b) P
engeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau
cairan ketuban
c) R
iwayat kehamilan
d) R
iwayat medik
e) R
iwayat sosial
f) T
erakhir kali makan dan minum
g) M
asalah yang pernah ada
2) Pemeriksaan Umum :
a) T
anda vital, BB, TB. Oedema
b) K
ondisi puting susu
c) K
andung kemih
3) Pemeriksaan Abdomen :
a) B
ekas luka operasi
b) T
inggi Fundus Uteri
c) K
ontraksi
d) P
enurunan Kepala
e) L
etak janin
f) B
esar janin
g) D
enyut jantung janin
4) Pemeriksaan vagina :
a) P
embukaan dan penipisan servik
b) S
elaput ketuban penurunan dan molase
c) A
nggota tubuh janin yang sudah teraba
5) Pemeriksaan Penunjang :
a) U
rine :
warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain
b) D
arah :
Hb, BT/CT, dan lain-lain.

h. Asuhan Dalam Persalinan


Tujuan Asuhan Persalinan :
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang optimal (Asuhan Persalinan Normal, 2011).
Kala I
1) Memberikan dorongan emosional
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan.
2) Membantu pengaturan posisi
Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk,
jongkok, berbaring miring, merangkak dapat membantu
turunnya kepala bayi dan sering juga mempersingkat waktu
persalinan.
3) Memberikan cairan / nutrisi
Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan
memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi.
Apabila dehidrasi terjadi dapat memperlambat atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
4) Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur
Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering
jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat
mengakibatkan :
a) Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan
mungkin menyebabkan partus macet
b) Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
c) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri
d) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
e) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca
persalinan
5) Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan
menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang baik
melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi
6) Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan
sesuai partograf
(Asuhan Persalinan Normal, 2011)
Kala IV
1) Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
2) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah
dehidrasi
3) Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
4) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
5) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
a) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan
kontraksi
b) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
6) Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama.
5. Bayi Baru Lahir Dan Neonatus
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal yaitu bayi yang dilahirkan secara
normal tanpa ada kesulitan dari ibu maupun bayi sehingga berbagai
bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-
faktor yang dapat memperlemah kondisi ibu saat hamil perlu
diperioritaskan.(Sarwono Prawiroharjo,2013)
Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran.(Buku
Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal, 2012).
Neonatal adalah masa bayi selama 28 hari pertama setelah bayi
lahir (usia 0-28 hari)(saifudin,2012)
b. Fisiologi
Saat bayi dilahirkan dan sirkulasi fetoplasenta berhenti
berfungsi, bayi mengalami perubahan fisiologis yang besar sekali
dan sangat cepat. Segera setelah pola pernafasan bergeser dari satu
inspirasi episodic dangkal menjadi pola inhalasi lebih dalam dan
teratur.
Neonatus mulai bernapas dan menangis segera setelah lahir
yang menunjukkan terbentuknya mekanisme pada thoraks sewaktu
melalui jalan lahir. Penurunan kadar oksigen dan kenaikan
karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis
(stimulasi kimiawi) dan rangsangan dingin di daerah muka dapat
merangsang permulaan gerakan pernafasan (stimulasi sensorik).
Dengan terpotongnya tali pusat bayi maka sirkulasi plasenta
terhenti. Aliran darah ke atrium kanan menurun sehingga tekanan
jantung menurun, tekanan darah di aorta hilang sehingga tekanan
jantung kiri meningkat. Paru-paru mengalami retensi dan aliran
darah ke paru-paru meningkat yang menyebabkan tekanan ventrikel
kiri meningkat. Hal tersebut mengakibatkan duktus botalii tidak
berfungsi dan foramen ovale menutup.
Dalam 24 jam pertama neonatus akan mengeluarkan tinja yang
berwarna hijau kehitam-hitaman. Ini dinamakan mekonium.
Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus dipengaruhi oleh
pemberian makanan atau minuman. Enzim pada saluran pencernaan
biasanya sudah ada pada neonatus kecuali enzim amilase.
Enzim hepar pada neonatus belum aktif betul misalnya enzim
G6PD yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas sehingga
metabolisme perkilogram berat badannya besar. Pada jam-jam
pertama, energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak.
Apabila neonatus mengalami hipotermia, tubuhnya akan
mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan cara pembakaran
cadangan lemak coklat yang memberikan energi lebih banyak dari
pada lemak biasa.
Hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, hal ini
terlihat dari adanya pembesaran kelenjar mammae, kadang-kadang
adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai darah haid.
Ginjal pada neonatus baru bisa memproses air yang didapat
setelah 5 hari kelahiran. Ginjal pada neonatus belum sepenuhnya
berfungsi karena jumlah nefronnya masih belum sebanyak orang
dewasa dan tidak seimbangnya antara luas permukaan glomerulus
dan volume tubulus proksimal. Aliran darah ginjal pada neonatus
relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. BB bayi akan
turun 5-10% pada hari 3-5, dan akan naik kembali pada hari ke-10.
c. Penilaian Klinik
Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur
reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah
kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan
kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti
pernapasan, denyut jantung, sirkulasi dan refleks-refleks primitif
seperti menghisap dan mencari putting susu.
d. Penanganan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah:
1) Membersihkan jalan napas
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) Identifikasi
5) Pencegahan infeksi
Pembersihan jalan napas, perawatan tali pusat, perawatan mata
dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam
keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi khusus.
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir
Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan sistem nilai
APGAR/Apgar Score yaitu:
Tabel 14 Penilaian APGAR Score
No Aspek Nilai
0 1 2
yang
Dinilai
1 Appearanc Biru/pucat Badan merah, Seluruh badan
e ekstremitas dan ekstremitas
biru merah
2 Pulse rate Tidak ada Tidak teratur Teratur
<100x/mnt >100x/mnt
3 Grimace Tidak ada Menyeringai Menangis kuat
4 Activity Lemas Fleksi sedikit Aktivitas kuat
5 Respiration Tidak bernapas Lemah Teratur

f. Menilai Refleks Pada Bayi


1) Refleks babinski : menggores permukaan plantar kaki dengan
benda runcing, (+) bila ibu jari akan terangkat, jari lainnya
meregang.
2) Refleks rooting : menyentuhkan sesuatu ke sudut mulut. (+) bila
bayi menengok ke arah rangsangan dan berusaha
memasukkannya ke dalam mulut.
3) Refleks sucking : (+) bila bayi menghisap kuat.
4) Refleks swallowing : (+) bila bayi menelan dengan kuat.
5) Refleks moro : mengejutkan bayi, (+) bila kaget disertai lengan
direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan disertai
gerakan lengan adduksi dan fleksi.
6) Refleks tonic neck : menengokkan kepala bayi ke kiri/ke kanan,
(+) bila kepala ditengokkan ke kanan, (+) bila kepala
ditengokkan ke kanan, anggota gerak bagian kanan akan
melakukan ekstensi dan anggota gerak lainnya melakukan fleksi.
7) Refleks plantar graps : meletakkan sesuatu pada telapak kaki
bayi, (+) bila terjadi fleksi pada jari – jari kaki.
8) Refleks palmar graps : meletakkan sesuatu pada telapak tangan
bayi, (+) bila terjadi fleksi pada jari – jari tangan.
9) Refleks Galants : memberikan stimulus dengan benda tumpul
pada paravertebra (kurang lebih 2 cm di samping tulang
belakang). Stimulus diulangi 3 kali tiap sisi dengan kepala posisi
fleksi. Reaksi lengkung vertebra berubah pada sisi yang sama.
g. Pemeriksaan Fisik :
1) Kepala
a) Lingkar kepala oksipito – frontal harus selalu diukur dan
dicatat pada semua neonatus.
b) Deteksi apakah ada caput suksedanum (cairan efusion
terletak di atas periosteum dan terdiri dari cairan edema,
melewati batas sutura, tidak tamapk jelas), atau
sefalohematoma (cairan yang berupa darah terletak di bawah
periosteum dan tidak melewati sutura, tamapk jelas dan
lembek jika diraba).
c) Sutura tulang tengkorak harus diperiksa untuk melihat
apakah sutura melebar atau tumapng tindih. Fontanella yang
terbuka penuh menunjukkan adanya kenaikan tekanan
intrakranial (TIK) yang bisa disebabkan oelh perdarahan
intrakranial, edema otak, atau hidrosefalus.
d) Periksa adanya massa massa di garis tengah yang keluar dari
tulang kepala mungkin suatu omfalokel dan perlu
pemeriksaan yang lengkap.
e) Ubun – ubun yang cekung menandakan bayi dehidrasi dan
terlalu cembung disertai badan demam menandakan bayi
terkena infeksi.
k) Mata
Adanya perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol,
katarak, kesimetrisan kedua mata, keluarnya sekret mata,
pergerakan kelopak mata yang seimbang.
l) Telinga
a) Posisi, rotasi dan letak telinga harus dicatat. Letak telinga
yang lebih rendah harus cepat diperiksa dengan teliti
kemungkinan adanya tanda dismorfik lainnya.
b) Pada bayi sangat prematur, pinnanya pendek, datar, dan
mudah terlipat ke belakang.
c) Pada bayi matur, heliks luar dari pinna akan membentuk
kurvatura yang jelas.
d) Telinga harus diamati dengan teliti untuk memastikan tidak
ada kelainan pada kanalis auditoris eksterna.
2. Mulut
Pemeriksaan yang harus diperiksa meliputi lengkung palatum
dan bibir ( labioskisis atau labiognatopalatoskisis), bentuk dan
gerakan lidah, adanya massa abnormal di daerah mulutdan
faring membutuhkan perhatian segera terhadap kemungkinan
terjadi obstruksi jalan nafas.
3. Leher
Apakah ada gumapalan atau pembengkakan pada leher, deteksi
adanya kemungkinan hematoma sternokleidomastoideus, duktus
tiroglosus, higroma koli. Bentuk, pembesaran buah dada, adanya
massa pada dinding dada.
4. Dada
a) Pernafasan : nafas yang bunyi (grunting) terjadi karena
udara yang dikeluarkan bayi mengenai glotis yang tertutup
sebagian dan merupakan petunjuk terjadinya proses – proses
yang menyebabkan kolaps atau atelektasis. Stridor terjadi
karena berbagai sebab obstruksi jalan nafas, akan tetapi pada
bayi yang pernapasannya sangat lemah mungkin tidak
terdengar atau sulit didiagnosis.
b) Gerakan dinding dada yang asimetris pada pernafasan
tterjadi pada beberapa lesi diafragma atau ruangan intra
pleura unilateral. Retraksi supra sernal bisa terjadi pada
distres respirasi berat.
c) Mendengarkan suara jantung bayi dengan menggunakan
stetoskop, irama dan keteraturannya untuk mendeteksi
kelainan bunyi jantung, normal : 120 – 160 kali/menit.
d) Pernafasan normalnya : 40-60 kali/menit.
5. Abdomen
a) Inspeksi apakah ada pembesaran pada perut ( membuncit
yang terjadi kemungkinan karena pembesaran hati, limfe,
tumor, asites). Pembesaran hati tampak dari pemebesaran
1-2 cm di bawah batas kosta kanan. Sedang limpa biasanya
tidak teraba.
b) Hernia diafragmatika dapat menyebabkan abdomen
membentuk skapoid akibat protrusi isi abdomen ke dalam
rongga toraks. Usu yang tampak di permukaan usus
memberikan adanya obstruksi usus, khususnya bila terjadi
emesis bilius (muntah empedu)atau aspirat lambung.
c) Periksa tali pusat, jangan sampai terjadi pedarahan dari tali
pusat, bernanah, ataupun berbau. Permukaan tali pusat juga
perlu diperhatikan, warna kemerahan disertai suhu
meningkat merupakan tanda infeksi tali pusat.
6. Alat kelamin
a) Wanita : bila cukup bulan. labia mayora lebih menonjol
dibandingkan labia minora dan umumnya menutupi labia
minora. Tonjolan mukosa vagina umumnya tejadi karena
pengaruh hormonalibu terhadap janin. Pada bayi prematur,
labia minoranya lebih menonjol dan klitoris relatif
mengalami protusi ke dalam lipatan labia. Pada bayi wanita
normalnya gonad berada dalam kanalis inguinalis atau
lipatan labia yang tidak teraba.
b) Laki – laki : harus diperiksa apakah ada hipospadia atau
epispodia. Penis yang terlalu kecil menunjukkan
hipopituitarisme. Testis bayi laki – laki cukup umur biasanya
berada dalam kantong skrotum. Penurunan skrotum yang
tidak komplet dan testis pada kanalis inguinalis dapat
diketahui melalui palpasi.
c) Pastikan pula, bahwa tidak ada kelainan, misalnya bayi
wanita tidak mengalami maskulinisasi , atau bayi yang
memiliki alat kelamin dua, jenis kelamin tidak dapat
ditentukan samapi dilakukan pemeriksaan yang lebih
komplit lagi.
7. Punggung
Punggung harus diinspeksi dan kolumna vertebralis harus
dipalpasi. Harus dicatat keabnormalannya seperti :
meningomielokel, skoliosis dan defek kulit pada linea mediana.
Deteksi pula adanya spina bifida, pilonidal sinus atau dimple.
8. Ekstremitas
Inspeksi yang cermat biasanya cukup untuk memastikan apakah
bentuk ekstremitas baik. Beberapa abnormalitas struktur yang
jelas atau pemendekkan anggota gerak dapat dievaluasi lebih
lanjut dengan palpasi dan pemeriksaan radigrafi. Harus dicatat
juga kontraktur sendi, asimetris, atau distorsi. Abnormalitas jari
– jari (pemendekkan, lancip, sindaktili, polidaktili), lipatan
palmar, hipoplasi kuku merupakan petunjuk penting adanya
sindrom dismorfik.
9. Anus
Diperhatikan apakah ada lubang pada anus atau tidak, ini bisa
kita tunggu sampai bayi mengeluarkan mekonium dalam 24 jam
(asuhan sayang bayi). Pastikan tidak terjadi atresia ani dan
obstruksi usus.
10. Kulit
a) Pada bayi prematur (usia kehamilan 23 –28 minggu) dengan
sedikit lemak subkutan, kulit bayi akan transulen dan terlihat
vena –vena superfisial. Karena stratum korneum sangat tipis,
kulit bayi prematur mudah terluka oleh Karena tindakan atau
manipulasi yang tampaknya tidak berbahaya sehingga
menyebabkan kerusakan stratum korneum dan permukaan
kasar.
b) Saat usia kehamilan 35 –36 minggu bayi dilapisi verniks.
Lapisan verniks tipis muncul pada kehamilan matur dan
biasanya menghilang pada postmatur.
c) Bayi postmatur memiliki kulit seperti kertas dengan kerut –
kerut tajam pada badan dan ekstremitas. Pada bayi postmatur
juga terdapat kuku jari atau pengelupasan kulit pada distal
ekstremitas.
d) Kulit bayi juga ditumbuhi oleh lanugo, yang banyak terdapat
pada punggung.
e) Perlu diinspeksi seluruh kulit untuk mencari adanya tanda
lahir, ataupun bercak-bercak pada kulit seperti milia (papula
keputihan 1 –2 mm, umumnya ditemukan pada wajah bayi)
dan bercak mongol ( suatu daerah hiperpigementasi yang
tidak menonjol (datar), lebih banyak terjadi di seluruh pantat
atau badan; umumnya terjadi pada bayi kulit hitam atau
oriental.
h. Penatalaksanaan
1) Hindari memandikan bayi dalam 6 jam pertama
2) Lakukan perawatan tali pusat :
a) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih yang longgar.
b) Cuci tali pusat dengan sabun dan air bersih lalu keringkan
sampai betul-betul kering.
3) Ajarkan tanda-tanda bahaya dan segera rujuk apabila ditemukan
tanda bahaya :
a) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau hisapan lemah.
b) Pernafasan sulit atau > 60x/mnt.
c) Letargi, bayi terus meneru tidur tampa bangun untuk
makan.
d) Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis) atau bayi sangat
kuning.
e) Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).
f) Tangis atau perilaku abnormal atau tidak biasa.
g) Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak bertinja selama 3
hari pertama setelah lahir, muntah terus-menerus, muntah
dan perut bengkak, tinja hijau tua atau berdarah/lendir.
h) Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.
4) Ajarkan pada orang tua cara merawat
bayinya sehari-hari
a) Berikan ASI sesering mungkin
b) Pertahankan bayi selalu dengan ibu
c) Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih
d) Jaga tali pusat agar selalu bersih dan kering
e) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit
f) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi
5) Pelayanan Kesehatan Neonatal
Tabel 15 Asuhan Neonatal
KN1 KN2 KN3
Saat lahir
Pada 6-48 jam Hari ke 3-7 Hari ke 8-28
1. 1. 1. 1.
2. bayi baru lahir ulang n ulang
bayi 2. 2.
3. 3. 3. 2.
segera saat tetap hangat dan bahaya ekslusif
lahir 4. 4. 3.
4. 5. dan
tetap hangat bahaya bahaya
5. 6. 4.
mata,vitamin
K1 injeksi &
imunisasi
Hepatitis B
6.
Sumber: buku pengantar kader, pusat promosi kesehatan departemen
kesehatan RI tahun 2011

i. Prognosa dan Komplikasi


1) Prognosis
Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin dalam
uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit yang
diderita ibu saat hamil serta penanganan persalinan dan
perawatan sesudah lahir .
2) Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada neonatus yaitu :
a) Infeksi neonatal
b) Ikterus neonatal
c) Kesulitan bernafas
d) Perdarahan
e) Muntah
f) Sianosis
g) Kejang/tremor
j. Imunisasi
1) Vaksin BCG

Gambar 27. Vaksin BCG


a) Bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberkulosisi (TBC)
b) Dosis: 0,05 ml sebanyak sekali
c) Lokasi injeksi: intracutan di bagian atas lengan kanan ( M.
regio deltoid)
d) Kekebalan
Bayi yang telah mendapat imunisasi tejangkit juga penyakit
TBC, maka ia akan menderita penyakit TBC yang ringan.
Ia pun akan terhindar dari kemungkinan mendapat TBC
yang berat seperti TBC yang parah, TBC tulang, atau TBC
selaput otak yang membahayakan cacat seumur hidup.
e) Reaksi imunisasi
Bisanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita
demam. Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya di
sebabkan oleh keadaan lain dan sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter.
f) Efek samping
Umumnya pada imunisasi BCG jarang di jumpai akibat
samping. Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening setempat yang terbatas dan bisanya menyembuh
sendiri walaupun lambat. Bila suntikan BCG dilakukan di
lengan atas, pembengkakan kelenjar terdapat diketiak atau
leherr bagian bawah.
g) Kontra Indikasi
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG
kecuali pada anak yang penyakit TBC
2) Vaksin DPT (Ditteria, Pertusis, Tetanus)

Gambar 28. Vaksin DPT


Tujuannya yaitu untuk menegah penyakit dipteria
pertusis tetanus.
a) Dipteria
Penyakit dipteria disebabkan oleh sejenis bakteria yang
disebut corynebcterium diphtherriae, sifatnya sangat
ganas dan mudah menular.
b) Anak yang terjangkit dipteria akan menderita demam
tinggi selain itu pada tenggorkan terlihat selaput putih
kotor, dan meluas ke bagian tenggorokan sebelah dalam
dan menutupi jalan nafas, sehingga anak susah bernapas
dan tercekik.
c) Pertusis atau batuk rejan
a) Disebabkan oleh kuman berdetella perfusis
b) Gejalannya: anak tiba – tiba batuk keras secara terus
menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau
kebiruan, keluar air mata dan kadang – kadang
muntah.
d) Tetanus
(1) Di sebabkan oleh clostridium tetani kuman ini akan
berkembang biak dan membentuk racun yang
berbahaya.
(2) Gejala : kejang dan kaku secara mnyeluruh otot
dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti
papan, mulut kaku dan sukar dibuka.
(3) Dosis: 0,5 ml sebanyak 3 kali pemberian
(4) Lokasi injeksi: intramuskular pada bagian luar paha
(5) Reaksi imunisasi : biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan
selama 1 – 2 hari
(6) Efek samping : kadang – kadang terdapat akibat efek
samping yang lebih berat seperti demam tinggi atau
kejang, yang biasanya di sebabkan oleh unsur
perosisnya bila hanya di berikan DI (Diferia dan
tetanus tidak akan menimbulkan akibat samping
demikian.
(7) Indikasi kontra : imunisasi DPT tidak boleh di
berikan pada anak yang sakit parah dan anak yang
menderita kejang demam kompleks, juga tidak boleh
diberikan kepada anak dengan batuk yang diduga
mungkin sedang menderita batuk rejan pada tahap
awal.

3) Vaksin Poliomielitis
Gambar 29. Vaksin polio
a) Poliomelitis ialah penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh virus polio.
b) Gejalan umumnya yaitu anak mendadak lumpuh pada salah
satu anggota geraknya, setelah ia menerita demam selama 2
– 5 hari. Bila kelumpuhan itu terjadi dapat otot pernapasan,
mungkin anak akan meninggal karena sukar bernapas
penyakit ini dapat lansung menular dari seorang penderita
polio atau dengan melalui makanan.
c) Dosis: 1 dosis di berikan 2 tetes = 0,5 ml sebanyak 4 kali
pemberian.
d) Cara pemberian : oral tetes.
e) Reaksi imunisasi:biasanya tidak ada, mungkin pada bayi
akan tidak berak ringan.
f) Efek samping
Pada imunisasi polio hampir tidak terdapat efek samping
bila ada, mungkin berupa kelumpuhan anggtao seperti pada
penyakit polio sebenarnya.
g) Indikasi kontra
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah
imunisasi polio sebaiknya di tangguhkan. Demikian pula
pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan
(defisiensi imunisasi) tidak diberikan imunisasi polio.
Apabila diberikan imunisasi polio pada anak yang diare
berat kemungkinan terjadi diare yang lebih parah. Tapi
pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam, atau diare
ringan imunisasi polio dapat diberikan seperti biasanya.
4) Vaksin Campak

Gambar 30. Vaksin Campak


a) Tujuan diberikan imunisasi campak yaitu untuk mendaapt
kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif, karena
vaksin campak mengandung virus campak hidup yang
telah dilamahkan.
b) Penyakit ini sangat mudah menular, penyebabnya adalah
sejenis virus yang termasuk ke dalam golongan
paramiksovirus.
c) Gejalanya yaitu timbulnya bercak – bercak merah di kulit
(eksantem), 3 – 5 hari setelah anak menderita demam,
batuk atau pilek. Bercak merah ini timbul pada pipi di
bawah telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan
anggota gerak pada stadium berikutnya bercak merah
tersebut akan berwarna coklat kehitaman dan akan
menghilang dalam waktu 7 – 10 hari kemudian.
d) Imunisasi campak dapat diberikan sebelum bayi berumur
9 bulan misalnya pada umur antara 6 – 7 bulan ketika
kekebalan pasif yang diperoleh dari ibu mulai menghilang,
akan tetapi kemudahan ia harus mendapat satu kali
suntikan ulang setelah berumur 15 tahun.
e) Dosis : 0,5 ml sebanyak 1 kali.
f) Lokasi injeksi: subcutan pada lengan kiri.
g) Reaksi imunisasi, biasanya tidak dapat reaksi akibat
imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan tampak
sedikit bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari
ke 7 – 8 setelah penyuntikan. Mungkin pula terdapat
pembengkakan pada tempat suntikan.
h) Efek samping
Sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang yang ringan
dan tidak berbahaya pada hari ke 10 – 12 setelah
penyuntikan.
i) Indikasi kontra, hanya berlaku terhadap anak yang sakit
parah, yang menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang
menderita kurang gizi dalam derajat berat dan tidak
diberikan pada anak yang penyakit gangguan kekebalan
(defisiensi imunisasi) juga tidak diberikan pada anak yang
menderita penyakit keganasan.
Pada anak yang pernah menderita kejang, imunisasi
campak dapat diberikan seperti biasanya, asalkan dengan
pengawasan dokter.
5) Vaksin Hepatitis B

Gambar 31. Vaksin Heatitis B


a) Tujuannya yaitu untuk mendapat kekebalan aktif
terhadap penyakit hepatitis B.
b) Penyakit hepatitis B adalah penyakit
yang disebabkan oleh
virus hepatitis B.
c) Cara penularannya yaitu melalui mulut, transfusi darah, dan
jarum suntik yang tercemar pada bayi cara penularannya
adalah daria ibu melalui placenta (uri) semasa dalam
kandungan atau pada saat kelahiran.
d) Gejalanya yaitu kekuningan pada mata, rasa lemah, mual,
muntah, tidak nafsu makan dan demam.
e) Reaksi imunisasi, berupa nyeri pada tempat suntikan yang
mungkin di sertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan hilang dalam waktu 2 hari.
Reaksi lain yang mungkin terjadi dalam demam ringan.
f) Efek samping : tidak ada
g) Indikasi kontra, imunisasi tidak dapat diberikan pada anak
yang menderita sakit berat. Vaksinasi hepatitis B dapat
diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan
membahayakan janis. Bahkan akan memberikan
perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu
maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.
Tabel 16 Jadwal imunisasi dengan vaksin DPT/HB
kombo
Umur Jenis vaksin
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB kombo 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB kombo 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB kombo 3, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber: Buku pengantar kader, pusat promosi kesehatan
departemen kesehatan RI tahun 2011

6. Nifas
a. Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus
selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sarwono Prawirohardjo,2013).
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan
setelah kelahiran. Namun secara popular, diketahui istilah tersebut
mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan
normal (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Neonatal dan
Maternal.2012).
Masa nifas atau puerperium yaitu dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari).
(Sarwono Prawirohardjo.(2011)
b. Etiologi
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta
dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil.
(Varney, 2013)
c. Fisiologi
Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi
pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira ± 2
jari di bawah pusat. Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng
berukuran panjang ± 15 cm, lebar ± 12 cm, dan tebal ± 10 cm.
Sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian
lain. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium
yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan
posterior menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh
karena adanya kontraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga
terjadi ischemia. Selama 2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran
yang sama baru 2 minggu kemudian turun ke rongga panggul dan
tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan mencapai ukuran normal
dalam waktu 4 minggu.
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1
minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir
minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu
kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang
banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam
uterus berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial
menjadi nekrotik terkelupas keluar bersama lochea sementara
lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber pembentukan
endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung
cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali
dalam minggu ketiga.
Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira
berukuran sebesar telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran
diameternya 2-4 cm.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak
pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran,
ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau
sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.
Servik dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang
tipis, kolaps dan kendur setelah kala II persalinan. Mulut servik
mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa hari setelah persalinan,
porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu mulut servik sempit,
servik kembali menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.
Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis
berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu
kemudian segmen bawah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak
dapat dilihat.
Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong
yang berdinding lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan
mengecil. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga, hymen
muncul kembali sebagai potongan jaringan yang disebut sebagai
carunculae mirtiformis.
Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan
hyperemia, disamping itu kapasitasnya bertambah besar dan relatif
tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika.
d. Tanda dan Gejala
Nifas ditandai dengan :
1) Adanya perubahan fisik
(1) Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena
involusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram,
dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera
sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel
otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang
berubah.
Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak
pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah
kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil
menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran
sebelum hamil (Saifuddin AB, 2012).
Proses involusi uterus disertai dengan penurunan
tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama, TFU di atas
simfisis pubis atau sekitar 12 cm. proses ini terus
berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya,
sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari
ke-10 TFU tidak teraba di simfisis pubis (Bahiyatun, 2012).
(2) Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka
selama 3 hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1
minggu. Bentuk mulut servik yang bulat menjadi agak
memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan
(Saifuddin AB, 2012).
(3) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang
hilang akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu
(Saifuddin AB, 2012).
(4) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses
involusio pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam
penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae)
tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah
warna menjadi keputihan (Saifuddin AB, 2011).
(5) Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di
sekitar putting susu, ini menandakan dimulainya proses
menyusui. Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan diproduksi
kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning
keruh yang kaya akan antibody dan protein yang sangat
bagus untuk bayi (Raihan, 2011).
(6) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang,
sehingga hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan
lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan (Saifuddin
AB, 2011).
2) Involusio uterus dan pengeluaran lochea
Dengan involusio uteri, maka lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.
Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengan sisa
cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea.
Biasanya berwarna merah, kemudian semakin lama semakin
pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6 minggu.
a) Lochea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari
pertama post partum sampai hari ke empat. Warnanya
merah yang mengandung darah dan robekan/luka pada
tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan korion.
b) Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit
darah, banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari ke
lima sampai hari ke Sembilan

c) Lochea Alba
Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan
mengandung leukosit, selaput lendir servik serta jaringan
yang mati. Timbulnya setelah hari ke sembilan.
3) Laktasi atau pengeluaran ASI
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron
menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus
didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum.
Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi
saat kadar hormon estrogen dan progesteron menurun.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin,
rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel
mioepitel.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus
mammae melalui duktus ke sinus lactiverus.
Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya
melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran
yang lebih kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada
ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada
hari ketiga atau keempat setelah kelahiran.
4) Perubahan sistem tubuh lain
a) Endokrin
Endokrin diproduksi oleh kelenjar hypofise anterior,
meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating
Hormon) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan
menurunnya hormon estrogen dan progesteron, kondisi ini
akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan
semula.
b) Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali
normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang
menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari
ke tiga dan ke lima.
c) Diastasis rekti abdominalis
Yaitu pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh
hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada
multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot
abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan
gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga
ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk
mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang
penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid
sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan
pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali
posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan
sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari,
menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama
diperlukan (Lusa, 2011).
d) Tanda Hofman
Sakit di betis dan area popliteal pada dorsofleksi pasif
kaki, menunjukkan trombosis vena dalam dari betis. Juga
dikenal sebagai tanda dorsofleksi. Faktor Pembekuan
biasanya meningkat selama kehamilan. Dalam hal ini,
penurunan aktivitas setelah melahirkan sekunder untuk
anestesi atau trauma atau pengiriman operasi dapat
meningkatkan risiko pengembangan bekuan darah atau
trombus. Penilaian tanda Hofman menyediakan informasi
tentang perkembangan trombi dan harus dievaluasi secara
berkesinambungan. Untuk melakukan tanda Hofman, pasien
harus di tempat tidur dengan kaki santai dan diperpanjang.
Refleks dorsal kaki kuat (satu per satu) dan mengevaluasi
rasa sakit pada otot betis. Hasil positif adanya tanda Hofman
yaitu adanya rasa sakit yang tidak normal dan harus
dilaporkan kepada penyedia perawatan kesehatan segera.
Indikator lain dari trombi mungkin meliputi kehangatan,
kemerahan atau nyeri di kaki dicurigai. Sedangkan hasil
negatif adanya tanda Hofman yaitu tidak adanya rasa sakit
bilateral adalah respon yang diinginkan.

e. Aspek Psikologis Post Partum


Dibagi dalam beberapa fase yaitu :
1) Fase “Taking In”
a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini
berlangsung selama 1-2 hari.
b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan
kontak dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi
tentang bayinya.
c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.
2) Fase “Taking Hold”
a) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.
b) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif.
c) Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi
tubuhnya seperti kelancaran bab, bak, duduk, jalan dan lain
sebagainya.
d) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.
e) Timbul rasa kurang percaya diri.
3) Fase “Letting Go”
a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.
b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru
c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri
dan bayinya.
d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya
Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sbb :
a) Fase Honeymoon
Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama
antara ibu, ayah dan anak pada fase ini.
a) Tidak memerlukan hal-hal yang romantis
b) Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan
yang baru.

b) Bonding and Attachment


Menurut Nelson Attachment, bonding adalah dimulainya
interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera
setelah lahir.
Menurut Nelson Attachment adalah ikatan aktif yang
terjadi antara individu.
c) Post Partum Blues
Adalah dimana wanita :
a) Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan
dan mudah tersinggung dan terluka.
b) Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di
Rumah Sakit karena adanya perubahan hormon dan perlu
transisi.
c) Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan
tenaga yang menyebabkan ibu tertekan.
d) Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat
menyebabkan depresi.
e) Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan
sebelumnya bahwa hal tersebut di atas adalah normal.
f. Prosedur Diagnostik
1) Anamnesa
a) Riwayat ibu:
(1) Tanggal dan tempat persalinan
(2) Penolong persalinan
(3) Jenis persalinan
(4) Masalah selama persalinan
(5) Nyeri
(6) Menyusui atau tidak
(7) Keluhan
b) Riwayat sosial ekonomi
c) Riwayat Bayi
(1) Menyusu atau tidak
(2) Keadaan tali pusat
(3) BAB dan BAK
(4) Tanda-tanda bahaya lainnya
2) Pemeriksaan kondisi ibu
a) Pemeriksaan umum
(1) Tekanan Darah
(2) Nadi
(3) Suhu
(4) Respirasi
(5) Tanda anemia
(6) Oedema dan tanda thromboflebitis
(7) Refleks dan varices
b) Payudara
(1) Puting susu
(2) Nyeri tekan
(3) Abses
(4) Pengeluaran ASI
c) Abdomen (uterus)
(1) Tinggi Fundus Uteri
(2) Kontraksi uterus
(3) Kandung kemih
d) Vulva dan perineum
(1) Pengeluaran
(2) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi
(3) Hemoroid
e) Lokhea
f) Pemeriksaan Laboratorium ( Hb- jika ada anemia
antepartum atau perdarahan).
g. Asuhan masa nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin
oleh tenaga kesehatan, untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan
ketentuan waktu.
Tabel 2.17 Kunjungan masa nifas
KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN
I 6 jam - 3 hari a. Mencegah
PP perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
b. Mendeteksi dan
perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan
berlanjut.
c. Memberikan
konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga
bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI
awal.
e. Melakukan
hubungan antara ibu dan bai
baru lahir.
f. Menjaga bayi
tetap sehat dengan cara
pencegahan hipotermia
g. Jika petugas
kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.

II 2 minggu PP a. Memastikan
(8 – 14 hari) involusi uterus barjalan
dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik,
tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu
mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan
tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e. Memberikan
konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.
III 6 minggu PP a. Menanyakan pada
(36 – 42 hari) ibu tentang penyulit-penyulit
yang ia alami.
b. Memberikan
konseling KB secara dini.
(Bahiyatun, Asuahan Kebidanan Nifas Normal. 2011).
1) Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu
hamil :
a) Kebersihan diri
(1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
(2) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air.
(3) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali
mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam
supaya ganti pembalut.
(4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum menyentuh daerah kelamin.
(5) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dengan air mengalir sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kemaluan.
(6) Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak
diperkenankan untuk menyentuh daerah luka.
b) Istirahat
(1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
(2) Tidur siang atau istirahat pada saat bayi tidur.
(3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan
(4) Mengatur kegiatan rumah tangga sehingga ibu dapat
menyediakan waktu untuk istirahat pada siang hari 2
jam dan malam hari 7-8 jam.
c) Latihan
(1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut
dan panggul, kembali seperti keadaan sebelum hamil.
(2) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap
hari akan sangat membantu, seperti misalnya latihan
kegel.

d) Gizi
(1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.
(2) Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori /
hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500
kalori setiap hari.
(3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
minum setiap kali setelah selesai menyusui)
(4) Pil besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
(5) Mengkonsumsi vitamin A (200.000 IU). Pemberian
vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan kualitas ASI.
(6) Makanan yang harus dikonsumsi ibu nifas :
Tabel 2.18 Contoh asupan makanan
Ukuran Rumah
Bahan Makanan Berat (Gram)
Tangga
Beras 500 2½ gelas
Daging 75 3 potong
Tempe 125 5 potong
Sayuran 300 3 mangkok
Buah 200 1 potong
Susu 200 1 gelas
Gula Pasir 30 3 sendok makan
Minyak 40 4 sendok makan

Kecukupan gizi ubu nifas sesuai kebutuhan :


Tabel 2.19 Kecakupan gizi
Kalori : 2800 kal Protein : 56 gram
Kalsium : 900 mg Fosfor : 750 mg
Besi (Fe) : 28 µg Iodium : 200 mg
Seng : 35 mg Vitamin A : 850 RE
Vitamin C : 55 mg Vitamin B12 : 1,3 mg
Asam Folat : 200 µg Riboflavin : 1,4 mg
Niasin : 12,4 mg Thiamin : 1,2 mg
(Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi)
e) Perawatan payudara
(1) Menjaga payudara tetap bersih
(2) Menggunakan bra yang menyokong payudara
(3) Rawat payudara bila bengkak atau lecet.
f) Hubungan intim (suami istri)
(1) Aman dilakukan setelah darah merah berhenti keluar,
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri.
(2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan.
h. Prognosa dan Komplikasi
1) Prognosis
Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea,
pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh, termasuk
keadaan psikologis ibu normal. (Saifuddin AB. 2013)
2) Komplikasi
Komplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah :
a) Infeksi nifas
b) Kelainan atau gangguan pada mammae
(1) Mastitis
(2) Bendungan ASI
(3) Kelainan puting susu
c)Sub involusio
d) Perdarahan nifas skunder
e)Tromboflebitis.

7. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk
mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat
perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan.
(Perawatan Ibu Paska Melahirkan, 2011)
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang dapat bersifat sementara, dan dapat juga bersifat
permanen (Wiknjosastro,2012)
Keluarga berencana (KB) adalah suatu program yang
dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat dalam Pendewasaan Usia Perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
(repository.ac.id/.../chapter%2011.pdf)
b. Tujuan
(WHO Expert Commite 2012)
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk :
1) Mendapatkan obyek tertentu
2) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4) Mengatur interval diantara kehamilan
5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
suami istri
6) Menentukan jumlah anak yang diinginkan.
c. Macam-macam Macam-macam metode kontrasepsi
1) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
(1) Pengertian
Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Metode ini dapat
dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara
penuh yaitu ≥ 8 kali sehari, ibu belum mendsapat haid
dan umur bayi kurang dari 6 bulan.
(2) Cara kerja
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi
menyebabkan perubahan hormonal dimana
hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan
pengeluaran hormon LH dan menghambat ovulasi
(3) Keuntungan
(a)Efektivitas tinggi kehamilan terjadi pada 2 per 100
wanita pada 6 bulan setelah melahirkan, 6 per 100
wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan.
(b)Segera efektif
(c)Tidakmengganggu senggama
(d)Tidak ada efeksamping secara sistemik
(e)Tidak perlu pengawasan medis.
(f) Tidak perlu obat atau alat
(g)Tanpa biaya alias ekonomis
(4) Kerugian
Tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria,
tidak melindungi dari PMS.
b) Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
pria mencapai ejakulasi.
(1) Cara kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga
tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan
kehamilan dapat dicegah.
(2) Keuntungan
(a) Efektivitas bila dilaksanakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB
lainnya.
(d) Tidak ada efeksamping
(e) Dapat digunakan setiap waktu
(f) Tanpa biaya alias ekonomis
(3) Kerugian
(a) Efektivitas sangat bergantung pada kesediaan
pasangan untukmelakukan sanggama terputus
setiap melaksanakannya (angkakegagalan 4 – 27
kehamilan per 100 perempuan pertahun).
(b) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma
dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada
penis.
(c) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
2) Metode Barier
a) Kondom
Adalah selubung/ sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual.
(1) Cara kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan
sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung
selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran
reproduksi perempuan.
(2) Keuntungan
(a) Efktivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100
wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
(b) Dapat digunakan selama menyusui, satu-satunya
kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO,
klamidia
(3) Kerugian
Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan
benar, alergi lateks pada orang yang sensitif.

Gambar 32. Kontrasepsi Kondom


b) Diafragma
Adalah kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke
dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran
reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan
cincin yang fleksibel. Diafragma diletakkan posterior dari
simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi
semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam
setelah senggama.
Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang
diletakkan menutupi leher rahim dengan perlekatan di
bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di
tempatnya lebih dari 48 jam.
(1) Cara kerja
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses
mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan
tuba falopii) dan sebagia alat tempat spermisida.
(2) Keuntungan
(a) Efektivitas bila dilaksanakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang sampai 6 jam sebelumnya
(d) Tidak ada efeksamping sistemik
(e) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(3) Kerugian
(a) Efektivitas sedang ( bila digunakan dengan
spermisida angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100
wanita pada 1 tahun penggunaan pertama)
(b) Peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi
dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan.

Gambar 33. Kontrasepsi Diafragma dan Cervical Cap


c) Spermisida
Adalah bahan kimia (biasanya non oksinol -9) digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.
(1) Cara kerja
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur.
(2) Keuntungan
(a) Efektif seketika
(b) Tidak mengganggu kesehatan klien dan produksi
ASI
(c) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
(d) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus.
(3) Kerugian
(a) Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama)
(b) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
(c) Ketergantungan pengguna dari motivasi
berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan
hubungan seksual
(d) pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah
aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual
(e) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam.
3) Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan
mekanik. Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon
estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil. Suntikan
dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin saja
atau kombinasi progestin dan estrogen.
a) Kontrasepsi oral kombinasi (pil)
Mengandung sintetik estrogen dan preparat
progestin yang mencegah kehamilan dengan cara
menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh
indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH,
mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan
menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil
kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan
ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen
dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang
mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan
untuk menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia,
dan metroragia. Oral kombinasi tidak direkomendasikan
untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah
melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu
menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan
zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil
terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi.
Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet
yang hanya mengandung progestin, yang tidak
mempengaruhi pembentukan air susu. Wanita yang tidak
menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah
melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena
peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di tungkai.
Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera
mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus dihabiskan
seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka
pack pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi
lain harus digunakan, seperti kondom untuk mencegah
kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang
dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa
langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam
waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu
sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika
menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28
minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai
digunakan. Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain,
tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa
menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat
anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan
meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai
pil KB. Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral
kombinasi tidak boleh diigunakan pada wanita dengan :
menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan,
usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari, faktor risiko
multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok,
diabetes, hipertensi) , tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD
diastolik ≥ 100 mmHg, riwayat trombosis vena dalam atau
emboli paru, operasi besar dengan istirahat lama di tempat
tidur , riwayat sakit jantung iskemik, stroke, penyakit
jantung katup komplikasi, migrain dengan gejala
neurologi fokal (dengan aura), migrain tanpa gejala
neurologi fokal dan usia = 35 tahun, riwayat kanker
payudara, diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati,
penyakit vaskular, atau diabetes > 20 tahun, sirosis berat,
kanker hati .
(1) Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100
wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
(2) Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung
telur dan kanker endometrium, menurunkan
ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan
dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat
sedang.
(3) Kerugian     : tidak direkomendasikan untuk menyusui,
tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual
(PMS), harus diminum setiap hari, membutuhkan resep
dokteran.
(4) Efek samping lokal  : mual, nyeri tekan pada payudara,
sakit kepala.
(5) Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya
menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan
tekanan darah (dapat kembali normal bila oral
kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena
tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis tinggi),
meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko
stroke (pada wanita usia > 35 tahun).
(6) Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka
kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini
bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan
maka tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita
yang memakai kontrasepsi oral dan yang tidak.

b) Kontrasepsi oral progestin (pil)


Dimana suatu pil yang berisi hormon estrogen dan
progesteron atau progesteron saja yang diminum setiap
hari selama 21 atau 28 hari yang bekerja menekan ovulasi 
yang akan mencegah lepasnya sel telur perempuan dari
indung telur, mengendalikan lendir mulut rahim sehingga
sel mani/sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim, dan
menipiskan lapisan endometrium/ selaput lendir di vagina
dengan tingkat keberhasilan/ efektivitas 92-99%.
Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan
kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral
kombinasi karena pengaruh estrogen dapat
membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang
menyusui.

Gambar 34. Pil KB


(1) Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 – 5 per 100
wanita pada 1 tahun penggunaan pertama.
(2) Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah
pemakaian pil), menurunkan kejadian menoragia
dan anemia. Dapat digunakan pada wanita
menyusui. Mencegah terjadinya kanker
endometrium, tidak memiliki efek samping yang
berkaitan dengan estrogen (bekuan darah di vena
tungkai).
(3) Kerugian  : harus diminum di waktu yang sama
setiap hari, kurang efektif dibandingkan oral
kombinasi, membutuhkan resep dokter.
(4) Efek samping : penambahan berat badan, jerawat,
kecemasan, angka kejadian terjadinya perdarahan
tidak teratur tinggi.
(5) Pengembalian kesuburan cepat ketika pil
dihentikan.
c) Kontrasepsi suntikan progestin: Hormon progesteron
yang disuntikkan ke bokong/otot panggul lengan atas
setiap 3 bulan atau hormon estrogen yang disuntikkan
setiap satu bulan sekali. Cara kerja suntikan adalah
mencegah lepasnya sel telur dari indung telur
perempuan, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga
spermatozoa (sel mani) tidak masuk ke dalam rahim,
menipiskan endometrium/selaput lendir sehingga tidak
siap untuk hamil. Dengan tingkat
keberhasilan/efektifitas lebih dari 99%. Mencegah
kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti
progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan
suntikan intramuskular (dalam otot <bokong atau
lengan atas>). Yang sering digunakan adalah
medroxyprogesterone asetat (Depo-Provera), 150 mg
yang diberikan setiap 3 bulan.
(1) Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100
wanita pada 1 tahun penggunaan pertama.
(2) Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif,
bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu
menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran
atau setelah masa nifas.
(3) Kerugian      : suntikan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan secara teratur, tidak melindungi dari
PMS.
(4) Efek samping  lokal   : peningkatan berat badan,
rambut rontok.
(5) Efek samping   : tulang menjadi keropos, kelainan
metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi
termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika
pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus
menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam
waktu 6 bulan-1 tahun.
(6) Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah
penghentian suntikan
d) Kontrasepsi suntikan  estrogen-progesteron : suntikan
ini diberikan secara intramuskular setiap bulan,
mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat
dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek
samping, kriteria, dan keamanan sama seperti
kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi
lebih stabil setiap bulan. Pengembalian kesuburan tidak
selama kontrasepsi suntikan progestin.

Gambar 35. Kontrasepsi Suntikan


e) Implant progestin : Satu kapsul, dua kapsul dan enam
kapsul yang dimasukkan ke bawah kulit lengan atas
secara perlahan melepaskan hormon progesteron
selama 3 atau 5 tahun. Dengan cara kerja menghambat
terjadinya ovulasi, menyebabkan endometrium/selaput
tidak siap untuk nidasi/menerima pembuahan,
mempertebal lendir serviks/rahim, menipiskan lapisan
endometrium/selaput lendir dengan tingkat
keberhasilan 97-99%. Yang mengandung 36mg
levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan
wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan
dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan.
Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini
melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara
perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.
Mencegah kehamilan dengan cara menghambat
terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung
telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim,
mengganggu pergerakan saluran tuba, dan menghalangi
pertumbuhan lapisan endometrium. Kontrasepsi ini
efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif
selama 5-7 tahun.

Gambar 36. Implant


(1) Efektivitas   : kehamilan terjadi pada 0,05 per 100
wanita pada 1 tahun  penggunaan pertama.
(2) Keuntungan  : Sangat efektif, bekerja untuk jangka
waktu lama.
(3) Kerugian  : Membutuhkan prosedur  operasi kecil
untuk pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi
dari PMS.
(4) Efek samping lokal  : Sakit kepala, payudara
menjadi keras, peningkatan berat badan, kerontokan
rambut, jerawat, perubahan mood.
(5) Efek samping   : Gangguan metabolisme lemak,
hirsutisme, gangguan  menstruasi (memanjang,
tidak teratur).
(6) Kesuburan baru kembali 1 bulan setelah kapsul
diambil.
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a) Profil

Gambar 37. IUD


(1) Sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang
(dalam sampai 10 tahun : CuT 380A)
(2) Haid menjadi lebih lama dan banyak
(3) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
(4) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
(5) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar
pada Infeksi Menular Seksual (IMS).
b) Jenis
(1) AKDR CuT-380A

Gambar 38. AKDR CuT-380A


Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,
berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus
yang terbuat dari tembaga Cu. Tersedia di Indonesia
dan terdapat di mana-mana.
(2) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA
T (Schering)
(3) Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-
380A
c) Cara kerja
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii.
(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kacum uteri.
(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan
ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk kedalam sel alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi.
(4) Memungkinkan untuk mencegah implementasi telur
dalam rahim
d) Keuntungan
(1) Sangat kontrasepsi, efektivitas tinggi.
(2) Sangat efektif → 0,6 – 0,8 kehamilan /100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan ).
(3) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
(4) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari
CuT-380A dan tidak tidak perlu diganti).
(5) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-
ingat.
(6) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
(7) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak
perlu takut untuk hamil.
(8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
(9) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
(10) Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau
lebih setelah haid terakhir)
(11) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu
AKDR (CuT-380A)
(12) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
(13) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
e) Kerugian
(1) Efek samping yang umum terjadi :
(a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan )
(b) Haid lebih lama dan banyak
(c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
(d) Saat haid lebih sakit
(2) Komplikasi lain
(a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5
hari setelah pemasangan.
(b) Perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia.
(c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangannya banar).
(d) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
(e) Penyakit radang panggul terjadi sesudah
perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP
dapat memici infertilitas.
(f) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik
diperlukan dalam pemasangan AKDR, seringkali
perempuan takut selama pemasangan.
(g) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi
segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam 1 – 2 hari.
(h) Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri, dan
hanya boleh di lepas oleh petugas kesehatan
yang terlatih.
(i) Tidak mencegah kehamilan ektopik karena
fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan
normal.
(j) Pasien harus memeriksakan posisi benang
AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan
ini pasien harus memasukkan jarinya ke dalam
vagina. Sebagian perempuan tidak mau
melakukan hal ini.
f) Persyaratan pemakaian
(1) Yang dapat menggunakan
(a) Usia produktif
(b) Keadaaan nulipara
(c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang.
(d) Menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
(f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat
adanya infeksi.
(g) Resiko rendahdari IMS
(h) Tidak menghendaki metode hormonal.
(i) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil
setiap hari.
(j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
senggama ( lihat kontrasepsi darurat).
Pada umumnya ibu dapat mengguanakan AKDR
Cu dengan aman dan efektif. AKDR dapat
digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan
keadaaan misalnya :
(a) Perokok
(b) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan
apabila tidak terlihat adanya infeksi.
(c) Sedang memakai antibiotik atau anti kejang
(d) Gemuk ataupun kurus
(e) Sedang menyusui
Begitu juga dalam keadaan seperti dibawah ini
dapat memggunakan AKDR :
(a) Penderita tumor jinak payudara
(b) Penderita kanker payudara
(c) Tekanan darah tinggi
(d) Varises tungkai atau di vulva.
(e) Penderita penyakit jantung
(f) Pernah menderita stroke
(g) Penderita Diabetes
(h) Penderita penyakit hati atau empedu
(i) Malaria
(j) Skistosomiasis (tanpa anemia)
(k) Penyakit tiroid
(l) Epilepsi
(m)Nonpelvik TBC
(n) Setelah kehamilan ektopik
(o) Setelah pembedahan pelvik.
(2) Yang tidak diperkenankan menggunakan
AKDR
(a) Sedang hamil (diketahui hamil atau
kemungkinan hamil )
(b) Perdarahan vagina yang tidan diketahui
(c) Sedang menderita infeksi genital (vaginitis,
servisitis)
(d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau
sering menderita PRP atau abortus septik.
(e) Kelainan bawaan utedapat mempengaruhi
kavum uteri.
(f) Penyakit trofoblas yang ganas
(g) Diketahui menderita TBC pelik
(h) Kanker alat genital
(i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
(3) Waktu penggunaan
(a) Setiap waktu dalam siklus haid yang dapat
dipastikan klien tidak hamil.
(b) Hari pertama sampai ke 7 siklus haid.
(c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam
pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan
: 6 bulan apabila menggunakan metode
amenorea laktasi (MAL). Perlu diingat, angka
ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau
selama 48 jam pasca persalinan.
(d) Setelah menderita abortus (segera atau dalam
waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
(e) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang
tidak dilindungi.
(4) Petunjuk bagi klien
(a) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6
minggu pemasangan AKDR
(b) Selama bulan pertama menggunakan AKDR,
Periksalah benang AKDR secara rutin setelah
haid, mengalami :
(1).Kram/kejang diperut bagian bawah
(2).Perdarahan (spotting) diantara haid atau
setelah senggama.
(3).Nyeri setelah senggama atau apabila
pasangan mengalami tidak nyaman selama
melakukan hubungan seksual.
(c) Cupper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun
pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal
apabila dilakukan.
(d) Kembali ke klinik apabila :
(1).Tidak dapat meraba benang AKDR
(2).Merasakan bagian yang keras dari AKDR
(3).AKDR terlepas
(4).Siklus terganggu/meleset
(5).Terjadi pengeluaran dari vagina yang
mencurigakan.
(6).Adanya infeksi
(5) Informasi Umum
(a) AKDR bekerja langsung efektif segera setelah
Pemasangan.
(b) AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan,
khusus selama beberapa bulan pertama.
(c) Kemungkinan terjadi perdarahan (spooting)
beberapa hari setelah pemasangan.
(d) Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih
lama dan lebih banyak.
(e) AKDR mungkin dilepas setiap saat atas
kehendak klien.
(f) Jelaskan pada klien jenis AKDR apa yang
digunakan, kapan akan dilepas dan berikan
kartu tentang semua informasi ini.
(g) AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS
termasuk virus AIDS, apabila pasangan
berisiko, mereka harus mengguanakan
kondom seperti halnya AKDR.
5) Kontrasepsi darurat
a) Kontrasepsi darurat hormonal àdalah estrogen dosis
tinggi atau progestin diberikan dalam waktu 72 jam
setelah senggama tidak terproteksi, dengan cara kerja
mencegah ovulasi dan menyebabkan perubahan di
endometrium. 4 pil kombinasi yang mengandung 30-35μg
ethinyl estradiol, diulangi 12 jam kemudian. 2 pil
kombinasi mengandung 50μg levonorgestrel, diulangi 12
jam kemudian. Tidak boleh digunakan pada wanita yang
alergi kontrasepsi pil hormonal. Tidak boleh digunakan
sebagai kontrasepsi rutin.
(1) Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita
pada bila digunakan dalam waktu 72 jam
(2) Keuntungan : sangat efektif untuk situasi darurat
(3) Kerugian : mual hebat dan perdarahan
b) Kontrasepsi darurat IUD àdalah dimasukkan 5 hari setelah
senggama tidak terproteksi untuk mengganggu implantasi,
kehamilan terjadi kurang dari 1 per 100 wanita bila
dimasukkan dalam waktu 5 hari.
Gambar 39. Pemasangan IUD
6) Sterilisasi / KONTAP
a) Pengertian
Kontrasepsi mantap (kontap ) adalah suatu tindakan
untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang
tidak terbatas; yang dilakukan terhadap salah seorang dari
pasangan suami  isteri atas permintaan yang
bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Kontap dapat
diikuti baik oleh wanita maupun pria.  Tindakan kontap
pada wanita disebut kontap wanita atau  MOW (Metoda
Operasi Wanita ) atau tubektomi, sedangkan pada pria
MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi.
Kontrasepsi mantap pada wanita  atau  MOW
(Metoda Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan
pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur
tidak dapat dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi mantap
pada pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau
vasektomi., yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan 
saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.
b) Cara Kerja
(1) Tubektomi (MOW) Perjalanan sel telur terhambat
karena saluran sel telur tertutup
Gambar 40. Tubektomi (MOW)
(2) Vasektomi (MOP)

Gambar 41. Vasektomi (MOP)


Saluran benih tertutup, sehingga tidak dapat
menyalurkan sperma
c) Keuntungan
Secara umum keuntungan kontap wanita dan pria
dibandingkan dengan kontrasepsi lain adalah : Lebih
aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan
cara kontrasepsi lain, Lebih praktis, karena hanya
memerlukan satu kali tindakan saja, Lebih efektif, karena
tingkat kegagalannya sangat kecil dan merupakan cara
kontrasepsi yang permanen, Lebih ekonomis, karena
hanya memrlukan biaya untuk satu kali tindakan saja.
Secara khusus keuntungan kontap wanita dan pria
adalah:
Keuntungan Tubektomi(MOW) :
(1) Sangat efektif dan “permanen”
(2) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
(3) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
(4) Tidak mempengaruhi proses menyusui
(5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi lokal
(6) Tidak menggangu hubungan seksual
Keuntungan Vasektomi (MOP):
(1) Sangat efektif dan “permanen”
(2) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
(3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
(4) Tidak menggangu hubungan seksual
(5) Tindakan bedah yang aman dan sederhana.
d) Kerugian
Tubektomi (MOW)
(1) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
(2) Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan
Vasektomi (MOP)
(1) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin
memiliki  anak
(2)  Harus ada tindakan pembedahan minor.
e) Syarat
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
(1) Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela
menerima pelayanan kontap; artinya sedcara sadar
dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai
cara kontraseps
(2) Bahagia
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat
bahagia : artinya : calon peserta tersebut dalam
perkawinan yang sah dan harmonis dan  telah
dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang
sehat rohani dan jasmani, bila hanya mempunyai 2
orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit,
umur sekitar 2 tahun,  umur isteri paling muda sekitar
25 tahun
(3) Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat
kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan
atau kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh
karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih
dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui
apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain
itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti
konseling (bimbingan tatap muka) dan
menandatangani formulir persetujuan tindakan medik
(Informed Consent).
f) Yang Dapat Menjalani
Tubektomi (MOW)
(1) Usia lebih dari 26 tahun
(2) Sudah punya anak cukup (2 anak), ank terkecil harus
berusia  minimal 5 (lima) tahun
(3) Yakin telah mempunyai keluarga yag sesuai dengan
kehendaknya
(4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko
kesehatan yang  serius
(5) Ibu pasca persalinan
(6) Ibu pasca keguguran
(7) Vasektomi (MOP) Untuk laki-laki subur sudah punya
anak cukup (2 anak) dan istri beresiko tinggi
g) Yang Sebaiknya Tidak Menjalani
(1) Tubektomi ( MOW )
(a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
(b) Menderita tekanan darh tinggi
(c) Kencing manis (diabetes)
(d) Penyakit jantung
(e) Penyakit paru-paru
(f) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
(hingga harus dievaluasi)
(g) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga
masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
(h) Ibu yang tidak boleh menjalani pembedahan
(i) Kurang pati mengenai keinginannya untuk
fertilisasi di masa depan
(j) Belum memberikan persetujuan tertulis.
(2) Vasektomi (MOP)
(a) Infeksi kulit atu jamur di daerah kemaluan
(b) Menderita kencing manis
(c) Hidrokel atau varikokel yang besar
(d) Hernia inguinalis, anemia berat, ganguan
pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoagulansia.
h) Waktu pelaksanaan
(1) Tubektomi (MOW)
(a) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila
diyakini secara  rasional klien tersebut tidak
hamil
(b) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi
(c) Pascapersalinan
(d) Minilap: di dalam  waktu 2 hari atau setelah 6
minggu atau 12 minggu
(e) Laparoskopi: tidak tepat unntuk klie-klien pasca
persalinan
(f) Pasca keguguran
(g) Triwulan pertama: dalam wakru 7 hari
sepanjang tidak ada  bukti infeksi pelvik)
minilap atau laparoskopi)
(h) Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap saja).
(2) Vasektomi (MOP)
(a) Tidak ada batasan usia, dapat dilaksanakan bila
diinginkan.  Yang penting sudah memenuhi
syarat sukarela, bahagia, dan  kesehatan.
(b)  Istri beresiko tinggi.
i) Tempat Pelayanan
(1) Tubektomi (MOW)
Rumah sakit. Jika ada keluhan, pemakai harus ke
Rumah Sakit
(2) Vasektomi (MOP)
Rumah Sakit, puskesmas dan klinik KB.
j) Persiapan Sebelum Tindakan
(1) Tubektomi (MOW)
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta
kontap wanita adalah:
(a) Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau
sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi
calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan
lambung agar makan obat maag sebelum dan
sesudah puasa
(b) Mandi dan membersihkan daerah kemaluan
dengan sabun mandi sampai bersih, dan juga
daerah perut bagian bawah
(c) Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
(d) Membawa surat persetujuan dari suami yang
sudah ditandatangani atau di cap jempol
(e) Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu
(f) Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya,
dengan ditemani anggota keluarga; sebaiknya
suami.
(2) Vasektomi (MOP)
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta
kontap pria adalah:
(a) Tidur dan istirahat cukup
(b) Mandi dan memebersihkan daerah sekitar
kemaluan
(c) Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke
klinik
(d) Datang ke klinik tempat operasi dengan
pengantar
(e) Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri
yang ditandatangani atau cap jempol.
k) Perawatan Setelah Tindakan
Tubektomi (MOW)
(1) Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat
selama 7 hari
(2) Kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi
jangan sampai terkena air selama 1 minggu (sampai 
benar -benar kering)
(3)  Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur
sesuai petunjuk
(4) Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu
setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi
dilaksanakan setelah melahirkan atau keguguran,
senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari.
Vasektomi (MOP)
(1) Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat
selama 7 hari
(2) Jagalah kebersihan dnegan membersihkan diri secara
teratur dan jaga agar   luka bekas operasi tidak terkena
air atau kotoran
(3) Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur
sesuai  petunjuk
(4) Pakailah celana dalam yang kering dan bersih, dan
jangan lupa menggantinya setiap hari
(5) Janganlah bersenggama bila luka belum sembuh.
Boleh berhubungan seksual setelah tujuh hari setelah
operasi.  Bila isteri tidak menggunakan alat 
kontrasepsi, senggama dilakuakn dengan memakai
kondom sampai 3 bulan  setelah operasi. Vasektomi
dan sterilisasi tuba adalah metode kontrasepsi
permanen dan hanya dilakukan pada pria maupun
wanita yang sudah diberikan penjelasan mengenai
metode ini dan berkeinginan untuk secara permanen
mencegah kehamilan.
Beberapa metode sterilisasi ada yang bersifat
reversibel tergantung dari panjang saluran tuba, usia
wanita, dan jangka waktu antara sterilisasi dan
pengembalian kesuburan. Sterilisasi pada pria dilakukan
melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan
prosedur ligasi tuba (pengikatan saluran tuba). Vasektomi
sendiri dilakukan dengan bius lokal sedangkan ligasi tuba
menggunakan prosedur intraabdominal. Konseling
sebelum melakukan prosedur ini sangat diperlukan.
Bukan hanya konseling mengenai risiko ataupun
keuntungan operasi, namun juga kemungkinan menyesali
keputusan ini di masa depan nanti.
7) KB Suntik
a) Pengertian
Obat suntik yang berisi hormon progesteron yang
disuntikkan setiap 2 atau 3 bulan, atau hormon estrogen dan
progresterone yang disuntikan setiap 1 bulan (suntikan
kombinasi) pada otot panggul atau lengan atas.
Gambar 42. KB Suntik
b) Cara Kerja
(1). Menekan ovulasi
(2). Mengentalkan lendir mulut rahim
(3). Menipiskan endometrium
(4). Menghambat transportasi gamet oleh tuba
c) Kontra indikasi
(1) Hamil/diduga hamil
(2) Perdarahan vagina yang belum diketahui sebabnya
(3) Riwayat kanker payudara
(4) Menderita penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi,
kencing manis
(5) Sedang menyusui bayi/kurang dari 6 minggu (setelah
melahirkan)
(6) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit
kepala
(7) Wanita usia > 35 tahun yang merokok
d) Tingkat keberhasilan
Secara imilah : 99,7% , efectivitas pemakaian :97%
e) Manfaat :
(1).Aman efek samping kecil
(2).Tidak mempengaruhi ASI
(3).Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(4).Mengurangi jumlah perdarahan saat haid dan Nyeri
(5).Mencegah anemia, penyakit payudara jinak, kista
ovarium,
(6).kehamilan ektopik, dan penyakit radang panggul
f) Keterbatasan
(1).Kembalinya kesuburan agak terlambat
(2).Harus kembali ke tempat pelayanan
(3).Tidak dapat mencegah IMS, HIV dan HBV
(4).Efek samping serius dapat timbul seperti serangan
jantung, stroke,tumor hati, bekuan darah pada paru dan
otak.
g) Efek Samping
(1) Pusing, mual (jarang terjadi)
(2) Menstruasi kadang tidak keluar selama 3 bulan pertama
(3) Kadang perdarahan lebih banyak pada saat menstruasi
(4) Perubahan berat badan
h) Cara Pemakaian
(1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu
memenuhi syarat untuk menggunakan KB suntikan. Ibu
sudah mengetahui hasil pemeriksaannya.
(2) Menjelaskan pada ibu tentang profil KB suntik
diantaranya keuntungan, efek samping, dan cara
penggunaan. Dimana alat KB ini disuntikan secara IM
di bagian bokong ibu. Jenis obat yang akan ibu
gunakan yaitu Depo Progestin yang jadwal
penyuntikannya sekali dalam 3 bulan. Ibu sudah
mengetahui keuntungan dan kekurangan KB suntik 3
bulan.
(3) Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik KB dan
menyiapkan posisi ibu. Ibu siap untuk di suntik.
(4) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan sebelum
penyuntikan yaitu 1 buah spuit 3cc, kapas alkohol, dan
Depo Progestan.
(5) Menghisap Depo Progestan dengan spiut 3 cc yang
sudah disiapkan sampai habis.
(6) Mendisinfektan daerah penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol, lalu tunggu hingga
kering.
(7) Memberitahu ibu untuk disuntik dan menyuntikkan
Depo Progestan secara IM pada bokong ibu.
(8) Memberitahu ibu bahwa tindakan sudah selesai
(9) Membuang spuit pada tempat sampah khusus
(10) Mengingatkan kembali pada ibu tentang efek samping
yang biasa terjadi dengan menggunakan alat
kontrasepsi ini yaitu haid tidak teratur dan perubahan
pada berat badan. Dan apabila terjadi efek samping
yang tidak diinginkan, ibu dapat segera berkunjung ke
tempat palayanan kesehatan. Ibu sudah mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
B. Konsep Pendokumentasian SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan. Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secar benar, jelas,
singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat
mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah
dilakukan pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses berpikir yang
sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah-
langkah dalam proses manajemen kebidanan.Menurut Helen Varney, alur
berpikir saat menghadapi klien meliputi 7 langkah.Untuk orang lain
mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses
berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
1. S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
2. O = Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
3. A = Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
a. Diagnosa/masalah.
b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
4. P = Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan Evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan assesmen sebagai langkah 5, 6, dan 7
Varney.
Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi
yang sistematis yang mengorganisi penemuan dan konklusi anda
menjadi suatu rencana.
2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan
untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “M”
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE
TANGGAL 17 OKTOBER 2019 SAMPAI 13 JANUARI 2020

A. ANTENATAL CARE (ANC)


1. Kunjungan Antenatal Pertama
Hari/tanggal : Senin, 20 Januari 2020
Tempat : Puskesmas Karang Pule
Waktu : 11.25 Wita
a. Data Subyektif
1) Biodata /Identitas
Nama Pasien Ny “M” Nama Suami Tn “M”
Umur 24 thn Umur 28 thn
Agama Islam Agama Islam
Suku Sasak Suku Sasak
Pendidikan S1 Pendidikan SMA
Pekerjaan Guru Honorer Pekerjaan Swasta
Alamat Karang Genteng
No. HP

2) Keluhan utama : Ibu hamil datang 9 bulan mengeluh sakit perut


menjalar ke pinggang sejak pukul 20.00 wita, keluar lendir campur
darah sajak pukul 09.00 wita keluar air ketuban (-), janin masih
dirasakan sampai sekarang.
3) Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 5-6 hari
Warna : Merah
Flour albus : Tidak ada
Disminore : Ada
Jumlah : ± 100 cc ( 2 – 3 kali ganti pembalut )
Kelainan lain : Tidak ada
4) Riwayat kehamilan sekarang
Hamil ke :2
Usia kehamilan : 8 bulan
HPHT : Lupa
Gerakan janin : Ibu mengatakan gerakan janin aktif lebih
dari 10x dalam 12 jam terakhir
Kekhawatiran khusus : Tidak ada
Obat yang dikonsumsi : Ibu hanya mengkonsumsi tablet
penambah darah, vitamin serta obat
batuk yang diberikan bidan.
Imunisasi TT : T2 (TT1 : 30-03-2017 dan TT2 : 02-05-
2017)
Riwayat ANC : 9 kali (di Puskesmas + Posyandu)
Hasil
TD BB UK TFU Letak DJJ/ Kaki Tindakan/ Ket.
Tgl Keluhan pem. Nasihat
(mmHg) (kg) (minggu) (cm) janin menit bengkak terapi tempat
Lab
10/10/ Pusing 100/70 47 32 28cm 0 +136 - HB : FE -Makan Pkm
19 puka 11,6 yg
gr% bergizi
Pu: -Istirhat
(-)
17/10/ Sering 110/70 47 33-34 28 cm 0 + - - -Tanda Pkm.
19 kencing puka 144 bahaya
kehami
lan

5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Riwayat
Anak Tempat UK Jenis Penolong JK BB Umur
penyakit Ket
Ke persalianan (bulan) persalinan persalinan (gram) (tahun)
H P N
1 RS Kota 9 Normal Bidan - - - L 3200 2thn Hidup
2 Sekarang - - - - - - - - - -
6) Riwayat Kesehatan yang lalu/penyakit yang pernah diderita
Penyakit kardiovaskuler : tidak ada
Penyakit hipertensi : tidak ada
Penyakit diabetes : tidak ada
Penyakit HIV/AIDS : non reaksi
Penyakit malaria : tidak ada
Penyakit campak : tidak ada
Penyakit TBC : tidak ada
Penyakit ginjal : tidak ada
Anemia berat : tidak ada
Penyakit gangguan mental : tidak ada
Penyakit asma : tidak ada
Riwayat kembar : tidak ada
Lain lain : tidak ada
7) Riwayat Biopsikososial :
a) Status perkawinan : Menikah satu kali, sah, selama
± 3 tahun.
b) Respon ibu dan keluarga : Ibu dan keluarga sangat
senang dengan kehamilan ini.
c) Riwayat KB : Suntik 3 bulan
d) Rencana KB : Implant
e) Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung
kehamilan ini. Misalnya,
dengan membantu pekerjaan
ibu selama hamil dan
mendampingi saat
memeriksakan kehamilan.
f) Respon ibu dan keluarga : Ibu dan keluarga sangat
senang dengan kehamilannya.
g) Beban kerja : Menyuci, menyapu, mengepel
dll. (pekerjaan ibu rumah
tangga ).
h) Kepercayaan yang : Tidak ada.
berhubungan dengan
kehamilan
i) Tempat dan petugas yang : Ibu akan bersalin di
diinginkan untuk Puskesmas dan di bantu oleh
membantu persalinan bidan
j) Pola Hidup Sehat : Ibu tidak pernah merokok,
minum minuman keras dan
mengkonsumsi obat-obatan
terlarang, namun suami ibu
merokok dan saat suami
merokok, suami menjauh dari
ibu.
k) Gizi yang di konsumsi dan kebiasaan makan :
Pola Makan Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 3x sehari 4x sehari
Komposisi Nasi, Lauk, sayuran Nasi, lauk, sayuran
Porsi 1 piring ±1 piring
Pantangan Tidak ada Tidak ada

Pola Minum Sebelum hamil Selama hamil


Frekuensi Sering Sering
Porsi 7-8 gelas 10 gelas
Komposisi Air putih Air putih
Pantangan Tidak ada Tidak ada

(1) Kebiasaan hidup sehat :


(a) Personal hygiene
Kegiatan Sebelum Hamil Sesudah Hamil
Mandi 1 x sehari 1 x sehari
Ganti Pakaian 2 x sehari 2 x sehari
Gosok Gigi 2 x sehari 2x sehari

(b) Eliminasi
BAB Sebelum hamil Setelah hamil
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Padat-Lunak Padat-Lunak
Warna Kuning Kuning
Masalah Tidak ada Tidak ada

(c) BAK
BAK Sebelum hamil Setelah hamil
Frekuensi 4 x sehari ±6 x sehari
Konsistensi Cair Cair
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Masalah Tidak ada Tidak ada

(2) Pola Istirahat dan tidur


(a) Istirahat dan tidur
Tidur siang Sebelum hamil Setelah hamil
Lamanya ±1 jam ±2 jam
Masalah Tidak ada Tidak ada
Tidur malam Sebelum hamil Setelah hamil
Lamanya ±8 jam ±6 jam
Masalah Tidak ada Sering bangun
malam karena
janin bergerak

b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosi : Stabil
HTP : 06 Desember 2019 (USG)

Pemeriksaan Antropometri
BB sebelum hamil : 37 kg
BB sekarang : 47 kg
Kenaikan BB : 10 kg
TB : 150,9 cm
Lila : 23 cm
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Respirasi : 20 x/menit
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Inspeksi : Warna rambut hitam, distribusi merata, tidak
rontok, tidak ada lesi, kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
b) Wajah
Inspeksi : Simetris, tidak pucat, ada cloasma gravidarum
Palpasi : Tidak ada edema
c) Mata
Inspeksi : Seklera tidak ikterus dan konjungtiva tidak
anemis.
d) Hidung
Inspeksi : Tidak ditemukan pernafasan cuping hidung, tidak
ada polip, tidak ada secret
e) Telinga
Inspeksi : Tidak ada secret
f) Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir tidak kering, gusi tidak pucat, terdapat
karies

g) Leher
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis.
h) Payudara
Inspeksi : Payudara simetris (+/+), puting susu menonjol (+/
+), retraksi ( - / - ), hiperpigmentasi pada areola
(+/+).
Palpasi : Massa atau benjolan ( - / - ), nyeri tekan, ( - / - ),
pengeluaran colostrums ( - / + )
i) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea
nigra, terdapat striae albican
Palpasi :
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong pada fundus
uteri (terasa bulat, tidak melenting dan
lunak).
Leopold II : Punggung kanan (teraba keras, panjang,
dan datar seperti papan di sebelah kanan
ibu, dan teraba bagian kecil janin di sebelah
kiri ibu)
Leopold III : Presentasi kepala (teraba seperti bulat
melenting dan keras), kepala belum masuk
PAP.
Leopold IV : Tidak dilakukan pemeriksaan.
PBBJ : 2635 gram (TFU-11 X 155)
Auskultasi : Denyut Jantung Janin ( + ), irama teratur
12-12-12, frekuensi : 144x/menit.
j) Ekstremitas atas
Inspeksi : Kuku tidak pucat
Palpasi : Tidak ada odema
k) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Kuku tidak pucat, tidak ada varises
Palpasi : Tidak ada oedema
Perkusi : Reflex patella ( + /+ )
4) Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 6 oktober 2018
HB : 12,2 gr%
Protein urine : ( - )

c. ANALISA
Diagnosa :
1) Ibu : G2P1A0H1 usia kehamilan 33-34 minggu keadaan umum ibu
baik.
2) Janin : Janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala,
keadaan janin baik.

d. PENATALAKSANAAN
Hari/Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : 10.30 WITA
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan
umum ibu dengan TD: 110/70 mmHg, usia kehamilan ibu
memasuki 8 bulan (33-34 minggu) dan keadaan janin baik, DJJ:
144x/menit, posisi janin baik yaitu posisi kepala di bagian bawah
perut ibu, kepala janin belum masuk kedalam jalan lahir, perkiraan
berat janin 2635 gram, dan hari tapsiran persalinan ibu tanggal 06
Desember 2019. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Menginformasikan pada ibu bahwa yang dirasakan ibu seperti
keadaan sering kencing yang ibu alami itu normal karena usia
kehamilan ibu sudah tua sehingga bagian terendah janin menekan
kandung kemih sehingga ibu sering BAK, cara mengatasinya
kurangi minum pada malam hari dan mengurangi mengkonsumsi
minuman yang dingin dan minuman seperti teh, kopi dan yang
bersoda. Ibu mengerti dan mampu mengulang yang sudah
diinformasikan.
3) Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya kehamilan trimester
III antara lain nyeri kepala hebat, pandangan kabur, pendarahan,
janin tidak bergerak seperti biasanya, bengkak pada ekstremitas,
anjurkan ibu untuk segera memeriksa kandungannya pada fasilitas
kesehatan terdekat apabila ada tanda-tanda tersebut (satpel
terlampir). Ibu mengerti dengan apa yang dijelasakan dan bersedia
mengikuti anjuran.
4) Menjelaskan kepada ibu bagaimana cara melakukan perawatan
payudara. Dan ibu mengerti dengan apa yang di jelaskan.
5) Menganjurkan ibu untuk meminum tablet penambah darahnya 1
kali sehari setelah makan malam sebelum tidur. Ibu bersedia
mengikuti anjuran dengan meminum tablet penambah darahnya
setiap hari.
6) Membuat kesepakatan jadwal kunjungan ulang pada tanggal 24
Oktober 2019. Ibu bersedia datang untuk kunjungan ulang.
2. Kunjungan Antenatal Care II
Tanggal : 02 Novenber 2019
Jam : 09.00 Wita
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. ( S ) SUBJEKTIF
1) Ibu mengatakan dirinya dalam keadaan sehat sejak kunjungan
terakhir tanggal 17 Oktober 2019 dan tidak mengalami tanda
bahaya sejak pemeriksaan terakhir sampai sekarang.
2) Ibu mengatakan tetap minum tablet tambah darah yang diberikan
bidan secara teratur sesuai dosis yang dianjurkan.
3) Ibu sudah menghitung gerakan janinnya dan mengatakan gerakan
janin > 10 kali dalam 12 jam.

b. ( O ) DATA OBJEKTIF
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil,
BB : 47 kg.
2) Tanda-tanda vital : TD 100/70 mmHg, Suhu 36,5 ºC, Nadi : 82
x/menit, Respirasi 20 x/mnt.
3) Pemeriksaan fisik
a) Wajah
Inspeksi : Tidak terdapat cloasma gravidarum
Palpasi : Tidak ada odema
b) Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis, seklera tidak ikterus
c) Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir tidak kering, terdapat karies.
d) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea
nigra dan tidak ada strie albican
Palpasi :
Leopold I : TFU 28 cm teraba bokong pada fundus uteri
(terasa bulat, tidak melenting dan lunak).
Leopold II : Punggung kiri (teraba keras, panjang, dan datar
seperti papan di sebelah kiri ibu, dan teraba
bagian kecil janin di sebelah kanan ibu).
Leopold III : Presentasi kepala (teraba seperti bulat melenting
dan keras), kepala belum masuk PAP
Leopold IV : -
PBBJ : 2635 gram (TFU-11 X 155)
Auskultasi : DJJ (+), irama teratur 11-12-11, frekuensi 136
x/mnt.
e) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Varises ( - / - ), kuku pucat ( - / - )
Palpasi : Tidak terdapat odema

c. ( A ) ANALISA
Diagnosa :
1) Ibu : G2P1A0H1 usia kehamilan 35-36 minggu keadaan
umum ibu baik.
2) Janin : Janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala,
keadaan janin baik.

d. ( P ) PENATALAKSANAAN
Hari/tanggal : Sabtu, 02 November 2019
Pukul : 09.20 WITA

1) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan


janinnya sampai saat ini tetap dalam keadaan baik dengan hasil
pemeriksaan TD : 100/70 mmHg, DJJ (+) irama 11-12-11 frekuensi
136 x/menit,posisi janin baik berada di bagian bawah perut ibu,
kepala janin belum masuk ke jalan lahir, perkiraan berat badan
janin 2635 gram,dan hari tafsiran persalinan ibu tanggal 06
Desember 2019. Ibu dah mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Menginformasikan tentang mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang seperti mengkonsumsi sayur-sayuran hijau, buah-buahan,
kacang-kacangan serta daging, telur dan sebagainya. Jika ibu tidak
mengkonsumsi makanan seperti yang dianjurkan di takutkan HB
(kadar darah) ibu akan menurun dan mengalami anemia berat dan
akan mengakibatkan ibu mengalami perdarahan pada saat
persalinan dan pertumbuhan janin akan terganggu sehingga dapat
menyebabkan berat badan bayi lahir rendah. Ibu sudah mengikuti
anjuran yang diberikan yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah.
3) Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya kehamilan pada
trimester ke III seperti pusing hebat, pandangan berkunang-kunang,
demam tinggi, keluar cairan dan darah sebelum waktunya, gerakan
janin berkurang. Sampai saat ini ibu tidak mengalami tanda bahaya
dan jika mengalami salah satu tanda bahaya yang di jelaskan
diatas, ibu disuruh segera ke tempat tenaga kesehatan terdekat. Ibu
bersedia untuk segera ke tempat tenaga kesehatan terdekat bila
mengalami tanda bahaya tersebut.
4) Mengingatkan bagaimana cara menghitung gerakan janinnya yaitu
dengan cara menyuruh ibu menaruh 10 gelang di salah satu tangan
ibu (tangan kanan maupun kiri) bila gerakan janin bergerak diganti
1 gelang tangan ibu ke sebelah tangan yang tidak ditaruh gelang
pada sebelumnya dan begitu seterusnya. Ibu mengerti dan akan
mencoba menghitung gerakan janinnya.
5) Menginformasikan kembali kepada ibu tentang P4K yaitu
mempersiapkan segala sesuatu untuk persalinan seperti tempat
persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan,
transportasi, perlengkapan ibu dan bayi, biaya, dan pendonor darah.
Ibu mengerti tentang informasi yang diberikan dan akan
mempersiapkan semuanya.
6) Menganjurkan ibu untuk tetap meminum tablet penambah
darahnya 1 kali sehari setelah makan malam sebelum tidur. Ibu
bersedia mengikuti anjuran.
7) Memeberikan penyuluhan dan mengajarkan ibu tentang senam
hamil. Ibu bersedia di berikan penyuluhan dan melaukan senam
hamil. (Satpel terlampir)
8) Menjadwalkan kunjungan ulang pada ibu satu minggu lagi yaitu
pada tanggal 9 November 2019. Ibu bersedia untuk melakukan
kunjungan ulang satu minggu lagi yaitu pada tanggal 9 November
2019.

3. Kunjungan Antenatal Care III


Hari,Tanggal : 16 November 2019
Jam : 09.00 Wita
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. ( S ) SUBJEKTIF
1) Ibu mengatakan keadaannya sehat sejak kunjungan terakhir.
2) Ibu mengatakan tetap minum tablet tambah darah secara teratur
sesuai dosis yang dianjurkan.

b. ( O ) DATA OBJEKTIF
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, BB : 47 kg.
2) Tanda-tanda vital : TD 100/70 mmHg, Suhu 36,7 ºC, Nadi: 80
x/menit, Respirasi 22 x/mnt.
3) Pemeriksaan abdomen
Leopold I : TFU 28 cm teraba bokong pada fundus uteri.
(terasa bulat, tidak melenting dan lunak).
Leopold II : Punggung kanan (teraba keras, panjang, dan datar
seperti papan di sebelah kanan ibu, dan teraba
bagian kecil janin di sebelah kiri ibu).
Leopold III : Presentasi kepala (teraba seperti bulat melenting dan
keras), kepala belum masuk PAP
Leopold IV : -
PBBJ : 2635 gram
Auskultasi : DJJ (+) irama teratur 11-12-11, frekuensi 136 x/mnt.

c. ( A ) ANALISA
Diagnosa :
1) Ibu : G2P1A0H1 usia kehamilan 37-38 minggu keadaan umum ibu
baik.
2) Janin : Janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala, keadaan
janin baik.

d. ( P ) PENATALAKSANAAN
Hari/tanggal : Sabtu,16 November 2018
Pukul : 09.20 WITA

1) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan


janinnya sampai saat ini tetap dalam keadaan baik. Ibu memahami
informasi yang diberikan.

2) Mengingatkan kembali tanda bahaya pada trimester ke III seperti


pusing hebat, pandangan berkunang-kunang, demam tinggi, keluar
cairan dan darah sebelum waktunya, gerakan janin berkurang
(satpel terlampir). Ibu memahami dan akan mewaspadai tanda
bahaya yang sudah dijelaskan.
3) Mengingatkan kembali bagaimana cara menghitung gerakan
janinnya yaitu dengan cara menyuruh ibu menaruh 10 gelang di
salah satu tangan ibu (tangan kanan maupun kiri) bila gerakan janin
bergerak diganti 1 gelang tangan ibu ke sebelah tangan yang tidak
ditaruh gelang pada sebelumnya dan begitu seterusnya. Ibu akan
mencoba untuk menghitung gerakan janinnya.

4) Menginformasikan kepada ibu mengenai persiapan persalinan


seperti kendaraan, uang, pendonor, dan pakaian bayi dan juga
pakaian untuk ibunya (satpel terlampir). Ibu mengerti dan akan
mempersiapkan untuk persalinan nanti.

5) Memberikan penyuluhan dan mengajarkan tentang perawatan


payudaya (satpel terlampir) serta menganjurkan ibu untuk
mengikuti gerakan-gerakan perawatan payudara ini pada saat
dirumah selagi waktu senggang. Ibu bersedia mengikuti anjuran.

6) Menjadwalkan kunjungan ulang pada ibu satu minggu lagi yaitu


pada tanggal 23 November 2019.

B. INTRA NATAL CARE


1. Kala I
Hari/Tanggal : senin, 09 Desember 2019
Pukul : 01..25 Wita
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
1) Ny. “F” berusia 23 tahun, hamil ke-2, tidak pernah mengalami
keguguran dan umur kehamilan sekarang 9 bulan.
2) Ibu mengeluh sakit perut bagian bawah menjalar ke pinggang.
sejak tanggal 08 Desember 2019 pukul 16.00 wita, dan
pengeluaran lender campur darah (+) sejak tanggal 09 Desember
2019 pukul 02.30 wita, pengeluaran air ketuban (-) saat pengkajian
di lakukan gerakan janin masih dirasakan aktif oleh ibu. Ibu
merasakan gerakan janin > 10x dalam 12 jam terakhir.
3) Ibu makan terakhir tanggal 09 Desember 2019 pukul 02.00 wita
dengan porsi 1 piring, komposisi nasi, lauk dan sayur. Ibu minum
terakhir tanggal 09 Desember 2019 pukul 02.10 wita.
4) Ibu BAB terakhir tanggal 08 Desember 2019 pukul 15.30 wita dan
BAK terakhir tanggal 09 Desember 2019 pukul 02.10 wita.
5) Ibu sudah membawa perlengkapan untuk dirinya dan bayinya yang
akan digunakan setelah bersalin nanti.

b. Objektif (O)
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmetis
c) Emosi : Stabil
d) Tanda – tanda vital
(1) Tekanan darah : 100/70 mmHg
(2) Nadi : 80 x/menit
(3) Suhu : 36,6C
(4) Respirasi : 20 x/menit
2) Pemeriksaan fisik
a. Wajah
Inspeksi : Simetris, tidak pucat, ada cloasma gravidarum
Palpasi : Tidak ada odema
b. Mata
Inspeksi : Seklera tidak ikterus dan konjungtiva tidak anemis.
c. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat striae
albican
Palpasi :
Leopold I : TFU 31 cm, teraba bokong pada fundus uteri
(terasa bulat, tidak melenting dan lunak).
Leopold II : Punggung kanan (teraba keras, panjang, dan
datar seperti papan di sebelah kanan ibu, dan
teraba bagian kecil janin di sebelah kiri ibu).
Leopold III : Presentasi kepala (teraba seperti bulat
melenting dan keras), sudah masuk PAP.
Leopold IV : Teraba kepala 4/5 bagian, kepala masuk 1/5
bagian
His : 2x dalam 10 menit lamanya 20 detik
PBBJ : 2945 gram
Auskultasi : Denyut Jantung Janin ( + ), irama teratur 11-
11-12, frekuensi : 136 x/menit.
d. Ekstremitas atas
Inspeksi : Kuku tidak pucat
Palpasi : Tidak ada odema
e. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Kuku tidak pucat, tidak ada varises
Palpasi : Tidak terdapat Oedema
Perkusi : Reflex patella ( + /+ )

f. Genetalia
Inspeksi : Oedema pada vulva ( - ), varises pada vagina ( - ),
luka parut pada perineum ( - ), bloody show ( +)
3) Pemeriksaan dalam
Hari/ tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 01.25 wita
VT Ø 3 cm, eff 25 %, ketuban (+), presentasi kepala denominator
belum jelas, Penurunan kepala HI, tidak teraba bagian kecil janin
atau tali pusat
4) Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 09 Desember 2019
Hb : 9 gr%
Protein urine :(-)

c. Analisa (A)
Diagnosa : KALA I FASE LATEN

d. Penatalaksanaan (P)
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 01.30 WITA
1) Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan yang didapatkan
yaitu keadaan umum ibu baik, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S:
36,6˚C, RR: 20 x/menit. Dan saat ini ibu sudah memasuki proses
persalinan dengan pembukaan 3 cm, ketuban (+), posisi janin
normal yaitu kepala berada di bawah, PBBJ 3100 gram dan keadaan
umum janin baik.
Ibu mengetahui keadaannya dan bayinya.
2) Menginformasikan kepada ibu bahwa rasa sakit pinggang menjalar
ke perut bagian bawah adalah hal yang wajar di alami semua ibu
bersalin, karena terjadi peregangan tulang panggung untuk dilewati
bayi saat kelahiran nanti. Rasa sakit yang semakin sering timbul
akan semakin mempercepat proses persalinan. Ibu memahami
informasi yang di sampaikan.
3) Mengajarkan ibu teknik relaksasi jika sewaktu-waktu tiba-tiba ibu
mulai merasakan sakit pinggang menjalar kepertut, dengan jika sakit
atau kontraksi datang, menarik nafas panjang dari hidung buang
lewat mulut, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada ibu.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
4) Menjelaskan pada ibu pentingnya BAK jika timbul rasa ingin BAK
dan menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing karena bisa
menghambat penurunan kepala bayi.
Ibu sudah mengetahui hal tersebut.
5) Menganjurkan keluarga untuk tetap menemani ibu dan memberikan
dukungan moril agar ibu bisa tetap semangat melewati persalinan.
Keluarga ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran.
6) Melakukan persiapan persalinan :
a) Persiapan lingkungan yaitu menutup pintu dan menjaga
keprivasian ruangan tempat ibu akan bersalin, menyiapkan
tempat sampah infeksiosus dan noninfeksiosus, air DTT, dan
larutan klorin 0,5%
b) Persiapan ibu : melonggarkan BH ibu, menyiapkan kain untuk
alas dan selimut ibu, serta makanan dan minuman yang manis-
manis untuk persiapan tenaga mengedan.
c) Persiapan bayi : kain, lampin, baju, popok, topi, sarung tangan
dan sarung kaki dalam satu rangkaian.
d) Persiapan alat yaitu :
(1) Partus set : handscoon 2 buah, ½ kocher 1 buah, 1 gunting
episiotomi, 2 klem, 1 gunting tali pusat, 4 buah kasa, 1 spuit
3 cc, alat resusitasi.
(2) Obat-obatan : oxytocine, lidocain, dan betadine.
(3) Heating set : benang heating, piset 1 buah, 1 jarum untuk
heating, 1 nealpuder
e) Persiapan kegawatdaruratan yaitu : cairan infus RL, infus set,
abocath, kasa, gunting, plester, betadine.
f) Persiapan alat resusitasi yaitu satu set resusitasi, balon isap
lendir/ delee.
g) Menyiapkan tempat sampah infeksius dan non infeksius
h) Sudah dilakukan persiapan persalinan.
7) Mengobservasi kesejahteraan ibu, kesejahteraan janin, dan
kemajuan persalinan dengan partograf.
Tabel Observasi Kesejahteraan Ibu Dan Janin Serta Kemajuan Persalinan
Penge
TTV HIS DJJ Keluhan Ket
luaran
Waktu
No Respiras
(WITA) TD Nadi Suhu Frek Lama Inten Frek
i + / -Irama
(mmHg) (x/mnt) (0C) (x) (dektik) (x/menit)
(x/mnt)
1 01.20 100/70 80 20 36,6 2 35 sedang + 11-11- 136 Bloody Ibu VT Ø 3 cm,
12 show mengat eff 25%, ket
(-) akan (+), teraba
sakit kepala,
pinggan denominator
g belum jelas
menjala Penurunan
r ke kepala HII,
perut tidak teraba
bagian bagian kecil
bawah janin/ tali
pusat
2 03.00 100/7 82 20 36 5 45 kuat + 11-11- 136 Bloody Ibu VT Ø 10 cm,
0 12 show mengat eff 100%, ket
(+) akan (-) pecah
Ketuba ingin spontan warna
n pecah BAB jernih, teraba
spontan dan kepala,
warna menged denominator
jernih an UUK didepan.
Penurunan
kepala HIII,
tidak teraba
bagian kecil
janin/ tali
pusat.
2. Kala II
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 03.00 WITA
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan keluar lendir campur darah dari jalan lahir.
2) Ibu merasakan sakit perutnya semakin sering.
3) Ibu merasakan ingin BAB dan mengedan.

b. Objektif (O)
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil.
2) Tanda – tanda vital, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,60C,
R : 20 x/menit.
3) His 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik, intensitas kuat.
4) DJJ (+) irama teratur (11-11-12), frekuensi 136 x / menit.
5) Ada dorongan untuk mengedan, tekanan pada anus, perineum
menonjol dan vulva membuka.
6) VT Æ 10 cm, eff 100%, ketuban (-) pecah spontan warna jernih,
presentasi kepala, UUK di depan. Penurunan kepala HIII, tidak
teraba bagian kecil janin/tali pusat.

c. Analisa (A)
Diagnosa : Kala II

d. Penatalaksanaan (P)
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 03.05 WITA
1) Menginformasikan kepada ibu hasil
pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap dan menganjurkan
ibu untuk mengedan setiap ada his (saat ibu merasakan sakit).
Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan bersedia
melakukan apa yang di anjurkan.
2) Menginformasikan ketidaknyamanan yang
di rasakan ibu merupakan hal yang wajar karena bayi yang di
dalam perut ibu akan segera keluar.
Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
3) Menginformasikan ibu tentang tindakan
yang akan di lakukan. Ibu mengetahui tindakan yang akan
dilakukan.
4) Memberikan dukungan moril dan meminta
suami atau keluarga untuk menemani selama proses persalinan.
Keluarga mengerti dan bersedia mendampingi ibu selama proses
persalinan.
5) Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar
yaitu menarik nafas panjang lewat hidung kemudian ibu mengedan
sekuat – kuatnya, mata melihat ke perut, gigi di rapatkan, dagu
menempel di dada, dorsal recumben(kedua kaki di angkat dengan
kedua siku tangan berada di bawah paha ibu kemudian di tarik ke
atas), apabila rasa sakit atau kontraksi hilang ibu diminta untuk
istirahat dan menganjurkan keluarga untuk membantu ibu minum
dan makan.
Ibu mengerti dan bersedia melakukan apa yang di ajarkan.
6) Menolong persalinan sesuai APN :
a) Mengamati tanda dan gejala kala II yaitu keinginan untuk
meneran tekanan anus,perinium menonjol, vulva membuka.
b) Memastikan perlengkapan,bahan dan obat-obatan, mematahkan
ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan tabung suntik steril
3cc kedalam wadah partus set.
c) Menggunakan celemek, cuci tangan, lalu menggunakan
handscoon. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik.
d) Membersihkan vulva dan perinium dengan kapas DTT,
kemudian melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan lengkap.
e) Mendekontaminasi sarung tangan yang telah digunakan untuk
pemeriksaan dalam kedalam clorin 0.5% dan merendamnya
selama 10 menit.
f) Memeriksa DJJ untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal dan DJJ (+) frekuensi 136 x/menit,irama 11-11-12
g) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janinnya baik. Membantu ibu dalam posisi yang
nyaman yaitu meminta bantuan kepada keluarga untuk
membatu ibu dalam posisi setengah duduk
h) Melakukan pimpinan untuk meneran saat ibu merasakan
dorongan yang kuat untuk meneran dan menganjurkan ibu
untuk istirahat jika hisnya berhenti, anjurkan keluarga untuk
member makan dan minum saat ibu beristirahat.
i) Pada saat kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayinya,dan meletakkan kain yang bersih di
bawah bokong
j) Membuka partus set
k) Memakai sarung tangan steril dan DTT
l) Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi, meletakkan tangan yang lain di kepala bayi sehingga tidak
terjadi defleksi yang terlalu cepat. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat dan dangkal.
m) Memeriksa lilitan tali pusat dan ternyata tidak ada lilitan tali
pusat.
n) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi secara
spontan. Lahirkan bahu.
o) Menempatkan kedua tangan dalam posisi biparietal kemudian
melahirkan bahu depan dengan menarik perlahan ke arah
bawah dan luar secara lembut. Selanjutnya melahirkan bahu
belakang dengan cara menarik ke arah atas secara perlahan.
p) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah perineum
tangan,membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior menyangga leher, kepala, bahu dengan ibu jari serta
punggung,bahu belakang dengan jari-jari lain,sementara tangan
kiri menyusuri bahu bagian depan dan keseluruhan lengan bayi,
bokong dan tungkai bawah lalu menyelipkan telunjuk diantra 2
kaki bayi.
q) Tanggal: 09 Desember 2019 Pukul 03.33 WITA
Bayi lahir spontan (♂), hidup, letak belakang kepala, bayi
langsung menangis, warna kulit kemerahan ekstremitas biru,
tonus otot aktif.
r) Setelah keseluruhan badan bayi lahir, melakukan penilaian
awal pada bayi yang meliputi apakah menangis atau bernafas
tanpa kesulitan? (ya), apakah warna kulit bayi kemerahan?
(ya), apakah bayi bergerak aktif? (ya). Selanjutnya dilakukan
penilaian APGAR pada 1 menit pertama, yaitu: Sudah
dilakukan pertolongan persalinan sesuai APN.
ASPEK
NO 1’ PERTAMA NILAI
PENILAIAN
1 Warna kulit Badan merah dan ekstremitas pucat 1
2 Denyut jantung > 100 x/menit 2
3 Reflex Sedikit gerakan 1
4 Tonus otot Gerakan sedikit 1
5 Pernafasan Menangis kuat 2
JUMLAH 7

s) Mengeringkan tubuh bayi, mengganti handuk basah dengan


kain kering kemudian dibiarkan diatas perut ibu.
t) Menjepit, memotong dan mengikat tali pusat bayi.
u) Meletakkan bayi tengkurap diatas dada ibu, diselimuti lalu
dilakukan IMD.
v) Kemudain lakukan penilaian APGAR SCORE pada 5 menit
kedua, yaitu:
NO ASPEK 5’ KEDUA NILAI
PENILAIAN
1 Warna kulit Badan dan ekstremitas merah 2
2 Denyut jantung > 100 x/menit 2
3 Reflex Sedikit gerakan 1
4 Tonus otot Gerakan aktif 2
5 Pernafasan Menangis kuat 2
JUMLAH 9
3. KALA III
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 03.38 WITA
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran bayinya.
2) Ibu mengatakan perutnya terasa mules.

b. Objektif (O)
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composentis, emosi stabil.
2) Bayi lahir spontan, langsung menangis, jenis kelamin laki-laki.
3) TFU Sepusat.
4) Plasenta belum lahir.

c. Analisa (A)
Diagnosa : Kala III

d. Penatalaksan
aan (P)
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 03.40 WITA.
1) Menginformasikan pada ibu bahwa proses persalinan ibu berjalan
dengan baik dan sedang menunggu kelahiran plasenta. Ibu
mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
2) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal,
dengan cara mengukur tinggi fundus uteri yaitu sepusat dan
ternyata tidak ada bayi kedua. Sudah dilakukan pemeriksaan tinggi
fundus uteri.
3) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik, lalu menyuntikkan
oksitosin 10 IU IM pada 1/3 paha kanan anterolateral. Sudah
dilakukan penyuntika oksitosin 10 IU IM pada 1/3 paha kanan
anterolateral.
4) Kemudian penolong mengklem tali pusat 2-3 cm dari umbilikus
dan tali pusat di urut ke arah ibu dan dipasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama. Sudah dilakukan klem tali pusat.
5) Kemudian tali pusat dipegang dan dipotong diantara kedua klem
(lindungi perut bayi), ikat tali pusat dengan benang tali pusat pada
satu sisi, kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatkan dengan simpul mati pada sisi lainnya dan melakukan
IMD dengan cara bayi ditelungkupkan seperti menunggang kuda,
kepala bayi lebih rendah dari payudara ibu. Sudah dilakukan
pemotongan tali pusat, mengikat benang tali pusat dan bayi sudah
ditaruh diatas perut ibu (IMD).
6) Kemudian penolong memindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva dan melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT),
lakukan dengan satu tangan di atas perut ibu, ditepi atas symphisis
untuk mendeteksi kontraksi uterus, tangan yang lain menegangkan
tali pusat. Apabila uterus telah berkontraksi, lakukan penegangan
tali pusat dan tangan kiri mendorong uterus ke arah dorso kranial
(belakang atas) secara hati – hati (untuk mencegah inversion uteri).
Sudah dilakukan PTT.
7) Menilai tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus globuler, tali
pusat bertambah panjang dan semburan darah tiba-tiba. Terdapat
tanda-tanda pelepasan plasenta.
8) Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan cara tangan
kiri berada di atas simfisis ibu dan mendorong ke arah dorso
kranial untuk mencegah inversio uteri. Tangan kanan meregangkan
tali pusat sejajar dengan lantai, setelah terlihat adanya tanda-tanda
pelepasan plasenta, minta ibu untuk mengedan sedikit, tali pusat
diregangkan ke bawah dan keatas sesuai kurve jalan lahir, bagian
fetal plasenta nampak vulva, pegang dengan kedua tangan dan
putar searah jarum jam sampai selaput ketuban terputus.
9) Plasenta lahir lengkap secara schultze pukul 03.38 WITA
4. KALA IV
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 03.58 WITA
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
Ibu mengatakan sangat lelah dan perutnya masih mules.

b. Objektif (O)
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil,
TD:100/70 mmHg.
2) Plasenta lahir secara schultze.
3) TFU sepusat.
4) Kontraksi uterus baik.
5) Jumlah perdarahan ± 100 cc.
6) Kandung kemih kosong.
7) Ada robekan jalan lahir derajat 1 pada mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum.

c. Analisa (A)
Diagnosa : Kala IV

d. Penatalaksanaan (P)
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 04.00 WITA
1) Melakukan masase pertama
segera setelah plasenta lahir dan memastikan uterus berkontraksi
dengan baik
2) Menginformasikan kepada
ibu bahwa keadaan ibu dan bayinya baik, Tekanan darah 100/70
mmHg, perdarahan ± 15 cc, kontraksi uterus baik. Ibu sudah
mengetahui keadaannya dan bayinya.
3) Memeriksa adanya robekan
jalan lahir, ternyata terdapat robekan derajat II
4) Memeriksa kelengkapan
plasenta. Kotiledon lengkap, selaput amnion dan korion, tali pusat
2 arteri satu vena, panjang tali pusat ± 50 cm.
5) Melakukan masasse fundus
uteri untuk memastikan uterus berkontraksi dengan baik sambil
mengajarkan ibu cara massase sendiri yaitu dengan cara tangan ibu
berada di atas fundus kemudian di putar searah jarum jam selama
15 detik atau lima belas kali agar kontraksi ibu tetap baik. Ibu bisa
melakukan massase sendiri.
6) Lalu melakukan hecting pada
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dengan teknik
satu-satu.
7) Melakukan masasse kembali
untuk memastikan kontraksi uterus tetap dalam keadaan baik, dan
meminta ibu untuk melakukan sendiri. Ibu bisa melakukan masasse
sendiri.
8) Membersihkan ibu dengan air
DTT dan kemudian membersihkan tempat tidur ibu dengan air
klorin 0,1%. Ibu sudah dibersihkan.
9) Memasangkan pembalut pada
ibu kemudian memasang kain ibu. Ibu sudah dipasangkan
pembalut dan kain yang bersih.
10) Memantau TD, nadi, TFU,
kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan tiap 30 menit pada 1 jam kedua.
11) Mendekontaminasi alat 10
menit di air klorin 0,5%, kemudian dicuci dengan air sabun dan
dibilas dengan air mengalir, mendekontaminasi celemek yang
dipakai dengan larutan klorin 0,5%.
12) Mencelupkan sarung tangan
yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % lalu membalikannya,
merendam dalam larutan klorin0,5 % tersebut selama 10 menit.
13) Mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir, kemudian celemek dibuka.
14) Melengkapi partograf.
15) Menganjurkan keluarga untuk
memberi ibu makan dan minum. Ibu sudah makan dan minum.
16) Memberi penyuluhan tentang
tanda-tanda bahaya masa nifas seperti demam tinggi, keluar darah
yang banyak dari jalan lahir, bau busuk dari jalan lahir, pusing luar
biasa, mengalami penyulit dalam menyusui, kram perut yang luar
biasa, penglihatan mendadak kabur, bengkak di wajah, tangan, dan
kaki, serta nyeri ulu hati, anjurkan ibu dan keluarga untuk segera
memanggil petugas kesehatan jika mengalami salah satu keluhan
tersebut.(satpel terlampir)
17) Menganjurkan ibu untuk
melakukan mobilisasi dini seperti miring kiri, kanan, duduk di
tempat tidur setelah 2 jam post partum, kemudian Ibu bisa berjalan
jika Ibu tidak pusing. Ibu bersedian melakukan anjuran yang
diberikan.
18) Memberikan obat oral yaitu
amoxicillin 500 mg 10 tablet dengan dosis (3x1), paracetamol 500
mg 10 tablet dengan dosis (3x1), tablet tambah darah 200 mg 30
tablet dengan dosis (1x1), vitamin A 200.000 IU kapsul dengan
dosis (1x1) .
19) Setelah melakukan IMD dan
ternyata IMD berhasil bayi kemudian dilakukan asuhan BBL, yaitu
pengukuran antropometri, memeberikan salep mata dan injeksi Vit.
K. Hasil yang di dapat yaitu BB 3100 gram, PB 49 cm, LIKA 30
cm, LIDA 30 cm, dan LILA 10 cm. Pemberian Vit K 1 mg di
lakukan secara IM di paha kiri anterolateral. Setelah 1 jam
pemberian vitamin K, berikan imunisasi HB 0 pada paha kanan
anterolateral.
PEMANTAUAN KALA IV
Jam Tanda Vital Kandung Jumlah
Waktu TD N S TFU CUT
ke Kemih Perdarahan
1. 03.58 100/60 80 36,70C 1 jari bawahpusat Baik Kosong ±15 cc
04.13 100/70 82 1 jari bawah pusat Baik Kosong ±10 cc
04.28 100/60 82 1 jari bawah Baik Kosong ±10 cc
pusat
04.43 110/60 80 1 jari bawah pusat Baik Kosong ±5 cc
2. 05.13 110/70 81 36,70C 2 jari bawah pusat Baik Kosong ±5 cc
05.43 110/70 81 2 jari bawah pusat Baik ±200 cc ±5 cc
C. Bayi Baru Lahir dan Neonatus
1. Bayi Baru Lahir
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Jam : 03.33 WITA
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan sudah IMD segera setelah lahir
2) Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan sudah BAK.

b. Objektif (O)
1) Keadaan umum
Keadaan umum bayi baik, Kepala, badan, dan ekstermitas tampak
kelihatan normal, tonus otot dan tingkat aktifitas baik, warna kulit
dan ekstrimitas kemerahan, tangisan kuat, Apgar Score 7-9.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital :
a) Denyut jantung : 136 x/ menit
b) Suhu : 36,8º C
c) Respirasi : 48x/ menit
Ukuran keseluruhan :
a) Berat badan : 3100 gram
b) Panjang badan : 49 cm
c) Lingkar kepala : 30 cm
d) Lingkar dada : 30 cm
e) Lingkar lengan : 10 cm
3) Pemeriksaan Fisik :
a) Kepala
Caput succedaneum (-), cephal hematoma (-), ubun – ubun
berdenyut, sutura tidak molase.
b) Wajah
Tidak ikterus, terdapat bulu alis.
c) Telinga
Simetris dengan mata, kelenturan daun telinga tampak normal.
d) Mata
Simetris, sklera tidak ikterus, kelopak mata sudah membuka dan
menutup bersamaan, tidak ada pus pada mata.
e) Hidung
Tampak normal, bersih, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada
benjolan dan tanda – tanda infeksi, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
f) Mulut
Bibir dan palatum normal, tidak sumbing.
g) Leher
Tidak ada pembengkakan dan dapat bergerak kekiri dan
kekanan.
h) Dada
Tidak ada retraksi dinding dada,simetris, puting susu sejajar
kanan dan kiri, tidak ada kelainan bunyi nafas dan bunyi
jantung,
i) Abdomen
Bentuk simetris, tali pusat masih basah, tidak ada penonjolan
pada tali pusat saat menangis, tidak ada perdarahan tali
pusat,bising usus dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
j) Ekstremitas atas
Simetris, jumlah jari lengkap, tidak ada fraktur pada klavikula,
pergerakan kuat.
k) Ekstermitas bawah
Simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif.
l) Sistem syaraf
Reflek rooting (+), reflek sucking (+), reflek swallowing(+).
m) Genitalia
Jenis kelamin laki-laki, lubang uretra (+), testis sudah berada
dalam skrotum, BAB (+).
n) Punggung dan anus
Tidak ada cekungan, anus berlubang, BAB(+).

o) Kulit
Warna kulit kemerahan, terdapat verniks caseosa pada lengan
dan punggung bayi, tidak ada pembengkakan.

c. Analisa (A)
Diagnosa :
Noenatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 jam.

d. Penatalaksanaan (P)
Hari/Tanggal : kamis 15 November 2018
Pukul : 04. 33 WITA
1) Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan yang di dapat
yaitu keadaan umum bayi baik denyut jantung normal 136 x/menit,
suhu 36,80C, respirasi 48x/menit, BB : 3100 gram, PB : 49 cm,
LIKA : 30 cm, LIDA: 30 cm, LILA : 10 cm, pemeriksaan fisik
keseluruhan normal, tidak cacat dan tidak terdapat tanda lahir. Ibu
mengerti dan mengetahui keadaan bayinya.
2) Menginformasikan kepada ibu cara mencegah kehilangan panas
badan bayi dengan menyelimuti bayi, meletakkannya pada tempat
yang hangat serta mengganti selimut bayi bila basah dan jangan
lupa menutupi kepalanya. Ibu mengerti tentang penjelasan yang
diberikan.
3) Menginformasikan pada ibu bahwa bayi sudah diberikan :
a) Suntikan itamin K (phytomenadione 2 mg) dengan dosis injeksi
1 mg (0,5 ml) gunanya untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perdarahan, disuntikkan pada paha kiri anterolateral
secara intramuskular pada pukul 04.35 Wita.
b) Salep mata antibiotik profilaksis (chloramphenicol-1% 10 mg)
untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi akibat
penyesuaian diluar kandungan pada pukul 04.35 Wita.
c) Satu jam setelah pemberian suntikkan Vitamin K, bayi
diberikan imunisasi Hepatitis B dengan dosis 0,5 cc gunanya
untuk mencegah penyakit kuning, disuntikkan pada paha kanan
anterolateral secara intramuscular pada pukul 05.35 Wita
Bayi sudah disuntikkan vit. K pada paha kiri anterolateral,
sudah diolesi salep mata dan imunisasi Hepatitis pada paha
kanan anterolateral 1 jam setelah pemberian suntikkan vit. K.
4) Memantau keadaan bayi dalam 2 jam pertama yaitu memeriksa tali
pusat bayi yang kemungkinan terjadi perdarahan. Tali pusat bayi
tidak mengalami perdarahan
5) Menginformasikan kepada ibu tentang manfaat Menyusui Dini agar
tercipta kontak batin antara ibu dan bayi dan rahim ibu dapat
berkontraksi dengan baik. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
6) Menginformasikan kepada ibu tentang posisi atau cara menyusui
yang baik dan benar. Ibu mengerti dan akan berusaha melaksanakan
cara menyusui yang benar. (satpel terlampir)
7) Menginformasikan kepada ibu tentang perawatan bayi di rumah,
yaitu menjaga agar suhu tubuh bayi tetap hangat, memandikan bayi
menggunakan air hangat 1 kali sehari, dan selalu menjaga
kebersihan tali pusat yaitu dengan membersihkan tali pusat bayi
dengan air bersih dan sabun saat mandi atau kotor. Jangan
mengolesi tali pusat dengan obat atau ramuan tradisional. Ibu
mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
8) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 13
Desember 2019. Ibu bersedia untuk datang kunjungan ulang.
D. POST NATAL CARE ( PNC )
1. Kunjungan Nifas I
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Waktu : 16.00 WITA
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran bayinya yang ke-
2, dan mengatakan mampu untuk merawat bayinya.
2) Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya.
3) Ibu mengatakan sudah beristirahat, makan dan minum obat sesuai
dengan anjuran.
4) Ibu mengatakan sudah BAK dan BAB.
5) Ibu mengatakan masih ada keluar darah dari jalan lahirnya.
6) Ibu mengatakan sudah bisa berjalan perlahan-lahan ke kamar
mandi.

b. Objektif (O)
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Emosi : Stabil
Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b) Nadi : 80 x/menit
c) Suhu : 36,50 C,
d) Respirasi : 22 x/menit
2) Pemeriksaan fisik :
a) Mata :
Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak Ikterus.
b) Payudara
Simetris (+/+), puting susu menonjol (+/+), retraksi/dimpling
(-/-), nyeri tekan (-/-), benjolan /massa (-/-), pengeluaran
kolostrum (+/+).
c) Abdomen
Luka bekas operasi (-), TFU 2 jari di bawah pusat, kandung
kemih kosong.
d) Genitalia
Oedema (-), Varices (-), Lokhea rubra (+), warna (merah),
Jumlah: 10 cc, konsistensi cair, bau (khas lochea).
e) Ekstremitas bawah
Oedema (-/-), kemerahan dan rasa panas pada betis (-/-),
tromboflebietis (-/-).
c. Analisa (A)
Diagnosa : P2A0H2, ibu nifas normal hari pertama.

d. Penatalaksanaan(P)
Hari/tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 16.10 WITA
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, yaitu keadaan umum Ibu
baik, TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu : 36,5ºC,
Respirasi : 22 x/menit. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2) Memberikan penyuluhan tentang :
a) Menjelaskan pada ibu pentingnya mobilisasi dini, dengan tujuan
untuk mempercepat proses pengecilan dari rahim serta dalam
upaya proses penyembuhan luka jahitan, dan memperlancar
peredaran darah.
Ibu mengerti tentang apa yang dijelaskan.
b) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum dengan porsi lebih
daripada waktu hamil, karena hal tersebut dapat menambah
produksi ASI, serta menganjurkan ibu untuk lebih sering
mengkonsumsi kacang-kacangan dan sayur-sayuran untuk
menambah produksi ASI nya dan menjelaskan pada ibu agar
tidak mengkonsumsi makanan yang pedas-pedas dan bersantan
karena makanan tersebut merupakan salah satu penyebab yang
dapat mempengaruhi alat pencernaan bayi, seperti bayi dapat
terserang diare.
Ibu bersedia melakukan apa yang dianjurkan.
c) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu dapat
memanfaatkan waktu tidur pada saat bayi tidur. Ibu bersedia
melakukan apa yang dianjurkan.
d) Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygienenya
(kebersihan diri) dengan cara mandi minimal 2 kali sehari,
mencuci kemaluan hanya dengan menggunakan air dan sabun,
kemudian lap kering, bersihkan luka bekas jahitan
menggunakan air dingin, jangan menggunakan air hangat karena
dapat merapuhkan benang jahitan. Menganjurkan ibu untuk
cebok sehabis BAB dan BAK dengan cara yang benar yaitu
membersihkan dari kemaluan lalu ke anus, serta mengganti
pembalut minimal 2x sehari.
Ibu mengerti tentang apa yang dijelaskan dan bersedia
melakukan apa yang dianjurkan.
e) Mengiformasikan tentang tanda bahaya ibu nifas seperti demam
tinggi, keluar darah yang banyak dari jalan lahir, bau busuk dari
jalan lahir, pusing luar biasa, mengalami penyulit dalam
menyusui, kram perut yang luar biasa, penglihatan mendadak
kabur, bengkak di wajah, tangan, dan kaki, serta nyeri ulu hati.
Menganjurkan ibu untuk segera memeriksakan diri ke tenaga
kesehatan bila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
Ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dan
bersedia melakukan apa yang dianjurkan.
f) Mengingatkan ibu untuk meminum obat sesuai dengan dosis
yang telah dianjurkan, yaitu tablet amoxicillin 500 mg (3x1),
tablet paracetamol 500 mg (3x1), tablet tambah darah 200 mg
(1x1).
Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan sesuai dengan
dosis yang dianjurkan.
g) Mengimformasikan pada ibu tentang pentingnya kunjungan
ulang ibu nifas, yaitu ibu harus datang kunjungan ke Bidan atau
tenaga kesehatan terdekat yaitu pada tanggal 11 Desember 2019.
Ibu bersedia datang kunjungan ulang tanggal 11 Desember
2019.

2. Kunjungan Neonatal I (6-48 jam)


Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Jam : 16.30 WITA
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan bayinya menyusui dengan kuat.
2) Ibu mengatakan bayinya BAB ± 2 kali dalam sehari dan sudah
BAK
3) Ibu mengatakan gerakan bayinya aktif.

b. Objektif (O)
1) Keadaan umum bayi baik, tangisan kuat, tonus otot dan tingkat
aktifitas baik, warna kulit dan ekstrimitas kemerahan.
2) BB 3100 gram, respirasi 48 x/menit, suhu 36,90C, denyut
jantung 140 x/menit.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Tidak ada luka, UUB datar, tidak ada bintik-bintik bekas biang
keringat pada kepala bayi, caput succadaneum (-), cephal
hematoma (-).
b) Telinga
Tidak terdapat pengeluaran cairan/sekret.
c) Mata
Seklera tidak ikterus, tidak ada pus pada mata.
d) Dada
Tidak ada pembengkakan putting susu, putting tidak ada sekret,
tidak ada kelainan bunyi nafas dan bunyi jantung, tidak ada
retraksi dinding dada.
e) Perut
Tali pusat belum lepas dan belum kering, tidak ada tanda-tanda
perdarahan dan infeksi. Kembung (-),

f) Ekstremitas atas
Gerakan aktif.
g) Sistem Syaraf
Refleks rooting (+), refleks sucking (+), refleks swallowing (+).
h) Genitalia
Tidak ada ruam popok, tidak ada tanda-tanda infeksi.
i) Ekstrimitas bawah
Gerakan aktif.
j) Kulit
Tidak ikterus.

c. Analisa (A)
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 hari

d. Penatalaksanaan (P)
Hari/Tanggal : Senin, 09 Desember 2019
Pukul : 16.30 WITA
1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang
keadaan bayinya bahwa keadaan bayi baik dan hasil pemeriksaan
yang didapatkan. Keadaan umum bayi baik, BB 3.100 gram, suhu
36,9 0C, DJ 140 x/menit. Ibu sudah mengetahui keadaan umum
bayinya.
2) Mengingatkan kembali pada ibu tentang perawatan bayi sehari-hari,
perawatan tali pusat, dan tanda-tanda bahaya pada bayi. ibu sudah
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
melaksanakan anjuran yang di berikan oleh bidan. (satpel terlampir)
3) Menginformasikan kepada ibu untuk tidak memberikan makanan
selain ASI sampai bayi berusia 6 bulan (ASI ekslusif). (satpel
terlampir).
4) Memotivasi ibu agar menyusui bayinya setiap 1-2 jam atau setiap
bayi menangis dan mengajarkan kepada ibu bagaimana posisi
menyusui yang baik. Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan oleh
bidan.
5) Menginformasikan kepada ibu untuk mengganti popok jika sudah
buang air besar maupun buang air kecil dengan popok yang bersih
dan kering supaya tidak terjadi ruam popok pada bayi (bintik-bintik
merah pada pantat bayi), selain itu untuk mencegah supaya bayi
tidak kedinginan (hipotermi). Ibu sudah mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan bersedi melaksanakan anjuran yang di berikan
oleh bidan.
6) Mengingatkan ibu agar tetap menjaga suhu tubuh bayi jangan sampai
kedinginan dengan cara memandikan bayi dengan air hangat dan
jangan terlalu lama, pakaikan penutup kepala dan jangan menaruh
bayi dekat jendela atau pintu. Ibu sudah mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan
oleh bidan.
7) Menginformasikan kepada ibu untuk menjemur bayinya di bawah
sinar matahari pagi antara pukul 07.00-08.00 selama 15-30 menit
untuk kesehatan kulit dan pertumbuhan tulang yang baik, serta
membantu proses metabolisme billirubin darah sehingga mencegah
bayi kuning. Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan
dan bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan oleh bidan.
8) Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya pada
bayi yaitu bayi tidak mau menyusu seperti biasa, kejang, sesak nafas,
merintih, mata bernanah, tali pusat kemerahan atau bernanah, kulit
berwarna kuning, anjurkan pada ibu dan keluarga untuk segera
membawa bayi ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami salah
satu tanda tersebut. Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia
mengikuti anjuran.
9) Menyepakati kunjungan ulang dengan ibu pada tanggal 15 Desember
2019. Ibu bersedia untuk dikunjungi lagi pada tanggal tersebut.

3. Kunjungan Nifas II
Hari/Tanggal : Minggu, 15 Desember 2019
Pukul : 06.00 wita
Tempat : Rumah Ny. “F”

a. Subjektif ( S )
1) Ibu mengatakan dirinya dalam keadaan sehat.
2) Ibu mengatakan telah sering berjalan-jalan, dan tidak ada
kesulitan
3) Ibu mengatakan tidak ada mengalami kesulitan saat BAK dan
BAB.
4) Ibu mengatakan makan setiap harinya 3 kali sehari.
5) Ibu mengatakan sudah minum obat sesuai dosis yang dianjurkan.
6) Ibu mengatakan tetap memberi ASI pada bayinya.
7) Ibu mengatakan mendapat istirahat yang cukup.
8) Ibu mengatakan tidak mengalami tanda-tanda bahaya sejak
pemeriksaan terakhir sampai saat ini.

b. Objektif ( O )
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis. Tanda-tanda
vital : Tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi : 82/menit, Suhu :
36,7 ºC, Respirasi : 20 x/menit.
2) Pemeriksaan fisik :
a) Mata
Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
b) Payudara
Bersih, puting susu menonjol, tidak ada bendungan ASI dan
tidak ada lecet pada puting susu, pengeluaran ASI (+/+)
c) Abdomen
TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
d) Genetalia
Lochea : Sangunolenta (merah kekuningan).

e) Ekstremitas
Atas : Kuku pucat ( - / - ), odema ( - / - ), varises ( - / - )
Bawah : Oedema ( - / - ), varices ( - / - ), kuku pucat ( - / - ),
kemerahan pada betis ( - / - ).

c. Analisa ( A )
Diagnose : P2A0H2, ibu nifas normal hari ke-6.

d. Penatalaksanaan ( P )
Hari/Tanggal : Minggu, 15 Desember 2019
Pukul : 16.30 wita
1) Menginformasikan pada ibu tentang keadaan ibu dan hasil
pemeriksaan yang didapatkan yaitu tanda vital normal, serta tidak
tanda bahaya dan kelainan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan
mengerti tentang keadaanya.
2) Menginformasikan untuk mengingat kembali ibu mengenai ASI
eksklusif dan kapan jadwal pemberian makanan tambahan, yaitu
setelah bayi ibu berumur 6 bulan baru boleh diberikan makanan
tambahan. Ibu mengetahuai dan bersedia melakukan apa yang
dianjurkan.
3) Menjelaskan kembali kepada ibu tentang nutrisi masa nifas yaitu
ibu harus makan dan minum dengan porsi lebih daripada waktu
hamil, karena hal tersebut dapat menambah produksi ASI, serta
menganjurkan ibu untuk lebih sering mengkonsumsi kacang-
kacangan dan sayur-sayuran untuk menambah produksi ASI nya
dan menjelaskan pada ibu agar tidak mengkonsumsi makanan
yang pedas-pedas dan bersantan karena makanan tersebut
merupakan salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi alat
pencernaan bayi, seperti bayi dapat terserang diare.
Ibu bersedia mengikuti anjuran.
4) Menganjurkan ibu untuk istirahat apabila bayinya sudah
disusui/tertidur.
Ibu sudah mengikuti anjuran.
5) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya terutama
di daerah genetalia dengan cara selalu mengganti pakaian dalam
setiap hari atau tiap kali basah minimal 2 kali sehari.
Ibu bersedia mengikuti anjuran.
6) Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
seperti demam tinggi, keluar darah yang banyak dari jalan lahir,
bau busuk dari jalan lahir, pusing luar biasa, mengalami penyulit
dalam menyusui, kram perut yang luar biasa, penglihatan
mendadak kabur, bengkak di wajah, tangan, dan kaki, serta nyeri
ulu hati. Menganjurkan ibu untuk segera memeriksakan diri ke
tenaga kesehatan bila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
Ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dan
bersedia melakukan apa yang dianjurkan.
7) Menganjurkan ibu agar segera menggunakan alat kontrasepsi
(KB) untuk memberi jarak pada kehamilan berikutnya. Ibu
bersedia untuk menggunakan alat kontrasepsi (KB) pada 30 hari
pasca persalinan.

4. Kunjungan Neonatal II (3-7 hari)


Hari/Tanggal : Minggu, 15 Desember 2019
Pukul : 16.00 Wita
Tempat : Rumah Ny. “F”

a. Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat.
2) Ibu mengatakan tali pusat bayinya sudah putus.
3) Ibu mengatakan bayinya BAB ± 4-5 kali dalam sehari dan BAK
>8 kali dalam sehari.
4) Ibu mengatakan gerakan bayinya aktif.
5) Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya/kelainan yang
terjadi pada bayinya sejak kunjungan terakhir.

b. Objektif (O)
1) Keadaan umum bayi baik, BB 3000 gram, respirasi 48 x/menit,
suhu 36,7 0 C, denyut jantung 140 x/menit.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Tidak ada luka, UUB datar, tidak ada bintik-bintik bekas
biang keringat pada kepala bayi, caput succedaneum (-),
cephal hematoma (-).
b) Telinga
Tidak terdapat pengeluaran cairan/sekret.
c) Mata
Konjungtiva tidak pucat, sclera ikterus (-/-), tidak ada pus.
d) Dada
Tidak ada pembengkakan putting susu, putting tidak ada
sekret, tidak ada kelainan bunyi nafas dan bunyi jantung,
tidak ada retraksi dinding dada.
e) Ekstremitas atas
Gerakan aktif.
f) Sistem Syaraf
Reflek rooting (+), reflek sucking (+), refleks swallowing
(+), refleks moro(+), refleks menggenggam (+), tonicneck
(+).
g) Perut
Kembung (-), tidak ada benjolan, tali pusat sudah kering.
h) Genitalia
Tidak ada ruam popok, tidak ada tanda-tanda infeksi.
i) Ekstrimitas bawah
Gerakan aktif.
j) Kulit
Tidak ikterus.

c. Analisa (A)
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan hari ke-6.

d. Penatalaksanaan (P)
Hari/Tanggal : Minggu, 15 Desember 2019
Pukul : 16.30 wita
1) Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang keadaan
bayinya bahwa keadaan bayi normal dan hasil pemeriksaan yang
didapatkan bahwa BB bayinya 3000 gram. Tanda-tanda vital
bayinya normal yaitu DJ 136 x/menit, S: 370C, RR; 46 x/menit.
Ibu sudah mengetahui keadaan umum bayinya.
2) Menginformasikan kepada ibu bahwa mata bayi dalam keadaan
kuning dan menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya
serta menjemur bayinya di bawah sinar matahari pagi antara
pukul 07.00-08.00 selama 15-30 menit untuk kesehatan kulit
dan pertumbuhan tulang yang baik, serta membantu proses
metabolisme billirubin darah sehingga mencegah bayi kuning.
Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
bersedia melaksanakan anjuran yang di berikan.
3) Mengingatkan kembali pada ibu tentang perawatan bayi sehari-
hari yaitu menjaga suhu tubuh bayi dari kedinginan dengan cara
memandikan bayi dengan air hangat, jangan memberikan
makanan lain selain ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Ibu
sudah mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan mau
melakukannya (satpel terlampir).
4) Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga tanda-tanda
bahaya pada bayi yaitu bayi tidak mau menyusu seperti biasa,
kejang, sesak nafas, merintih, mata bernanah, kulit berwarna
kuning, anjurkan pada ibu dan keluarga untuk segera membawa
bayi ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami salah satu
tanda tersebut. Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia
mengikuti anjuran.
5) Menyepakati kunjungan ulang dengan ibu pada tanggal 26
Desemberr 2019. Ibu bersedia untuk dikunjungi lagi pada
tanggal tersebut.

5. Kunjungan Nifas III


Hari/Tanggal : Senin, 13 Januari 2019
Pukul : 09.00 wita
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif ( S )
1) Ibu mengatakan dirinya dalam keadaan sehat.
2) Ibu mengatakan telah sering berjalan – jalan, dan tidak ada
kesulitan
3) Ibu mengatakan tidak ada mengalami kesulitan saat BAK dan
BAB.
4) Ibu mengatakan makan setiap harinya 3 kali sehari.
5) Ibu mengatakan sudah minum obat sesuai dosis yang dianjurkan.
6) Ibu mengatakan tetap memberi ASI pada bayinya.
7) Ibu mengatakan mendapat istirahat yang cukup.
8) Ibu mengatakan tidak mengalami tanda-tanda bahaya sejak
pemeriksaan terakhir sampai saat ini.

b. Objektif ( O )
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis. Tanda-tanda
vital : Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi : 82/menit, Suhu :
36,7 ºC, Respirasi : 20 x/menit.
2) Pemeriksaan fisik :
a) Mata
Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
b) Payudara
Bersih, puting susu menonjol, tidak ada bendungan ASI dan
tidak ada lecet pada puting susu, pengeluaran ASI (+/+)

c) Abdomen
TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
d) Genetalia
Lochea ( - ).
e) Ekstremitas
Atas : Kuku pucat ( - / - ), odema ( - / - ), varises ( - / - )
Bawah : Oedema ( - / - ), varices ( - / - ), kuku pucat ( - / - ),
kemerahan pada betis ( - / - ).

c. Analisa ( A )
Diagnose : P2A0H2, ibu nifas normal hari ke-35.

d. Penatalaksanaan ( P )
Hari/Tanggal : Senin, 13 Januari 2019
Pukul : 09.10 wita
1) Menginformasikan pada ibu tentang keadaan ibu dan hasil
pemeriksaan yang didapatkan yaitu tanda vital normal, serta tidak
tanda bahaya dan kelainan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan
mengerti tentang keadaanya.
2) Menginformasikan untuk mengingat kembali ibu mengenai ASI
eksklusif dan kapan jadwal pemberian makanan tambahan, yaitu
setelah bayi ibu berumur 6 bulan baru boleh diberikan makanan
tambahan. Ibu mengetahuai dan bersedia melakukan apa yang
dianjurkan.
3) Menjelaskan kembali kepada ibu tentang nutrisi masa nifas yaitu
ibu harus makan dan minum dengan porsi lebih daripada waktu
hamil, karena hal tersebut dapat menambah produksi ASI, serta
menganjurkan ibu untuk lebih sering mengkonsumsi kacang-
kacangan dan sayur-sayuran untuk menambah produksi ASI nya
dan menjelaskan pada ibu agar tidak mengkonsumsi makanan
yang pedas-pedas dan bersantan karena makanan tersebut
merupakan salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi alat
pencernaan bayi, seperti bayi dapat terserang diare.
Ibu bersedia mengikuti anjuran.
4) Menganjurkan ibu untuk istirahat apabila bayinya sudah
disusui/tertidur.
Ibu sudah mengikuti anjuran.
5) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya terutama
di daerah genetalia dengan cara selalu mengganti pakaian dalam
setiap hari atau tiap kali basah minimal 2 kali sehari.
Ibu bersedia mengikuti anjuran.
6) Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda bahaya masa nifas
seperti demam tinggi, keluar darah yang banyak dari jalan lahir,
bau busuk dari jalan lahir, pusing luar biasa, mengalami penyulit
dalam menyusui, kram perut yang luar biasa, penglihatan
mendadak kabur, bengkak di wajah, tangan, dan kaki, serta nyeri
ulu hati. Menganjurkan ibu untuk segera memeriksakan diri ke
tenaga kesehatan bila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
Ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dan
bersedia melakukan apa yang dianjurkan.
7) Menganjurkan ibu agar segera menggunakan alat kontrasepsi
(KB) untuk memberi jarak pada kehamilan berikutnya. Ibu
bersedia untuk menggunakan alat kontrasepsi (KB) pada 30 hari
pasca persalinan.

6. Kunjungan Neonatal III (8-28 hari)


Hari/Tanggal : Kamis, 09 Januri 2019
Pukul : 09.30 Wita
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan bayinya menyusu pada ibunya dengan kuat
(minum ASI banyak), reflek menghisap baik, gerakan aktif,
tidak mengalami gangguan pernapasan, bayi tidak ikterus
2) Ibu mengatakan bayinya BAB 4-5 x dalam sehari.
3) Ibu mengatakan bayinya sering kencing > 10 kali sehari.
4) Ibu mengatakan gerakan bayinya aktif tali pusatnya sudah
terlepas serta tidak ada tanda-tanda bahaya/kelainan yang terjadi
pada bayinya.

b. Objektif (O)
1) Keadaan umum bayi baik, BB 4000 gram, respirasi 46 x/menit,
suhu 36,5 0 C, denyut jantung 136 x/menit.
2) Bayi menyusui dengan kuat, reflek menghisap baik, gerakan
aktif, tidak mengalami gangguan pernapasan dan tidak ikterus

c. Analisa (A)
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan hari ke-31

d. Penatalaksanaan (P)
Hari/Tanggal : Kamis, 09 Januari 2019
Pukul : 09.50 Wita
1) Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang keadaan
bayinya bahwa keadaan bayi normal dan hasil pemeriksaan yang
didapatkan bahwa BB bayinya 4000 gram. Tanda-tanda vital
bayinya normal yaitu DJ 136 x/menit, S: 36,5 0C, RR; 46 x/menit.
Ibu sudah mengetahui keadaan umum bayinya.
2) Mengingatkan kembali pada ibu tentang perawatan bayi sehari-
hari yaitu menjaga suhu tubuh bayi dari kedinginan dengan cara
memandikan bayi dengan air hangat, jangan memberikan
makanan lain selain ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Ibu sudah
mengerti dengan penjelasan yang di berikan oleh bidan dan mau
melakukannya (satpel terlampir).
3) Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga tanda-tanda
bahaya pada bayi yaitu bayi tidak mau menyusu seperti biasa,
kejang, sesak nafas, merintih, mata bernanah, kulit berwarna
kuning, anjurkan pada ibu dan keluarga untuk segera membawa
bayi ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami salah satu
tanda tersebut. Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia mengikuti
anjuran.
4) Menyarankan ibu untuk tetap membawa bayinya ke posyandu
untuk mendapatkan imunisasi dan menimbang bayinya untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Ibu
bersedia mengikuti anjuran.

E. KELUARGA BERENCANA (KB)


1. Kunjungan KB I
Tanggal : Kamis , 09 Januari 2019
Jam : 10.00 WITA
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subyektif ( S )
1) Ibu merasa dirinya sudah sehat.
2) Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi.
3) Ibu mengatakan belum pernah berhubungan sejak melahirkan.

b. Obyektif ( O )
a. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmetis
c) Keadaan Emosional : Stabil
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : 110/70 mmHg
b) Nadi : 80 x / menit
c) Respirasi : 21 x /menit
d) Suhu : 36,5C
c. Pemeriksaan fisik :
a) Wajah : Tidak pucat
b) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.
c) Payudara : Simetris, bersih, putting susu menonjol, tidak ada
bendungan ASI dan tidak ada lecet pada putting
susu, pengeluaran ASI (+).
d) Abdomen : TFU tidak teraba, tidak adamassa/benjolan tidak
ada nyeri tekan.
e) Genitalia : Bersih tidak ada pengeluaran lochea.

c. Analisa ( A )
Calon akseptor KB IUD

d. Penatalaksanaan ( P )
Tanggal : Kamis, 09 Januari 2019
Pukul : 10.10 wita
1) Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan
umum ibu baik dan ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
2) Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang KB secara umum,
pengertian KB, macam-macam alat KB, efek samping dan kontra
indikasi.(satpel terlampir).ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
3) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk mendiskusikan jenis
alat kontrasepsi yang akan digunakan bersama suaminya.Ibu
mengatakan akan mendiskusikan terlebih dahulu dengan suaminya
mengenai jenis kontrasepsi yang akan digunakan yaitu KB IUD.
4) Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang pada
tanggal 13 januari 2019. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang pada
waktu yang ditentukan.

2. Kunjungan KB II
Tanggal : Senin, 13 Januari 2019
Jam : 09.00 wita
Tempat : Puskesmas Karang Pule

a. Subyektif ( S )
1) Ibu ingin menggunakan KB IUD
2) Ibu sudah mengetahui informasi tentang KB IUD
3) Ibu sudah mendapat persetujuan dari suami bahwa dirinya akan
menggunakan KB IUD.

b. Obyektif ( O )
1) Pemeriksaan umum :
a) Keadaan umum : baik
b) Kesadaran : composmentis
c) Emosi : stabil
2) Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah : 100/70 mmHg
b) Nadi : 80 x / menit
c) Respirasi : 22 x /menit
d) Suhu : 36,8 C
3) Pemeriksaan Fisik :
a) Wajah : Tidak pucat
b) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.
c) Payudara : Simetris, puting susu tidak lecet, pengeluaran
ASI (-)
d) Abdomen : TFU tidak teraba, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan.
e) Genetalia : Bersih tidak ada pengeluaran lochea.

c. Analisa ( A )
Akseptor KB IUD

d. PENATALAKSANAAN ( P )
Tanggal : Senin , 13 Januari 2019 , Pukul :09.00 Wita
1) Melakukan konseling pemantapan/konseling metode khusus
mengenai keuntungan, kerugian dan efek samping suntik.
2) Menginformasikan mengenai efek samping KB IUD, seperti :
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan )
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d) Saat haid lebih sakit
3) Ibu bersedia untuk menggunakan alat kontasepsi sesuai dengan
kesepakatan suami.
4) Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan pemasangan Kb IUD.
5) Menjelaskan cara kerja KB IUD
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kacum uteri.
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam sel
alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan
sperma untuk fertilisasi.
d) Memungkinkan untuk mencegah implementasi telur dalam
rahim
6) Beritahu ibu untuk datang kembali 1 minggu kemudian tanggal 20
Januari 2019 dan ibu bersedia datang pada tanggal yang ditentukan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan langkah terakhir dari suatu pengamatan yang


bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesenjangan antara teori yang ada pada
BAB II dengan gambaran kasus nyata yang tertuang pada BAB III serta alasan-
alasan mengapa kesenjangan tersebut terjadi. Pendokumentasian Asuhan
Kebidanan dituangkan dalam bentuk SOAP, yang berpedoman pada pola pikir
Manajemen Kebidanan Varney.
A. Antenatal Care (ANC)
Kunjungan ANC I pada Ny ”F”, umur 23 tahun, hamil ke dua dengan usia
kehamilan 32-33 minggu didapatkan hasil bahwa keadaan umum ibu baik, BB
47 kg (sebelum hamil 37 kg), TD: 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, R : 20
x/menit, S : 36,6 °C, pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki tidak ada
kelainan, TFU 28 cm, PBBJ 2635 gram, kepala janin belum masuk PAP, Hb
12,2 gr%.
Kunjungan ANC II ini dilaksanakan pada usia kehamilan 35-36 minggu
dan didapatkan hasil bahwa ibu mengeluh sakit pinggang, keadaan umum ibu
baik, BB 47 kg (tidak bertambah), TD 100/70 mmHg, N : 82 kali/menit, R :
20 kali/menit, S : 36,5 °C, TFU 28 cm, PBBJ 2635 gram, kepala janin belum
masuk PAP, dan tidak ditemukan masalah/kelainan pada pemeriksaan, dan
melakukan senam hamil untuk mempersiapkan ibu hamil baik fisik maupun
mental pada persalinan yang cepat, aman dan spontan juga melakukan
perawatan payudara Membersihkan puting susu yang kotor sehingga dapat
memperlancar pengeluaran ASI sehingga memudahkan bayi nengisap pada
saat menyusu.
Kunjungan ANC III dilaksanakan pada umur kehamilan 36-37 minggu
dan didapatkan hasil bahwa keadaan umum ibu baik, BB : 48 kg (bertambah
0,9 kg), TD : 110/80 mmHg, N : 80 kali/menit, R : 22 kali/menit, S : 36,7 °C,
TFU 29 cm, PBBJ 2790 gram, kepala janin belum masuk PAP, dan tidak
ditemukan masalah/kelainan pada saat pemeriksaan.
Pada kunjungan antenatal I samapi III ibu tidak mengalami tanda bahaya
kehamilan trimester III, namun ibu hanya mengeluh pada kunjungan ke II
yaitu keputihan, namun pada teori keluar cairan vagina : selama kehamilan
adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan biasanya agak
kental dan mendekati persalinan lebih cair, yang berasal dari sekresi serviks
dan vagina, ketika serviks mulai menipis dan melebar maka kemungkinan
cairan lendir ini akan keluar (Prawirohardjo,2013) sehingga teori dan praktik
tidak ditemukan adanya kesenjangan. Pada kasus ini ibu tidak mengalami
anemia yaitu Hb 12,2 gr%, sedangan pada teori menurut (Rukiyah, Ai Yeyeh,
dkk, 2010 : 114) kadar anemia ditetapkan 3 kategori yaitu: Normal > 11gr%,
Ringan 11-8 gr%,Berat < 8gr%. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik. Ibu mengalami kenaikan berat badan sebanyak 0,8-0,9 kg tiap
minggu, dan selama hamil ibu mengalami kenaikan berat badan sebanyak
11kg. Sedangakan pada teori IMT kategoti normal : Total kenaikan berat
badan : 12,5-17,5 kg. dan naik 0,4 kg per minggu hingga akhir kehamilan
(CDC, 2014). Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada teori palpasi abdomen pada usia kehamilan 34-36 minggu TFU 31-32 cm
(Mc.Donald). Pada kasus ini palpasi abdomen pada usia kehamilan 34-36
minggu TFU 28-29 cm. Sehingga ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Dan perkiraan berat badan janin sesuai dengan usia kehamilan, berdasaran
TFU dan presentasi terendah janin belum masuk PAP.
Secara keseluruhan dari kunjungan ANC I sampai III pada Ny ”F” ini
telah dilakukan pemeriksaan menggunakan standar pelayanan 10 T dan
pengumpulan data untuk pendokumentasian menggunakan pendokumentasin
SOAP sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

B. Intranatal Care (INC)


Kala I Pukul 01.25 wita
Pada pelaksanaan proses persalinan tidak ditemukan hal-hal yang
membahayakan ibu dan janin yang mengharuskan dilakukannya proses
rujukan. Ibu datang ke Puskesmas Karang Pule pada tanggal 09 Desember
2019 23 november 2018 pukul 01. 25 WITA, dan langsung dilakukan
pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan diperoleh keadaan umum ibu baik, TD :
120/70 mmHg, N : 80x/menit, R : 20 x/menit, S : 36°C, TFU 31 cm, His 2 kali
dalam 10 menit lamanya 35 detik, DJJ : (+), irama 11-11-12, frekuensi 136
x/menit, dan dilakukan pemeriksaan dalam Pukul 10.15 WITA dengan hasil
VT Ø 3 cm, eff 25%, ketuban (-) jernih, teraba kepala, denominator belum
jelas, kepala↓ HII, tidak teraba bagian kecil janin/ tali pusat. Dan kemajuan
persalinan seharusnya di evaluasi 4 jam lagi, tetapi sebelum 4 jam ketuban
pasien sudah pecah dan pembukaan sudah 10 cm dan diperoleh TD : 140/90
mmHg, N : 82 x/menit, S : 36 °C, R : 21 x/menit, His 5 kali dalam 10 menit
lamanya 45 detik, DJJ (+), irama 11-11-12, frekuensi 136 x/menit dan
dilakukan pemeriksaan dalam pukul 03.00 wita, dengan hasil VT Ø 10cm, eff
100%, ketuban (-) jernih, teraba kepala, denominator UUK kedep, kepala ↓
HIII, tidak teraba bagin kecil janin atau tali pusat. kemudian ibu mengatakan
ingin mengedan lalu dipimpin mengedan.
Pada pemerikasan ini ditemukan tanda persalinan yaitu terjadinya
pembukaan serviks 1 cm, kontraksi (5kali dalam 10 menit selama 45 detik)
dan terdapat pengeluaran air ketuban. Sedangkan dalam teori (Buku Obstetrik,
2015) tanda-tanda persalinan adalah Penipisan dan pembukaan serviks,
Kontraksi uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit), adanya cairan lender bercampur darah melalui vagina,
dan terkadag terdapar pengeluaran air ketuban. jadi tidak ditemukan
kesejangan dengan teori.Dalam teori kala I fase laten berlangsung 8 jam dan
kala I fase aktif berlangsung 6 jam sehingga kala I berlangsung selama 14 jam.
Sedangkan kala I pada kasus ini kala I fase laten berlangsung 6 jam dan fase
aktif berlangsung 1 jam sehingga kala I hanya membutuhkan waktu 7 jam.
Berarti tidak ada perbedaan antara konsep teori dengan kenyataan yang terjadi
saat praktek.
Kala II Pukul 13.30 wita
Pada teori dalam (Buku APN, 2014), Kala II tanda gejalanya Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, perineum
terlihat menonjol, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum
dan atau vaginanya, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum
dan atau vaginanya, vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka,
peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Pada kasus ini ibu meraskan sakit
perut (kontraksi) semakin sering dan kuat, ibu merasa ingin meneran, dan
pada pemeriksaan terdapat pengeluaran lender bercampur darah dan vulva
vagina sudah membuka. Pada teori dalam (Buku APN, 2014), kala II pada
multipara berlangsung selama 1,5 jam, sedangkan kala II pada kasus ini
berlangsung begitu cepat ± 5 menit, (bayi lahir pukul 03.33 wita, hidup, letak
belakang kepala), karena power ibu yang cukup bagus, yang di tunjang
dengan gizi yang baik. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktik.
Kala III Pukul 03.38 wita
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wiknjosastro, 2009). Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pada kala III jumlah
perdarahan ±150 cc dan tidak lebih dari 500 cc. Tiga langkah menejemen aktif
kala III: Berikan oksitosin 10 IU dalam waktu satu menit setelah bayi lahir,
dan setelah dipastikan kehamilan tunggal, lakukan penegangan tali pusat
terkendali, dan segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta
lahir.
Pada kasus ini kala III, berlangsung selama ±5 menit setelah bayi lahir,
jumlah perdarahan ±200 cc, dan dilakukan manajemen aktif kala III yaitu
melakukan penyuntikan oxytosin 10 IU pada 1/3 paha ibu bagian kanan
anteorlateral secara IM, melakukan pereganggan tali pusat untuk melahirkan
plasenta (plasenta lahir pukul 18.35 wita, spontan secara schultze) dan
melakukan masase pada fundus uteri (TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik).
Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik.
Kala IV Pukul 03.58 wita
Pada teori kala IV berlangsung dari lahirnya plasenta hingga 2 jam post
partum. Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi fundus
uteri setinggi pusat atau 2 jari bawah pusat.Selama 2 jam pertama pasca
persalinan :Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan
perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30
menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temuan yang tidak normal,
lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering (Manuaba, 2012). Pada
kasus ini Kala IV berlangsung selama 2 jam, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, perdarahan ± 10cc. Proses kasus ini persalinan berjalan
dengan normal, dan tidak ditemukan kesenjangan antara konsep teori dengan
saat praktek.
Secara keseluruhan dari kunjungan INC dari kala I sampai kala IV pada
Ny ”F” ini telah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan dan pengumpulan
data untuk pendokumentasian menggunakan pendokumentasin SOAP
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

C. Bayi Baru Lahir (BBL)


Asuhan atau kunjungan pada bayi baru lahir dilaksanakan sebanyak 3
kali, yaitu :
Bayi Baru Lahir, tanggal 09 Desember 2019pukul, 04.33 wita
Bayi baru lahir normal cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 1 jam,
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dan tidak ditemukan
masalah/kelainan pada bayi, pemeriksaan refleks (seperti reflek rooting, reflek
sucking, reflek swallowing, reflek grasping, reflek babinsky) dengan hasil
semua reflek dalam keadaan normal, dan melakukan pemeriksaan
antropometri dengan BB 3100 gram, PB 49 cm, Lika 30 cm, Lida 30 cm, Lila
10 cm, TTV (S : 36,5 °C, R 44 x/menit, DJ 132 x/menit), pemberian vitamin
K 1 mg (phytomenadione 2mg sebanyak 0,5 cc) dipaha kiri anterolateral
secara IM dan pemberian salep mata profilaksis cloramfenikol.
Kunjungan Neonatal I ( 6-48 jam ), Tanggal 09 Desember 2019 pukul:
16.30
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan hari ke 1, bayi dalam
keadaan sehat, BAB sudah 2 kali berwarna hitam kecoklatan, BAK sudah 3
kali, bayi mau menyusui, melakukan pemeriksaan fisik dan tidak ditemukan
kelainan pada bayi, melakukan pemeriksaan reflek (refleks hisap, reflek
menelan, reflek swallowing dilihat saat bayi menyusu dengan kuat, bayi
mencari puting susu ibu saat mulut bayi didekatkan ke payudara ibu, reflek
grasping, refleks babinsky) dengan hasil semua reflek dalam keadaan normal,
tali pusat masih basah, melakukan pemeriksaan umum pada bayi yaitu berat
badan 3100 gram, TTV (S : 36,9°C, DJ : 140 x/menit, R : 48 x/menit),
melakukan pemberian imunisasi HB0 pada pukul 05.33 wita sekaligus
memberikan pendidikan kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif,
perawatan bayi sehari-hari, dan tanda bayi sakit.

Kunjungan Neonatal II (3-7 hari), Tanggal 15 Desember 3019


Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari, bayi dalam
keadaan baik, bayi menyusui kuat > 10 kali sehari, bayi BAB 5-6 kali sehari,
BAK 7 kali sehari, tali pusat sudah kering dan sudah lepas, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi pada tali pusat, pada pemeriksaan fisik tidak terdapat
kelainan, melakukan pemeriksaan reflek (refleks hisap, reflek menelan, reflek
swallowing dilihat saat bayi menyusu dengan kuat, bayi mencari puting susu
ibu saat mulut bayi didekatkan ke payudara ibu, reflek grasping, refleks
babinsky) dengan hasil semua reflek dalam keadaan normal, pemeriksaan
umum berat badan bayi 3000 gram, TTV (S : 36,7 °C, DJ : 140 x/menit, R : 48
x/menit). Dan memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang perawatan
bayi sehari-hari.
Kunjungan Neonatal III ( 8-28 hari ), Tanggal 09 Januari 2020
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 31 hari, bayi dalam
keadaan sehat dan terdapat bintik-bintik pada bagian punggung dan lipatan
paha bayi, bayi menyusu kuat (lebih dari 10 kali sehari), saat pemeriksaan
tidak didapatkan tanda-tanda infeksi, atau tanda bahaya pada bayi,
pemeriksaan umum berat badan bayi 4000 gram mengalami kenaikan 900
gram, BAB/BAK lancar, TTV (S : 36,9°C, DJ : 138 x/menit, R : 48 x/menit),
melakukan pemeriksaan reflek (refleks hisap, reflek menelan, reflek
swallowing dilihat saat bayi menyusu dengan kuat, bayi mencari puting susu
ibu saat mulut bayi didekatkan ke payudara ibu, reflek grasping, refleks
babinsky) dengan hasil semua reflek dalam keadaan normal. Tidak terdapat
kelainan pada keseluruhan pemeriksaan.
Pada kunjungan neonatal I sampai III dilakukan sesuai dengan jadwal
kunjungan pada teori menurut (Buku KIA, 2016) yaitu kunjung I dilaksanakan
pada 6-48 jam setelah bayi lahir, kunjungan II dilaksanakan pada hari ke 3-7
dan pada kunjungan ke III dilaksanakan pada hari 8-28. Sehingga tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kasus tidak ditemukan
kelainan atau masalah saat pemeriksaan, dan pemeriksaan antropometri hasil
BB 3100 gram, PB 49 cm, lika 30 cm, lida 30 cm dan lila 10 cm. Pada teori
(Buku KIA, 2016) pada bayi baru lahir dilakukan penatalaksanaan bayi baru
lahir yaitu pemeriksaan fisik, dan hasil antropometri pada teori BB Lahir
aterm antara 37-42 minggu. Berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-
52 cm, lingkar dada 31-35 cm. lingkar kepala 32-37 cm, lingkar lengan atas
11-12 cm. sehingga tidak ditmukan kesenangan antara teori dengan praktik.
Memeriksa status pemberian vitamin K 1 jam setelah bayi lahir, pada kasus 1
jam setelah bayi lahir dilakukan penyunyikan vitamin K pada bayi dan pada
teori (Buku KIA, 2016) imunisasi HB0 dari usia 0-7 hari dan pada kasus
pemberian imunisasi HB0 dilakukan pada saat kunjungan neonatus I saat bayi
berumur 1 hari sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Pemeriksaan tanda bahaya pada bayi seperti diare, ikterus, pada kunjungan
neonatus ke II bayi, tidak terdapat kelainan dan penatalaksanaan yang
diberikan yaitu dengan pemberian ASI sesering mungkin dan melakukan
perawatan bayi dengan menjemur bayi pada pagi hari selama 10-15 menit,
pada teori warna kuning muncul setelah 2x24 jam itu masih dikatakan normal
karena fungsi organ hati bayi masih belum matang yang menyebabkan
penumpukan bilirubin dalam darah jaringan tubuh dan penatalaksanaan yang
diberikan yaitu pemberian ASI dengan sesering mungkin. Sehingga tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
Secara keseluruhan dari kunjungan Neonatus I sampai III pada bayi Ny
”F” ini telah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan dan pengumpulan
data untuk pendokumentasian menggunakan pendokumentasin SOAP
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

D. Postnatal Care (PNC)


Asuhan masa nifas pada Ny ”F” dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu :
1. PNC I (6 jam-3 hari setelah
persalinan), Tanggal 09 Desember 2019
Keadaan umum ibu baik, nifas hari ke 1, perut ibu masih mules, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, ASI (+/+), TTV (TD : 110/70
mmHg, N: 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,6 °C), tidak ada luka jahitan
perineum dan tidak terjadi perdarahan, pada pemeriksan tidak terdapat
tanda bahaya nifas pada ibu, lochea rubra (+)

2. PNC II (4-28 hari setelah


melahirkan), Tanggal 15 Desember 2019
Keadaan umum ibu baik, nifas hari ke 6, TTV (TD : 110/70 mmHg, N : 82
x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,7 °C), puting susu tidak lecet, ASI (+/+),
TFU tidak teraba, luka jahitan sudah kering, lochea serosa (+), pada
pemeriksaan tidak terdapat kelainan atau tanda bahaya masa nifas yang
dialami oleh ibu.
3. PNC III (28-42 hari setelah
lahir), Tanggal 13 Januari 2020
Keadaan umum ibu baik, nifas hari ke 35, TTV (TD : 110/70 mmHg, N :
84 x/menit, R : 19 x/menit, S : 36,6°C), ASI (+/+), TFU tidak teraba,
lochea alba.
Pada kunjungan nifas I sampai III dilakukan sesuai dengan jadwal
kunjungan pada teori menurut (Buku Saku Kesehatan Ibu, 2016) yaitu
kunjung I dilaksanakan pada 6-48 jam, kunjungan II dilaksanakan pada hari
ke 3-28 dan pada kunjungan ke III dilaksanakan pada hari 29-42. Sehingga
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Perubahan TFU pada
tiap kunjungan mengalami perubahan yaitu TFU 2 jari dibawah pusat pada
kunjungan nifas I, TFU 3 jari di atas simpisis pada kunjungan nifas II, TFU
tidak teraba pada kunjungan nifas III. Pada teori dalam (Buku Asuhan
Kebidanan Nifas, 2014) perubahan TFU saat bayi lahir yaitu 2 jari dibawah
pusat, pada umur 1 dan 2 minggu TFU yaitu pertengahan pusat-simpisis, dan
pada minggu ke 6 TFU sudah tidak teraba lagi. Sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktik. Perubahan lochea terjadi pada setiap
kunjungan yaitu pada kunjungan nifas I hari ke 1-4 terdapat lochea rubra,
pada kunjungan nifas II hari ke 5-9 terdapat loche serosa, dan kunjungan nifas
III mulai dari setelah hari ke 9 terdapat loche alba. Pada teori menurut (Nurul
Jannah, 2012) perubahan lochea pada tiap kunjungan yaitu lochea rubra pada
hari 1-4, lochea serosa pada hari ke 5-9, lochea alba setelah hari ke 9. Dan
pada keseluruhan pemeriksaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik.
Secara keseluruhan dari kunjungan nifas I sampai III pada Ny ”F” ini
telah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan dan pengumpulan data untuk
pendokumentasian menggunakan pendokumentasin SOAP sehingga tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
E. Keluarga Berencana (KB)
Kunjungan untuk persiapan penggunaan alat kontrasepsi dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu :
1. Kunjungan KB I, Tanggal 09 Januari 2020
Ibu sudah merencanakan untuk menggunakan KB IUD dan sebelumnya
ibu sudah pernah menggunakan KB suntik selama 1 tahun, dan ibu
mengatakan selama menggunakan KB suntik 3 bulan ini ibu mengalami
haid tidak teratur, darah yang keluar terkadang banyak dan terkadang
sedikit, dan suami juga mendukung menggunakan KB karena ibu ingin
mengatur jarak kehamilannya. Keadaan umum ibu baik, BB : 47 kg, TTV
(TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/menit, R : 23 x/menit, S : 36,5 °C).
Pada teori dalam buku ajar (Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana) KB suntik 3 bulan memiliki kerugian yang sama dengan yang
dialami ibu yaitu siklus haid yang memanjang dan memendek, perdarahan
yang banyak/sedikit, perdarhan tidak teratur, amenorea, tidak menjamin
perlindungan terhadap penularan IMS, HB/HIV, kenaikan berat badan
dan kesuburan kembali lama, dan dapat menimbulkan kekeringan pada
vaginam menurunkan libido, dan gangguan emosi. Sehingga tidak terdapat
kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik.
2. Kunjuang KB II, Tanggal 13 Januari 2020
Ibu sudah merencanakan untuk menggunakan KB IUD dan telah
mendapatkan izin dari suami untuk menggunakan KB IUD, untuk
mengatur jarak kehamilanya, dan ibu telah mengetahui kelebihan dan
kekurangan Kb IUD. Keadaan umum ibu baik, BB : 47 kg, TTV (TD :
120/80 mmHg, N : 84 x/menit, R : 23 x/menit, S : 36,5 °C). Pada teori
dalam buku ajar (Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana)
Menginformasikan mengenai efek samping KB IUD, seperti : Perubahan
siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3
bulan ), Haid lebih lama dan banyak , Perdarahan (spotting) antar
menstruasi, Saat haid lebih sakit, Sehingga tidak terdapat kesenjangan
yang terjadi antara teori dan praktik.

Anda mungkin juga menyukai