Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan anak balita periode penting dalam tumbuh kembang adalah
masa balita. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan
rangsangan/ stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu
mendapat perhatian (Hanum 2010: 85). Pada usia 4 tahun koordianasi motorik halus
anak-anak menikatkan secara subtansial dan lebih tepat. Kadang-kadang, anak-anak
berusia 4 tahun memiliki masalah dalam membangun menara tinggi dengan balok
karena mereka ingin menempatkan setiap balok dengan sempurna, mereka mungkin
marah dengan balok yang sudah berada dalam susunannya.
Pada usia 5 tahun, koordiansi motorik halus dari anak-anak meningkat. Tangan,
lengan, dan tubuh, semua bergerak bersama dengan lebih baik di bawah komando mata.
Menara semata-mata tidak lagi menarik bagi anak usia 5 tahun, sekarang ia ingin
membangun rumah, lengkap dengan menaranya walaupun orang dewasa mungkin
masih diperlukan untuk memberi tahu apa yang sedang ia bangun ketika proyeknya
yang telah selesai. (Santrock, John W. 2011:15). Stimulasi visual merupakan stimulasi
awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan anak. Anak akan
meningkatkan perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui penglihatannya. Oleh
karena itu, orang tua 2 disarankan untuk memberikan mainan warna-warni pada usia
tiga bulan pertama. Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan krativitas, dimana
anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu
memodifikasi objek yang digunakan dalam permainan (A. Aziz Alimul Hidayat 2011:
35).
Salah satu terapi bermain untuk meningkatkan perkembangan motorik halus
adalah dengan bermain paper toys. Paper toys sangat penting dalam membantu
kreativitas anak, dan juga dapat melatih perkembangan motorik halus pada anak
sekaligus sebagai sarana bermain yang menyenangkan dan kaya manfaat (Ainin, 2012
). Sampai saat ini study paper toys terhadap peningkatan perkembangan motorik halus

1
pada anak prasekolah belum jelas dan belum banyak diterapkan. Berdasarkan data
jurnal Internasional Iran J Reprod, May 2013 data yang menyatakan Frequency of
developmental delay in domains of fine motor (47.5% vs. 24.6%, p=0.008),
sedangankan dari data nasional terdapat 78,11% (Depkes RI, 2010) anak prasekolah
yang kurang rangsangan perkembangan motorik halus. Serta dari data Jawa Timur 27.3
% perkembangan anak meragukan kemampuan perkembangannya yang dinilai dari
DDST. ( Listriana Fatimah, 2013).
Pada umumnya pada usia anak prasekolah, sudah mulai mandiri dengan
kreatifitas anak, juga dapat mempunyai bibit karya dari jari jemarinya tapi masih
banyak anak yang masih belum bisa melakukannya. Akibat jika masalah tidak dideteksi
secara dini dapat mengakibatkan gangguan perkembangan spesifik, hiperaktif,
retradasi mental. (Alimul hidayat, 2005: 44-46) 3 Pada masa ini berkembang kesadaran
dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan tanggung jawab.Oleh karena itu, agar
tidak berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol, pihak orang tua perlu
menghadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang, dan tidak bersikap keras.
Meskipun mereka mulai menampakan keinginan untuk bebas dari tuntutan
orang tua, namun pada dasarnya mereka masih sangat membutuhkan perawatan,
asuhan, bimbingan, atau curahan kasih sayang orang tua. (Hermawati, 2012).
Seharusnya seorang anak dapat mandiri kreatif dan disiplin membutuhkan proses
melalui dengan berbagai rangsangan motorik halus. Karena ketidak maksimalan dalam
memberikan rangsangan terhadap anak usia pra sekolah anak menjadi kurang mengerti
dan disiplin terhadap kemampuannnya selama bermain dan belajar. Karena dilihat dari
beberapa jurnal di dunia sangat kurang perkembangan dari anak usia prasekolah yang
sehingga mengakibatkan minimnya kreatifitas. Salah satu rangsangan yang sesuai
dengan peningkatan perkembangan motorik halus adalah dengan paper toys. Paper toys
dikonsep sebagai media bermain dan belajar untuk anak. Bentuk desain paper toys ini
disesuaikan dari karakter yang akan dibuat. Biasanya berbentuk sederhana dengan
menekankan pada seni grafis yang dituangkan pada bidang 3 dimensi.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktikan Asuhan Kebidanan Bayi,Balita
dan Anak Pra Sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai
sumber yang berhubungan dengan kondisi bayi,balita dan anak pra sekolah
b. Mahasiswa mampu membuat diagnosa terhadap bayi,balita dan anak pra
sekolah sesuai dengan hasil pengkajian.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan sesuai kasus.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan dan mendokumentasikan hasil
tindakan.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan
kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi serta
memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam penanganan
kepada bayi,balita dan anak pra sekolah
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan
menambah pembelajaran pendidikan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Imunisasi pada Bayi dan Balita Sehat


1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang
terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh bayi atau
anak. Imunisai dasar adalah pemberian imunisai untuk mencapai kadar kekebalan
diatas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Tujuan imunisasi yaitu menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Tujuan lainnya untuk mencegah dan melindungi terhadap
penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak, dan apabila
sudah terjadi penyakit, maka penyakitnya tidak menjadi tambah parah. Dan juga
untuk menimbulkan kekebalan dalam waktu yang bersamaan dengan penyakit.
Sasaran imunisasi yaitu semua orang terutama bayi dan anak sejak lahir.
Imunisasi (vaksinasi) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak
dan semua anak yang berumur 0-12 bulan harus mendapat imunisasi.
a. Umur 0-1 bulan : BCG, Polio, Hepatitis B1
b. Umur 2 bulan : DPT 1, Polio 2, Hepatitis B2
c. Umur 3 bulan : DPT 2, dan polio 3
d. Umur 4 bulan : DPT 3 dan Polio 4
e. Umur 9 bulan : Campak, Hepatitis B3
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian imunisasi pada
bayi/balita :
a. Imunisasi diberikan pada bayi/balita yang sehat
b. Pada bayi/balita yang sakit tidak boleh diberikan seperti :
1) Sakit keras
2) Dalam masa tunas/perkembangan suatu penyakit
3) Kekurangan/penurunan daya tahan tubuh

4
2. Program Imunisasi Anak di Indonesia
a. Imunisasi Dasar Wajib
Imunisasi wajib adalah imunisasi yang harus diberikan pada bayi. Dengan
imunisasi wajib, maka bayi akan terlindung terhadap penyakit yang kerap
menyerang. Imunisasi yang wajib adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak
dan Hepatitis B.
1) Imunisasi BCG
a) Pengertian
Vaksin BCG mengandung jenis kuman TBC yang masih hidup tapi
sudah dilemahkan. Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
b) Cara imunisasi
Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12
bulan. Tetapi, sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Imunisasi ini cukup
diberikan satu kali saja. Pada anak berumur lebih dari 2-3 bulan,
dianjurkan untuk melakukan uji mantoux/PPD sebelum imunisasi BCG.
Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC.
Seandainya uji mantoux positif, maka anak tersebut tidak mendapat
imunisasiBCG lagi. Bila pemberian berhasil, setelah 1-2 bulan di tempat
suntikan akan terdapat suatu benjolan kecil. Tempat suntikan itu
biasanya berbekas. Dan kadang-kadang benjolan itu akan bernanah,
tetapi akan sembuh sendiri meskipun lambat.
c) Kekebalan
Imunisasi BCG tidak 100% menjamin anak terhindar dari penyakit
TBC. Tetapi, seandainya bayi yang telah diimunisasi BCG terjangkit
TBC, maka ia akan menderita penyakit TBC ringan.
d) Reaksi imunisasi
Setelah suntikan BCG, biasanya bayi tidak akan menderita demam.

5
e) Efek samping
 Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan
kelenjar terjadi di ketiak atau di leher bagian bawah. Suntikan di
paha dapat menimbulkan pembengkakan di kelenjar selangkangan.
 Kadang terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang
terbatas, tapi biasanya sembuh dengan sendirinya walaupun
terlambat.

2) Imunisasi HBV (Hepatitis B)


a) Pengertian
Vaksin ini dilakukan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit
hepatitis B. Vaksin hepatitis B bagian dari virus hepatitis B yang
dinamakan HBs Ag, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi tidak
menimbulkan penyakit. HBs Ag di dapat diperoleh dari serum manusia
atau dengan rekayasa genetik dengan bantuan sel ragi.
b) Cara imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara sebanyak 3 kali dengan jarak
waktu satu bulan antara suntikan satu dan dua, lima bulan antara
suntikan dua dan tiga
Imunisasi ulang diberikan setelah lima tahun pasca imunisasi dasar.
Cara pemberian imunisasi dasar tersebut dapat berbeda, tergantung dari
rekomendasi pabrik pembuat vaksin hepatitis B mana yang akan
dipergunakan. Misalnya imunisasi dasar vaksin hepatitis B buatan
Pasteur, Perancis berbeda dengan jadwal vaksinasi vaksin buatan MSD,
Amerika Serikat.
Khusus bayi baru lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatiits B, harus
diberikan imunisasi pasif dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam
waktu sebelum berusia 24 jam. Berikutnya bayi terebut harus pula
mendapat imunisasi aktif 24 jam setelah lahir, dengan penyuntikan
vaksin hepatitis B dengan pemberian yanng sama seperti biasa.
Mengingat daya tularnya yang tinggi dari ibu ke bayi, sebaiknya ibu

6
hamil di Indonesia melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi
apakah ia mengidap virus hepatitis B sehingga dapat dipersiapkan
tindakan yang diperlukan menjelang kelahiran bayi.
c) Kekebalan
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi yaitu berkisar antara 94%-
96%. Pada bayi cukup diberikan 1 kali saja karena vaksin bisa bertahan
lama melindungi si bayi hingga usia produktif (20-35 tahun).
d) Efek Samping
Umumnya terjadi reaksi lokal yang ringan seperti kemerahan di bekas
suntikan dan terjadi demam ringan 1-2 hari.
e) Kontra Indikasi
Selama ini tidak ada kontra indikasi absolute pemberian vaksinasi
hepatitis B. Artinya anak batuk, pilek, dan lain-lain bukan alasan anak
dalam pemberian imunisasi hepatitis B

3) Imunisasi DPT (Didteria, Pertusis, Tetanus)


a) Pengertian
Vaksinasi DPT akan menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang
bersamaan terhadap penyakit Difteria, Pertusis (batuk rejan / batuk
seratus hari), dan tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap tiga penyakit
tersebut dipasarkan dalam tiga kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan
tunggal bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (Difteria dan tetanus)
dan kombinasi DPT (Difteria, pertusis, dan tetanus). Vaksin Difteria
dibuat dari toksin/racum kuman difteria yang telah dilemahkan
dinamakan toksoid. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan
vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan
pertusis dalam bentuk vaksin DTP.
Vaksin tetanus yang dugunakan untuk imunissi aktfi ialah toksoid
tetanus atau toksin / racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan
kemudian dimurnikan. Ada tiga macam kemasan vaksin tetanus, yaitu
bentuk kemasan tunggal dan kombinasi dengan vaksin difteria (vaksin

7
DT) atau kombinasi dengan vaksin difteria dan pertusis (vaksin DPT).
Vaksin terhadap penyakit batuk rejan atau batuk seratus hari tersebut
dari kuman Bordetella Pertusis yang telah di matikan. Selanjutnya
dikemas bersama vaksin difteria dan tetanus (vaksin DTP)
b) Cara imunisasi
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, sejak bayi berumur dua bulan
dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal empat minggu.
Imunisasi ulangan / booster yang pertama dilakukan pada usia 11/2 – 2
tahun atau satu tahun setelah suntikan imunisasi dasar ketiga. Imunisasi
ulang berikutnya dilakukan pada usia enam tahun atau di saat kelas 1
SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin
DT. Vaksin pertusis (batuk rejan) tidak dianjurkan pada anak yang
berusia lebih dari tujuh tahun karena reaksi yang timbul dapat lebih
hebat selain itu juga perjalanan penyakit pertusis pada anak berumur
lebih dari lima tahun tidak parah
c) Kekebalan
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteria cukup baik, yaitu
sebesar 80-95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu
sebesar 90-95%. Sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah,
yaitu 50-60%. Oleh karena itu anak yang telah mendapat imunisasi
pertusis masih dapat terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk
yang lebih ringan.
d) Reaksi imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam, pembengkakan dan rasa
nyeri di tempat suntikan selama satu sampai dua hari.
e) Efek samping
Kadang-kadang timbul reaksi akibat efek samping yang berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang disebabkan oleh unsur pertusisnya.
f) Kontra indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita penyakit kejangdemam kompleks. Juga tidak

8
boleh diberikan kepada anak dengan batuk yang diduga sedang
menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan
kekebalan (defisiensi umum).

4) Imunisasi Polio
a) Pengertian
Umur pemberian 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, sebanyak 4 kali,
untuk mencegah penularan polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada
tungkai dan atau lengan. Bila pada suntikan pertama, ASI dapat
diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin
polio. Imunisasi ulang diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang
DPT.
Pemberian imunisasi ulang perlu tetap diberikan seandainya. Seorang
anak pernah terjangkit polio. Karena mungkin saja anak yang menderita
polio itu terjangkit virus polio tipe 1. Artinya, apabila penyakitnya telah
sembuh ia hanya mempunyai kekebalan terhadap virus polio tipe 1,
tetapi tidak mempunyai kekebalan terhadap jenis virus polio tipe II dan
III. Karena itu untuk mendapat kekebalan terhadap ketiga virus terhadap
ketiga virus tersebut perlu diberikan imunisasi ulang polio.
b) Cara imunisasi
Terdapat 2 macam cara vaksinasi polio :
 IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus
polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
 OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup
yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau vaksin.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio,
bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,III dan IV) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan
1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6
tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia

9
umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok
yang berisi air gula.
c) Kekebalan
Daya proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 95-100%.
d) Reaksi imunisasi
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan mengalami buang air besar
ringan.
e) Kontraindikasi
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah imunisasi
polio sebaiknya ditangguhkan demikian pula pada anak yang menderita
gangguan kekebalan (defisiensi imun) tidak diberikan. Pada anak
dengan penyakit batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi polio
bisa diberikan seperti biasanya.
5) Imunisasi Campak (Morbili)
a) Pengertian
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak yang
telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat
diperoleh dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan
kering dikombinasi dengan vaksin gondong/bengok (mumps) dan
rubella (campak jerman). Di Amerika Serikat terakhir ini dikenali
dengan nama vaksin MMR (Mesles-Mumps,rubella vaccine)
b) Cara imunisasi
Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup satu kali suntikan
setelah bayi berumur sembilan bulan. Lebih bai lag isetelah ia berumur
lebih dari datu tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung
seumur hidup, maka tidak diperlukan imunisasi ulang lagi. Di Indonesia
keadaannya berlainan. Kejadian campak masih tinggi dan sering
dijumpai bayi menderita penyakit campak ketika masih berumur antara
enam – sembilan bulan, jadi pada saat sebelum ketentuan batas umur

10
sembilan bulan untuk mendapat vaksinasi campak seperti yang
dianjurkan WHO. Dengan demikian di Indonesia dianjurkan pemberian
imunisasi campak pada bayi sebelum berumur sembilan bulan, misalnya
pada umur enam-sembilan bulan ketika kekebalan pasif yang diperoleh
dari ibu mulai menghilang. Akan tetapi kemudian harus mendapat
suntikan ulang setelah berumur lima belas tahun.
c) Efek samping
Vaksin dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak pada lokasi
suntikan, yang terjadi 24 jam setelah vaksinasi. Pada 5-15% kasus
terjadi demam (selama 1 – 2 hari), biasanya 8-10 hari setelah vaksinasi.
Pada 2% terjadi kasus kemerahan (selama 2 hari), biasanya 7-10 hari
setelah vaksinasi. Kasus ensefalitis pernah dilaporkan terjadi
(perbandingan 1/1 juta dosis), kejang demam (perbandingan 1/3000
dosis)
d) Kontraindikasi
 Orang alergi terhadap dosis vaksin campak sebelumnya
 Wanita hamil karena efek vaksin campak terhadap janin belum
diketahui
 Orang yang alergi berat terhadap kanamisin dan eritromisin
 Anak dengan infeksi akut disertai demam
 Anak dengan defisiensi sistem kekebalan
 Anak dengan pengobatan intensif yang bersifat imunosupresif
 Anak yang mempunyai kerentanan tinggi terhadap protein telur.

b. Imunisasi ulang
Ada 3 vaksin yang harus diulang di usia balita, yaitu DPT, polio, dan campak.
Sedangkan vaksin BCG dan hepatitis B cukup diberikan hanya sekali di usia
bayi.
Vaksin BCG tak perlu diulang karena antibodi yang diperoleh tinggi terus, tak
pernah turun seumur hidup. Demikian pula vaksin hepatitis B, bisa bertahan

11
lama. Khusus hepatitis B, yang penting sebetulnya mencegah penularan dari
ibu ke anak.
Sedangkan vaksin yang diulang, yaitu DPT, dilakukan setahun setelah DPT 3
karena setelah setahun, antibodinya akan turun. Demikian juga dengan polio,
juga diulang setelah polio 3 karena antibodinya turun setelah setahun.
Sedangkan campak diulang pada saat anak berusia 15-24 bulan. Pengulangan
dilakukan lewat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella), karena selain
mencegah campak (measles), juga mencegah gondokan (Mumps), dan Rubella
yang juga merupakan sejenis campak. Pengulangan ini sangat penting agar ibu
hamil terhindar dari serangan Rubella. Pasalnya, serangan Rubella selagi hamil
menyebabkan anak yang dilahirkan bisa menjadi cacat.

c. Imunisasi tambahan
1) Vaksin Pneumokokus (PCV)
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan
interval 2 bulan, pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya
dosis perlu ulangan 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2
bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan
cukup satu kali.
2) Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen
diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis 1 diberikan umur 6-14
minggu, dosis ke 2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya
vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan
tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen : Dosis ke
1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke 2 dan ke 3 4 – 10 minggu,
dosis ke 3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4
minggu)
3) Vaksin varicella

12
Vaksin ini diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaikpada umur
sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun,
perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
4) Vaksin Influenza
Vaksin ini diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun.
Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur
kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu.
Untuk anak 6 - <36 bulan, dosis 0,25 ml.
5) Vaksin Human Papiloma Virus (HPV)
Diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali
dengan interval 0, 1, 6 bulan: vaksin HPV tetravalen dengan internal 0, 2, 6
bulan.
6) Vaksin HIB
Diberikan untuk mencegah penyakit influenza tipe B. Pemberian awal
dengan PRP-T dilakukan 3 kai dengan interval 2 bulan. Sedangkan vaksin
PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian
boosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.
7) Vaksin Hpeatitis A
Diberikan untuk anak diatas 2 tahun, imunisasi awal menggunakan havrix
dengan 2 suntikan dan interval 4 minggu, booster setlah 6 bulan
sesudahnya. Jika menggunakan vaksin MSD dt dilakukan 3 kali suntikan
pada usia 6 dan 12 bulan.
8) Vaksin Tifoid
Vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah
0,1 ml ; 1 – 2 tahun 0,2 ml ; 2- 12 tahun 0,5 ml. Imunisasi awal dapat
diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu kemudia penguat
setelah 1 tahun kemudian. Vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan
dalam bentuk kapsul enteric coatet sebelum makan pada hari ke-1, 2 dan 5
untuk anak di atas usia 6 tahun.

13
3. Kejadian Ikatan Pasca Imunisasi (KIPI)
a. Defisiensi KIPI
Menurut Komite nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPi (Kn PPKIPI),
KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan
setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat
mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan
42 hari (infeksi virus campak vaccine-strain pada pasien munodefisiensi pasca
vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine strain
pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunidefisiensi pasca
vaksinasi polio).
Pada umumnya reaksi terhadap obat atau vaksin dapat merupakan reaksi
simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek
langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek
farmakologi, efek samping, interaksi obat, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi
yang umumnya secara klinis sulit dibedakan.
Sesuai telaah laporan KIPI oleh vaccine safety committee, institute of Medicine
(IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena kebetulan
saja, kejadian yang mengakibatkan imunisasi tersering adalah akibat kesalahan
prosedur dan tenik pelaksanaan (pragmaic errors).

b. Gejala klinis KIPI


Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi
menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya.
Pada umumnya semakin cepat KIPI terjadi makin cepat gejalanya.

c. Reaksi KIPI dan gejala KIPI


1) lokal : abses pada tempat suntikan, limfadenitis, reaksi lokal lain yang berat,
misalnya selulitis, BCG-itis, kelumpuhan akut, Ensefalopati
2) SSP : Ensefalitis, meningitis, reaksi alergi : Urtikaria, dermatitis, edema,
reaksi anafilaksis, syok anafilaksis, arthralgia

14
3) Lain-lain : Demam tinggi >38,50 C, episode, hipotensif-hiporesponsif,
osteomielitis, menangis menjerit yang terus menerus (3 jam), sindrom
syok septik

4. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI 2017


Vaksin hepatitis B (HB) terbaik diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi
lahir. Apabila diberikan vaksin HB kombinasi dengan DTP, maka jadwal
pemberian di usia 2, 3, dan 4 bulan.
a. Vaksin polio diberikan secara oral pertama kali bayi lahir atau sebelum bayi
dibawa pulang dari tempat bersalin. Vaksin polio selanjutnya saat bayi
berusia 2, 3, dan 4 bulan bisa berupa vaksin oral maupun suntik. Namun,
disarankan setidaknya mendapatkan 1 kali polio suntik.
b. Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP) pertama diberikan paling cepat usia
6 minggu. Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin polio, HB, dan Hib di usia
2, 3, dan 4 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun vaksin yang diberikan
adalah Td/Tdap.
c. Vaksin BCG diberikan sebelum bayi berusia 3 bulan. Apabila bayi berusia lebih
dari 3 bulan dianjurkan untuk melakukan uji tuberkulin dahulu sebelum
vaksinasi BCG.
d. Vaksin pneumonia (PCV) diberikan dalam 3 kali dosis dasar dan 1 kali dosis
booster. Pada anak usia di bawah 1 tahun diberikan pada usia 2, 4 dan 6 bulan.
Selanjutnya booster diberikan setelah usia 1 tahun.
e. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan saat usia
6-14 minggu dan dosis kedua diberikan minimal 4 minggu berikutnya.
Maksimal pemberian dosis kedua pada suia 24 minggu. Untuk, vaksin rotavirus
pentavalen diberikan sebanyak 3 kali. Dosis pertama diberikan pada usia 6-14
minggu, dosis kes=dua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10 minggu.
Batas akhir pemberian di usia 32 minggu.
f. Vaksin influenza diberikan setelah usia 6 bulan dan dilakukan pengulangan
setiap tahun.

15
g. Vaksin MR masuk dalam jadwal imunisasi rutin dan diberikan pada anak usia
9 bulan, 18 bulan, dan kelasd 1 sd/sederajat menggantikan imunisasi
campak.
h. Vaksin HPV diberikan untuk remaja usia 10-13 tahun sebanyak 2 dosis degan
interval 6-12 bulan.
i. Vaksin japanese encephalitis (JE) diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah
endemis atau turis yang akan berpergian ke daerah endemis.
j. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum
masuk sekolah.

B. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak merupakan proses yang kontinyu yang dimulai sejak di
dalam kandungan sampai dewasa. Banyak factor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak, selain factor genetic juga factor lingkungan. Lingkungan yang
menunjang akan mengoptimalkan potensi genetic yang dipunyai seorang anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang :
a. Faktor genetic
Faktor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Termasuk factor genetic antara lain adalah berbagai
factor bawaan yang normal maupun patologik, jenis kelamin, suku bangsa, atau
bangsa. Potensi genetic yang bermutu hendaknya bisa berinteraksi dengan
lingkungan secara positif sehingga diperoleh suatu hasil yang optimal.
Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh factor
genetic ini. Sedangkan negara yang sedangt berkembang, gangguan
perkembangan selain disebabkan oleh factor genetic, juga factor lingkungan
yang kurang memadai.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan

16
lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari,
mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Factor lingkungan ini terdiri dari:
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam
kandungan (factor prenatal), terdiri dari :
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan
jarang menyebabkan cacat bawaan.
2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkan.
3) Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat
teratogen. Misalnya obat-obatan seperti Thalidomide, phenytoin,
methadion, obat-obatan anti kanker dan lain sebagainya dapat
menyebabkan kelainan bawaan.
4) Endokrin
Hormone-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah
somatotropin, hormone plasenta, hormone tyroid, insulin, dan peptide-
peptida lain dengan aktivitas mirip insulin.
5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.
6) Infeksi
Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Chytomegalovirus, Herpes Simplex)
7) Stress
Stress yang dialami ibu selama hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lin cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
8) Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus,
kern icterus, atau lahir mati.

17
9) Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat,
menyebabkan BBLR.

2. Kebutuhan dasar anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi
3 kebutuhan dasar (dikutip dari Titi,1993):
a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
Meliputi :
1) Pangan/ gizi merupakan kebutuhan terpenting
2) Perawatan kesehatan dasar termasuk imunisasi, pemberian ASI, pengobatan
kalau sakit.
3) Papan / pemukiman yang layak
4) Hygiene perorangan
5) Sandang
6) Kesegaran jasmani, rekreasi
b. Kebutuhan emosi / kasih saying (ASIH)
1) Kontak fisik (kulit/mata) antara ibu dan bayi.
2) Menyusui bayi secepat mungkin.
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun pertama kehidupan mempunyai
dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun
social emosi, yang disebut “Sindrom Deprivasi Mental”
c. Kebutuhan aakan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental (ASAH) mengembangkan perkembangan mental psikososial:
kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-
etika, produktivitas.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi dan Organ-Organ Tubuh


a. Pertumbuhan dan perkembangan gigi

18
Selama masa pertumbuhan anak terdapat 20 gigi susu, 10 gigi di rahang atas dan
10 gigi di rahang bawah. Gigi susu berukuran lebih kecil dam memiliki jarak yang
lebih renggang dibandingkan dengan gigi orang dewasa( gigi tetap), sehingga gigi
permanen dapat menempati rahang dengan ‘pas’.
1) Fungsi gigi susu :
a) Fungsi mengunyah makanan
Untuk pertumbuhannya, anak memerlukan tambahan makanan sesuai
umurnya. Makanan yang diberikan makin lama makin keras, sehingga perlu
dikunyah. Sejak dipakainya gigi susu untuk mengunyah, berarti gigi
membantu pencernaan dan asimilasi makanan.
b) Membantu pertumbuhan tulang rahang
Hal ini sehubungan dengan fungsi mengunyah tersebut. Tekanan antara gigi
atas dan gigi bawah pada waktu mengunyah makanan akan merangsang
tulang rahang tumbuh, terutama ke arah vertical.
c) Mempertahankan ruangan untuk gigi tetap pada tulang rahang
Di bawah gigi susu terdapat benih gigi tetap. Arah pertumbuhan gigi tetap
mengikuti gigi susu. Satu tahun setelah tumbuh (erupsi) sempurna, akar gigi
susu mengalami resorpsi. Resorpsi ini seimbang dengan pertumbuhan dan
perkembangan gigi tetap penggantinya.
d) Fungsi kosmetik dan bicara
Adanya gigi terutama gigi depan mempunyai arti keindahan. Orang yang
memiliki gigi dengan rapi akanj tampak lebih cantik atau lebih tampan
daripada orang yanbg tidak memiliki gigi. Bagi anakpun hal ini tidak dapat
diabaikan. Gigi mempunyai arti yang penting pula dalam fungsi bicara. Hal
ini dapat terlihat pada anak yang kehilangan gigi susunya (gigi depan)
terlalu cepat, mereka tidak dapat dengan jelas mengucapkan kata yang
menggunakan huruf “f”, “v”, “s”, “z”, “t”.
2) Erupsi gigi
Jangka waktu erupsi bervariasi dan perbedaan ini bergantung pada jenis
kelamin, bangsa dan individu. Anak perempuan lebih cepat dari laki-laki ;
demikian pula anak yang mendapatkan ASI lebih cepat daripada anak yang

19
mendapatkan susu buatan. Anak dengan penyakit tulang lebih lambat daripada
anak yang sehat. Keterlambatan juga terdapat pada anak dengan retardasi
mental.
Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak mengalami perubahan
mulai dari pertumbuhan hingga penanggalan. Pertumbuhan gigi terjadi pada 2
bagian, yaitu bagian rahang atas dan rahang bawah.
 Pertumbuhan gigi bagian rahang atas :
- Gigi insisi sentral pada usia 8-12 bulan
- Gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan
- Gigi taring (kaninus) pada usia 16-22 bulan
- Molar pertama anak laki-laki pada usia 13-19 bulan
- Molar pertama anak perempuan pada usia 14-18 bulan, sedangkan
molar kedua pada usia 25-33 bulan.
 Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah
- Gigi insisi sentral pada usia 6-10 bulan
- Gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan
- Gigi taring kaninus pada usia 17-23 bulan
- Molar pertama pada usia 14-18 bulan
- Molar kedua anak perempuan pada usia 24-30 bulan, sedangkan anak
laki-laki pada usia 29-31 bulan
Perubahan selanjutnya adalah adanya beberapa gigi yang mengalami
penanggalan. Seperti halnnya pertumbuhan gigi, penanggalan gigi juga terjadi
pada rahang atas dan rahang bawah.
 Penanggalan gigi pada bagian rahang atas
- Gigi insisi pertama pada usia 7 tahun
- Gigi insisi kedua pada usia 8 tahun
- Gigi taring pada usia 11 tahun
- Gigi molar pertama pada usia 9 tahun
- Gigi molar kedua pada usia 11 tahun
 Penanggalan gigi pada bagian rahang bawah
- Gigi insisi pertama pada usia 6 tahun

20
- Gigi insisi kedua pada usia 7 tahun
- Gigi taring pada usia 10 tahun
- Gigi molar pertama pada usia 9 tahun
- Gigi molar kedua pada usia 10 tahun
3) Kon-Natal
Sering dilaporkan bayi dengan beberapa gigi pada waktu lahir, yang disebut
kon-natal dan biasanya gigi incisor bawah kiri dan kanan. Gigi ini biasanya
sudah goyang karena tidak mempunyai akar. Sebaiknya gigi ini dicabut karena
akan menyusahkan bayi saat menyusui. Ada sekitar 1 dari setiap 2000 bayi
lahir.

4) Tanda-tanda bayi sedang tumbuh gigi


Gejala-gejala bayi sedang tumbuh gigi bervariasi pada setiap anak. Tetap
hubungi dokter atau petugas kesehatan lainnya apabila mengalami keraguan.
Inilah beberapa tanda yang dapat dilihat bahwa gigi bayi sedang mulai tumbuh.
 Terlihat adanya gigi yang mulai muncul atau teraba saat membersihkan
mulit bayi
 Bayi menangis di malam hari atau lebih rewel karena gusinya sakit
 Air liur yang berlebihan
 Bayi memasukkan jari tangan atau mainan ke dalam mulut
 Gusi bayi bengkak atau merah

b. Organ Penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat dimulai pada saat lahir. Sudah terjadi
perkembangan ketajaman penglihatan antara 20/100, adanya reflex pupil dan
kornea, memiliki kemampuan fiksasi pada objek yang bergerak dalam rentang 45
derajat, dan bila tidak bergerak sejauh 20-25 cm. Pada usia 1 bulan bayi memiliki
perkembangan, yaitu adanya kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan dalam
rentang 90 derajat, dapat melihat orang secara terus-menerus, dan kelenjar air mata
sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer hingga
180 derajat. Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai

21
pada hambatan 1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat duduk
atau berbaring, melihat bayangan di cermin, dan mampu mengakomodasi objek.
Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu
mengembangkan warna kesukaan kuning dan merah, menyukai rangsangan visual
kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata dan tangan. Pada usia 7-11 bulan
mampu memfiksasi objek yang sangat kecil. Pada usia 11-12 bulan ketajaman
penglihatan mendekati 20/20, dapat mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada
usia 12-14 bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometric. Pada usia 18-24 bulan
mampu berakomodasi dengan baik.

c. Organ Pendengaran
Perkembangan pada pendengaran dapat dimulai pada saat lahir. Setelah lahir, bayi
sudah dapat merespons terhadap bunyi yang keras dengan reflex. Pada usia 2 -3
bulan mampu memalingkan kepala ke samping bila bunyi dibuat setinggi telinga.
Pada usia 3-4 bulan anak memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan
memalingkan kepala kearah bunyi. Pada usia 4-6 bulan kemampuan melokalisasi
bunyi makin kuat dan mulai mampu membuat bunyi tiruan. Pada usia 6-8 bulan
mampu merespons dengan nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan mampu mengenal
beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat membedakan bunyi.
Pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia
48 bulan mulai membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan yang
lebih halus.

d. Organ Seksual (Reproduksi)


Perkembangan organ seksual antara laki-laki dan perempuan terdapat beberapa
perbedaan. Pertumbuhan organ seksual laki-laki antara lain terjadinya pertumbuhan
yang cepat pada penis pada usia 12-15 tahun, testis pada usia 11-15 tahun,
kemudian rambut pubis pada usia 12-15 tahun. Perkembangan pubertas diawali
dengan beberapa tahap sebagai berikut (Soetjiningsih, 1998) :
1) Tahap I (prapubertas) : pada dasarnya sama dengan masa anak-anak, tidak
terdapat rambut pubis.

22
2) Tahap II (pubertas) : masa pubertas
3) Tahap III : terjadi pembesaran penis awal terutama dalam panjang, testis dan
skrotum terus membesar, serta rambut lebih lebat, kasar, keriting, dan merata
pada seluruh pubis.
4) Tahap IV : terjadi peningkatan ukuran penis dengan pertumbuhan diameter,
glans lebih besar dan lebih lebar, serta skrotum lebih gelap. Perkembangan
organ seksual perempuan antara usia 10-15 tahun dan rambut pubis antara 11-
14 tahun. Perkembangan payudara memiliki tahap-tahap sebagai berikut :
5) Tahap I : tumbuhnya putting susu dengan area kecil, penonjolan di sekitar
papilla, dan terjadintya pembesaran diameter aerola
6) Tahap II : pembesaran lanjut dari payudara dan aerola tanpa pemisahan
konturnya
7) Tahap III : terjadi proyeksi aerola dan papilla
8) Tahap IV : tahap konfigurasi dewasa proyeksi papilla yang hanya disebabkan
oleh resesi aerola kedalam kontur umum

4. Perkembangan Kemampuan Bicara, Bahasa, Sosialisasi dan Kemandirian


a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.(Depkes
RI,2005)
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukurfan, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gr, pound, kg), ukuran panjang (cm,mm) . (Soetjiningsih, 1995)
Ciri-ciri pertumbuhan :
1) Perubahan ukuran
2) Perubahan proporsi
3) Hilangnya ciri-ciri lama
4) Timbulnya ciri-ciri baru

23
b. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Depkes RI,2005)
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. (Soetjaningsih, 1995)
Ciri-ciri perkembangan :
1) Melibatkan perubahan
2) Awal penentuan pertumbuhan selanjutnya
3) Mempunyai tahap yang berurutan dan kecepatan yang berbeda
4) Mulai kepala menuju kea rah kaudal
5) Berkorelasi dengan pertumbuhan

c. Pertumbuhan dan Perkembangan


1) Motoric Kasar
Gerak kasar atau motoric kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya. (Depkes RI, 2005)
2) Motoric halus
Gerak halus atau motoric halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
(Depkes RI, 2005)
3) Kemampuan bicara dan bahasa
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya. (Depkes RI,2005)
a) Masa Neonatus

24
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan bersuara(menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
b) Masa bayi (28 hari-1 tahun)
- Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum., mengucapkan huruf hidup,
berceloteh, mengucapkan kata “ooh/aah”, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan,serta bereaksi dengan mengoceh.
- Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat meniruka bunyi atau
kata-kata, menoleh kea rah suara atau bunyi, tertawa, menjerit,
menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta membuat kata yang
terdiri atas dua suku kata, dan dapat membuat dua bunyi vocal yang
bersamaan seperti “ba-ba”
- Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata
“papa” dan “mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan 1-2 kata.
c) Masa anak (1-2 tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan bahasa
pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh
perbendaharaan kata ; tingginya kemampuan meniru, mengenal dan
responsive terhadap orang lain : mampu menunjukkan dua gambar ; mampu
mengombinasikan kata-kata ; serta mulai mampu menunjukkan lambaian
anggota badan.
d) Masa prasekolah
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan
hingga empat gambar ; menyebutkan satu hingga dua warna ; menyebutkan
kegunaan benda ; menghitung ; mengartikan dua kata ; mengerti empat kata
depan ; mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya ; menggunakan
bunyi untuk mengidentifikasi objek , orang dan aktivitas; menirukan

25
berbagai bunyi kata ; memahami arti larangan ; serta merespon panggilan
orang dan anggota keluarga dekat.

4) Sosialisasi dan Kemandirian


Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu / pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya. (Depkes RI,2005)
a) Masa neonates
Perkembangan sosialisasi dan kemandirian pada masa neonates ini dapat
ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap
muka untuk menegnali seseorang
b) Masa bayi (28 hari- 1 tahun)
- Usia 1 sampai 4 bulan
Perkembangan sosialisasi dan kemandirian pada masa ini dapat
diawali dengan kemampuan mengamati tangannya ; tersenyum
spontgan dan membalas senyum bila diajak tersenyum ; mengenal
ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak ;
tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit
daripada waktu terjaga ; membentuk siklus bangun tidur; menangis
bila terjadi sesuatu yang aneh ; membedakan wajah-wajah yang
dikenal dan tidak dikenal ; senang menatap wajah-wajah yang
dikenalnya ; serta terdiam bila ada yang orang yang tidak dikenal
(orang asing).
- Usia 4-8 bulan
Perkembangan sosialisasi dan kemandirian pada masa ini antara lain
anak mulai merasa takut dan terganggu dengan keberadaan orang
asing ; mulai bermain dengan mainan ; mudah frustasi ; serta
memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.

- Usia 8-12 bulan

26
Pekembangan sosialisasi dan kemandirian pada masa ini dimulai
dengan kemampuan bertepuk tangan ; menyatakan keinginan ; sudah
mulai minum dengan cangkir; menirukan kegiatan orang ; bermain
bola atau yang lainnya dengan orang lain.
c) Masa anak (1-2 tahun)
Perkembangan sosialisasi dan kemandirian pada usia ini dapat ditunjukkan
dengan adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi
boneka, mulai menggosok gigi, serta mencoba mengenakan baju.

5. DDST (Denver Development Screening Test)


Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan DDST :
a. DDST pertama dipublikasikan tahun 1967 utk membantu tenaga kesehatan
mendeteksi masalah perkembagan potensial pada anak di bawah 6 tahun. DDST
II merupakan revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development
Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test
(DDST-R) oleh william K. Frankenburg dan Josiah B. Dodds.
b. DDST II bukan merupakan tes intelegensia quotient (IQ) dan bukan peramal
kemampuan adaptif atau intelektual (perkembangan) anak di masa mendatang.
c. DDST II tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis (ketidakmampuan dan
kesukaran belajar, gangguan bahasa atau gangguan emosional)
d. DDST II tidak untuk mensubsidi evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik
namun lebih untuk membandingkan perkembangan anak dengan kemampuan
anak lain yang seumur
e. DDST II dapat digunakan untuk :
1) Untuk menilai tingkat perkembangan :
a) Anak sesuai dengan umurnya
b) Anak-anak yang sehat berumur 0-6 tahun
c) Anak-anak tanpa gejala kemungkinan ada kelainan perkembangan
2) Untuk memastikan anak dengnan persangkaan ada kelainan perkembangan
dan melakukan monitor anak-anak dalam risiko terhadap perkembangannya

27
f. Terdapat 125 tugas perkembangan yang disusun dalam formulir yang mana
merupakan aspek penilaiannya, dibagi menjadi :
1) Personal sosial (perilaku sosial) : kemampuan penyesuaian diri di
masyarakat dan kebutuhan pribadi
2) Fine Motor Adaptive (gerak motorik halus) : koordinasi mata tangan,
memainkan dan menggunakan benda-benda kecil dan pemecahan masalah
3) Language (bahasa) : mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa
4) Gross Motor (gerak motorik kasar) : duduk, jalan, gerakan-gerakan umum
otot besar
g. Ada beberapa keuntungan memakai pengukuran DDST, antara lain :
1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan umurnya
2) Memantau anak usia 0-6 tahun
3) Memonitor anak dengan risiko perkembangan
4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan pada perkembangan
5) Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan dan benar –
benar ada kelainan

C. Asuhan Pada Bayi


1. Pengertian
Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar, 2002).
Mnurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan
pembagian sebagai berikut:
a. Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari
1) Masa neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari
2) Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari
c. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.

2. Manifestasi klinis
a. Sistem Pernafasan
Saluran nafas perifer masih membuka dan masih sempit, membran mukosa
mudah rusak dan sensitif terhadap trauma (mudah tersedak, tidak boleh ada

28
asap rokok dari orang lain). Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras
dan bernada sedang, jika terjadi kelainan suara bayi akan terdengar bernada
tinggi dan lemah.
b. Sistem kardiovaskuler dan darah
Sirkulasi perifer berjalan lambar, ini akan mengakibatkan sianosis ringan pada
tangan dan kaki serta perbedaan warna pada kulit.
c. Sistem Ginjal
Beban kerja ginajl dimulai sejak bayi lahir. Apabila intake cairan meningkat,
kemungkinan air kemih bayi akan tampak keruh termasuk berwarna merah
muda, disebabkan oleh kadar ureum yang tidak begitu berarti.
d. Sistem Gastrointestinal
Kapasitas lambung 15-30 ml dan akan meningkat dalam minggu-minggu
pertama kehidupan. Sfingter kardiak lambung belum matang sehingga gumoh
lazim terjadi. Pada saat lahir keasaman lambung tinggi namun pada hari ke-10
hampir tidak ada asam lambung oleh karena itu rentan terhadap terjadinya
infeksi. Waktu pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Jumlah enzim amilase
dan lipase terdapat dalam jumlah yang tidak tercukupi sehingga bayi kesulitan
dalam mencerna lemak dan karbohidrat. Pada saat makanan masuk segera
terjadi peristaltik cepat sehingga masukan makanan sering disertai
pengosongan lambung.
e. Pengaturan suhu
Bayi masih rentan terhadap hipotermi dikarenakan karena belum matangnya
hipotalamus yang mengakibatkan tidak efisiennya pengaturan suhu tubuh bayi.
Seorang bayi yang mengalami kedinginn membutuhkan kalori dan oksigen
untuk meningkatkan suhu tubuhnya. Hipertermi rentan terjadi akibat berada
dekat pada sumber radiasi panas, dapat juga diakibatkan karena terjadinya
infeksi.
f. Adaptasi imunologi
Bayi baru lahir menunjukkan kerentanan tinggi terhadap infeksi terutama yang
masuk melalui mukosa sistem pernafasan dan gastrointestinal. Kemampuan
lokalisasi infeksi masih rendah sehingga infeksi ringan dapat dengan mudah

29
berubah menjadi infeksi umum. Terdapat imunoglobin utama pada bayi, yaitu
IgG, IgA dan IgM.
IgG melewati barier plasenta sehingga sama kadarnya pada saat lahir. IgA
melindungi terhadap infeksi saluran pernafasan, gastrointestinal dan mata.
Kadar igA mencapai kadar dewasa dalam waktu 2 bulan dan ditemukan dalam
ASI. IgM mencapai kadar dewasa pada usia 2 tahun. ASI terutama kolostrum
memberikan kekebalan pasif.
g. Sistem reproduksi
Anak laki-laki menghasilkan sperma setelah memasuki masa pubertas. Anak
perempuan sudah mempunyai ovum dalam sel telur sejak masa bayi. Bayi
perempuan dapat mengalami (pseudo) menstruasi atau pembesaran payudara,
kadang disertai oleh sekresi cairan dari puting pada hari ke 4 atau ke 5 setelah
kelahiran. Hal ini hanya berlangsung sebentar.
h. Sistem musculoskeletal
Ubun-ubun kecil dan fontanel posterior bayi akan menutup pada usia 6-8
minggu.
i. Sistem neurologi
Sistem neurologi pada bayi relatif belum matang setelah lahir. Keberadaan
refleks fisiologis pada bayi dapat menunjukkan keadaan normal dari integritas
sistem saraf dan sistem muskuluskeletal.
j. Panca Indra
1) Indra penglihatan
Bayi sensitif terhadap cahaya terang dan dapat mengenali pola hitam-putih
yang tercetak tebal dalam bentuk muka manusia. Jarak fokus adalah 15-20
cm yang memungkinkan seorang bayi dapat melihat wajah ibunya pada saat
menyusui. Pada usia 2 minggu bayi dapat membedakan muka ibunya dari
muka yang tidak dikenal. Perhatian pada warna, vaariasi dan kompleksitas
pola berkembang dalam 2 bulan pertama kehidupan bayi.

30
2) Indra penciuman
Bayi dapat membedakan bau menyengat, menyukai pada bau susu terutama
ASI. Dalam beberapa hari bayi sudah dapat membedakan bau susu ibu
dengan bau susu orang lain.
3) Indra pengecapan
Bayi bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan
kesukaan yang kuat pada rasa manis.
4) Indra pendengaran
Bayi mempunyai pendengaran yang tajam dan dapat melokalisasi suara
dalam lingkungan sekitar, serta mampu membedakan berbagai suara. Pada
akhir bulan pertama, bayi baru lahir lebih menyukai suara ibunya dari pada
orang lain dengan merasa tenang dengan suara-suara bernada rendah.
5) Indra peraba/sentuhan
Bayi mudah memperlihatkan reaksi terhadap berbagai hal dengan adanya
beberapa refleks fisiologis. Bayi sangat sensitif terhadap sentuhan. Bayi
merasa senang dengan kontak kulit ke kulit, berendam dalam air, gosokan
tangan, belaian dan gerak ayun. Bayi bereaksi terhadap sentuhan dan
adanya refleks gemgam untuk memperkuat hubungan.

3. Rencana asuhan pada bayi


Secara umum, WHO merekomendasikan bahwa, kesehatan bayi baru lahir
sangat ditentukan pelayanan kesehatan dengan prinsip sebagai berikut :
1) Persalinan bersih dan aman
2) Mulai pernafasan spontan
3) Mempertahankan suhu tubuh dengan mencegah hipotermi
4) Menyusui segera setelah lahir
5) Pencegahan dari keadaan sakit dan penyakit
Sedangkan menurut Wafi Nur Muslihatun tahun 2010, rencana disusun dan
dilaksanakanberdasarkan hasil interpretasi data yang tertulis di assasment. Dalam
pemberian asuhan primer pada bayi, bidan harus melakukan beberapa pendidikan
kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), serta konseling. Bidan

31
perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan bayi,
antara lain :
1) Pemilihan tempat tidur yang tepat
Tempat tidur bayi harus hangat, diletakkan di dekat tempat tidur ibu. Tempat
tidur bayi dan ibu yang bersamaan atau bayi dan ibu tidur pada satu tempat yang
sama, dapat menyebabkan kematian bayi yang tidak disengaja. Ruang
perawatan bayi di bagian kebidanan di sebuah rumah sakit atau institusi
pelayanan kesehatan, adalah tempat untuk merawat bayi bermasalah, dan bukan
tempat yang tepat bagi bayi sehat.
2) Memandikan bayi
Bayi lebih baik dimandikan setelah minggu pertama yang bertujuan untuk
mempertahankan verniks caseosa dalam tubuh bayi yang berguna stabilisasi
suhu tubuh. Bayi harus tetap di jaga kebersihannya dengan menyekanya secara
lembut dan memperhatikan lipatan kulitnya. Sabun dengan kandungan
cholorophene tidak dianjurkan karena diserap kulit dan menyebabkan racun
bagi sistem saraf bayi.
3) Mengenakan pakaian bayi
Penggunaan pakaian bayi bertujuan untuk membuat bayi tetap hangat. Pakaian
berlapis-lapis tidak dibutuhkan oleh bayi. Hindari kain yang menyentuh leher,
karena bisa mengakibatkan gesekan yang mengganggu. Selama musim panas
bayi membutuhkan pakaian dalam dan popok.
4) Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar dengan tidak membubuhkan sesuatu pada pusar
bayi. Menjaga pusar bayi agar tetap kering. Puntung bayi akan segera lepas pada
minggu pertama.
5) Perawatan hidung
Kotoran bayi akan membuat hidung bayi tersumbat dan sulit bernafas. hindari
memasukkan gumpalan kapas ke dalam hidung bayi.
6) Perawatan mata dan telinga

32
Telinga harus dibersihkan setiap kali sehabis mandi. Jangan membiasakan
menuangkan minyak hangat ke dalam kanal/lubang telinga karena akan lebih
menambah kotoran dalam telinga.
7) Perawatan kuku
Jaga kuku bayi agar tetap pendek. Kuku dipotong setiap tiga atau empat hari
sekali. kuku yang panjang akan mengakibatkan luka pada mulut atau lecet pada
kulit bayi.
8) Kapan membawa bayi ke luar rumah
Di bawa keluar selama satu atau dua jam sehari.
9) Imunisasi
Pada 6 minggu pertama, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa imunisasi
dasar. Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Imunisasi
hepatitis B1 sudah diberikan segera setelah bayi lahir. Imunisasi hepatitis B2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah imunisasi hepatitis B1,
yaitu pada usia 1 bulan. Imunisasi polio oral dosis awal telah diberikan setelah
lahir, sebelum bayi pulang dari rumah sakit. Imunisasi oral ke 2 diberikan
dengan interval minimal 4 minggu setelah imunisasi polio oral pertama yaitu 1
bulan. Apabila imunisasi polio diberikan dengan innactivated polio vaccine
(IPV), maka diberikan pada saat bayi berusia dua bulan nanti.
10) Pemeriksaan
Selama 1 tahun pertama bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin.
11) Perawatan intensif
Bayi pada usia 6 minggu pertama yang mengalami komplikasi atau
permasalahan membutuhkan perawatan intensif sesuai dengan
komplikasi/masalah yang menyertai bayi.
12) Perawatan lain
Perawatan lain yakni perawatan kulit, kebutuhan bermain dan pemantauan berat
badan. Bayi yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap bulan.

33
D. Asuhan Pada Balita
1. Pengertian
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Kesadaran : composmetis, apatis, somnolen, spoor, koma, delirium
2) Tanda Vital
N : 105-110 x/menit
S : 36-37,50C
RR : 30-50 x/menit
b. Pemeriksaan kulit, kuku,rambut dan kelenjar getah bening
Pemeriksaan kulit : menilai pigmentasi, sianosis, ikterus, ekzema, pucat,dll
Pemeriksaan kuku : warna, bentuk, keadaan
Pemeriksaan rambut : menilai warna, kelebatan, distribusi, dll
Pemeriksaan kelenjar getah bening : palpasi daerah leher atau inguinal.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala : lingkar kepala dan ubun-ubun
2) Wajah : kesimetrisan, paralisis wajah, pembengkakan
3) Mata : menilai visus, palpebra, kelenjar lakrimalis, sklera, kornea
4) Telinga : bentuk, besar dan posisi, membran tympani, serta fungsi
5) Hidung : menilai kelainan bentuk, adanya epistaksis
6) Mulut : trismus, halitosis, edema, peradangan gusi, kelainan lidah
7) Faring : hiperemia, edema, abses dan adanya suara sesak
8) Laring : obstruksi laring disertai stridor, batuk dan suara sesak
9) Leher : Tekanan vena jungularis, massa pada leher
d. Pemeriksaan dada
1) Payudara : kelainan payudara, ginekomastia patologis, galaktore
2) Paru : Kesimetrisan, suara nafas

34
3) Jantung : Palpasi denyut apikal, suara, irama, dan bising jantung
4) Abdomen : Auskultasi peristaltik usus dan usus bising
e. Genetalia
Laki : bentuk dan ukuran penis, testis, kelainan, perdangan testis dan skrotum
Perempuan : epispadia, tanda seks sekunder, pengeluaran caiaran.
f. Tulang belakang dan ekstremitas : Nyeri, dan kelainan, gaya jalan

35
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN BAYI DAN BALITA

A. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney


Adapun tujuh langkah manajemen kebidanan yang sudah dikembangkan oleh
Varney (1997) adalah sebagai berikut.
I. Langkah I (pertama) : Pengkajian Data Dasar
Pengkajian data dasar atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Meliputi :
a. Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien ( anamnesis) atau dari
keluarga (Hidayat,2008)
1. Biodata
a) Anak
Nama anak : untuk menghindari kekeliruan
Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonates
Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi
Umur : untuk mengetahui usia bayi
Alamat : untuk memudahkan kunjungan rumah

b) Orang Tua ( ibu dan suami )


Nama ibu :untuk memudahkan memangggil atau menghindai
kekeliruan
Umur : untuk mengetahui apakah ibu termasuk beresiko tinggi
atau tidak
Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat social ekonomi
Pendidikan : untuk memudahan memberi KIE
Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang ibu anut
Alamat : untuk memudahkan komuniasi dan kunjungan rumah

36
Nama suami : untuk menghindari terjadinya kekeliruan
Umur : untuk mengetahui apakah ibu termasuk beresiko tinggi
atau tidak
Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat social ekonomi
Pendidikan : untuk memudahan memberi KIE
Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang ibu anut
Alamat : untuk memudahkan komuniasi dan kunjungan rumah
2. Keluhan Utama/Alasan Datang
Keluhan yang dialami oleh bayi/balita
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat prenatal :
Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah
kehamilan yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes mellitus (DM),
hepatitis, jantung, asma hipertensi, TBC, frekuensi antenatal care (ANC),
dimana keluhan-keluhan selama hamil, HPHT dan kebiasaan-kebiasaan ibu
selama hamil.
Riwayat Natal :
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis persalinan, lama
kala I, lama kala II, lama kala III, BB bayi, PB bayi, denyut nadi, respirasi,
suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan
berana nilai APGAR untuk BBL.
Riwayat Postnatal :
a. Observasi TTV
b. Keadaan tali pusat
c. Apakah telah diberi injeksi vitamin K
d. Minum ASI/PASI, berapa cc setiap jam
4. Riwayat Kesehatan sekarang
Apakah anak saat ini sedang menderita penyakit: Cacar ,polio, difteri,
pertussis, thpoid fever, TBC, varisella, hepatitis, atau morbili.
5. Imunisasi
Imunisasi yang telah dilakukan oleh bayi/balita

37
No Jenis Imunisasi Dasar Ulangan
1 BCG
2 DPT
3 Polio
4 Campak
5 Hepatitis B

6. Kebutuhan dasar
Pola nutrisi: setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah ASI
keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kgBB, selanjutnya
ditambah 30 cc/kgBB untuk hari berikutnya.
Pola eliminasi: proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama
setelah lahir, konsistensinya agak lembek, berwarna hitam kehijauan. Selain
itu periksa juga urin yang normal berwarna kuning.
Pola istirahat: pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam
Pola aktivitas: pada bayi seperti menangis, BAB, BAK, serta memutar
kepala untuk mecari putting susu.
Riwayat Psikososial: kesiapan keluarga menerima anggota baru dan
kesanggupan ibu meneria dan merawat anggota baru.
7. Riwayat Perkembangan
No Kemampuan Fisik Umur
1 Menegakkan kepala
2 Berbalik
3 Duduk
4 Berdiri
5 Berjalan
6 Gigi pertama tumbuh
7 Mengucap satu kata

38
No Perkembangan Psikologis Ya/tidak
1 Isapan jempol
2 Gigit kuku
3 Ngompol
4 Sering mimpi
5 Aktif sekali
6 Mengembangkan
7 Ketakutan sekali
8 Kemajuan sekali

8. Aspek Sosial
a. Interaksi / hubungan dengan
1) Orang tua : aktif berkomunikasi atau tidak
2) Saudara : mau bermain dan berbagi bersama saudara atau tidak
3) Teman sebaya : mau berbagi mainan dan ikut dalam permainan atau
tidak
b. Tingkah laku : aktif dan normal atau tidak
c. Permainan : ketika diajak bermain aktif atau tidak
d. kedudukan anak dalam keluarga : anak keberapa

b. Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, data penunjang.
1. Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran : composmentis
Suhu : normal (36,5-370C)
Pernapasan : 40-60 kali/menit
Denyut jantung : 120-140 kali/menit
Berat badan :
Panjang badan :
2. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a) Pemeriksaan kulit, kuku,rambut dan kelenjar getah bening

39
Pemeriksaan kulit : menilai pigmentasi, sianosis, ikterus, ekzema,
pucat,dll
Pemeriksaan kuku : warna, bentuk, keadaan
Pemeriksaan rambut : menilai warna, kelebatan, distribusi, dll
Pemeriksaan kelenjar getah bening : palpasi daerah leher atau inguinal.
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : lingkar kepala dan ubun-ubun
Wajah : kesimetrisan, paralisis wajah, pembengkakan
Mata : menilai visus, palpebra, kelenjar lakrimalis, sklera, kornea
Telinga : bentuk, besar dan posisi, membran tympani, serta fungsi
Hidung : menilai kelainan bentuk, adanya epistaksis
Mulut : trismus, halitosis, edema, peradangan gusi, kelainan lidah
Faring : hiperemia, edema, abses dan adanya suara sesak
Laring : obstruksi laring disertai stridor, batuk dan suara sesak
Leher : Tekanan vena jungularis, massa pada leher
c) Pemeriksaan dada
Payudara : kelainan payudara, ginekomastia patologis, galaktore
Paru : Kesimetrisan, suara nafas
Jantung : Palpasi denyut apikal, suara, irama, dan bising jantung
Abdomen : Auskultasi peristaltik usus dan usus bising
Genetalia : Laki : bentuk dan ukuran penis, testis, kelainan, perdangan
testis dan skrotum. Perempuan : epispadia, tanda seks sekunder,
pengeluaran caiaran.
d) Tulang belakang dan ekstremitas :Nyeri, dan kelainan, gaya jalan
3. Pemeriksaan Antropometri
No Aspek Antropometri Waktu Lahir Sekarang
1 BB
2 TB
3 LD
4 LK
5 LILA

40
4. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Adaptasi Social: sejauh mana bayi dapat beradaptasi social secara baik
dengan orang tua, keluarga, maupun oorang lain.
Bahasa: kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui
tangisan untuk rasa lapar, BAB, BAK, dan kesakitan.
Motoric halus: kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari
anggota badannya.
Motoric kasar: kemampuan bayi untuk melakukan aktivitas dengan
menggerakkkan anggota tubuhnya.
5. Pemeriksaan penunjang
Adakah pemeriksaan yang dapat menunjang

II. Interpretasi data


Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
(Sudarti,2013)
1. Diagnosis Kebidanan :
Menurut Hani dkk(2010), diagnose kebidanan adalah diagnose yang tegakkan
bidan dalam lingkup prakik kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur
diagnosis kebidanan.
2. Masalah
Adalah hal-halyang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani dkk, 2010)
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data
(Hani dkk,2010)

III. Diagnosa potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

41
membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan kolaborasi
dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien, bidan bersiap-
siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi( Varney,2007)

IV. Tindakan Segera


Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa yang
akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)

V. Perencanaan

VI. Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati,2009)

VII. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan
evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi
sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan
kondisi atau kebutuhan klien (Hidayat, 2008).

42
BAB IV
TINJAUAN KASUS

No./Kode Keterampilan : No. Dokumen :

Tempat praktek : Puskesmas Kerjo & PMB Tri Wahyuni, Amd. Keb.

Tanggal : 20 Mei 2019

Jam : 09.00 WIB

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SEHAT DENGAN IMUNISASI

PADA AN. USIA 18 BULAN DI PUSKESMAS KERJO

I. PENGKAJIAN DATA/PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data subjektif
1. Identitas
Bayi
Nama : An. D
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Orang tua (ayah dan ibu)
Nama ayah : Tn. S
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Pendem, RT 4 RW 7, Mojogedang, Karanganyar

Nama ibu : Ny. W


Umur : 28 tahun
Agama : Islam

43
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Pendem, RT 4 RW 7, Mojogedang, Karanganyar
2. Alasan datang/keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mengimunisasi anaknya.
3. Riwayat kelahiran
a. Tangga lahir : 4 November 2017
b. Jenis persalinan : normal, spotan
c. Penlong : dokter di rumah sakit
d. BBL : 3200 gram PB : 48 cm LK : 33 cm
e. Komplikasi : tidak ada
f. Laktasi : ASI Eksklusif
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya dalam keadaan sehat.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
c. Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menurun, menular
dan menahun seperti diabetes, TBC, jantung, asma, dll.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menurun, menular
dan menahun seperti diabetes, TBC, jantung, asma, dll.
5. Riwayat imunisasi
Jenis Pemberian ke-/tanggal pemberian Ket.
Imunisasi 1 2 3 4
Hb-0 04-11-2017
BCG 20-11-2017
Polio 20-11-2017 20-12-2017 20-01-2018 20-02-2018
DPT-Hb-Hib 20-12-2017 20-01-2018 20-02-2018 20-05-2019
IPV 20-03-2018
Campak 20-08-2018
6. Pola kebutuhan sehari-hari

44
a. Nutrisi
Ibu mengatakan anaknya minum ASI dengan makanan pendamping (MP-ASI).
b. Eliminasi
BAK : 4-5 kali per hari, warna kuning jernih, bau khas urine, tidak ada
keluhan.
BAB : 1 kali sehari , konsistensi lembek, bau khas feces.
c. Istirahat
Ibu mengatakan anaknya tidur 10-11 jam per hari.
d. Aktivitas
Ibu mengatakan anaknya aktif bermain.
e. Hygiene
1) Mandi
Ibu mengatakan anaknya dimandikan 2 kali sehari.
2) Keramas
Ibu mengatakan anaknya keramas 2-4 kali selama 1 minggu.
3) Ganti pakaian
Ibu mengatakan ganti pakaian 2-3 kali sehari.
4) Ganti popok
Ibu mengatakan anaknya ganti popok setiap BAK atau BAB.
7. Data sosial budaya
a. Pandangan keluarga terhadap kesehatan
Keluarga sangat menghargai dan menganggap kesehatan merupakan hal
penting.
b. Keadaan lingkungan
Ibu mengatakan keadaan lingkungan cukup bersih, nyaman dan tidak tercemar.
c. Pengasuhan anak oleh
Ibu mengatakan anak diasuh oeh ibu, bapak dan keluarga.
8. Data perkembangan
Ibu mengatakan anaknya tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. An. A
sudah bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan, berjalan sendiri, menendang bola dan
mengatakan “papah, mamah” jika melihat orang tuanya.

45
B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : bak
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital
1) Denyut jantung : 100 kali/menit
2) Pernafasan : 24 kali/menit
3) Suhu : 36,6°C
4) Berat badan : 9,2 kg
5) Tinggi badan : 82 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : rambut hitam, kulit kepala bersih
b. Muka : simetris, tidak pucat.
c. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
d. Hidung : bersih, simetris, tidak ada fraktur, tidak ada cuping hidung.
e. Telinga : simetris, ada lubang telinga, tidak ada penumpikkan serumen.
f. Dada : simteris, tidak ada retraksi.
g. Abdomen : bulat, tidak ada benjolan.
h. Genetalia : normal
i. Anus : ada lubang pada anus.
j. Kulit : tidak ada ruam kulit, kulit berwarna kemerahan.
k. Punggung : tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan.
l. Ekstremitas
1) Atas : bentuk simetris, gerakan aktif, kuku tidak pucat, tidak ada
kelaianan.
2) Bawah : bentuk simetris, gerakan aktif, kuku tidak pucat, tidak ada
kelaianan.
3. Pemeriksaan penunjamg
Tidak dilakukan.

II. INTERPRETASI DATA DASAR

46
A. Diagnosa kebidanan
balita sehat dengan imunisasi Pentavalen.
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 20 Mei 2019
Jam : 09.10 WIB
1. Berikan informasi hasil pemeriksaan pada ibu dan keluaraga
2. Beritahu ibu prosedur tindakan dan tujuan dari imunisasi DPT – Hb – Hib.
3. Periksa anak.
4. Siapkan dan lakukan imunisasi.
5. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang imunisasi berikutnya.

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 20 Mei 2019
Jam : 09.15 WIB
1. Meberitahu ibu informasi hasil pemeriksaan bahwa anaknya dalam keadaan baik dan
normal. Dengan hasil :
a. Denyut jantung : 100 kali/menit
b. Pernafasan : 24 kali/menit
c. Suhu : 36,6°C
d. Berat badan : 9,2 kg

47
e. Tinggi badan : 82 cm

2. Memberitahu ibu prosedur tindakan dan tujuan dari imunisasi DPT – Hb – Hib, yaitu
akan disuntik di bagian paha kiri dan memberitahu manfaat dan tujuan imunisasi
Pentavalen yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Pneumonia dan Meningitis.
3. Mempersiapkan anak dengan membuka area yang akan disuntuk dan memposisikan
anak.
4. Menyiapkan imunisasi Pentavalen dengan mengambil 0,5 vaksin Pentavalen dan
menyuntikkan di area paha sebelah kiri secara IM di anterolateral paha atas.
5. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang dan melakukan imunisasi
selanjutnya, yaitu imunisasi campak lanjutan saat usia 24 bulan (2 tahun).

VII. EVALUASI
Tanggal : 20 Mei 2019
Jam : 09.25 WIB
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan anaknya.
2. Ibu mengerti tindakan apa yang akan dilakukan dan mengerti prosedur dan tujuan
tindakan.
3. Ibu membantu membuka celana pada paha kiri anaknya.
4. Anak menangis setelah disuntk.
5. Ibu bersedia melakukan imunisasi campak lanjutan pada usia 24 bulan (2 tahun).

48
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam laporan kasus asuhan kebidanan bayi dan
balita.Imunisasi balita An.M usia 10 bulan telah diberikan imunisasi campak. Campak
diberikan secara SC. Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan
keadaan yang dialami oleh balita dan kebutuhan balita. Setelah rencana tindakan telah
tersusun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan rencana tindakan
yang telah disusun sebelumnya. Evaluasi yang didapat berdasarkan asuhan kebidanan
yang diberikan, bayi mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya.

B. Saran
1. Bagi orang tua bayi
Diharapkan ibu dan bapak lebih mengetahui dan memperhatikan kondisi anak.
2. Bagi instansi kesehatan (Bidan)
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga
meningkatkan kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi atau
balita.
3. Bagi instansi pendidikan
Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan berkala kepada
mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui

49
DAFTAR PUSTAKA

Sondakh, J.S Jenny.2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
: Penerbit Erlangga

Elmelda, Fitria Ika.2015. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita dan Anak
Pra-Sekolah. Jakarta : Trans Infomedia

50

Anda mungkin juga menyukai