Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ”Q” DENGAN IMUNISASI CAMPAK

PUSKESMAS TANGKIT KABUPATEN MUARO JAMBI 2020

Oleh :

NURAISYAH HARAHAP
PO. 71242200035

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Bayi ”Q” Dengan Imunisasi Campak


Puskesmas Tangkit Kabupaten Muaro Jambi 2020

Laporan Individu Praktik Asuhan Kebidanan Kompherensif Bayi Baru Lahir ini
telah disetujui
Tanggal ……………………… 2021

Mengesahkan

Pembimbing Praktik Asuhan Kebidanan

Kompherensif Bayi Baru Lahir

(Atika Fadhilah Danaz Nasution, M. Keb)

i
KATA PENGANTAR

Ahamdulillahhirobbilalamin, segenap syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan nikmat Iman, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi ”Q” dengan Imunisasi Campak

Puskesmas Tangkit Kabupaten Muaro Jambi 2020.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik penulis nantikan demi perbaikan dimasa datang.

Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menghaturkan terimakasih atas bantuan dan

bimbingannya selama penyusunan skripsi ini kepada :

1. Bapak Rusmimpong, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kemenkes Jambi.

2. Ibu Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Jambi.

3. Ibu Lia Artika M. Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Politeknik Kesehatan

Jambi.

4. Ibu Atika Fadhilah Danaz Nasution, M. Keb selaku pembimbing pada stase BBL dan

Anak program studi Profesi Kebidanan Jambi

5. Dosen – dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan selama proses perkuliahan berlangsung.

6. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam

penyusunan skripsi ini.

ii
7. Rekan – rekan mahasiswi, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

laporan kasus ini.

Akhirnya penulis berharap semoga dengan selesainya laporan kasus ini, dapat

dilakukan penelitian yang hasilnya dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Jambi, Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………. i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan ...................................................................................... 3
D. Manfaat..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …..................................................... 6


A. Tinjauan Teori …..................................................................... 6
B. Teori Manajemen Kebidanan.................................................... 20
C. Evidance Based Midwifery……………………………………

BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN .......... 14

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………… 18

BAB.V PENUTUP ……………………………………………………20


A. Kesimpulan .............................................................................. 20
B. Saran ……………………………………………………….. 20

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih

menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

golongan Paramyxovirus. Pada tahun 2013, di dunia terdapat 145.700 orang

meninggal akibat campak, sedangkan sekitar 400 kematian setiap hari sebagian

besar terjadi pada balita (WHO, 2015).

Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemik di

negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, campak masih

menempati urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan

balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus campak. Angka ini lebih

tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus. Jumlah kasus

meninggal sebanyak 8 kasus yang terjadi di 5 provinsi yaitu Riau, Jambi,

Sumatera Selatan, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur. Incidence rate (IR)

campak pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk.

Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,64 per

100.000 penduduk. Kasus campak terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan

kelompok umur 1- 4 tahun sebesar 30% dan 27,6%.

Campak adalah penyakit menular dengan gejala prodomal. Gejala ini meliputi

demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian diikuti dengan munculnya ruam

makulopapuler yang menyeluruh di tubuh.

1
Menurut Nugrahaeni (2018), kejadian campak disebabkan oleh adanya

interaksi antara host, agent dan environment. Perubahan salah satu komponen

mengakibatkan keseimbangan terganggu sehingga terjadi campak. Berdasarkan

penelitian Mujiati (2017) dan Giarsawan dkk (2019), faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian campak yaitu umur, status gizi, status imunisasi,

pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif, kepadatan hunian, ventilasi,

riwayat kontak,dan pengetahuan ibu. Menurut Widagdo (2018) penyakit campak

dapat mengakibatkan kematian. Terjadinya kematian dapat dipicu dengan

komplikasi penyakit yaitu bronkhopneumonia yang timbul akibat penurunan daya

tahan anak yang menderita campak.

Cara yang efektif untuk mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi

balita pada usia 9 bulan. Selama periode 2000-2013, imunisasi campak berhasil

menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di Indonesia(Kemenkes RI,

2017). Imunisasi campak membuat anak akan terlindungi dan tidak terkena

campak, karena imunisasi dapat memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit

termasuk campak (Nugrahaeni, 2018). Menurut hasil penelitian Rahmayanti (2017),

tidak ada hubungan status imunisasi dengan kejadian campak (OR= 0,112).

Namun, Giarsawan dkk (2018) menyimpulkan bahwa anak yang tidak

diimunisasi akan berisiko sebesar 16,92 kali terkena campak dibandingkan yang

diimunisasi.

Menurut Widagdo (2017), campak sangat mudah menular. Sebesar 90%

penderita memiliki riwayat kontak dengan penderita lain. Penyebaran virus

terjadi melalui droplet besar dari saluran nafas, namun ada juga yang menular

melalui droplet kecil lewat udara yang dihirup.

2
Orang yang pernah kontak dengan penderita lain biasanya tertular setelah 14-

15 hari dari virus tersebut masuk (Setiawan, 2018).Masuknya virus campak

pada pengungsi dengan orang-orang yang rentan masih cukup tinggi sehingga

dapat mengakibatkan KLB yang berat dengan angka kematian yang tinggi.

Sehingga riwayat kontak sangat berbahaya dan dapat menyebabkan KLB

(Chin,2016). Menurut penelitian Mujiati (2015), anak yang pernah kontak dengan

penderita campak meningkatkan 3,7 kali untuk menderita campak dibandingkan

yang tidak kontak.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil laporan kasus

yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Bayi Q Dengan Imunisasi Campak di

Puskesmas Tangkit Tahun 2021.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Balita An. Q dengan Imunisasi

Campak di Desa Petaling Jaya Kecamatan Sungai Gelam 2020”dengan

menggunakan manajemen 7 langkah Varney?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi

campak sesuai manajemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan

kebidanan menurut Varney.

3
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu:

1) Melakukan pengkajian pada balita An. Q dengan imunisasi

campak.

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,

masalah dan kebutuhan pada balita An. Q dengan imunisasi

campak.

3) Menentukan diagnosa potensial pada balita An. Q dengan

imunisasi campak.

4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada balita An. Q

dengan imunisasi campak.

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita An. Q dengan

imunisasi campak.

6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada balita

An. Q dengan imunisasi campak.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada balita

An. Q dengan imunisasi campak.

b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata

di lapangan pada balita An. Q dengan imunisasi campak.

c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahannya pada balita

An. Q dengan imunisasi campak.

4
D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

Dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam

praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam

masalah memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi

campak.

2. Bagi Bidan

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi profesi bidan dalam

upaya meningkatan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak

dengan imunisasi campak.

3. Bagi Institusi

a. Desa Petaling Jaya

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat

kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan

khususnya pada anak dengan imunisasi campak.

b. Pendidikan

Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga

dapat menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada anak

dengan imunisasi campak.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1.Imunisasi

a. Pengertian imunisasi

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap

sesuatu penyakit, sehingga kelak jika terpajan pada penyakit tersebut ia tidak

menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan

pasif maupun aktif. Imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan

pasif disebut imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan

pada seseorang yang membutuhkan, kekebalan pasif tidak akan bertahan lama

karena akan dimetabolisme oleh tubuh, misalnya kekebalan pasif yang didapat

janin dari ibunya akan perlahan menurun dan habis. Kekebalan aktif dapat

dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen secara alamiah atau

melalui imunisasi. Imunisasi yang digunakan untuk mendapatkan kekebalan

aktif biasanya dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan

vaksinasi berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif dikarenakan adanya

memori imunologis, walaupun

tidak sebaik yang terjadi dengan kekebalan alamiah.

b. Vaksin Campak

Vaksin campak adalah


hidup yang
vir dilemahkan untuk memberikan kekebalan

aktif terhadap penyakit campak, dosis yang diberikan 0,5 ml disutikan

secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha pada usia 9-

11 bulan.

6
c. Fungsi Imunisasi Campak

Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak, measles atau rubella adalah penyakit virus akut

yang disebabkan oleh virus campak.

d. Efek samping

Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama tiga hari yang dapat terjadi 8-12 hari setalah vaksinasi.

e. Kontraindikasi

Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang

mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan

respon imun karena leukimia, dan limfoma.

a. Manfaat Pemberian Imunisasi Campak

Infeksi campak paling sering terjadi disebabkan oleh sistem imun belum

matang pada usia muda. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh antibodi maternal.

Selama tahun pertama kehidupan, anak akandilindungi oleh antibodi

maternal yang ditransfer dari ibu ke anaknya untuk melawan infeksi virus

campak. Antibodi maternal tersebut kadarnya akan menurun dalam periode 6–12

bulan.

Penurunan antibodi maternal tersebut menyebabkan anak rentan terhadap

penyakit campak.Usia juga dapat berpengaruh terhadap efektivitas vaksin

campak yang diberikan. Semakin usia anak melebihi 1 tahun maka semakin

tinggi efikasi vaksin tersebut. Efikasi vaksin campak pada anak yang

mendapatkan vaksin pada usia sembilan bulan sebesar 85%, anak yang

menerima vaksin campak pada usia 12 bulan sebesar 90%, dan pada anak usia 15

bulan sebesar 98%. Walaupun demikian, dalam pelaksanaan program imunisasi

7
campak yang dilakukan secara baik, diperkirakan terdapat 10% anak yang telah

divaksinasi gagal merespon vaksinasi atau responya kurang, diperkirakan 5%

menunjukkan kegagalan vaksin setelah 5-10 tahun mendapat imunisasi campak.

Kegagalan vaksin pada imunisasi pertama diperkirakan 15% pada anak yang

mendapat imunisasi pada saat usia 9 bulan, sedangkan kegagalan vaksin pada

anak yang mendapat vaksin saat anak berumur 12 bulan diperkirakan sebesar

10%. Oleh sebab itu vaksinasi ulang (booster) memegang peranan penting

dalam mencegah penularan penyakit

campak di masyarakat.

Frekuensi pemberian vaksin juga mempengaruhi respon imun yang

terjadi. Respon imun sekunder menimbulkan sel efektor aktif lebih

cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Di samping

frekuensi, jarak pemberianpun akan mempengaruhi respon imun yang terjadi.

Apabila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibody

spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk akan segera dinetralkan oleh

antibody spesifik yang tinggi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel

imunokompeten.

Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif, imunisasi

aktif dengan memberikana zat bioaktif yang disebut vaksin, dan tindakannya

disebut vaksinasi.Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi berlangsung lebih

lama dari kekebalan pasif karena adanya memori imunologis, walaupun tidak

sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena infeksi alamiah.

8
Usia pemberian imunisasi mempengaruhi kekebalan aktif dan memori

imunologis yang efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara pemakaian dan

jadwal atau usia yang telah ditentukan oleh produsen vaksin melalui uji klinis

yang telah dilakukan.

2. Penyakit Campak

a. Etiologi

Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal

seperti demam, batuk, pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan

bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan

di daerah mukosa pipi (bercak koplik).Penyakit campak disebabkan oleh karena

virus campak, Virus campak termasuk didalam Family paramyxovirus.Virus

o
campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37 C,

toleransi terhadap perubahan PH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter,

cahaya, dan trysine.

Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (shrot survival time)

yaitu kurang dari dua jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu

o
penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70 C.

Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah

1) Kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan

pasca campak

2) Sindrom subakut panensifilitis (SSPE) pada anak >1 tahun

3) Munculnya gejala penyakit tuberculosis paru yang lebih parah

pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai pneumonia.

9
b. Epidimologi

Penyakit campak bersifat endemik diseluruh dunia, namun terjadinya

epidemik cendrung tidak beraturan.Pada umumnya epidemi terjadi pada awal

musim penghujan, mungkin disebabkan karena meningkatnya kelangsungan

hidup virus pada keadaan kelembaban yang relatif rendah.Epidemi terjadi

setiap 4-5 tahun sekali, yaitu setelah adanya kelompok baru yang rentan

terpajan dengan virus campak.Penyakit campak jarang bersifat subklinis.

Penyakit campak ditularkan secara langsung melalui droplet infeksi, agak

jarang dengan penularan lewat udara (airborne spread).

Strategi untuk reduksi kematian akibat penyakit campak adalah

1) Pencapaian dan mempertahankan angka cakupan

2) Mengusahakan agar semua anak mendapat kesempatan imunisasi

campak yang kedua

3) Mengimplementasikan surveilens yang didukung fasilitas

laboratorium

4) Melaksanakan program penatalaksanaan kasus secara adekuat di

klinik.

c. Gejala klinis

1) Panas keringat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat

ruam keluar.

2) Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang


berat.

Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.

3) Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada konjungtiva disertai

dengan peradangan disertai dengan keluhan fotofobia.

10
4) Cough merupakan akibat peradangan pada epitel saluran napas,

mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa

minggu.

5) Munculnya bercak koplik (Koplik’s spot) umumnya pada saat

dua hari sebelum munculnya ruam (hari ke-3-4) dan cepat

menghilang setelah beberapa jam atau hari. Koplik’s spot adalah

sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bukan yang merah,

merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak.

6) Ruam makulopapular semula berwarna kemerahan. Ruam pertama

muncul pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga,

menyebar pada arah perifer hingga ke kaki. Ruam umumnya saling

rengkuh sehingga pada muka dan dada seperti confluent. Ruam ini

membedakan dengan rubella yang ruamnya diskreta dan tidak

mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kakai tidak mengalami

desquamasi.

d. Diagnosis

Diagnosis ditetapkan berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan

fisik, serta pemeriksaan serologik atau virologik yang positif yaitu bila

o
terdapat demam tinggi terus menerus 38,5 C atau lebih disertai batuk, pilek,

nyeri menelan, mata merah, dan silau bila kena cahaya (fotofobia) seringkali

diikuti diare. Pada hari ke-4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului suhu

yang semakin meningkat lebih tinggi dari semula.Pada saat ini anak bisa

mengalami kejang demam.Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah

parah sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Gejala klinis

terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:

12
1) Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam

yang diikuti dengan batik, pilek, faring merah, nyeri menelan,

stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya

enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak kolik.

2) Stadium erupsi ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular

yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas

rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan

ahirnya ke ekstermitas.

3) Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah tiga hari ruam

berangsur- angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit

menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang 1-2

minggu.

Sangat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk

mewaspadai timbulnya komplikasi.Gizi buruk merupakan risiko

komplikasi berat.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

berfokus pada klien.

2. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney

13
Langkah I: Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi

keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan

data obyektif serta data penunjang.

a. Identitas

Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi dan kejadian. Identitas tersebut meliputi:

1) Nama balita : Diperlukan untuk memastikan bahwa yang

diperiksa benar-benar anak yang dimaksud.

Nama harus jelas dan lengkap serta ditulis juga

nama panggilan akrabnya.

2) Umur : Perlu diketahui mengingat periode anak

mempunyai kekhasannya sendiri dalam

morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga

diperlukan untuk menginterpretasikan apakah

data pemeriksaan klinis anak tersebut normal

sesuai umurnya.

3) Jenis kelamin : Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk

identitas juga untuk penilaian data

pemeriksaan klinis.

4) Nama orang tua : Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru

dengan orang lain mengingat banyak nama

yang sama.

14
5) Umur orang tua : Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan

tingkat kesuburan.

6) Agama : Berguna untuk memberikan motivasi pasien

sesuai dengan agama yang dianutnya.

7) Pendidikan : Selain sebagai tambahan identitas informasi

tentang pendidikan orang tua baik ayah

maupun ibu, dapat menggambarkan

keakuratan data yang diperoleh serta dapat

ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis.

8) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang

tua untuk membiayai perawatan balita

9) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat

tinggalnya.

b. Anamnesa (Data Subyektif)

Adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat

terhadap situasi dan kejadian.

1) Alasan datang atau keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan

klien dibawa untuk berobat. Dalam kasus ini alasan datang karena

ibu ingin mengimunisasikan bayinya.

2) Riwayat kesehatan

a) Imunisasi

Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi BCG,

DPT, Polio serta Hepatitis A dan B. Hal tersebut selain

15
diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik

yang diperoleh juga membantu diagnosis pada beberapa

keadaan tertentu (Matondang, 2003).

b) Riwayat penyakit lalu

Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah

diderita, apabila balita menderita suatu penyakit.

c) Riwayat penyakit sekarang

Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini.

d) Riwayat penyakit keluarga

Dikaji untuk mengetahui status pertumbuhan balita, terutama

pada usia balita dapat ditelaah dari kurva badan terhadap umur

dan panjang badan terhadap umur.

3) Riwayat sosial

a) Yang mengasuh

Balita diasuh oleh kedua orang tuanya.

b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga

Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan anggota

keluarga.

c) Hubungan dengan teman sebaya

Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan teman

sebayanya.

d) Lingkungan rumah

Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan

sekitar rumah.
16

Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah

dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini sering

menyangkut hal-hal sensitif, hingga diperlukan kebijakan dan

kearifan tersendiri dalam pendekatannya.

4) Riwayat kebiasaan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Pola nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita yang

meliputi frekuensi komposisi, kwantitas, serta jenis dan jumlah

minuman. Hal ini untuk mengetahui apakah gizi balita baik

atau buruk, pola makan balita teratur atau tidak. Balita harus

mendapat nutrisi yang cukup, baik secara oral maupun

parenteral. Nutrisi yang diberikan harus mengandung elektrolit

dan kalori yang optimal. Diet pada penderita juga harus

diberikan, diet harus mengandung kalori dan protein yang

cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk

mencegah perdarahan dan perforasi.

b) Pola istirahat/ tidur

Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan pola

tidur adalah berupa jam klien tidur dalam sehari apakah ada

gangguan.

c) Personal hygiene

Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta ganti

baju dan celana setidaknya 2x sehari.


17

d) Aktivitas

Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah beberapa jam lamanya

istirahat atau tidur dan kegiatan sehari-hari.

e) Pola eliminasi

Dikaji untuk mengetahui beberapa kali BAB dan BAK, adakah

kaitannya dengan obstipasi atau tidak.

c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat

oleh tenaga kesehatan. Data obyektif tersebut adalah status generalis,

yang meliputi:

1) Status generalis

(a) Keadaan umum balita

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencakup keadaan

umum baik, sedang, lemah.

(b) Kesadaran

Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis,

somnolen, spoor, delirium.

(c) Tanda-tanda vital, meliputi:

(1) Nadi

Untuk menilai kecepatan irama, suara nadi jelas dan teratur.

Nadi normal balita 80 – 120 x per menit.

(2) Pernafasan

Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit.

Respirasi normal 30 – 40 kali per menit.

18
(3) Suhu

Untuk mengetahui temperatur kulit, temperatur kulit

normal adalah sekitar 36,5 – 37,50 C.

d. Pemeriksaan Sistematis

Pemeriksaan sistematis meliputi antara lain:

1) Kepala : Ubun-ubunnya cekung.

a) Rambut : Bagaimana warnanya.

b) Muka : Untuk menilai kesimetrisan wajah dan untuk

menilai adanya pembengkakan pada wajah.

c) Mata : Conjungtiva dari merah, merah muda sampai

pucat, sklera putih, kelopak mata cekung.

d) Telinga : Serumen banyak sampai bersih, warna

kemerahan sampai tak tampak kemerahan.

e) Hidung : Adakah nafas, cuping hidung, kotoran yang

menyumbat jalan nafas.

f) Mulut : Bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan,

kering pecah-pecah, lidah kemerahan.

2) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid.Dada :

Adakah retraksi, simetris atau tidak.

3) Perut : Cenderung kembung, turgor baik sampai

dengan buruk, cubitan kulit kembali lambat.

4) Kulit : Untuk mengetahui temperatur dan kelembaban

kulit.

5) Anogenital : Adakah varices pada alat genetal, apakah anus

ada haemoroid.

19
6) Ekstremitas : Adakah oedem tanda sianosis, akral dingin,

apakah kuku sudah melebihi jari-hari.

e. Pemeriksaan Antropometri

1) Lingkar kepala : Usia 2 tahun kurang lebih 1/6 panjang badan.

Usia satu tahun adalah 44 – 47 cm.

2) Lingkar dada : Pada balita lingkar dada normal antara 50 cm

sampai 65 cm.

3) Panjang badan : Dalam tahun pertama, panjang badan bayi

bertambah 23 cm. Balita pada umur 1 tahun

panjangnya menjadi 71 cm. Rumusan panjang

anak dari usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm.

f. Tingkat Perkembangan

1) Aspek motorik kasar

Aspek motorik kasar adalah kemampuan anak untuk mengontrol

gerakan tubuh yang mencakup gerakan-gerakan otot besar.

Perkembangan motorik kasar dapat dilihat dari kemampuan anak

untuk merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat,

berguling, berenang.

2) Aspek motorik halus

Aspek motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengontrol

keluwesan jemari tangan yang dapat dilihat dari kemampuan untuk

menyentuh, menjumput, meraih, mencoret, melipat, memasukkan

benda atau makanan ke dalam mulut.

20
3) Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah kemampuan anak untuk memproses,

menginterpretasikan dan mengkatagorikan informasi-informasi

yang diperolehnya melalui panca indra. Kemampuan ini

selanjutnya berkembang menjadi kemampuan berfikir logis yang

selanjutnya menentukan apakah anak mampu memahami

lingkungannya.

4) Kemampuan bahasa

Kemampuan bahasa adalah komunikasi untuk menyatakan

perasaan dan keinginannya yaitu dengan tangisan, tertawa dan

mengoceh. Kemampuan bahasa selain membantu anak untuk

memahami apa yang dikatakan orang-orang disekitarnya, juga

untuk dapat dipahami oleh orang lain.

5) Aspek emosi

Aspek emosi adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai

hal yang dirasakannya, mengekspresikan perasaan, serta

kemampuan untuk mengendalikan dan mengatasi perasaannya.

6) Aspek sosial

Aspek sosial adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, memberi respon pada orang lain dan berbagi.

g. Data Penunjang

Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung

pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang

meliputi pemeriksaan laboratorium serta terapi. Pada kasus ini tidak

dilakukan pemeriksaan penunjang.


21

Langkah II: Interpretasi Data

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga

dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang

spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak

dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan.

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan.

Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Balita An. X,

umur........tahun, dengan imunisasi campak.

Data Dasar:

Data Subyektif: Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan

oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem

interaksi atau komunikasi. Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan

anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang sakit.

Data Obyektif: Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan

dilihat oleh tenaga kesehatan. Balita terlihat sehat dan gerakannya aktif

serta tanda-tanda vital normal.

b. Masalah

Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa.

Masalah yang umum muncul pada balita dengan imunisasi campak

adalah timbulnya bekas suntikan.

22
c. Kebutuhan

Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi

dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa

data. Kebutuhannya adalah menganjurkan kepada ibu untuk tidak

memegang pada bekas suntikan supaya tidak terjadi infeksi karena hal

tersebut normal.

Langkah III: Diagnosa Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,

sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau

masalah potensial ini benar-benar terjadi. Diagnosa potensial pada balita

dengan imunisasi campak adalah demam ringan, infeksi ringan pada

saluran nafas, dan diare.

Langkah IV: Tindakan Segera/ Antisipasi

Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah

atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan

yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah

sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency/ segera. Dalam

rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara

mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan. Tindakan segera pada

balita dengan imunisasi campak yang perlu disiapkan adalah pemberian

Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam.

23
Langkah V: Rencana Tindakan

Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu

klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan yang dapat

dilakukan pada asuhan balita dengan imunisasi campak adalah:

1. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya

2. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak

3. Siapkan alat vaksin campak

4. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas

5. Berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml

6. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak

7. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi

8. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai

9. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak

10. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan.

Langkah VI: Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik

Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada

langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini

dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim

kesehatan lainnya.
24

Langkah VII: Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan

untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien,

bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan

kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa.

Evaluasi asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak

adalah:

1. Keadaan umum anak baik

2. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak

3. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien

4. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada

pasien

5. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai

6. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak

7. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

Data Perkembangan

Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP

S : Subyektif

Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui

anamnesa.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

Hb dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan.


25

A : Assement

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subyektif dan obyektif dalam suatu lingkungan indentifikasi:

3. Diagnosa atau masalah

4. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

5. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau

kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi data, diagnosa

potensial dan intervensi.

P: Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi

dan evaluasi.

C. Evidance Based Midwifery

Evidance Based Midwifery didirikan oleh RCM dalam rangka

untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar

untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan

Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers,

1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk

kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan

jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas

dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan

akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform

yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga

keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan.


26

EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri

untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM

Harrogate, Inggris pada tahun 2003. 

Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju

yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan

perawatan untuk ibu dan bayi.

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus

berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif

mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan

konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort

studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat

menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian

lebih lanjut.

Manfaat Evidence Base

Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara

lain:

a.       Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan

berdasarkan bukti ilmiah

b.      Meningkatkan kompetensi (kognitif)

c.       Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam

memberikan asuhan yang bermutu

d.      Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan

klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan

teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


27

Menurut jurnal Dwi Wahyu Ningtyas (2016) program

imunisasi merupakan salah satu program yang berupaya untuk

pemberantasan penyakit yaitu dengan cara memberikan kekebalan,

sehingga diharapkan dapat melindungi penduduk terhadap penyakit

tertentu.

Imunisasi memiliki dimensi tanggung jawab ganda yaitu selain

untuk memberikan perlindungan kepada anak agar tidak terkena

penyakit menular, namun juga memberikan kontribusi yang tinggi

dalam memberikan sumbangan bagi kekebalan kelompok (herd

immunity) yaitu anak yang telah mendapat kekebalan imunisasi

akan menghambat perkembangan penyakit di kalangan masyarakat.

Petugas mempunyai tanggung jawab dalam menjaga kualitas

vaksin hingga di berikan kepada sasaran, kerusakan vaksin akan

mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit yaitu

berupa biaya vaksin dan berbagai biaya lain yang terpaksa

dikeluarkan untuk menanggulangi masalah kejadian ikutan

pascaimunisasi (KIPI) ataupun masalah KLB akibat dari

masyarakat yang belum terlindungi karena vaksin yang diberikan

sudah kehilangan potensinya.


28
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus

Tanggal : 30 Desember 2020

Pukul : 10.00 WIB

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas anak

a) Nama Anak : An. Q

b) Umur : 9 bulan

c) Tanggal lahir : 26April 2020

d) Anak ke : Pertama

e) Jenis Kelamin : Perempuan

2) Identitas ibu Identitas ayah

a) Nama : Ny. M Nama : Tn. T

b) Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun

c) Agama : Islam Agama : Islam

d) Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia

e) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

g) Alamat : Desa Petaling Jaya

29
b. Anamnesa (Data Subyektif)

1) Alasan datang ke Posyandu

Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak pada

anaknya.

2) Riwayat Kesehatan

a) Imunisasi, ibu mengatakan:

(1) BCG : 26 – 4 – 2020

(2) DPT Combo 1 : 26 – 5 – 2020

(3) DPT Combo 2 : 26 – 6 – 2020

(4) DPT Combo 3 : 26 – 7 – 2020

(5) Polio 1 : 26 – 4 – 2020

(6) Polio 2 : 26 – 5 – 2020

(7) Polio 3 : 26 – 6 – 2020

(8) Polio 4 : 26 – 7 – 2020

(9) Hepatitis B1 : 27 – 4 – 2020

(12)Campak : Ibu mengatakan ingin mengimuni-

sasikan imunisasi campak pada

anaknya

(13)Imunisasi lain : Tidak ada

b) Riwayat penyakit lalu

Ibu mengatakan anak pernah menderita sakit batuk, pilek

dan demam seminggu yang lalu, tetapi dapat sembuh

setelah diberi obat dari bidan.

30
c) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya tidak sedang mengalami sakit.

d) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit

menurun seperti: hipertensi, DM dan jantung, kemudian

penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis.

e) Riwayat Sosial, Ibu mengatakan:

(1) Yang mengasuh

Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri oleh orang

tuanya.

(2) Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya

baik/ harmonis.

(3) Hubungan dengan teman sebaya

Ibu mengatakan anaknya senang bermain dengan teman

sebayanya.

(4) Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan rapi.

3) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a) Nutrisi

Ibu mengatakan sejak lahir sampai umur 6 bulan anaknya

hanya diberi ASI eksklusif saja, setelah umur 6 bulan

anaknya mulai diberi makanan pendamping seperti bubur

31
susum, kacang hijau, selain ASI ibu juga memberikan susu

formula dan setelah umur 9 bulan diberi makan tambahan

nasi dan sayuran hijau.

b) Istirahat/ tidur

(1) Tidur siang : Ibu mengatakan anaknya tidur siang +


3 jam.
(2) Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam +

8 jam.

c) Mandi / Personal Hygene

(1) Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi

jam 07.00 WIB.

(2) Sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore

jam 16.00 WIB.


d) Eliminasi

(1) BAK : Ibu mengatakan 5 – 6 x/ hari, warna kuning

jernih.

(2) BAB : Ibu mengatakan 1 x/ hari pada pagi hari,

konsistensi lunak.

e) Aktifitas

Ibu mengatakan anaknya sangat aktif jika diajak bermain.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Status Generalis

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

32
c) TTV : N = 104 x/ menit, R = 49 x/ menit

S = 36,2° C

d) BB/ TB : 12 kg/ 89 cm

e) LK/ LLA : 47 cm/ 16 cm

2) Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

(1) Rambut : Hitam, tidak rontok.

(2) Muka : Wajah tampak kemerahan, tidak pucat.

(3) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva merah

muda, sclera berwarna putih, bersih dan air

mata tidak keluar.

(4) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang

keluar dan bersih.

(5) Hidung : Hidung simetris, bersih dan tidak ada

benjolan.

(6) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada

stomatitis, mulut tampak terbuka untuk

bernafas, gusi tidak bengkak/ berdarah,

mulut tidak berbau.

b) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

c) Dada : Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri.

d) Kulit : Kulit bersih, tugor baik.

e) Perut : Tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.

33
f) Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan

kaki lengkap, tidak ada kelainan.

3) Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

2. Interpretasi Data

Tanggal: 30 Desember 2020 Pukul: 10.30 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak.

Data Dasar

Subyektif:

1) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 26 Juni 2012

2) Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak anaknya.

Obyektif:

1) KU : Baik.

2) Kesadaran : Composmentis.

3) Vital Sign: N = 104 x/ menit, R = 49 x/ menit, S = 36,2° C

4) BB = 12 kg, TB = 89 cm, LK = 47 cm

5) Muka tidak terlihat pucat.

6) Hidung: Hidung simetris, bersih dan tidak ada benjolan.

7) Leher: Tenggorokan tidak merah.

8) Dada: Tidak ada retraksi, simetris kanan kiri.

9) Kulit: Bersih, tugor baik

b. Masalah

Tidak ada.

c. Kebutuhan

Tidak ada.

34
3. Diagnosa Potensial

Tidak ada.

4. Tindakan Segera

Tidak dilakukan.

5. Perencanaan

Tanggal: 30 Desember 2020 Pukul: 12.00 WIB

a. Beritahu kepada ibu tentang keadaan anaknya

b. Beritahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak

c. Siapkan alat vaksin campak

d. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri

atas

e. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada

anak

f. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi

g. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai

h. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak

i. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan.

6. Pelaksanaan

Tanggal: 30 Desember 2020 Pukul: 12.30 WIB

a. Pukul 12.30 WIB memberitahu ibu tentang keadaan anaknya.


b. Pukul 12.35 WIB memberitahu ibu tentang pentingnya imunisasi
campak, yaitu suatu upaya untuk memberi kekebalan secara aktif
terhadap virus campak, yang bertujuan untuk mencegah penyakit
campak yang diberikan pada usia 9 bulan.
c. Pukul 12.40 WIB menyiapkan alat vaksin campak, antara lain spuit

ukuran 1 cc, vaksin campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres.

35
d. Pukul 12.45 WIB melakukan imunisasi campak pada balita dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyiapkan vaksin dan kapas alkohol

2) Menjelaskan prosedur imunisasi pada keluarga

3) Ambil vaksin campak dengan spet dengan dosis 0,5 ml

4) Menentukan area penyuntikan, yaitu pada lengan kiri atas

5) Melakukan antisepsis pada area penyuntikan dengan kapas

alkohol

6) Menyuntikkan vaksin campak secara SC dengan sudut 45

derajat dan vaksin disuntikkan sampai habis

7) Mencabut jarum setelah proses penyuntikan selesai

8) Membereskan alat vaksinasi.

e. Pukul 12.55 WIB memberikan pada ibu Parasetamol syrup 120 ml

2 x 1 sendok teh untuk mengatasi demam pada anak.

f. Pukul 12.55 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan

makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-

buahan.

g. Pukul 12.55 WIB memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib

anaknya sudah selesai.

h. Pukul 13.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga

kesehatan anaknya.

i. Pukul 13.00 WIB Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga

kesehatan apabila ada keluhan.

36
7. Evaluasi

Tanggal: 30 Desember 2020 Pukul: 13.00 WIB

a. Ibu sudah tahu tentang keadaan anaknya.

b. Ibu sudah tahu tentang pentingnya imunisasi campak.

c. Alat vaksin campak sudah disiapkan, antara lain spet, vaksin

campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres.

d. Imunisasi campak pada balita sudah dilaksanakan.

e. Ibu sudah tahu bila anaknya demam maka diberi Parasetamol syrup

120 ml 2 x 1 sendok teh yang telah diberikan oleh bidan.

f. Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk tetap memberikan makanan

yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan.

g. Ibu sudah mengetahui bahwa imunisasi wajib anaknya sudah

selesai.

h. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan anaknya.

i. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

37
DATA PERKEMBANGAN

Tanggal 31 Desember 2020 Pukul 10.30 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan anaknya bernama An. Q

2. Ibu mengatakan anaknya berumur 9 bulan

3. Ibu mengatakan anaknya sudah diimunisasi campak

4. Ibu mengatakan setelah diimunisasi campak anaknya tidak

panas O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : Nadi = 104 x/ menit Suhu = 36,30 C

Respirasi = 48 x/ menit

4. Bekas suntikan : Tidak ada tanda-tanda

infeksi A : Assessment

An. Q umur 9 bulan pasca imunisasi campak hari pertama.

P : Planning

Tanggal 31 Desember 2020 Pukul 10.45 WIB

1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya saat ini, bahwa keadaannya

baik

2. Menganjurkan ibu agar tetap memberikan makanan yang bergizi,

seperti seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan

3. Memberitahu ibu bahwa imunisasi sudah lengkap


4. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan-keluhan pada anaknya

38
E : Evaluasi

Tanggal 31 Desember 2020 Pukul 11.00 WIB

1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaan anaknya

2. Ibu bersedia untuk memberikan makanan yang bergizi pada anaknya

3. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi lengkap pada anaknya sudah

selesai

4. Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan

yang timbul pada anaknya.

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini, penulis akan membahas tentang imunisasi

campak dari berbagai jurnal yang ada. Penyakit campak merupakan penyebab

utama kematian anak di antara penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

karena penyakit ini dapat disertai komplikasi serius, misalnya ensefalitis dan

bronchopneumonia. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit infeksi

yang termasuk dalam prioritas masalah kesehatan, karena penyakit ini dapat

dengan mudah menular sehingga dapat menimbulkan wabah atau kejadian

luar biasa (KLB). Campak menduduki peringkat ke empat penyebab KLB di

Indonesia setelah DBD, diare dan chikungunya, oleh karena itu campak

termasuk dalam daftar prioritas penyakit potensial KLB, selain itu dampak

dan penanganan yang ditimbulkan dari suatu daerah yang dinyatakan KLB

akan sangat besar.

Menurut Arief Wibowo (2017) kualitas vaksin yang buruk dapat

menjadi penyebab permasalahan campak di Kabupaten Pasuruan, mengingat

cakupan imunisasi campak di Kabupaten Pasuruan sudah tinggi. Kerusakan

vaksin atau kualitas vaksin yang buruk dapat menyebabkan daya guna vaksin

yang diberikan tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit campak,

karena kualitas vaksin yang buruk dapat menurunkan atau menghilangkan

potensi vaksin. Sehingga, meskipun sasaran sudah menerima imunisasi vaksin

campak tapi vaksin tersebut tidak melindungi sasaran. Kendala tersebut

menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Dengan

adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan.

40
Menurut Wulan Marniasih (2017) yang menyatakan bahwa resiko anak

yang tidak diimunisasi untuk terkena campak sebesar 5,4 kali dibandingkan

dengan anak yang telah diimunisasi campak. Dengan imunisasi maka tubuh

akan diberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak sehingga anak

dapat terhindar dari penyakit campak. Beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan imunisasi campak selain usia diantaranya cold chain mulai dari

saat dikeluarkan dari pabrik sampai diberikan pada anak di lapangan, status

gizi anak, antibodi maternal dan kematangan imunogenitas anak, serta

kualitas program imunisasi.

Strategi operasional yang perlu dilakukan untuk mencapai target dalam

upaya pengendalian campak antara lain dengan imunisasi secara rutin dengan

cakupan diatas 80% atau lebih merata di seluruh desa dan imunisasi

tambahan berupa pemberian imunisasi campak satu kali kepada anak SD

kelas 1 s/d 6 tanpa memandang status imunisasi, selanjutnya untuk tahun

berikutnya diberikan imunisasi campak pada murid kelas 1 (bersama dengan

pemberian DT) yang lebih dikenal dengan BIAS (Bulan Imunisasi Anak

Sekolah).

Pada penelitian juga diperoleh beberapa ibu responden yang

diwawancarai mengaku tidak mengimunisasi anaknya disebabkan oleh sikap

ibu yang tahu bahwa imunisasi itu penting, rumah dekat dengan tempat

pelayanan kesehatan tetapi tetap tidak mau membawa anak mereka untuk

diimunisasi karena melihat anak tetangga atau tokoh masyarakat yang tidak

diimunisasi pun tetap sehat, disinilah peran tokoh masyarakat untuk

menunjukkan prilaku hidup sehat juga memberikan contoh dan saran-saran

kepada warga agar mau mengimunisasi anak mereka.

41
Anak yang telah mendapat ASI Eksklusif tetapi masih terkena campak

dapat pula disebabkan apabila ASI yang diberikan dengan cara memerah ASI

ibu kemudian dimasukkan ke dalam botol untuk diberikan pada bayi mereka,

hal ini biasa dilakukan oleh ibu yang sibuk bekerja tetapi tetap ingin

memberikan ASI bagi anak mereka, namun ASI yang diberikan dapat

tercampur dengan air, terkontaminasi dengan bakteri karena waktu

pemberian, tempat penyimpanan dan suhu yang tidak tepat sehingga nilai gizi

yang terkandung dalam ASI berkurang dan asupan gizi bagi anak juga

berkurang.

Maka Imunisasi campak harus diberikan pada anak pada usia 9-11

bulan karena mempunyai peran sangat penting dalam usaha pencegahan dan

penanggulangan penyakit campak. Gizi anak yang kurang juga dapat

menyebabkan daya tahan tubuh anak kurang sehingga anak rentan terkena

penyakit diantaranya campak. Namun perlu ditekankan dan diingat oleh

masyarakat terutama para ibu bahwa memberikan ASI Eksklusif bagi bayi

sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan sangat penting agar bayi mempunyai

kesehatan dan daya tahan tubuh yang optimal

Dari berbagai jurnal diatas, penulis dapat mengatakan bahwa vaksin

campak sangat penting bagi bayi usia 9-11 bulan, dan dapat dilanjutkan

pemberian vaksin campak dari kelas 1-6 SD. Vaksin campak dapat mencegah

Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak yang menular .

42
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita An. Q dengan

riwayat imunisasi campak dengan menerapkan manajemen Varney dapat

diambil kesimpulan:

1. Berdasarkan pengkajian data yang diperoleh dari pasien didapatkan data

yaitu An. Q berumur 9 bulan akan diimunisasi campak dan tidak sedang

menderita suatu penyakit dengan keadaan umum baik, nadi 104 x/ menit,

suhu 36,30 C dan respirasi 48 x/ menit.

2. Dalam interpretasi data yang diperoleh diagnosa kebidanan An. Q

umur 9 bulan dengan imunisasi campak, tidak ditemukan dan tidak

terdapat masalah yang muncul, jadi kebutuhan tidak diberikan pada klien.

3. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul, karena pada kasus ini

tidak terdapat kegawatdaruratan.

4. Pada kasus ini tidak terdapat antisipasi, karena tidak ditemukan adanya

diagnosa potensial.

5. Perencanaan yang diberikan pada Balita An. Q yaitu beritahu kepada ibu

tentang keadan anaknya, jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi

campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita

secara SC pada lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5

ml, berikan Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh untuk mengatasi

43
demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang

bergizi, beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai,

anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak dan anjurkan

ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

6. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan pada balita An. Q sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan sehingga diperoleh hasil yang

maksimal.

7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada balita An. Q pasca imunisasi

campak didapatkan hasil ibu sudah tahu hasil pemeriksaan, ibu sudah

mengerti tentang manfaat imunisasi, ibu sudah mengerti tentang cara

perawatan anak di rumah dan ibu bersedia melakukan perawatan di rumah,

ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada

anaknya, ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak

boleh diberikan untuk anaknya, ibu bersedia meminta anaknya agar

istirahat yang cukup dan ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan

apabila ada keluhan.

8. Pada kasus An. Q tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

penerapan yang diterapkan di lahan yang menggunakan manajemen

Varney.

44
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa

saran yang bermanfaat:

1. Bagi Ibu dan Keluarga

a. Perlu peningkatan pemahaman tentang pentingnya imunisasi, bahaya

penyakit campak dan segera membawa ke petugas kesehatan bila

balita mengalami tanda bahaya.

b. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita

dengan campak sehingga dapat melakukan penanganan segera

terhadap penyakit campak.

2. Bagi Bidan

a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada imunisasi, khususnya imunisasi

campak.

b. Meningkatkan asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi

campak.

3. Untuk Instituti

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori

dan prosedur, karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktek

sehingga menghindari kesalahan.

b. Pendidikan

Diharapkan dapat untuk menambah referensi dan memberi masukan

secara konseptual tentang asuhan kebidanan dengan imunisasi campak

pada balita.

45
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Farmi. 2016. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.

Ariyanti. 2017. Tumbuh Kembang Anak. (Online). Available:


http://bayibalita.com/2010/08/aspek-utama-tumbuh-kembang-anak/.
Diakses tanggal 13 Oktober 2012.

Bekhman, R. E. 2019. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

CPDDI. 2018. Jenis atau Macam Vaksin Imunisasi untuk Anak. Informasi
Imunisasi Lengkap Wajib Penangkal Penyakit: Continuing Profesional
Development Dokter Indonesia.

Depkes RI, 2015. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta: Bina Pustaka.

Depkes RI. 2018. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Ferry. 2017. Pengertian Balita. http://www.google.co.id/pengertian-balita.html.


Diakses tanggal 22 Oktober 2018.

Hellen, F. 2017. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Alimul. 2018. Buku Saku Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

IDAI. 2018. Imunisasi Investasi Kesehatan Masa Depan. (Online). Available:


http://www.idai.or.id/kegiatanidai.html. 28 Oktober 2018.

Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi kedua. Jakarta: CV.
Sagung Seto.

Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Metode Penelitian Kesehatan. Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan.
Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.

Permenkes, 2017. Peraturan Menteri tentang Pelayanan Kesehatan Anak.


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 1464/ MENKES/
PER/ X/ 2010, Pasal 11. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Prihardjo. 2017. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Saifuddin, A. B. 2016. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Buku


Panduan Praktis, Edisi I Cetakan II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Varney, Hellen. 2004. Varney”s Midwivery. Bandung: Sekelola Publisher.

Wahidayat. 2013. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

WHO. 2015. Penanganan Penyakit Campak pada Anak di Rumah Sakit Kecil
Negara Berkembang. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H. 2015. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai