Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATHOLOGIS PADA

NY.”A” G2 P1 A0 UK 37 MINGGU DENGAN PARTUS LAMA


DIPUSKESMAS SUMBERSARILUMAJANG
TAHUN 2021

OLEH :
SITI FATIMAH, S.ST
NIM : 15901.02.20098

PRODI PROFESI KEBIDANAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Kebidanan
Persalinan Pathologis Pada Ibu Bersalin
di Puskesmas Sumbersari

Oleh:
Siti Fatimah,S.ST
NIM. 15901.02.20098

Telah disetijui oleh :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

Farianingsih,S.ST.M.Kes
NIP.19730508 199302 2 006
LAPORAN PENDAHULUAN

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya


tanpa risiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian ibu
hamil akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat
memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan,
kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya. Komplikasi yang sering terjadi
adalah perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal, partus tak maju/partus lama
serta infeksi.
Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan
yang penting, bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan angka kematian ibu
yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses reproduksi merupakan tragedi
yang mencemaskan. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak untuk
tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu
bencana bagi keluarganya.Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini dapat
dipastikan sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat maupun angkatan kerja.
Angka Kematian Ibu merupakan indikator keberhasilan pembangunan
pada sektor kesehatan.AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa
kehamilan, Berdasarkan laporan Depkes tahun 2009, AKI di Indonesia
226/100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI di Indonesia masih terlalu lambat
untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development
Goals/MDGs) yaitu menurunkan angka kematian ibu tiga per empat selama
kehamilan dan persalinan. Rentang tahun 2003-2009 penurunan AKI di Indonesia,
jauh dari target yang ingin dicapai pada tahun 2010 dan 2015 diperkirakan
125/100.000 kelahiran hidup dan 115/100.000 kelahiran hidup.
Kematian ibu menurut penyebab dibagi menjadi kematian langsung dan
tidak langsung. Penyebab kematian ibu langsung yaitu akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, masa nifas dan penanganan tidak tepat dari komplikasi
tersebut. Penyebab kematian ibu tidak langsung yaitu akibat dari penyakit yang
sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh
terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, penyakit
kardiovaskuler, terlambat mendapat dan mencapai pelayanan kesehatan.8 Secara
global 80% kematian ibu tergolong penyebab kematian ibu langsung yaitu
perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%), hipertensi
dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%)
dan sebab lain (7%).
Partus tak maju sering terjadi akibat terlalu banyak anak, partus pada usia
dini atau lanjut, jarak persalinan terlalu rapat, kehamilan pertama yang dikaitkan
terjadinya CPD (Chepalo Pelvis Disproporsi), tinggi badan < 150 cm, ukuran
panggul yang kecil, riwayat persalinan jelek dan petugas kesehatan tidak terlatih
untuk mengenali persalinan macet yang menyebabkan tingginya risiko kematian
bayi.10 Penyebab utama lahir mati adalah gangguan persalinan (25%), partus tak
maju (19%), masalah kesehatan ibu menjelang persalinan (13%) dan
malpresentasi (12%). Partus tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan
tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi atonia uteri yang dapat
mengakibatkan pendarahan postpartum.11
Menurut Depkes tahun 2004, ibu partus tak maju yang rawat inap di
Rumah Sakit di Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050
persalinan dan CFR ibu akibat partus tak maju 0,7%.
Menurut WHO (1998) dan Mayles (1996) persalinan adalah serangkaian

kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan 37-42 minggu,

lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh bayi.

A. Tahapan Dalam Persalinan

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2002), tahapan dalam persalinan di bagi

menjadi 3 kala yaitu :

1. Kala I (kala pembukaan)

Dimulainya dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap 10 cm. Proses ini

dibagi menjadi 2 fase yaitu :

a. Fase laten (8 jam), servik membuka sampai 3 cm


b. Fase aktif (7 jam) servik, membuka dari 4 cm sampai 10 cm

Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

1) Fase akselerasi : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan

menjadi 4 cm

2) Fase dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,

berlangsung

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

3) Fase deselerasi : berlangsung lambat dalam

waktu 2 jam,

pembukaan menjadi 10 cm (lengkap)

2. Kala II (kala pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, berlangsung selama 2 jam

untuk primi dan 1 jam untuk multi.

3. Kala III (kala uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung

tidak lebih dari 30 menit.

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

a. Uterus terdorong ke atas

b. Tali pusat bertambah panjang

c. Terjadinya perdarahan tiba-tiba

d. Uterus menjadi bundar

4. Kala IV (kala pengawasan)

Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.


B. Etiologi atau Penyebab Persalinan

Berdasarkan Buku Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran UNPAD

(1985). apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang

ada hanya merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-

faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf

dan nutrisi.

1. Teori penurunan hormon

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen

dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanganan otot-otot polos

rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul

his bila kadar progesteron menurun.

2. Teori plasenta menjadi tua

Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang

menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan

kontraksi

3. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot

rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.

4. Teori iritasi mekanik

Dibelakang servik terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) bila

ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul

kontraksi uterus

5. Induksi partus (induction of labour)

Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :


a. Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang fleksus

frankenhauser

b. Amniotomi : pemecahan ketuban

c. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus

C. Gejala atau Tanda-Tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan, sebenarnya beberapa minggu sebelumnya

wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala

pendahuluan (preparatory stage of labor). Memberikan tanda-tanda sebagai

berikut :

1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul, terutama pada primigravida dan pada multi begitu kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun

3. Perasaan sering-sering atau sulit kencing karena kandung kemih tertekan oleh

bagian terbawah janin

4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah

dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisa

bercampur darah (bloody show)

D. Tanda - Tanda Inpartu

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang pecah dengan sendirinya


4. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah ada seperti

telah dikemukakan terdahulu. Faktor-faktor yang berperan dalam

persalinan adalah:

a. Kekuatan mendorong keluar (power)

1) His (kontraksi uterus)

2) Kontraksi otot-otot dinding perut

3) Kontraksi diafragma

4) Dan ligamentous actiou terutama ligamentum rotundum

b. Faktor jalan lahir (passage)

Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus,

servik, vagina dan dasar panggul.

c. Faktor janin (passenger)

Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia, karena seperti kita

ketahui bahwa 80% dari persalinan terutama di daerah pedesaan masih di tolong

oleh dukun.Baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar

mendapat kursus dukun, karenanya kasus-kasus partus lama masih banyak

dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka

kematian ibu maupun anak.Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah

terjadinya partus lama.Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari

pada multi.Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-

komplikasi, baik terhadap ibu mupun terhadap anak dan dapat meningkatkan

angka kematian ibu dan anak.

A. Definisi Partus Lama


Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), pengertian dari partus

lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan

lebih dari 18 jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada

persalinan fase aktif.

B. Etiologi

Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah multikomplek dan tentu

saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik

dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebabnya antara lain :

1. Kelainan letak janin

2. Kelainan-kelainan panggul

3. Kelainan kekuatan his dan mengejan

4. Pimpinan persalinan yang salah

5. Janin besar atau ada kelainan kongenital

6. Primi tua primer dan sekunder

7. Perut gantung, grandemulti

8. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar

9. Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten

10. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang

menemaninya ke rumah sakit merupakan calon partus lama.

C. Gejala Klinik

Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik partus lama

terjadi pada ibu dan juga pada janin.

1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan

cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle,

oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.

2. Pada janin :

a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negarif, air

ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

b. Kaput succedaneum yang besar

c. Moulage kepala yang hebat

d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)

e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)

Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama

yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :

1. Dehidrasi

2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus

3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen

bawah rahim

4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan

ketuban bercampur mekonium

5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas,

terdapat kaput pada bagian terendah

6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian


7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri,

kematian karena perdarahan atau infeksi.

D. Klasifikasi Partus Lama

Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama

menjadi beberapa fase, yaitu :

1. Fase laten yang memanjang

Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau

waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase

laten yang panjang mencakup :

a. Serviks belum matang pada awal persalinan

b. Posisi janin abnormal

c. Disproporsi fetopelvik

d. Persalinan disfungsional

e. Pemberian sedatif yang berlebihan

Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan

kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran.

Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak pasien mencapai

dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai. Meskipun fase laten itu

menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak.

2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida

Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam

merupakan keadaan abnormal, yang lebih penting daripada panjangnya fase

ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Pemanjangan fase aktif menyertai :

a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik

c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono

d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan

Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah,

secsio caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang

dapat dibagi menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang

masih menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi servik

berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami penghentian

dilatasi serviks.

3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas

Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata

2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan

keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang

dijumpai dibandingkan dengan primigravida, namum karena ketidakacuhan

dan perasaan aman yang palsu, keadaan tersebut bisa mengakibatkan

malapetaka.

Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa

kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya

menghindari kelahiran pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio

caesarea merupakan tindakan penting dalam penatalaksanaan permasalahan

ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara :

a. Insedensinya kurang dari 1%

b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida

dengan partus lama


c. Jumlah bayi besar bermakna

d. Malpresentasi menimbulkan permasalahan

e. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi

f. Perdarahan postpartum berbahaya

g. Rupture uteri terjadi pada grande multipara

h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam

i. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan

j. Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%

E. Bahaya Partus Lama

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya

partus lama bagi ibu dan janin, yaitu :

1. Bahaya bagi ibu

Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun

anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan,

resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan

pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan

shock.Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk

bahaya bagi ibu.

2. Bahaya bagi janin

Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas

janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :

a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri

b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin

c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan

terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-

paru serta infeksi sistemik pada janin.

Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus

lama memerlukan perawatan khusus.Sementara pertus lama tipe apapun

membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi

apalagi kemajuan persalinan pernah berhenti.Sebagian dokter beranggapan

sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada anak selama persalinan,

namun pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit.

Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui proses

persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga

berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.

F. Penatalaksanaan Pada Partus Lama

Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996), penatalaksanaan partus

lama antara lain :

1. Pencegahan

a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan

mengurangi insidensi partus lama.

b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum

matang. Servik yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari

1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa

dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan.

2. Tindakan suportif
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus

membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat

menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.

b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake

cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan

glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus

dicegah

c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna

dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga

menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada

persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian kalori.

d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih

dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah

cidera dibanding dalam keadaan kosong.

e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus

diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan

dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan

dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat

mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.

f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil

mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko

infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.

g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan

kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak
terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan

dibiarkan berlangsung secara spontan.

3. Perawatan pendahuluan

Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :

a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular

b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular

c. Streptomisin 1 gr intramuskular

d. Infus cairan :

1) Larutan garam fisiologis

2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam

e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk

segera bertindak

4. Pertolongan

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid

pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea dan

lain-lain.
Daftar Pustaka

Prawirahardjo,Sarwono 2002 .Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATHOLOGIS PADA

Ny.”A” G2P1AOUK 37 MINGGU DENGAN PARTUS LAMA DI

PUSKESMAS SUMBERSARI LUMAJANG

TAHUN 2021

Tanggal / Jam Pengkajian :8 Januari 2021 /14.00 WIB

Pengkaji : Siti Fatimah

Tempat Pengkajian : Puskesmas Sumbersari

IDENTITAS

Nama Istri : Anis Nama Suami : Andika

Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Suku/bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

JKN/KIS : Tidak ada JKN/KIS : Tidak ada


Alamat : Krajan 2/3SumbersariAlamat : Krajan

2/3Sumbersari

KALA I

Tanggal :8 Januari 2021

Jam : 15.00 Wib

S : Ibu mengatakan sakit perut dan tegang pada perut sejak jam 10.00 Wib

O : KU : Baik

Kesadaran : Composmentis

 TTV : TD : 110/70 mmHg N : 82 x/menit S : 36,6 C RR : 22 x/menit

 TB : 150 cm BB : 58 Kg BB : 46 Kg ( sebelum hamil) Lila : 24,5 cm

 Muka : tampak tidak sianosis, tidak pucat, tidak odem

 Mata : tampak konjungtiva merah muda

 Dada : putting susu menonjol, dan hiperpigmentasi areola

 Abdomen : LI: TFU 30 cm pada bagian fundus teraba bulat lunak tidak

melenting ( Bokong )

 LII : Pada bagian kanan perut ibu teraba datar keras memanjang seperti

papan (PUKA)

 Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin

 LIII : pada bagian terendah teraba bulat, keras melenting (letkep) Kepala

sudah masuk PAP

 LIV : devergent 4/5 bagian

 Auskultasi DJJ : + 128 x/menit

 His 3x 10’25”
 Pemeriksaan dalam : Pembukaan 2 cm, eficemen 25%, ketuban utuh,

presentasi kepala, denominatot UUK, Hodge I tidak ada bagian terkecil

janin disamping bagian terdahulu

A : GII P1000 Ab 000 usia kehamilan 37 minggu dengan inpartu kala 1 fase Laten

P:

 Memberi tahu proses persalinan akan dimulai, memberi tahu hasil

pemeriksaan

e/ ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan

 Mensuport ibu agar bersabar serta kuat melalui proses persalinan

e/ ibu mengerti dan kecemasan ibu berkurang

 Menganjurkan ibu untuk miring kiri, makan dan minum

 e/ ibu bersedia untuk miring kiri dan mau minum

 menyiapkan peralatan serta obat-obatan esensial untuk menolong

persalinan

e/ alat dan obat sudah siap

KALA II

Tanggal : 9 Januari 2021

Jam : 02.00 Wib

S : Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan bertambah lama disertai ingin

BAB, ada dorongan ingin meneran, pinggang terasa sakit, keluar air ketuban

pecah spontan

O : KU : Baik

Kesadaran : composmentis
Auskultasi DJJ : 138 x/menit

His :5x 10’45”

 Terdapat tanda gejala kala II : adanya dorongan meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol, vulva dan vagina dan singter ani membuka

 Kandung kemih penuh

 Periksa dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, tampak air ketuban jernih,

pembukaan lengkap 10 cm, HIII, presentasi kepala, denominator UUK,

effacement 100 % dan tidak ada bagian yang menumbung

A :GII P1000 Ab 000 usia kehamilan 37 minggu inpartu kala II dengan partus

lama

P:

 Memberitahu hasil pemeriksaan, keadaan janin baik, pembukaan sudah

lengkap

e/ ibu mengetahui hasil pemeriksaan

 Membimbing ibu untuk meneran saat ada His

e/ ibu meneran dengan benar

 Meminta keluarga mendampingi ibu

e/ suami merangkul ibu

 Mendekatkan peralatan pasien

e/ peralatan telah didekatkan

 Mengobservasi DJJ

e/ DJJ 136 x/menit

 Memimpin persalinan dengan APN

e/ bayi tidak lahir spontan setelah ibu dipimpin meneran selama 1 jam
 Memberitahukan kepada suami ibu bahwa ibu harus dirujuk karena bila

anak ke dua sudah meneran selama 1 jam tidak lahir bisa membahayakan

bagi ibu ataupun bayinya

e/ Suami ibu mengerti dan setuju untuk di rujuk ke RS dr.Haryyoto serta

mau menandatangani Inform Concent

 Menelpon RSUD dr.Haryyoto untuk pra rujukan serta merujuk ibu dengan

BAKSOKU

e/ Suami ibu sudah siap untuk mendampingi ibu untuk dirujuk


Lembar Partograf
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK dan RUANGAN

LAMPIRAN I

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Siti Fatimah,SST Ruangan :VK BERSALIN


NIM : 15901.02.20098 Kasus :INC PATHOLOGIS
( PARTUS LAMA )

N Hari / Masukan Paraf


o tanggal Ci lahan Ci Akademik
9-1- # Perbaiki Penulisan Laporan
2021
Pendahuluannya

# Lampirkan Lembar

Observasinya

# Penatalaksanaan 

ditambahkan

KIE rujukan, Faskes rujukan

dan telpon pra rujukan

Anda mungkin juga menyukai