Oleh :
NURAISYAH HARAHAP
PO. 71242200035
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Individu Praktik Asuhan Kebidanan Kompherensif Bayi Baru Lahir ini
telah disetujui
Tanggal ……………………… 2021
Mengesahkan
i
KATA PENGANTAR
yang telah melimpahkan nikmat Iman, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi ”Q” dengan Imunisasi Campak
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik penulis nantikan demi perbaikan dimasa datang.
Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menghaturkan terimakasih atas bantuan dan
2. Ibu Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Jambi.
3. Ibu Lia Artika M. Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Politeknik Kesehatan
Jambi.
4. Ibu Atika Fadhilah Danaz Nasution, M. Keb selaku pembimbing pada stase BBL dan
5. Dosen – dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan yang telah
6. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam
ii
7. Rekan – rekan mahasiswi, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Akhirnya penulis berharap semoga dengan selesainya laporan kasus ini, dapat
dilakukan penelitian yang hasilnya dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………. i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus
meninggal akibat campak, sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian
menempati urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan
balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus campak. Angka ini lebih
tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus
Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR)
Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64 per
100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan
Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini meliputi
demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya ruam
1
Menurut Nugrahaeni (2018), kejadian campak disebabkan oleh adanya
interaksi antara host, agent dan environment. Perubahan salah satu komponen
penelitian Mujiati (2017) dan Giarsawan dkk (2019), faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur, status gizi, status imunisasi,
Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi
balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi campak berhasil
2017). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena
tidak ada hubungan status imunisasi dengan kejadian campak (OR= 0,112).
diimunisasi akan berisiko sebesar 16,92 kali terkena campak dibandingkan yang
diimunisasi.
terjadi melalui droplet besar dari saluran nafas, namun ada juga yang menular
2
Orang yang pernah kontak dengan penderita lain biasanya tertular setelah 14-
pada pengungsi dengan orang-orang yang rentan masih cukup tinggi sehingga
dapat mengakibatkan KLB yang berat dengan angka kematian yang tinggi.
(Chin,2016). Menurut penelitian Mujiati (2015), anak yang pernah kontak dengan
B. Perumusan Masalah
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu:
campak.
campak.
imunisasi campak.
imunisasi campak.
4
D. Manfaat Studi Kasus
campak.
2. Bagi Bidan
3. Bagi Institusi
b. Pendidikan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1.Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
sesuatu penyakit, sehingga kelak jika terpajan pada penyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan
pasif disebut imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan
pada seseorang yang membutuhkan, kekebalan pasif tidak akan bertahan lama
karena akan dimetabolisme oleh tubuh, misalnya kekebalan pasif yang didapat
janin dari ibunya akan perlahan menurun dan habis. Kekebalan aktif dapat
dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen secara alamiah atau
aktif biasanya dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan
b. Vaksin Campak
secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha pada usia 9-
11 bulan.
6
c. Fungsi Imunisasi Campak
d. Efek samping
selama tiga hari yang dapat terjadi 8-12 hari setalah vaksinasi.
e. Kontraindikasi
Infeksi campak paling sering terjadi disebabkan oleh sistem imun belum
matang pada usia muda. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh antibodi maternal.
maternal yang ditransfer dari ibu ke anaknya untuk melawan infeksi virus
campak. Antibodi maternal tersebut kadarnya akan menurun dalam periode 6–12
bulan.
campak yang diberikan. Semakin usia anak melebihi 1 tahun maka semakin
tinggi efikasi vaksin tersebut. Efikasi vaksin campak pada anak yang
mendapatkan vaksin pada usia sembilan bulan sebesar 85%, anak yang
menerima vaksin campak pada usia 12 bulan sebesar 90%, dan pada anak usia 15
7
campak yang dilakukan secara baik, diperkirakan terdapat 10% anak yang telah
Kegagalan vaksin pada imunisasi pertama diperkirakan 15% pada anak yang
mendapat imunisasi pada saat usia 9 bulan, sedangkan kegagalan vaksin pada
anak yang mendapat vaksin saat anak berumur 12 bulan diperkirakan sebesar
10%. Oleh sebab itu vaksinasi ulang (booster) memegang peranan penting
campak di masyarakat.
spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk akan segera dinetralkan oleh
antibody spesifik yang tinggi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel
imunokompeten.
aktif dengan memberikana zat bioaktif yang disebut vaksin, dan tindakannya
lama dari kekebalan pasif karena adanya memori imunologis, walaupun tidak
8
Usia pemberian imunisasi mempengaruhi kekebalan aktif dan memori
imunologis yang efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara pemakaian dan
jadwal atau usia yang telah ditentukan oleh produsen vaksin melalui uji klinis
2. Penyakit Campak
a. Etiologi
bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan
o
campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37 C,
Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (shrot survival time)
yaitu kurang dari dua jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu
o
penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70 C.
pasca campak
9
b. Epidimologi
setiap 4-5 tahun sekali, yaitu setelah adanya kelompok baru yang rentan
laboratorium
klinik.
c. Gejala klinis
1) Panas keringat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat
ruam keluar.
10
4) Cough merupakan akibat peradangan pada epitel saluran napas,
minggu.
muncul pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga,
rengkuh sehingga pada muka dan dada seperti confluent. Ruam ini
desquamasi.
d. Diagnosis
fisik, serta pemeriksaan serologik atau virologik yang positif yaitu bila
o
terdapat demam tinggi terus menerus 38,5 C atau lebih disertai batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, dan silau bila kena cahaya (fotofobia) seringkali
diikuti diare. Pada hari ke-4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului suhu
yang semakin meningkat lebih tinggi dari semula.Pada saat ini anak bisa
parah sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Gejala klinis
terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:
12
1) Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam
yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas
ahirnya ke ekstermitas.
minggu.
komplikasi berat.
1. Pengertian
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
13
Langkah I: Pengkajian
a. Identitas
sesuai umurnya.
pemeriksaan klinis.
4) Nama orang tua : Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
yang sama.
14
5) Umur orang tua : Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan
tingkat kesuburan.
tinggalnya.
klien dibawa untuk berobat. Dalam kasus ini alasan datang karena
2) Riwayat kesehatan
a) Imunisasi
15
diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik
pada usia balita dapat ditelaah dari kurva badan terhadap umur
3) Riwayat sosial
a) Yang mengasuh
keluarga.
sebayanya.
d) Lingkungan rumah
sekitar rumah.
16
a) Pola nutrisi
atau buruk, pola makan balita teratur atau tidak. Balita harus
tidur adalah berupa jam klien tidur dalam sehari apakah ada
gangguan.
c) Personal hygiene
d) Aktivitas
e) Pola eliminasi
yang meliputi:
1) Status generalis
(b) Kesadaran
(1) Nadi
(2) Pernafasan
18
(3) Suhu
d. Pemeriksaan Sistematis
kulit.
ada haemoroid.
19
6) Ekstremitas : Adakah oedem tanda sianosis, akral dingin,
e. Pemeriksaan Antropometri
sampai 65 cm.
f. Tingkat Perkembangan
berguling, berenang.
20
3) Aspek kognitif
lingkungannya.
4) Kemampuan bahasa
5) Aspek emosi
6) Aspek sosial
g. Data Penunjang
a. Diagnosa Kebidanan
Data Dasar:
Data Subyektif: Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat
dilihat oleh tenaga kesehatan. Balita terlihat sehat dan gerakannya aktif
b. Masalah
22
c. Kebutuhan
memegang pada bekas suntikan supaya tidak terjadi infeksi karena hal
tersebut normal.
23
Langkah V: Rencana Tindakan
4. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas
keluhan.
dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim
kesehatan lainnya.
24
bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan
adalah:
pasien
Data Perkembangan
S : Subyektif
anamnesa.
O : Obyektif
A : Assement
P: Planning
dan evaluasi.
1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk
jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas
lebih lanjut.
Manfaat Evidence Base
lain:
tertentu.
TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas anak
b) Umur : 9 bulan
d) Anak ke : Pertama
29
b. Anamnesa (Data Subyektif)
anaknya.
2) Riwayat Kesehatan
anaknya
30
c) Riwayat penyakit sekarang
tuanya.
baik/ harmonis.
sebayanya.
a) Nutrisi
31
susum, kacang hijau, selain ASI ibu juga memberikan susu
b) Istirahat/ tidur
8 jam.
jernih.
konsistensi lunak.
e) Aktifitas
c. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
b) Kesadaran : Composmentis
32
c) TTV : N = 104 x/ menit, R = 49 x/ menit
S = 36,2° C
d) BB/ TB : 12 kg/ 89 cm
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
benjolan.
33
f) Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa Kebidanan
Data Dasar
Subyektif:
Obyektif:
1) KU : Baik.
2) Kesadaran : Composmentis.
4) BB = 12 kg, TB = 89 cm, LK = 47 cm
b. Masalah
Tidak ada.
c. Kebutuhan
Tidak ada.
34
3. Diagnosa Potensial
Tidak ada.
4. Tindakan Segera
Tidak dilakukan.
5. Perencanaan
atas
anak
keluhan.
6. Pelaksanaan
35
d. Pukul 12.45 WIB melakukan imunisasi campak pada balita dengan
alkohol
makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-
buahan.
kesehatan anaknya.
36
7. Evaluasi
e. Ibu sudah tahu bila anaknya demam maka diberi Parasetamol syrup
selesai.
37
DATA PERKEMBANGAN
S : Subyektif
panas O : Obyektif
2. Kesadaran : Composmentis
Respirasi = 48 x/ menit
infeksi A : Assessment
P : Planning
baik
38
E : Evaluasi
selesai
39
BAB IV
PEMBAHASAN
campak dari berbagai jurnal yang ada. Penyakit campak merupakan penyebab
utama kematian anak di antara penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
karena penyakit ini dapat disertai komplikasi serius, misalnya ensefalitis dan
yang termasuk dalam prioritas masalah kesehatan, karena penyakit ini dapat
Indonesia setelah DBD, diare dan chikungunya, oleh karena itu campak
termasuk dalam daftar prioritas penyakit potensial KLB, selain itu dampak
dan penanganan yang ditimbulkan dari suatu daerah yang dinyatakan KLB
vaksin atau kualitas vaksin yang buruk dapat menyebabkan daya guna vaksin
40
Menurut Wulan Marniasih (2017) yang menyatakan bahwa resiko anak
yang tidak diimunisasi untuk terkena campak sebesar 5,4 kali dibandingkan
dengan anak yang telah diimunisasi campak. Dengan imunisasi maka tubuh
keberhasilan imunisasi campak selain usia diantaranya cold chain mulai dari
saat dikeluarkan dari pabrik sampai diberikan pada anak di lapangan, status
upaya pengendalian campak antara lain dengan imunisasi secara rutin dengan
cakupan diatas 80% atau lebih merata di seluruh desa dan imunisasi
pemberian DT) yang lebih dikenal dengan BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah).
ibu yang tahu bahwa imunisasi itu penting, rumah dekat dengan tempat
pelayanan kesehatan tetapi tetap tidak mau membawa anak mereka untuk
diimunisasi karena melihat anak tetangga atau tokoh masyarakat yang tidak
41
Anak yang telah mendapat ASI Eksklusif tetapi masih terkena campak
dapat pula disebabkan apabila ASI yang diberikan dengan cara memerah ASI
ibu kemudian dimasukkan ke dalam botol untuk diberikan pada bayi mereka,
hal ini biasa dilakukan oleh ibu yang sibuk bekerja tetapi tetap ingin
memberikan ASI bagi anak mereka, namun ASI yang diberikan dapat
pemberian, tempat penyimpanan dan suhu yang tidak tepat sehingga nilai gizi
yang terkandung dalam ASI berkurang dan asupan gizi bagi anak juga
berkurang.
Maka Imunisasi campak harus diberikan pada anak pada usia 9-11
bulan karena mempunyai peran sangat penting dalam usaha pencegahan dan
menyebabkan daya tahan tubuh anak kurang sehingga anak rentan terkena
masyarakat terutama para ibu bahwa memberikan ASI Eksklusif bagi bayi
sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan sangat penting agar bayi mempunyai
campak sangat penting bagi bayi usia 9-11 bulan, dan dapat dilanjutkan
pemberian vaksin campak dari kelas 1-6 SD. Vaksin campak dapat mencegah
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
diambil kesimpulan:
yaitu An. Q berumur 9 bulan akan diimunisasi campak dan tidak sedang
menderita suatu penyakit dengan keadaan umum baik, nadi 104 x/ menit,
terdapat masalah yang muncul, jadi kebutuhan tidak diberikan pada klien.
3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul, karena pada kasus ini
4. Pada kasus ini tidak terdapat antisipasi, karena tidak ditemukan adanya
diagnosa potensial.
5. Perencanaan yang diberikan pada Balita An. Q yaitu beritahu kepada ibu
campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita
secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5
43
demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang
anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak dan anjurkan
maksimal.
campak didapatkan hasil ibu sudah tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah
ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada
anaknya, ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak
istirahat yang cukup dan ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan
Varney.
44
B. Saran
2. Bagi Bidan
campak.
campak.
3. Untuk Instituti
a. Bagi Mahasiswa
dan prosedur, karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktek
b. Pendidikan
pada balita.
45
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Farmi. 2016. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
CPDDI. 2018. Jenis atau Macam Vaksin Imunisasi untuk Anak. Informasi
Imunisasi Lengkap Wajib Penangkal Penyakit: Continuing Profesional
Development Dokter Indonesia.
Depkes RI, 2015. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Bina Pustaka.
Depkes RI. 2018. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. 2015. Penanganan Penyakit Campak pada Anak di Rumah Sakit Kecil
Negara Berkembang. Jakarta: EGC.