Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN

BALITA FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS KEDUNGJAJANG

Oleh :

Ninik Sumarni
NIM. 15901.02.20084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG – PROBOLINGGO
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
BALITA FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS KEDUNGJAJANG

Di persiapkan dan disusun oleh

Ninik Sumarni

Telah diperiksa oleh

Pada Hari / Tanggal ....................

Mahasiswa

Ninik Sumarni

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Tutik Hidayati,S.ST.,M.Kes Faria Ningsih., S.ST., M.Kes


NIDN. 0702089004 NIP. 19730508 199302 2 006
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel tubuh. Adanya multiplikasi dan pertambahan
ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak
terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa. Jadi
pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu
menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala (Kemenkes RI, 2012).
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum pertumbuhan fisik dimulai
dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala
berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh
bagian bawah.Pada masa fetal kehamilan 2 bulan, pertumbuhan kepala lebih cepat
dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50% dari total panjang
badan. Selanjutnya pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur
(Kemenkes RI, 2012).
Soetjiningsih (2016) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan
mempunyai ciri-ciri tertentu:
1. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati padamasa bayi dan dewasa.
2. Tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan,
kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.
3. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan
lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif
pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.
4. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-
masa tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadinya
pertumbuhan cepat dan masa pra sekolah dan masa sekolah, dimana
pertumbuhan berlangsung lambat.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/ fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teeratur, dapat diperkirakan dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ
dan sistem yang terorganisasi. Dengan demikian aspek perkembangan ini bersifat
kualitatif yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masingmasing bagian tubuh.
Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan
untuk bernafas, samapai kemampuan anak untuk tengkurap,dan lainnya. Tahap
perkembangan awal akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya
(Kemenkes RI, 2012).
Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya sehingga perkembangan ini berperan
penting dalam kehidupan manusia.Meskipun pertumbuhan dan perkembangan
mempunyai arti yang berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan
berjalan sacara simultan. Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan
pertambahan kemampuan anak (Kemenkes RI, 2012).
Pada dasarnya, tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara
umum yaitu:
1. Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari konsepsi
sampai dewasa.
2. Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya
dapat berbeda
3. Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala keseluruh anggota badan,
misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri dan
seterusnya.
4. Kebutuhan Dasar Untuk Tumbuh Kembang
Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil
interaksi antara faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor
lingkungan.Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi
tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu.

B. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak


Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan menimbulkan perubahan.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak.


1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
a. Ras/etnik atau bangsa.
b. Keluarga.
c. Umur.
d. Jenis kelamin.
e. Genetik.(Kemenkes RI, 2016).

2. Faktor luar (ekstemal)


a. Faktor Prenatal
1) Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2) Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
3) Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin,
Thalldomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4) Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hiperplasia adrenal.
5) Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
6) lnfeksi lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali,
retardasi mental dan kelainanjantung kongenital.
7) Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk
dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9) Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan
salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain (Kemenkes RI,
2016).
b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. F a k t o r Pasca Persalinan
1) Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
2) Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan
jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
3) Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan sering disebut melieu adalah
tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif
terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak
yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
5) Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-
anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
8) Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/ stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan
anak.
9) Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan (Kemenkes RI, 2016).

D. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau.


1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya (Kemenkes RI, 2016).

E. Beberapa gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan.


1. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keter1ambatan atau kerusakan
pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis,
emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat
menetap.
2. Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,
yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya
3. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih
lambat dari anak yang normal.Beberapa faktor seperti kelainan jantung
kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya
dapat menyebabkan keter1ambatan perkembangan motorik dan keterampilan
untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena
varisasi normal,gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
karena kelainan endokrin.
5. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang
ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
6. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang
rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal.
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas
(Kemenkes RI, 2016)

F. Gangguan pertumbuhan dan perekmbangan anak


1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal.Pemantaun berat badan
menggunkakan kartu menuju sehat (KMS) dapat dilakukan secara mudah untuk
mengetahui pola pertumbuhan anak.
Menurut Soetjiningsih (2003), apabila grafik berat badan anak lebih
dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal;
sementra itu apabila grafik berat badan dibawah normal kemungkinan anak
mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronik atau kelainan hormonal.
Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam
mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ukuran lingkaran kepala mengambrkan isi kepala termasuk otak dan dan
cairan serebrospina. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat di jumpai pada
anak yang menderita hidrosefalus, tumor otak, ataupun hanya meerupakan varian
normal.Apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat di duga anak menderita
retradasi mental, malnutrisi kronis, ataupun hanya merupakan varian
normal.Deteksi dini gangguan pengelihatan dan ganguan pendengeran juga perlu
dilakukan untuk mengatisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis
gangguan pengelihatan yang dapat diderita oleh anak anatara lain adalah
maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus,
amblyopia, buta warna dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, dan lain
sebagainya. Tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan
postnatal. Faktor prenatal antara lain aadalaah genetic dan infeksi TORCH yang
terjadi selama kehamilan, sedangkan faktor post natal yang sering
mengakibatkan ketulian adalah, infeksi bakteri atau firus yang terkait, dengan
otitis media.
2. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lamabat dapat desebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit
neuromuskuler.Anak dengan serebal palsi dapat mengalami keterbatasan
perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau
hipotonia.
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat
menyebabkan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,
atau hipotonia, serta jugaa dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan
motorik. Penyakit neuromuskuler seperti muscular distrofi merupakan gangguan
perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut.
Faktor lingkungan serta kepribadian ada juga dapat memengaruhu
keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai
kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakan di baby walker
dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.
3. Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan
anak.Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis,
emosional, dan prilaku (Widyastuti, 2008).
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor
keluarga.
Selain itu gangguan bicara, juga dapat disebabkan karena adanya kelainan
fisik seperti bibir sumbing dan serebal palsi.Gagap juga dapat terjadi karena
intelegensi rendah.Kurangnya iterkasi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan ini juga termasuk salah satu
gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan
dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjiningsih, 2003).
d. Gangguan Emosi dan Prilaku
Selama tahapan perkembangan anak jug adapt mengalami berbagai
gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan
yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila
memengaruhi interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang
dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan
kecemasan mengalami trauma.Gangguan perkembangan pervasive pada anak
meliputi autism, serta ganggaun prilaku dan interkasi sosial.

G. Pengertian Stimulasi
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah - yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap (Kemenkes RI, 2012).
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak. g.
Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
7. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan oleh orang
tua/keluarga sesuai dengan
No Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi
1. Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal
2. Masa bayi 0 - 12 bulan Umur 0-3 bulan

Umur 3-6 bulan

3. Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12- Umur 6-9 bulan
Umur 12-15 bulan

15 bulan Umur15-18 bulan


Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
4. Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 tahun

H. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak


Deteksi dinipertumbuhan dan perkembangan anak adalah kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak pra sekolah (Kemenkes RI, 2012).
1. Jenis Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan ditingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/
menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Jenis
instrument yang digunakan:
1) Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB)
2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar. Jenis instrumen yang digunakan:
1) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)
2) Tes Daya Lihat (TDL)
3) Tes Daya Dengar Anak (TDD)
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autism, gangguan pemusatan perhatian, dan
hiperaktivitas. Instrumen yang digunakan:
1) Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
2) Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
3) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
2. Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Hrus Dilakukan
Deteksi Dini
Deteksi Dini Deteksi Dini
Umur Penyimpangan Mental
Penyimpangan Penyimpangan
Anak Emosional (dilakukan atas
Pertumbuhan perkembangan
indikasi)

M-
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMPE GPPH
CHAT
0 bulan √ √
3 bulan √ √ √ √
6 bulan √ √ √ √
9 bulan √ √ √ √
12 bulan √ √ √ √
15 bulan √ √
18 bulan √ √ √ √ √
21 bulan √ √ √
24 bulan √ √ √ √ √ √
30 bulan √ √ √ √ √ √
36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 bulan √ √ √ √ √ √ √
48 bulan √ √ √ √ √ √ √
54 bulan √ √ √ √ √ √ √
60 bulan √ √ √ √ √ √ √
66 bulan √ √ √ √ √ √ √
72 bulan √ √ √ √ √ √ √
(Kemenkes.RI, 2016)

3. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua
tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi
anak apakah tergolong normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk.Parameter
BB/TB ini untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal.
Berat badan dan tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang
paling sering digunakan untuk pertumbuhan anak. Antropometri
adalah ukuran fisik seorang anak yang diukur dengan menggunakan alat
ukur tertentu seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).
b. Pengukuran lingkar kepala anak (LKA)
Pengukuran LKA bertujuan untuk menaksir pertumbuhan otak.
Pertumbuhan ukuran kepala umumnya mengikuti pertumbuhan otak,
sehingga apabila ada hambatan/gangguan pertumbuhan lingkar kepala,
pertumbuhan otak biasanya juga terhambat. Berat otak janin saat
kehamilan 20 minggu diperkirakan 100 gr, waktu lahir sekitar 350
gram, pada usia 1 tahun hampir mencapai 3 kali lipat yaitu 925 gram
atau mencapai 75% dari berat seluruhnya. Pada usia 3 tahun sekitar 1100
gr dan pada 6 tahun pertumbuhan otak telah mencapai 90% (1260 gr).
Pada usia dewasa, berat otak mencapai 1400 gr.
Secara normal, pertambahan ukuran lingkaran kepala setiap
tahap relatif konstan. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya
34-35 cm. kemudian bertambah ± 0,5 cm/bulan padabulan pertama
ataumenjadi 44 cm. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan kepala paling
cepat, kemudian tahun-tahun pertama lingkat kepala bertambahnya
tidak lebih dari 5 cm/tahun. Pada dua tahun pertama, pertumbuhan
otak relatif pesat, dan setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar
kepala hanya bertambah ± 10 cm. Jadwal pengukuran disesuaikan
dengan umur anak.Umur 0 – 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap
bulan.Pada anak yang lebih besar, umur 12 – 72 bulan, pengukuran
dilakukan setiap enam bulan.Pengukuran dan penilaian lingkar kepala
anak dilakukan oleh tenaga yang kesehatan terlatih.
4. Deteksi Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat dan gangguan
daya dengar. Upaya deteksi dini perkembangan di tingkat puskesmas, jenis
instrumen yang digunakan adalah:
a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
b. Tes Daya Lihat (TDL)
c. Tes Daya Dengan Anak (TDD)
Deteksi perkembangan dengan menggunakan instrumen KPSP, TDL
dan TDD dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan dan guru TK terlatih.
Bahkan keluarga dan masyarakat bisa melakukan upaya deteksi perkembangan
dengan menggunakan Buku KIA
Selain itu ada instrumen yang juga sudah luas pemakaiannya yaitu
Denver Developmenttal Scining Test (DDST). DDST mudah dan cepat
penggunaannya, serta mempunyai validitas yang tinggi yang sering
digunakan diklinik/rumah sakit bagian tumbuh kembang anak.
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing tes yaitu KPSP, TDL,
TDD dan DDST.
a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP merupakan skrining pendahuluan untuk menilai
perkembangan anak usia 0-72 bulan. Daftar pertanyaan singkat yang
ditujukan pada orang tua. KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat
yang ditujukan kepada orang tua.Skrining/pemeriksaan dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih.
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan adalah formulir
KPSP sesuai umur dan alat untuk pemeriksaan yang berupa pensil,
kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm
sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah dan potongan biscuit. Usia
ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan.
Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi
menjadi dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh
orangtua/pengasuh dan perintah yang harus dilakukan sesuai dengan
pertanyaan KPSP. Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab “ya” atau
“tidak” oleh orangtua.
Cara menggunakan KPSP:
1) Pada waktu pemeriksaan /skrining, anak harus dibawa
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir.
3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
4) Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi
menjadi dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh
orangtua/pengasuh dan perintah yang harus dilakukan sesuai dengan
pertanyaan KPSP.
5) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
Oleh karena itu pastikan orang tua/pengasuh mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir.
7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orangtua/pengasuh
menjawab pertanyaan sebelumnya.
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Interprestasi hasil pemeriksan KPSP adalah sebagai berikut:
1) Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10 berarti perkembangan anak
normal sesuai dengan tahapan perkembangan
2) Bila jawaban “ya” kurang dari 9, maka perlu diteliti tentang:
a) Cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya apakah sudah
sesuai
b) Kesesuaian jawaban orangtua dengan maksud pertanyaan
Apabila ada kesalahan, maka pemeriksan harus diulang
3) Bila setelah diteliti jawaban “ya” berjumlah 7- 8, berarti
perkembangan anak meragukan dan perlu pemeriksan ulang 2
minggu kemudian dengan pertanyaan yang sama. Jika
jawaban tetap sama maka kemungkinan ada penyimpangan.
4) Bila jawaban berjumlah “ya” berjumlah 6 atau kurang, kemungkinan
ada penyimpangan dan anak perlu dirujuk ke rumah sakit untuk
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Test Daya Lihat (TDL)
Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata
pada anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan tes
ini untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah
secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera ditangani. Cara
melakukan tes daya lihat:
1) Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang
2) Gantungkan ‟kartu E‟ yang setinggi mata anak posisi duduk.
3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk duduk anak.
4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa
5) Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu „E‟ menghadap ke atas, bawah, kiri dan
kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E”oleh pemeriksa.
6) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu mulai
baris pertama huruf “E “berukuran paling besar sampai baris
keempat atau baris”E” terkecil yang masih dapat dilihat.
7) Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya
dengan huruf pada kartu “E” pada poster.
8) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat:
Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga.
Apabila pada baris ketiga, anak tidak dapat melihat maka perlu dirujuk
untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.Selain tes daya lihat, anak
juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan diperiksa
adakah hal sebagai berikut :
1) Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing
2) Perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat,
sering mengkedipkedipkan mata
3) Kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak,
minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka anak tersebut perlu
dirujuk ke rumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan
( kanan, kiri atau keduanya).
c. Test Daya Dengar (TDD)
Anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti pelajaran
sekolah dengan baik tanpa pendengaran yang baik. Oleh karena itu
perlu deteksi dini fungsi pendengaran.Tujuan TDD adalah untuk
menemukan gangguan pendengaran secara dini, agar dapat segera ditindak
lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Daya dengar dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12
bulan dan setiap 6 bulan pada anak oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD
terlatih. Peralatan yang diperlukan adalah instrumen untuk TDD sesuai
usia anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia dan
mainan(boneka, kubus, sendok, cangkir dan bola).
Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
disesuaikan dengan kelompok usia anak. Jawaban „ya‟ jika menurut orang
tua/pengasuh, anak dapat melakukan perintah dan jawaban „tidak‟ jika
anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah.Jika anak dibawah
12 bulan, pertanyaan ditujukan untuk kemampuan 1 bulan terakhir.Setiap
pertanyaan perlu dijawab „ya.‟Apabila ada satu atau lebih jawaban
„tidak‟, berarti pendengaran anak tidak normal, sehingga perlu pemeriksaan
lebih lanjut.

I. Deteksi Dini Pertumbuhan Anak Menggunakan KMS


KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat di guakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
KMS balita berisi catatan penting tetang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penaggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian
makanan anak dan rujuk ke Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan
penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga
untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalhan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.KMS juga dapat di pakai sebagai
bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang
tepat sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,
meningkatkan atau memulihkan kesehatannya. Manfaat KMS-Balita adalah :
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara
lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,
penanganan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak
pemberian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat di gunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola
pertumbuhan berat badan balita bukan berat badan per umur.Berat badan di bawah
Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai
peringatan untuk konfismasi dan tindak lanjut, tetapi perlu di ingat tidak berlaku
pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah di bawah garis merah.Naik-
turunnya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada KMS.KMS
hanya di fungsikan untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita serta
promosinya, bukan utnuk penilaian status gizi. Hasil penimbangan balita di
Posyandu hanya dapat di manfaatkan atau di gunakan untuk :
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan individu balita dengan
melihat berat badan yang di timbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau
BGM.
2. Perkiraan perkembangan dan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan
melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya di banding dengan
keselutuhan balita yang di timbang ( % N/D), termasuk juga presentase balita
yang BGM banding dengan keseluruhan balita yang di timbang (%BGM/D).
3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.
4. Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program dan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu.
Pertumbuhan balita dapat di ketahui apabila setiap bulan di timbang,
hasil penimbangan di catat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini di hubungkan dengan
sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk
grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu
naik, mengikuti pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
1. Balita yang naik berat badannya bila garis pertumbuhannya naik mengikuti
salah satu pita warna atau garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna
di atasnya.
2. Balita yang tidak naik berat badannya bila garis pertumbuhannya turun, atau
garis pertumbuhannya mendatar, atau pita pertumbuhannya naik tapi pindah
kepita warna di bawahnya.
3. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita
mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus
langsungdirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit
4. Berat badan balita 3 bulan berturut – turut tidak naik artinya balita
mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus dirujuk ke
Puskesmas/Rumah sakit.
5. Balita tumbuh baik bila garis berat badan anak naik setiap bulannya.
6. Balita sehat jika berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna
atau pindah ke pita warna diatasnya.

J. Deteksi Dini Penyimpangan Perilaku Emosional


Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan/ pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emoslonal terlambat
diketahui, maka lntervenslnya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Deteksi yang dilakukan menggunakan:
1. Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) bagi anak umur 36 bulan
sampai 72 buIan.
2. Ceklis autis anak prasekolah (Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-
CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36
bulan ke atas.

K. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) Pada


Anak.
Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperativitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas. Dilaksanakan
atas indikasi bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan
tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan
guru TK.

L. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak


Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu
pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai
dengan umumya. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, penyimpangan
perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian anak. Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan
terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti
dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan (Kemenkes RI, 2016).
1. Intervensi Perkembangan.
lntervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:
a. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai
dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3,
6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban ''YA"
= 7 atau 8. Lakukan intervensi sebagai berikut:
1) Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dari umur anak pada Bab
Ill buku pedoman ini. Misalnya: Menurut KPSP, anak umur 12 bulan
belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-12 bulan
atau yang lebih muda (bukan kelompok umur stimulasi 12-15 bulan).
Karena kemampuan berdiri merupakan gerak kasar, maka Iihat kotak
"Kemampuan Gerak Kasar".
2) Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai dengan
masalah/penyimpangan yang ditemukan pada anak tersebut. Misalnya,
anak mempunyai penyimpangan gerak kasar, maka yang diintervensi
adalah gerak kasarnya. Pada contoh di atas, anak harus dilatih berdiri.
3) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak
sesering mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan
sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan.
4) lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar I3-4
jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan,
waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel,
intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat
diintervensi lagi.
e) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu
kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah
ada kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.
b. Bila seorang anak mempunyai masalah/penyimpangan perkembangan,
sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan
intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada sebagai berikut :
1) Misalnya: anak umur 19 bulan belum bisa menyebut ayah ibunya
dengan panggilan seperti "papa" "mama" artinya ada penyimpangan
kemampuan bahasa dan bicara. Lihat kelompok umur stimulasi yang
lebih muda pada Bab III buku pedoman ini, pilih kotak "Kemampuan
Bicara dan Bahasa" yang memuat cara melatih anak supaya bisa
menyebut kata-kata "papa", "mama", yaitu pada kelompok umur
stimulasi 3-6 bulan. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk
kelompok umur yang lebih muda - pada contoh di atas stimulasi untuk
kelompok umur 15-18 bulan, tetap diberikan.
2) Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak
sebagaimana yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.
3) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak
sesering mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan
sambilbermain dengan anak agar ia tidak bosan.
4) lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4
jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan,
waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel,
intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat
diintervensi lagi.
5) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu
kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah
ada kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.

M. Evaluasi Intervensi Perkembanagan


Setelah orang tua dan keluarga melakukan tindakan intervensi perkembangan
secara intensif di rumah selama 2 mlnggu, maka anak perlu dlevaluasi apakah ada
kemajuan/perkembangan atau tidak. Cara melakukan evaluasi hasil intervensi
perkembangan adalah:
1. Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15,
18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil intervensi dengan
menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur anak.
2. Apa bila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9,
12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil intervensi
dengan menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih muda, paling
dekat dengan umur anak, seperti contoh berikut ini:
a. Bayi umur 6 bulan lewat 3 minggu, gunakan KPSP untuk umur 6 bulan.
b. Anak umur 17 bulan lewat 18 hari,gunakan KPSP untuk umur 15 bulan.
c. Anak umur 35 bulan lewat 20 hari,gunakan KPSP untuk umur 30 bulan.
3. Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban "YA" 9 atau 10,
artinya perkembangan anak sesuai dengan umur tersebut, lanjutkan dengan
skrining perkembangan sesuai dengan umumya sekarang. Misalnya: umur 17
bulan lewat 20 hari pilih KPSP umur 18 bulan; umur 35 bulan lewat 20 hari,
KPSP umur 36 bulan.
4. Bila hasil evaluasi intervensi jawaban "YA" tetap 7 atau 8, kerjakan langkah-
langkah berikut. Teliti kembali apakah ada masalah dengan:
a. lntensitas intervensi perkembangan yang dilakukan di rumah, apakah
sudah dilakukan secara intensif?
b. Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi, apakah
sudah dilakukan secara tepat dan benar
c. Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai dengan petunjuk dan
nasihat tenaga kesehatan ?
d. Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti, apakah ada masalah gizi ? penyakit
pada anak ? kelainan organ-organ terkait ?
e. Bila ditemukan salah satu atau lebih masalah di atas:
5. Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai
pedoman/standar tatalaksana kasus yang ada di tingkat pelayanan dasar seperti
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tatalaksana gizi buruk, dan
sebagainya.
6. Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat, atau tidak sesuai dengan
petunjuk/nasihat tenaga kesehatan, sekali lagi, ajari orang tua dan keluarga
cara melakukan intervensi perkembangan yang intensif yang tepat dan benar.
Bila perlu dampingi orang tua/keluarga ketika melakukan intervensi pada
anaknya.
7. Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang ke-2 dengan cara yang sama,
jika:
a. Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian kepada
orang tua dan anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk terus
melakukan intervensi di rumah dan kontrol kembalipada jadwal umur
skrining berikutnya.
b. Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan berarti ada
penyimpangan perkembangan anak (P), dan anak perlu segera dirujuk ke
rumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis anak, kesehatan jiwa,
rehabilitasi medik, psikolog dan ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan
sebagainya).
8. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang lebih muda
pada contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tetap
diberikan.
9. Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana
yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut
10. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak
sesering mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil
bermain dengan anak agar ia tidak bosan.
11. lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam,
selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi
dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu,
dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.
12. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian
untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada
kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.

N. Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai . Jika
keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih
banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan yang dikenal
dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000)
1. Faktor Penyebab Gizi Kurang
a. Akses terhadap pangan rendah .
b. Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau terserang penyakit.
c. Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum.
d. Bayi sudah diberi MP AS sebelum usia 4/6 bulan.
e. Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat.
f. Anak dibawah umur <2 tahun, kurang diberi makanan atau densitas
energy (jumlah energi) kurang.
g. Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang cukup.
h. Penanganan diare yang tidak benar.
a. Makanan kotor atau terkontaminasi.
b. Kemiskinan.
i. Kuranganya pendidikan dan keterampilan.
j. Krisis ekonomi.
2. Kelompok Resiko Gizi Kurang
a. Bayi dan balita ( anak-anak )
b. Ibu hamil
Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dilakukan pendeteksian, adapun
gejala-gejala yang biasa yang dikenali apabila bayi dan balita mengalam gizi
kurang adalah sebagai berikut :
1. Berat badan anak akan kurus dan kurang
2. Tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan
3. Anak akan tumbuh dengan lambat
Apabila anak mempunyai dengan gejala seperti di atas maka akan
berkaitan pada perkembangan otak dan psikologis anak, pertumbuhan anak
dan rentan terkena penyakit infeksi lainya. Maka untuk itu diupayakan
supaya faktor penyebab gizi kurang dapat dihindari Program penanggulangannya.
Adapun 9 (sembilan) program pokok penanggulangan gizi adalah sebagai berikut:
1. Mainstream gizi. Pada kebijakan da program pembangunan
2. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
3. Melindungi konsumen dengan meningkatkan kualitas dan
keamanan pangan
4. Mencegah dan menanggulangi penyakit infeksi
5. Mempromosikan ASI eksklusif
6. Memperhatikan golongan rentan
7. Mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi mikro
8. Mempromosikan pola hidpu sehat
9. Surveilands gizi

O. Kebutuhan Gizi Bayi dan Balita


Berikut angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak
dengan aktifitas fisik rata-rata sebagaimana anak pada umumnya.

Kelompok Energi Protein Vitamin A Kalsium


Besi (mg)
Umur (Kkal) (gram) (RE) (mg)
1-3 1000 25 400 8,2 500
4-6 tahun 1.550 39 450 9 500

Bayi 6-12
Anak 1-3 Tahun Anak 4-5
Bahan Bulan
(1.200 Kkal) tahun (1.700)
(900 Kkal)
Nasi 1 ½ gelas tim 2 ¼ gelas 3 gelas
halus
Daging/tempe/telur/ikan 1 potong 1-2 potong 2-4
Sayuran 2 sendok 1 ½ gelas 2 gelas
makan
Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong
ASI Lanjutkan Hingga 2 tahun -
Susu - 1 gelas 1 gelas
Minyak 1 sendok 1 ½ sendok 2 sendok
makan makan makan
Gula - 2 sendok makan 2 sendok
makan
Pemenuhan nutrisi pada anak diberikan secara bertahap sesuai
dengan usia. Makanan utama pada bayi usia 0-6 bulan bulan adalah Air Susu Ibu
atau pemberian ASI Ekslusif. Adapun setelah bayi berusia 6 bulan, mulai diberikan
makanan pendamping ASI (MP ASI), dilanjutkan dengan makan makanan
keluarga. Tenaga kesehatan dan kader maupun masyarakat menggunakan Buku
KIA sebagai media KIE pada saat menjelaskan pemenuhan kebutuhan gizi pada
anak.

P. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menaikan berat badan, yaitu:


1. Pijat TUI NA
Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk
mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar
peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari
akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan tenik penekanan pada titik
meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah
dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010). Teknik pijat :
a. Tekan sedikit ibu jari anak, dan gososk garis di pinggir ibu jari sisi
telapaknya, dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari antara 100-500
gerakan
b. Pijat tekan melingkar bagian pa ngkal ibu jari yang paling tebal
berdaging 100-300 kali, ini uraikan akumulasi makanan yang belum
di cerna serta menstimulasi lancarnya sistem cerna.
c. Gosok melingkar tengah telapak tangan 100-300 kali, dengan radius
lingkaran kurang lebih 2/3 dari tengah telapak ke pangkal jari kelingking.
Stimulasi ini memperlancar sirkulasi dya hidup dan darah, serta
harmoniskan 5 organ utama tubuh.
d. Tusuk dengan kuku anda serta tekan melingkar titik yang berada di tengah
lekuk buku jari yang terdekat dengan telapak, untuk jari telunjuk, tengah,
manis, dan kelingking. Tusuk dengan kuku 3-5 kali dan pijat tekan 30-50
kaliper titik . ini memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan
akumulasi makanan.
e. Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan anda di area tempat
diatas pusarnya, searah jarum jam 100-300 kali. Ini menstimulasi
makanan agar lebih lancar.
f. Dengan kedua ibu jari, tekan dan pisahkan garis dibawah rusuk menuju
perut samping 100-300 kali. Ini memperkuat fungsi limpa dan lambung
yang juga memperbaiki pencernaan.
g. Tekan melingkar titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar jari anak di
bawah tempurung lututnya, 50-100 kali. Ini akan harmoniskan lambung,
usus, dan pencernaan.
h. Pijat secara umum punggung anak. Lalu tekan dengan ringan tulang
punggungnya dari atas ke bawah 3 kali. Lalu cubit kulit di kiri-kanan tulang
ekor dan merambat keatas hingga lebar, 3-5 kali. Ini memperkuat konstitusi
tubuh anak, mendukung aliran chi (daya hidup) sehat dan memperbaiki
nafsu makan anak.
2. MODISCO
MODISCO singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut
Oil yang banyak digunakan di indonesia merupakan modifikasi yang
digunakan di uganda (1973). Modifikasi dilakuakan dengan pertimbangan
ketersediaan bahan lokal, selera, daya cerna, kebutuhan kalori serta tingkat
KEP sendiri. Modisco dicobakan pertama kali untuk anak-anak yang
mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan.
(Depkes RI, 2003) modisco diberikan kepada:
1) Penderita KEP berat (Marasmus, Kwarshiorkor, Marasmic
Kwarshiorkor)
2) Penderita penyakit infeksi menahun
3) Orang yang baru sembuh dari penyakit berat
4) Mereka yang sulit makan, karena kelainan bawaan seperti gangguan
pangkal tenggorokan
5) Anak sehat tapi kurus badannya
6) Anak yang sedang menghadapi ujian
7) Orang yang sering berolahraga berat
Keuntungan modisco:
1) Mengandung tinggi energi dan tinggi protein
2) Mudah dicerna
3) Dapat meningkatkan berat badan lebih cepat
4) Porsinya kecil sehingga memudahkan anak untuk menghabiskan kendala
dan alternatif pemberian modisco :
a) Bahan modisco tidak selalu berasal dari susu skim tetapi bisa
disesuaikan dengan bahan makanan yang ada di daerah setempat.
b) Apabila di daerah tidak terdapat minyak kelapa, maka dapat
diganti yang ada di daerah tersebut (minyak jagung, biji kapas,
kacang dll). Jika tidak suka minyak dapat diganti dengan
margarin atau minyak sayur.
c) Jika anak tidak suka susu, dalam hal ini modisco diberikan
dengan sonde, atau dicampur dengan makanan atau minuman
yang disukai anak.
d) Bila nafsu makan anak kurang, ada dua cara untuk mengatasinya,
yaitu:
1. Diberikan dalam bentuk yang lebih pekat energinya
dengan volume sedikit
2. Diberikan lewat sonde
e) Adanya gangguan pencernaan (diare), bisa dimulai denagn susu
skim, ditambah 5% gula pasir dan 5% tepung.
f) Modisco tidak boleh diberikan kepada anak yang gemuk, bayi
berusia 6 bulan dan para penderita penyakit ginjal, hati dan
jantung.

Macam“modisco” Bahan Kandungan gizi Catatan


Modisco ½ Susu skim 10 gr Energi : 80
(1 sdm) kkal
Gula pasir 5 gr (1 Protein : 3,5 gr
sdt) Lemak : 2,5 gr
Minyak kelapa
2½ gr (½ sdt)
Modisco I Susu skim 10 gr Energi : 100 Diberikan kepada
(1 sdm) atau full kkal KEP berat dengan
cream 12 gr Protein : 3,5 gr Edema
(2 sdm) Lemak : 3,5 gr Diberikan 100
Gula 5 gr (1 sdt) kkal/kg BB/hari
Minyak kelapa 5
gr (½ sdm)
Modisco II Susu skim 10 gr Energi : 100 Diberikan pada
(1 sdm) atau full kkal KEP tanpa Edema
cream 12 gr Protein : 3,5 gr Diberikan 125
(2 sdm) Lemak : 4 gr kkal/kg BB/hari
Gula 5 gr (1 sdt)
Margarin 5 gr
(½ sdm)
Modisco III Susu full cream Energi : 130 Diberikan setelah
12 gr (1¼ sdm) kkal pemberian
atau susu segar Protein : 3 gr Modisco I dan II
100 cc Lemak : 7,5 gr Pemberian
(½ gelas) Modisco III ±10
Gula 7,5 gr (1½ hari
sdt) Diberikan 150
Margarin 5 gr kkal/kg BB/hari
(½ sdm)

3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)


Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagaitambahan selain
makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.
Makanan Tambaha Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang
diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk
pemulihan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
a. Prinsip PMT menurut panduan penyelenggaraan PMT bagi balita gizi
kurang, prinsip dasar PMT adalah sebagai berikut :
1) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan
makanan lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.
2) PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang
dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti
makanan utama.
3) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana
komunikasi antar ibu dari balita sasaran.
b. Jenis dan bentuk PMT
1) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan
atau makanan lokal. Jika makanan lokal terbatas, dapat digunakan
makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan
memperhatikan kemasan label dan masa kadaluarsa untuk keamanan
pangan.
2) Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita sasaran.
3) PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.
4) Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein
hewani maupun nabati (misalnya telur/ikan/daging/ayam, kacang –
kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang
diutamakan berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
5) Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-
turut.
6) Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/lokal ada 2
jenis yaitu berupa
1. MP-ASI ( untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)

2. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59


bulan berupa makanan keluarga.
3. Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada
balita dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaiman
pada tabel berikut:

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, W. 2010. Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Kusuma, C.H. 2011.Dokumentasi Kebidanan. Diktat Ajar. Universitas


Muhammadiyah Purwokerto.

Markum. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI

Purwoastuti, Endang dan Elisabeth S. Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: PT Pustaka Baru

Prawirahardjo, Sarwono.2016.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Saifudin. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC

Varney, Hellen,dkk. 20011. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC.
ASUHAN KEBIDANAN
An. “N” USIA 3 TAHUN DENGAN BALITA FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS KEDUNGJAJANG

Tempat : Puskesmas Kedungjajang


Tanggal/waktu : 10 Maret 2021 pukul 08.00 wib
Pengkaji : Ninik Sumarni
NIM : 15901.02.20084

Identitas balita
Nama : An. “N”
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal lahir : 06 Maret 2018
Anak ke- : Kedua

 Identitas orang tua


Nama Ibu : Ny. “P” Nama Ayah : Tn. “M”
Umur : 31 Tahun Umur : 55 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Suku : Madura Suku : Madura
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Krasak Kec. Kedungjajang
Status : pasien tidak terdaftar dalam kepesertaan BPJS PBI maupun non PBI

SUBJEKTIF (S)
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin memeriksakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya

2. Riwayat kebidanan
1.1 Riwayat Prenatal
Trimester I
Ibu mengatakan pada awal kehamilannya yaitu 3 bulan pertama mengalami
mual tetapi tidak sampai mengganggu aktifitas ibu. ibu memeriksakan
kehamilannya di 2 kali di bidan terdekat, 1 kali di Puskesmas dan mendapat
vitamin dan obat anti mual.
Trimester II
Ibu memeriksakan kehamilannya di bidan 3 kali, ibu tidak mual dan muntah
lagi, ibu mendapat tablet tambah darah,vitamin dan ibu telah merasakan gerakan
janin.
Trimester III
Ibu Mengatakan sering mengalami kencing pada kehamilan tua, ibu
memeriksakan kehamilannya ke bidan dan Puskesmas. Ibu sangat menantikan
kelahiran bayinya ini, dan ibu sangat senang dengan kehamilannya ini.
1.2 Riwayat Natal
Ibu mengatakan pada kehamilan 9 bulan sudah keluar lendir bercampur darah
dan perutnya terasa kenceng-kenceng,kemudian di bawa ke Puskesmas Tanggal
05-03-2018, Jam 23.00 WIB dan di lakukan pemeriksaan oleh bidan. Pada
tanggal 06-03-2018 jam 04.00 wib Bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan,
berat badan 3000gram, panjang badan 50cm, bayi lahir menangis kuat, gerak
aktif, warna kulit kemerahan dan ari-ari lahir lengkap 7 menit setelah bayi lahir.
1.3 Riwayat Post Natal
Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah sedikit berwarna merah segar dari
jalan lahir, tidak ada penyulit saat nifas.
1.4 Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi
1.5 Riwayat Tumbuh kembang
Ibu mengatakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya normal seperti
pada anak umumnya
1.6 Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bayinya sudah mendapat suntikan imunisasi lengkap di
Posyandu.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan sekarang anaknya dalam kondisi sehat dan tidak sedang
menderita penyakit apapun.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit apapun.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan suaminya perokok aktif, dalam keluarganya tidak ada yang
pernah menderita penyakit menular (TBC, hepatitis), menahun (asma, jantung),
menurun (diabetes, darah tinggi).
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1.1 Pola Nutrisi
Ibu mengatakan anaknya makan 3X sehari dengan porsi cukup terdiri
dari nasi, lauk dan sayuran. Setiap pagi anak minum susu. Anak suka makan
makanan ringan
1.2 Pola Eliminasi
Ibu mengatakan anaknya BAB 1x/hari, konsistensi lunak. BAK ±5-
7X/hari. Anak tidak menggunakan diappers
1.3 Pola Istirahat/Tidur
Ibu mengatakan anaknya tidur siang hari ±2 jam /hari, dan tidur malam
±10 jam/hari
1.4 Aktifitas dan Latihan
Ibu mengatakan anaknya aktif suka bermain dengan teman sebayanya.
1.5 Pola Personal Hygine
Ibu mengatakan anaknya mandi 2X setiap hari atau setiap selesai
bermain. Gosok gigi 1X setiap hari. Berganti pakaian setiap selesai mandi dan
selesai bermain.

OBJEKTIF (O)
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Bentuk badan : normal
Bicara : normal
Kebersihan : baik
Tanda-tanda vital : Suhu 36,6oC, Nadi 89x/menit, pernafasan 22x/menit
BB : 12,8gram
PB : 89cm
LK : 47cm
Lila : 16cm
Pemeriksaan Fisik
a) Kepala :  bentuk normal, rambut hitam bersih, tidak terdapat
benjolan abnormal
b) Mata :  Simetris, skelera tidak ikterus, kojungtiva tidak anemis,
tidak strabismus.
c) Hidung :  lubang hidung simertis, tidak terdapat sekret, tidak ada
polip.
d) Mulut          :  bersih, tidak ada karies, lidah bersih.
e) Telinga :  Simetris, tidak ada sekret
f) Leher           :  Tidak terlihat  pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe maupun pembesaran vena jugularis
g) Dada : Tidak terdengar bunyi ronchi maupun wheezing
h) Abdomen        :  bentuk normal, tidak ada meteorismus
i) Genetalia         :  tidak dilakukan pemeriksaan
j) Anus                :  tidak dilakukan pemeriksaan
k) Ekstermitas
Atas         :  Simetris, tidak terdapat polidaktil maupun sidikatil
Bawah     : Simetris, tidak terdapat polidaktil maupun sidikatil
Pemeriksaan KPSP
Aspek yang di Ya Tidak
No Pemeriksaan KPSP usia 36 bulan
nilai
1. Beri dia pensil, apakah anak dapat Gerak halus √
mencoret-coret kertas tanpa
bantuan/petunjuk?
2. Dapatkah anak meletakan 4 buah kubus Gerak halus
satu persatu di atas kubus yang lain tanpa 
menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang di gunakan ukuran 2,5-5 cm
3. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada Bicara dan
saat berbicara seperti “minta minum”, bahasa √
“mau tidur”?
“Terimakasih” dan “dadah” tidak ikut
dinilai.
4. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara Bicara dan
gambar-gambar ini tanpa bantuan bahasa √
5. Dapatkah anak melempar bola lurus Gerak kasar √
kearah perut atau dada anda dari jarak 1,5
meter?
6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Bicara dan √
Jangan memberi isyarat dengan bahasa
petunjuk atau mata pada saat
memberikan perinta berikut ini: “Letakan
kertas ini di lantai”
“Letakan kertas ini di kursi” “Berikan
kertas ini kepada ibu” Dapatkah anak
melaksanakan perintah tadi?
7 Buat garis lurus kebawah sepanjang Gerak halus
sekurang-kurangnya 2,5 cm √
Suruh anak menggambar garis lain di
samping garis ini.
8 Letakan selembar kertas sekuran buku ini Gerak kasar
di lantai. Apakah anak dapat melompati √
bagian lebar kertas dengan mengangkat
kedua kakinya secara bersamaan tanpa
didahului dengan lari?
9 dapatkah anak mengenakan sepatunya Sosial dan √
sendiri? kemandirian
10 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga Gerak kasar √
sejauh sedikitya 3 meter?
Dengan menggunakan form KPSP 36 bulan didapatkan hasil jawaban
“Ya” = 9, maka perkembangan An. N adalah “Normal”.

Pemeriksaan Tes daya dengar (TDD) menurut umur anak.

Umur 2-3 tahun Ya Tidak


1. Tutup mulut anda dengan buku/kertas, tanpa melihat gerakan
bibir anda, tanyakan pada anak: “pegang matamu”, “pegang √
kakimu”. Apakah anak memegang mata dan kakinya dengan
benar?

2. Pilih gambar dari majalah/ bubu bergambar, tutup mulut anda


dengan buku /kertas, tanpa melihat gerakan bibir anda, √
tanyakan pada anak: ”tunjukan gambar kucing(atau anjing,
kuda,mobil, orang rumah, bunga, dan sebaginya)?” dapatkah
anak menunjukan gambar yang di maksud dengan benar?

3. Tutup mulut anda dengan buku/kertas, tanpa melihat gerakan √


bibir anda, perintah anak untuk mengerjakan sesuatu seperti: "
berikan bonekaitu kepada saya”, ”taruh kubus-kubus ini di atas
meja/kursi, dan sebagainya”. Apakah anak dapat mengerjakan
perintah tersebut dengan benar?

Didapatkan hasil dengan jawaban “Tidak” = 0, maka pada An. N tidak


mengalami gangguan pendengaran.

Pemeriksaan Tes Daya Lihat


Didapatkan hasil anak dapat mencocokan sampai baris ke tiga poster
E, maka pada An.N tidak mengalami gangguan daya lihat

Pemeriksaan KMME (Kuisioner Masalah Mental Emosional)

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Apakah anak anda sering kali terlihat marah tanpa sebab
yang jelas? √
(seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa
2. Apakah anak anda tampak menghindardari teman-teman
atau anggota keluarganya?

(seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau merasa
sedih sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal
3. Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan
menentang terhadap lingkungan disekitarnya?
(seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali √
melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya, atau
menyiksa binatang atau anak-anak lainnya)
dan tampak tidak peduli dengan nasihat-nasihat yang sudah
4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan
ketakutan atau kecemasan berlebihan yang tidak dapat √
dijelaskan asalnya dan tidak sebanding dengan anak lain
5. seusianya?
Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena
adanya konsentrasi yang buruk atau mudah teralih √
perhatiannya, sehingga mengalami penurunan dalam
aktivitas sehari-hari atau prestasi belajarnya?
6. Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan
sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan √

7. membuat keputusan?
Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola
tidur?

(seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari,
sering terbangun sewaktu tidur malam oleh karena mimpi
8. Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan?
buruk, mengigau)
(seperti kehilangan nafsu makan, makan berlebih atau tidak √

9. mau makan sama sekali)


Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala,
sakit perut atau keluhan-keluhan fisik lainnya? √
10. Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau
berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya? √
11. Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran
perilaku atau kemampuan yang sudah dimilikinya?

(seperti mengompol kembali, menghisap jempol, atau tidak
12. mau berpisah
Apakah anak dengan orang tua/pengasuhnya)
anda melakukan perbuatan yang berulang-
ulang tanpa alasan yang jelas ? √

Didapatkan hasil jawaban ”Ya” = 0 maka pada An. N tidak mengalami


masalah mental emosional.
ANALISA (A)
An “N” usia 3 tahun dengan pertumbuhan dan perkembangan normal

PENATALAKSANAAN (P)
Tempat : Puskesmas Kedungjajang
Tanggal/waktu : 10 Maret 2021 pukul 09.00 wib

1. Menginformasikan ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa pertumbuhan dan


perkembangan anak dalam kondisi normal dan sehat
e/ ibu mengerti tentang penjelasan dari Bidan
2. Memuji ibu dan keluarga dalam menstimulasi anaknya.
e/ ibu tampak senang saa anak dapat menyelesaikan perintah sederhana
3. Memberikan motivasi ibu dan keluarga untuk tetap melakukan stimulasi pada anak
dirumah setiap hari dengan mengajak bermain sambil belajar
e/ ibu bersedia melakukan
4. Menginformasikan kepada ibu untuk memberikan makanan dengan menu gizi seimbang
seperti sayuran, lauk, buah.
e/ ibu mengerti tentang penjelasan dari Bidan
5. Menginformasikan kepada ibu untuk menjaga pola makan anak dengan tidak selalu
memberikan makanan ringan kepada anak
e/ ibu mengerti tentang penjelasan dari Bidan dan mau melaksanakan
6. Menginformasikan pada ibu tentang tanda bahaya pada anak seperti demam tinggi,
muntah, diare. Jika menemukan tanda bahaya tersebut segera ke petugas kesehatan
e/ ibu bersedia melakukan
7. Menginformasikan kepada ibu bahwa kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau segera
jika anak mengalami keluhan
e/ ibu bersedia melakukan
8. Mencatat hasil kegiatan pada rekam medik dan buku KIA
e/pendokumentasian telah di lakukan
Lampiran 1
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Ninik Sumarni

NIM : 15901.02.20084

Pembimbing Akademik : Tutik Hidayati,SST.,M.Kes

Nama
No Tanggal Revisi Paraf
pembimbing
Lampiran 2

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Ninik Sumarni

NIM : 15901.02.20084

Pembimbing Lapangan : Faria Ningsih., S.ST., M.Kes

Nama
No Tanggal Revisi Paraf
pembimbing

Anda mungkin juga menyukai