Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS SEMINAR

PROFESI KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.H PADA PASIEN DENGAN


MORBILI DI RUANGAN ANAK RASUNA SAID
RS TENTARA Dr. REKSODIWIRYO PADANG

Disusun Oleh
KELOMPOK 2 :
1. Willia Sari
2. Chindyca Anna Tasya
3. Kiki Ulya Fitri
4. Asmawati Tandjung
5. Delganef Ersya

Dosen Pembimbing :

Ns. Siti Aisyah Nur, M. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya kami dapat menyelesaikan “laporan kasus pada An.H dengan
Morbili” ini dengan baik meskipun banyak sekali kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterimakasih kepada CI Klinik dan CI Akademik yang telah memberi tugas ini
kepada kami.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan kasus ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Padang, 1 Juli 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A.Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B.Tujuan...................................................................................................................... 2
C. Manfaat.................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................


A. Konsep Dasar Morbili…………………………………………………….....4
1. Defenisi………………………………………………………………….......4
2. Etiologi……………………………………………………………………....5
3. Epidemilogi………………………………………………………………….5
4. Patofisiologi………………………………………………………………….5
5. Pathway………………………………………………………………………7
6. Klasifikasi …………………………………………………………………...8
7. Manifestasi Klinis……………………………………………………...…….9
8. Penatalaksanaan……………………………………………………………...9
9. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………..10
10. Prognosis…………………………………………………………………...11
11. Komplikasi………………………………………………………………....11
12. Pencegahan………………………………………………………………....13
BAB III LAPORAN KASUS .................................................. ...................................14
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan……………………………………………………………….….36
2. Saran…………………………………………………………………………36

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Campak merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh virus dan sangat menular. Pada
tahun 1963 belum adanya vaksinasi yang meluas sehingga epidemi terjadi setiap 2-3 tahun dan
menyebabkan 2,6 juta kematian setiap tahun. Pada tahun 2018 dilaporkan lebih dari 140.000
orang meninggal karena campak terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun, meskipun vaksin
sudah tersedia secara aman dan efektif (World Health Organization, 2019).
Penyakit campak di Indonesia menjadi masalah kesehatan yang harus ditangani karena
kasusnya masih tinggi dan masih terdapat kejadian luar biasa (KLB). Kejadian luar biasa (KLB)
pada campak terjadi apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-
turut yang terjadi mengelompok dan adanya hubungan epidemiologis. Penyebaran kasus suspek
campak hampir terdapat di seluruh provinsi. Pada tahun 2018 terdapat 8.429 kasus dengan 85
kasus KLB suspek campak, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yaitu 15.104 kasus
dengan 349 KLB (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
Pada tahun 2019, terdapat 8.819 kasus suspek campak, meningkat jika dibandingkan
tahun 2018. Kasus suspek campak terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah (1.562 kasus),
DKI Jakarta (1.374 kasus), dan Aceh (972 kasus). Proporsi kasus campak terbesar pada umur 1-4
tahun (29,3%), sedangkan terendah pada umur 10-14 tahun (11,6%) (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).
Penanggulangan campak terdiri dari tiga tahapan, yaitu reduksi, eliminasi, dan eradikasi.
Tahap reduksi adalah upaya meningkatkan cakupan imunisasi rutin dan imunisasi pada
kesempatan kedua dengan pemberian imunisasi tambahan pada daerah dengan kasus campak
yang tinggi. Tahap eliminasi memiliki cakupan imunisasi >95%, kasus campak sangat jarang
terjadi, daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sangat kecil jumlahnya, dan KLB hampir
tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan
diberikan imunisasi. Tahap eradikasi ketika cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata serta
kasus campak sudah tidak ditemukan lagi diseluruh dunia (World Health Organization, 2012).
Pengendalian campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982. Program imunisasi telah
diperluas dan menerapkan jadwal standar untuk imunisasi rutin pada usia 9 bulan. Tahap reduksi
ditargetkan untuk mengurangi kematian akibat campak hingga 90% pada 2010. Setelah tercapai
reduksi maka tahap selanjutnya untuk mencapai eliminasi yang disepakati akan dicapai pada
tahun 2020 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Campak menjadi salah satu

1
penyebab utama kematian pada balita. Sehingga pencegahan campak memiliki peran signifikan
dalam penurunan angka kematian pada balita. Cakupan imunisasi campak program di Indonesia
pada tahun 2019 adalah 95,14%. Angka ini sudah memenuhi target 95%.
Kecenderungan cakupan imunisasi campak di Indonesia pada 10 tahun terakhir selalu di
atas 90% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). ISI Definisi Campak merupakan
penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh infeksi virus campak. Sebelum pengenalan
dan meluasnya penggunaan vaksin campak terdapat 2 juta kasus kematian setiap tahunnya (Moss,
2017). Setelah vaksin campak menyebar luas, jumlah kasus campak turun menjadi kurang dari
150 kasus per tahun dari 2001 hingga 2010 (Keller et al., 2019).
UNICEF dan WHO melaporkan kasus campak diseluruh dunia meningkat sebesar 79
persen dalam dua bulan pertama tahun 2022, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
2021. Hampir 17,338 kasus campak dilaporkan di seluruh dunia pada januari dan februari 2022,
dibandingkan dengan 9,665 selama dua bulan pertama tahun 2021.
Pada saat dilakukan survey di RS TENTARA Dr. REKSODIWIRYO PADANG
Pada Tanggal 24 - 26 Juni 2022 didapatkan dari 9 anak yang dirawat didapatkan kasus terbanyak
dengan penyakit morbili sebanyak 6 anak.Berdasarkan paparan di atas kelompok tertarik untuk
membuat makalah tentang asuhan keperawatan Anak dengan morbili di Ruang Anak Rasuna Said
Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Asuhan Keperawatan Anak pada pasien morbili di Ruang Anak
Rasuna Said Rumah Sakit Tentara Dr. ReksodiwiryoPadang ”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan kasus anak dengan Morbili di ruang Anak rasuna said
Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Melakukan pengkajian pasien dengan morbili di ruang Anak rasuna said Rumah Sakit
Tentara Dr.Reksodiwiryo Padang
b. Melakukan analisa data dan diagnosa keperawatan dengan morbili di ruang Anak rasuna said
Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang
c. Menyusun rencana keperawatan dengan morbili di ruang Anak rasuna said Rumah Sakit

2
TentaraDr. Reksodiwiryo Padang
d. Melakukan implementasi dan evaluasi dengan morbili di ruang Anak rasuna said Rumah
SakitTentara Dr. Reksodiwiryo Padang
e. Melakukan pendokumentasian askep denganmorbili di ruang Anak rasuna said Rumah Sakit
Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang

D. Manfaat
1) Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam penanganan anak dengan
campak di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.
2) Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi terkait penyakit morbili pada anak sebagai
masukan untuk mengembangkan keilmuankhususnya ilmu keperawatan.
3) Bagi Perawat
Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk meningkatkan profesionalisme
perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien.
4) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan mengembangkan wawasan peneliti
dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan morbili pada anak.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak. (Hardjiono, 2009:95).
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh
gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 2009:451)
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2010:211).
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer,
2009 : 47).

2. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara
penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan
dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin,
dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak
mengganggu aktivitas komplemen.(Rampengan, 2011 : 90-91).

Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara
penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah,2007:351.

Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus
penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam
sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan
untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut
dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 2010 : 198).

4
3. Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah
umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila
seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau
III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang
anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1
tahun. Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara, antara lain :
a. Percikan ludah yang mengandung virus
b. Kontak langsung dengan penderita
c. Penggunaan peralatan makan & minum bersama. Penderita dapat menularkan
infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit
ada. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung
selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
1) Bayi berumur lebih dari 1 tahun
2) Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
3) Daya tahan tubuh yang lemah
4) Belum pernah terkena campak
5) Belum pernah mendapat vaksinasi campak.
6) Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

4. Patofisiologi
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada
bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu,
timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4
hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak
bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik.
(Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.

5
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari
sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi,
penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk
kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai
kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat
perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti
limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan
terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih
belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi
terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke
permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.Pada
hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan
mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali
dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran
pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit
berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa
pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah
awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan
tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus
terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit
sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang
nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi
bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan
tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.

6
5. Pathway

Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik, metabolisme Hipertermi


naik, RR naik,

Saluran cerna Inflamasi saluran nafas Kulit menonjol di Konjungtiva


atas; bercak koplik pada sekitar kelenjar radang
mukosa bukalis meluas sebasea dan folikel
Bercak koplik ke jari trakeobronkial rambut
berwarna kelabu di
kelilingi eritema Konjungtivitis
pada mukosa
bukalis, berhadapan Batuk, pilek, RR Eritema membentuk
pada molar, palatum meningkat, macula papula di kulit Gangguan
durum, mole produksi sekret persepsi
sensori
Obstruksi saluran Rash, ruam pada balik
telinga, leher, pipi, muka,
Mulut pahit nafas seluruh tubuh, Keterbatasan
informasi
mengenai
Anorexia
penyakit
Bersihan jalan Kerusakan
nafas tidak efektif integritas kulit
Intake nutrisi kurang

Hygiene Kurang
Perubahan nutrisi Rasa gatal, informasi
tidak dijaga tidak nyaman,
kurang dari kebutuhan

Deficit
perawatan Gangguan rasa
diri nyaman nyeri

7
6. Klasifikasi
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala
sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan.
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang
disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,2006).

8
7. Manifestasi klinis
Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1. Stadium Kataral
(prodromal). Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi
sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah 2
Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan
diantara macula terdapat kulit yang normal. Mulamula eritema timbul di belakang
telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah,
kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak. 3.
Stadium Konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai
menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 20011 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul
pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain
itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah
3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak
bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik.
(Supartini, 2009 : 179).

5) Penatalaksanaan
a.Medik
Pemberian suplemsi vitamin A, tirah baring selama periode demam, pengobatan
simtomatik dengan anti piretika bila suhu badan tinggi, sedativum obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pencegahan / pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul anti piretik antibody untuk mencegah infeksi bakteri
sekunderpada anak beresiko tinggi.
b.Keperawatan
Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan pernafasan,
perhatikan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.
Demam : - anjurkan orangtua memberikan anti piretik

9
- hindari menggigil
- bila cenderung kejang, lakukan kewaspadaan yang tepat
(puncak demam dapat mencapai 400C hari ke-5 dan ke-5)
Perawatan mata : - beri cahaya redup bila terjadi fotofogia
- bersihakan kelopaka mata dengan larutan salin
hangat untuk menghilangkan secret.
- jaga anak tidak menggosok mata
- periksa mata (kornea) untuk tanda ulserasi

Koriza / batuk : - gunakan vaporizer embun dingin


- lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan
petroleum
- anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan cairan
Perawatan kulit : - jaga agar kulit tetap bersih
- gunakan mandi air hangat bila perlu

6) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada komplikasi infeksi
bakteri. Dapat disertai leukopenia, limfopenia.
b. Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika disertai komplikasi:
c. Ensefalopati : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah, dan analisis
gas darah.
d. Enteritis : feses lengkap.
e. Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.
f. Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan foto dada (chest radiograph) seringkali menunjukkan gambaran
hyperinflation, perihilar infiltrates, atau parenchymal patchy, fluffy densities.
Konsolidasi sekunder atau efusi dapat juga terlihat (visible).
g. Pemeriksaan Sitologis : ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi.
h. Pemeriksaan Patologis
Dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell akibat fusi sel-
sel. Multinucleated giant cell ini dapat ditemukan di sputum, sekresi nasal, dan
sedimen urin.

10
i. Prognosis
Biasanya sembuh setelah 7-10 hari setelah timbul ruam kulit. Kematian
disebabkan karena penyulit bronkopneumonia dan ensefalitis.

8) Komplikasi
Berbagai penyakit dapat terjadi pada penderita campak. Penyakit tersebut
antara lain:
a. Konjungtivitis
b. Stomatitis
c. Bronkopnemonia
d. Diare
e. Otitis media akut
f. Laringitis
g. Malnutrisi
h. Purpura trombositopenia
i. Ensefalitis
j. Subakut sklerosing panensefalitis
k. Malnutrisi
Merupakan komplikasi yang tidak boleh dipandang enteng. malnutrisi dan
campak membentuk suatu lingkaran setan. Malnutrisi memudahkan
terjadinya sekaligus memperberat campak, sedangkan campak akan
menyebabkan penderita mengalami malnutrisi. Campak dapat menyebabkan
hal tersebut karena:
1) Penderita (terutama anak) malas makan akibat mulut sakit (akibat
stomatitis)

2) Diare menyebabkan turunnya kemampuan penyerapan makanan


3) Demam meningkatkan metabolisme tubuh sehingga energi yang
didapat dari makanan akan terbuang
l. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1000 sampai 2000 kasus, ditandai
dengan demam tinggi, kejang dan koma. Hal ini biasanya terjadi antara 2 hari
sampai 3 minggu setelah ruam muncul. Ensefalitis biasanya berlangsung
singkat dan sembuh dalam waktu satu minggu, tapi kadang-kadang bisa
berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak yang serius
bahkan kematian.
m. Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat jarang
11
terjadi. Keadaan ini disebabkan oleh virus "detektif" yang mengalami
hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang bertahun-tahun kemudian,
khususnya bila campak terjadi pada usia muda.
n. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1000 sampai 2000 kasus, ditandai
dengan demam tinggi, kejang dan koma. Hal ini biasanya terjadi antara 2 hari
sampai 3 minggu setelah ruam muncul. Ensefalitis biasanya berlangsung
singkat dan sembuh dalam waktu satu minggu, tapi kadang-kadang bisa
berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak yang serius
bahkan kematian.
o. Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat jarang
terjadi. Keadaan ini disebabkan oleh virus "detektif" yang mengalami
hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang bertahun-tahun kemudian,
khususnya bila campak terjadi pada usia muda.

12
9) Pencegahan
a. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup
yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah
Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B.
Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan
Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai
mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak
rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum
umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik
karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak
terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12
bulan.

b. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan,
serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama
globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif
untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan

erum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan


selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

13
Asuhan Keperawatan Teoritis

A. Pengkajian

1. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus menerus
berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2008 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit.
(Pusponegoro, 2004 : 96) Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi,
2010 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau
pernah mengalami operasi (Potter, 208 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang
pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak (Wong, 2007 : 657).
Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2009 :
213).
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien
beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2009 :
185).
1. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas.
b. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS . Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis.
Perubahan :setelah di rumah sakit.
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah sakit.

14
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS.
e. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien. Perubahan setelah
sakit.
f. Kebersihan Diri. Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C),
pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
h. Rasa Nyaman, Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien.
Observasi nyeri yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman. Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji apakan
pasien mampu bercanda dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan keluarganya.
l. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien.
m. Rekreasi. Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik yang
tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau belajar. Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai cara
pencegahan diare pada anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan HE kepada
keluarga pasien mengenai cara pencegahan diare pada anak.
2. Pemeriksaan Fisik Kulit :
a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular ( penonjolan pada
kulit yang berwarna merah ). Timbul dari belakang telinga pada batas rambut dan
menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah, leher, lengan bagian atas dan dada bagian
atas dalam 24 jam I.
Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen, seluruh lengan
dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2 – 3, maka rash pada wajah
mulai menghilang. Proses menghilangnya rash berlangsung dari atas ke bawah
dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya. Dalam waktu 4 – 5 hari
menjadi kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) & pengelupasan (desquamasi).
b. Kepala

15
1) Mata
Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis melintang dari
peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi kelopak mata
(Transverse Marginal Line Injectio) pada palpebrae inferior, rasa panas di dalam
mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung eksudat pada kantong
konjungtiva.
2) Hidung
Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen dan menjadi profus
pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang bersamaan dengan
menghilangnya panas.
3) Mulut
Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak – bercak kecil yang
irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang dan bagian
tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi berhadapan dengan
molar ke – 2 , tetapi kadang – kadang menyebar tidak teratur mengenai seluruh
permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke – 2 setelah erupsi
kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas pada
morbili.
4) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas
jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang (virus morbili).
5) Dada
a) Paru :
Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan nafas
akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot bantu
pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan oleh reaksi
inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering. Intensitas batuk
meningkat mencapai puncak pada saat erupsi. Bertahan lama & menghilang
secara
bertahap dalam 5 – 10 hari.
b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
6) Abdomen :
Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat
menurun.

16
7) Anus & genetalia
Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak terpengaruh.
8) Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu
timbulnya.
3. Pemeriksaan penunjang
Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan.

ii. Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
b. Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunitas
c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme purulen
d. Hipertermi berhubungan dengan Efek pirogen terhadap pengaturan suhu
tubuh pada hipotalamus, Peningkatan metabolisme dan proses penyakit.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang
diperlukan.
f. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
g. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.

iii. Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Bersihan jalan nafas Respiratory status : Airway suction
tidak efektif b/d Ventilation Respiratory - Pastikan kebutuhan oral /
penumpukan secret. status : Airway patency tracheal suctioning
Setelah diberikan asuhan - Auskultasi suara nafas
keperawatan selama 3x24 jam sebelum dan sesudah
diharapkan bersihan jalan nafas suctioning.
efektif dengan kriteria Hasil : - Informasikan pada klien
-Mendemonstrasikan batuk dan keluarga tentang
efektif dan suara nafas yang suctioning
bersih, tidak ada sianosis dan - Minta klien nafas dalam
dyspneu (mampu bernafas sebelum suction dilakukan.
dengan mudah, tidak ada - Berikan O2 dengan
pursed lips) menggunakan nasal untuk
- Menunjukkan jalan nafas memfasilitasi suksion

17
yang paten(klien tidak merasa nasotrakeal - Gunakan alat
tercekik, irama nafas, yang steril sitiap
frekuensi pernafasan dalam melakukan tindakan
rentang normal, tidak ada - Anjurkan pasien untuk
suara nafas abnormal) istirahat dan napas dalam
-Mampu mengidentifikasikan setelah kateter dikeluarkan
dan mencegah factor yang dari nasotrakeal
dapat menghambat jalan nafas - Monitor status oksigen
pasien
- Ajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan
suksion
- Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
- Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction pada mayo

18
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara
2. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
kulit b/d penurunan Mucous Membranes - Anjurkan pasien untuk
imunitas Setelah diberikan asuhan menggunakan pakaian
keperawatan selama 3x24 jam yang longgar
diharapkan bintik-bintik merah - Hindari kerutan padaa
pada kulit hilang dengan tempat tidur
kriteria Hasil : - Jaga kebersihan kulit agar
- Integritas kulit yang baik bisa tetap bersih dan kering
dipertahankan (sensasi, - Mobilisasi pasien (ubah
elastisitas, temperatur, posisi pasien) setiap dua
hidrasi, pigmentasi) jam sekali
- Tidak ada luka/lesi pada kulit - Monitor kulit akan adanya
- Perfusi jaringan baik kemerahan
-Menunjukkan pemahaman - Oleskan lotion atau
dalam proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada
dan mencegah terjadinya derah yang tertekan
sedera berulang - Monitor aktivitas dan
- Mampu melindungi kulit dan mobilisasi pasien
mempertahankan - Monitor status nutrisi
kelembaban kulit dan pasien
perawatan alami
3. Resiko penyebaran Immune Status Knowledge : Infection Control (Kontrol
infeksi b/d organisme Infection control Risk control infeksi)
purulen Setelah diberikan asuhan - Bersihkan lingkungan
keperawatan selama 3x24 jam setelah dipakai pasien
diharapkan infeksi tidak terjadi lain
dengan kriteria Hasil: - Pertahankan teknik isolasi
- Klien bebas dari tanda dan - Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
- Mendeskripsikan proses - Instruksikan pada
penularan penyakit, factor pengunjung untuk
yang mempengaruhi mencuci tangan saat

19
penularan serta berkunjung dan setelah
penatalaksanaannya - - Partahankan teknik aspesis
Menunjukkan kemampuan pada pasien yang
untuk mencegah timbulnya beresiko
infeksI - Jumlah leukosit - Pertahankan teknik isolasi
dalam batas normal - kapan perlu
Menunjukkan perilaku hidup - Berikan perawatan kulit
sehat pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi

20
BAB III

LAPORAN KASUS

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama klien (Inisial) : An. H
2. Tanggal lahir/ Umur : 17-10-2010 / 11 Th
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Tanggal Masuk : 14-6-2022
7. Tanggal Pengkajian : 17-6-2022
8. Diagnosa Medik : Morbili

B. IDENTITAS ORANG TUA


Ayah Ibu
Nama Tn. D Ny. M
Usia 39 Th 30 Th
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan Buruh IRT
Agama Islam Islam

C. REAKSI/ALERGI
Pasien mengatakan tidak ada memiliki riwayat alergi obat-obatan, makanan, dan alergi
lainnya

II. RIWAYAT KESEHATAN

A. KELUHAN UTAMA MASUK RUMAH SAKIT


Pasien masuk melalui IGD tanggal 14-06-2022 jam 12:15 Wib dengan
keluhan demam sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, sakit kepala, batuk
berdahak sejak 6 hari yang lalu, BAB cair berwarna hitam sejak 2 hari yang lalu
frekuensi >3x, mual, muntah setiap makan, nafsu makan berkurang, badan terasa
lemas, tampak ruam-ruam merah diwajah sampai badan sejak 2 hari yang lalu

21
B. RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
Pada saat pengkajian tanggal 17-6-2022 jam 08:00 Wib pasien mengatakan
demam sudah turun sejak 2 hari yang lalu, batuk berdahak masih ada tapi mulai
berkurang, BAB cair tidak ada lagi, mual dan mutah tidak ada, nafsu makan mulai
meningkat habis seporsi setiap makan, tampak ruam-ruam merah sudah sampai
keseluruh tubuh, sakit kepala tidak ada, pasien mulai tampak segar.

C. RIWAYAT KESEHATAN/PENGOBATAN/PERAWATAN SEBELUMNYA


Keluarga pasien mengatakan ini pertama kali dirawat dirumah sakit dan belum
pernah memiliki penyakit yang sama saat ini

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
penyakit penyerta lainnya

III. RIWAYAT IMUNISASI


NO Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi setelah
pemberian pemberian
1. BCG 1 bln 1x -
2. Hepatitis 0 hari 1x -
3. DPT (I, II, III) 2,3,4 bln 3x demam
4. Polio (I, II, III, IV) 1 bln 4x -
5. Campak 9 bln 1x -

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : sedang
2. Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah : 90/60 mmHg Suhu : 36,5 C
Nadi : 96 x / menit P : 24 x/m
3. Pernafasan
a. Irama : Regular

b. Retraksi dinding dada : Tidak ada


c. Alat bantu nafas : Spontan

4. Mata
a. Simetris ki/ka : simetris Palpebra : normal
b. Sekresi : tidak ada Konjunctiva : tidak anemis
c. Purulen : tidak ada Sclera : tidak ikterik
d. Strabismus/mata juling : tidak ada Gerakan bola mata : normal
e. Pupil : isokor
22
5. Hidung
a. Kebersihan : bersih
b. Septum : tidak ada masalah
c. Sekret : tidak ada
d. Polip : tidak ada
e. Conca nasalis : normal

6. Mulut dan tenggorokan


a. Kebersihan : bersih Warna mulut/bibir: kering
b. Saliva : normal : Lidah : bersih
c. Palatum : normal : Gigi : lengkap
d. Gusi :normal, tidak ada perdarahan : Tonsil : tidak membesar
e. Faring : normal

7. Telinga
a. Bentuk/posisi : simetris
b. Kebersihan, ketajaman pendengaran, membran tympani : normal
c. Sekresi/cairan : normal

8. Leher
a. Kelenjer tyroid dan KGB : tidak membengkak
b. JVP (Jugular Venus Pressure) : tidak meningkat

9. Thorak
a. Inspeksi
Bentuk dada : simetris
Pembengkakan : tidak ada
Mammae : normal
b. Palpasi : pergerakan dada teratur
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi
Jantung: BJ I dan BJ II : frekuensi irama : reguler
Paru : suara : ronchi
10. Abdomen
a. Inspeksi : Tampak seluruh tubuh ruam-ruam merah

23
b. Palpasi : nyeri tekan tidak ada
Gaster : tidak ada pembesaran
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bising usus normal
11. Sirkulasi
a. Sianosis : tidak ada
b. Pucat : tidak ada
c. CRT : < 3 detik
d. Akral : Hangat
12. Neurologi
a. Kesadaran : composmentis
b. GCS :E4M6V5
c. Gangguan Neurologis : Tidak ada
13. Gastrointestinal
a. Mulut : mukosa kering
➢ Stomatitis : tidak ada
➢ Labio/palatoschizis :tidak ada
➢ Perdarahan gusi :tidak ada
b. Mual : tidak
Muntah : tidak
c. Asites : tidak

14. Eliminasi
a. Defekasi : anus, frekuensi 1x , konsistensi lembek
Karakteristik Feces : normal
b. Urin : spontan
Kelainan : tidak ada

15. Integumen
a. Warna kulit : Normal, tampak ruam-ruam seluruh tubuh
b. Luka : Tidak ada

16. Muskuloskeletal
a. Kelainan tulang : Tidak ada

17. Genitalia
a. Laki-Laki : Skrotum dan testis, kebersihan : bersih dan kelaianan tidak ada
18. Ekstremitas
Atas : Kekuatan menggenggam, mendorong, ketepatan mengambil benda (motorik
kasar & halus) : normal
Bawah : normal dan simetris kiri kanan

19. Skrining nyeri


Tidak ada nyeri

24
V. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. NUTRISI
1. Makanan yang disukai :coklat
2. Makanan yang tidak disukai : makanan pedas
3. Nafsu makan : baik
4. Pola makan : , 3x/hari
5. Makanan yang diberikan saat ini :nasi lunak
B. TIDUR
1. Pola tidur : siang 4 jam/hari Malam 9 jam/hari
2. Kebiasaan sebelum tidur : main handpone
C. Personal Hygiene
1. Pola kebersihan diri
Mandi : sendiri 1x/hari,
Gosok gigi : 1x/hari
2. Kebersihan kuku
Bersih
D. Aktivitas bermain
dengan teman sebaya

VI. SKRINING NUTRISI

NO INDIKATOR PENILAIAN NUTRISI PENILAIAN


akah indeks masa tubuh (IMT) < 18,5 kg/m² atau ≥
25 kg/m² Tidak
akah pasien kehilangan Berat Badan 5% dalam waktu
3bulan terakhir Tidak
akah asupan makanan pasien kurang dalam 1 minggu
terkahir Tidak
akah pasien menederita penyakit yang berat
Tidak
Cara menghitung : IMT = BB / TB² dalam M
Jika ada jawaban ya 1 atau lebih maka berarti sudah harus
dikonsulkan ke Gizi

VII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium
Pada tgl : 14-06-2022
HB : 15,1
Leukosit : 4,530
Trombosit : 201.000
Hematokrit : 43,2

2. Radiologi
Tidak ada pemeriksaan radiologi

3. Lain-lain
Terapi :
IVFD KAEN 1B 24 Tpm
Domperidone syr 3x1 cth
Pct tab 3 x 3/4 tab
Cla curvit syr 2 x 1/2 cth

25
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Rash/ ruam Gangguan integritas


Kulit
- Pasien mengatakan ruam-ruam
merah diwajah sampai badan
sejak 2 hari yang lalu
- Pasien mengatakan ruam-ruam
sudah keseluruh tubuh
- Pasien mengatakan ruam/rash
terasa gatal
DO :
- Tampak ruam/rash diseluruh
tubuh pasien
- Tampak pasien selalu menggaruk
ruam/rash
- Rash / ruam tampak ada yang
mulai kecoklatan

2. DS : Peningkatan sekret Ketidakefektifan


bersihan jalan
- Pasien mengatakan sudah batuk
Nafas
berdahak sejak 6 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit
- Pasien mengatakan batuk
berdahak mulai berkurang
- Pasien mengatakan batuk
berdahak sesekali
DO :
- Tampak pasien batuk berdahak
sesekali
- Sesak tidak ada
- perkusi paru pekak
- bunyi nafas ronchi
- Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 96 x / menit
P : 24 x/m

26
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunitas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret.

III. RENCANA KEPERAWATAN

Inisial Pasien : An.H Nomor Register : 236180

Umur : 11 Tahun tanggal / shift : 17 Juni 2022

Diagnosa Medis : Morbili Ruang/ Kamar : Rasuna Said / Flamboyan 2

NO TANGGAL / DIAGNOSA NOC NIC AKTIFITAS


JAM KEPERAWATAN
1. 17 - 06- 2022 Kerusakan integritas kulit Tissue Integrity : Skin and Pressure - Anjurkan pasien untuk
08 : 00 Wib b/d penurunan imunitas
Mucous Membranes Management menggunakan pakaian yang
Setelah diberikan asuhan longgar
keperawatan selama 3x24 jam - Hindari kerutan padaa
diharapkan bintik-bintik tempat tidur
merah pada kulit hilang - Jaga kebersihan kulit agar

27
dengan kriteria Hasil : tetap bersih dan kering
- Integritas kulit yang baik - Mobilisasi pasien (ubah
bisa dipertahankan posisi pasien) setiap dua jam
(sensasi, elastisitas, sekali
temperatur, hidrasi, - Monitor kulit akan adanya
pigmentasi) kemerahan
- Tidak ada luka/lesi pada - Oleskan lotion atau
kulit minyak/baby oil pada derah
- Perfusi jaringan baik yang tertekan
-Menunjukkan pemahaman - Monitor aktivitas dan
dalam proses perbaikan mobilisasi pasien
kulit dan mencegah - Monitor status nutrisi pasien
terjadinya sedera berulang
- Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
2. Bersihan jalan nafas tidak Respiratory status : Airway - Posisikan pasien untuk
17 - 06- 2022
efektif b/d penumpukan Ventilation Respiratory Management memaksimalkan ventilasi
08 : 00 Wib
secret. status : Airway patency - Lakukan fisioterapi dada
Setelah diberikan asuhan jika perlu
keperawatan selama 3x24 jam - Ajarkan teknik batuk efektif
diharapkan bersihan jalan - Keluarkan sekret dengan

28
nafas efektif dengan kriteria batuk atau suction
Hasil : - Auskultasi suara nafas, catat
-Mendemonstrasikan batuk adanya suara tambahan
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)

IV . IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO HARI/ TGL NO IMPLEMENTASI EVALUASI ( SOAP )


DX
KEP
1. Jum’at / 17- 1 Respiratory status : Ventilation S:
06-2022 Respiratory status : Airway patency - Pasien mengatakan ruam-ruam merah diwajah
Setelah diberikan asuhan keperawatan sampai badan sejak 2 hari yang lalu
selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan - Pasien mengatakan ruam-ruam sudah keseluruh tubuh
nafas efektif dengan kriteria Hasil : - Pasien mengatakan ruam/rash terasa gatal
-Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara O:

nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan - Tampak ruam/rash diseluruh tubuh pasien
- Tampak pasien selalu menggaruk ruam/rash
29
dyspneu (mampu bernafas dengan mudah,
- Rash / ruam tampak ada yang mulai kecoklatan
tidak ada pursed lips) A: Pressure Management teratasi sebagian
- Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien P : Intervensi dilanjutkan Pressure Management
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
-Mampu mengidentifikasikan dan mencegah
factor yang dapat menghambat jalan nafas
- dua jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
derah yang tertekan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien

30
2. Jum’at / 17- 2 - Posisikan pasien untuk memaksimalkan S :
06-2022 ventilasi - Pasien mengatakan sudah batuk berdahak sejak 6 hari
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu yang lalu sebelum masuk rumah sakit
- Ajarkan teknik batuk efektif - Pasien mengatakan batuk berdahak mulai berkurang
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction - Pasien mengatakan batuk berdahak sesekali
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara O:

tambahan - Tampak pasien batuk berdahak sesekali


- Sesak tidak ada
- perkusi paru pekak
- bunyi nafas ronchi
- Tanda – tanda vital :
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 96 x / menit
P : 24 x/m
A : Airway Management teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Airway Management

31
3 Sabtu / 18- 1 - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian S:
06-2022 yang longgar - Pasien mengatakan ruam-ruam merah diwajah
- Hindari kerutan padaa tempat tidur sampai badan sejak 3 hari yang lalu
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan - Pasien mengatakan ruam-ruam sudah keseluruh tubuh
mulai kecoklatan
kering
- Pasien mengatakan ruam/rash sesekali terasa gatal
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
O:
dua jam sekali
- Tampak ruam/rash diseluruh tubuh pasien
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Tampak pasien selalu menggaruk ruam/rash
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
- Rash / ruam tampak ada yang mulai kecoklatan
derah yang tertekan
A: Pressure Management teratasi
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
P : Intervensi dihentikan
- Monitor status nutrisi pasien
Pressure Management
Pasien pulang

4. Sabtu / 18- 2 - Posisikan pasien untuk memaksimalkan S :


06-2022 ventilasi - Pasien mengatakan batuk berdahak mulai berkurang
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu - Pasien mengatakan batuk berdahak sesekali
- Ajarkan teknik batuk efektif O:
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction - Tampak pasien batuk berdahak sesekali
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara - Sesak tidak ada
tambahan - perkusi paru pekak
- bunyi nafas ronchi
- Tanda – tanda vital :

32
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 88 x / menit
P : 24 x/m
A : Airway Management teratasi
P : Intervensi dihentikan
Airway Management
Pasien pulang

Pembahasan :
Berdasarkan pengelolaan kasus yang telah dilakukan, akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada anak An. H dengan Morbili.
Masalah yang muncul dengan teori yang ada mengenai diagnosa keperawatan hingga evaluasi bedasarkan dari pengkajian pada 17-06-
2022. Pengelolaan ini dilakukan melalui beberapa tahap proses keperawatan antara lain pengkajian, perumusan diagnosa atau prioritas
masalah, intervensi, implementasi hingga tahap evaluasi. Pembahasan merupakan proses analisis yang dilakukan oleh penulis setelah
terlaksananya proses keperawatan untuk melihat adanya persamaan atau kesesuaian teori-teori yang ada dengan proses pelaksanaan
keperawatan yang dilakukan di lapangan. Selain itu, untuk membandingkan adanya kesenjangan ataupun persamaan dari teori dan kasus
yang telah dilakukan. Dalam pembahasan ini akan dibahas mulai dari tiap-tiap proses yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Pada pembahasan penulis mengemukakan argumentasi dan analisisnya pada seluruh proses keperawatan yang telah dilakukan. Selain itu,
pada bab ini penulis akan membahas diagnosa lain selain diagnosa utama. Adapun permasalahan tersebut akan dibahas lebih lanjut
dibawah ini.
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari Jum’at, 17 Juni 2022 pada pukul 09.40 WIB, di ruang anak RST Reksowidiryo. Dalam
pengumpulan data ini penulis melakukan pengkajian langsung melalui wawancara langsung kepada orangtua An. H yaitu Tn.D.
hasil pengkajian langsung didapatkan bahwa terdapat ruam-ruam merah di seluruh tubuh, batuk berdahak, sakit kepala.
Pada saat pemeriksaan fisik pada bagian tangan terdapat ruamruam merah, dan rash. An. A sering mengeluh batuk berdahak.
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat
sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta
propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.(Rampengan,
33
2011 : 90-91).
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya, baik yang berlangsung actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Bedasarkan pengkajian dan analisa data maka diagnosa ditegakkan dari data anamnesa (wawancara) yaitu adanya rash di sekitar
tubuh An. A disertai batuk berdahak, terasa gatal, An. A sering menggaruk ruam. Diagnosa yang muncul adalah kerusakan
integritas kulit dikarenakan penurunan imunitas tubuh pada anak dan terdapat rash/ruam, An. A mengeluh batuk disetiap malam
hari dikarenkan bersihan jalan nafas tidak efektif. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran
pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh
tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat
respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T.

3. Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan yang digunakan perawat di ruangan untuk mengatasi masalah pada subjek pertama dan subjek kedua
sama yaitu adanya rash dengan tujuan integritas kulit dengan kriteri hasil : integritas kulit baik, tidak ada lesi, perfusi jaringan baik
turgor kulit baik. Intervensi yang dilakukan untuk bersihan jalan nafas yang efektif yaitu ajarkan An. A teknik batuk efektif,
keluarkan secret dengan cara di batukkan. Rencana asuhan keperawatan yang akan dilaksanakan yaitu Memonitor kulit adanya
kemerahan, jaga kebersihan kulit agar tetp bersih, menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar. Intervensi yang
terakhir berikan dukungan kepada orangtua pasien bahwa tetap menjaga kebersihan kulit, menjaga tempat tidur agar selalu di
bersihkan, memantau aktivitas dan mobilisasi pasien.

34
4. Implementasi Keperawatan

Setelah melakukan rencana keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan atau implementasi dari intervensi yang telah
disusun. Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Teori yang dijadikan acuan pelaksanaan
atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

Implementasi dilakukan 2 hari dari hari Jum’at tanggal 17 Juni 2022 dan hari sabtu 18 Juni 2022 dengan kurun waktu 2 kali
pertemuan setiap pertemuan dengan duari kurang lebih 30 menit. Pada implementasi perawat melakukan tindakan berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi obat Amocylin 500 mg 2x3/hari, Pct 500 mg 3x1/hari, Ambroxol 15 mg 3x1/hari.

Implementasi yang dapat dilakukan selanjutnya yaitu mengajarkan kepada pasien tentang bagaimana teknik batuk efektif yang
benar agar secret mudah dikeluarkan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan fase kelima dan fase terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah evaluasi yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapain tujuan/ hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier et al., 2010).

S : Pasien mengatakan batuk berdahak mulai berkurang, O : TD : 100/60 mmHg, Suhu : 36,7 C N : 88x/i RR: 24 x/i, A : Airway
Management teratasi, P : Intervensi di hentikan. Evaluasi dilaksanakan menggunkan metode SOAP (Kasutive, Objektive,
Assessment, Planning).

35
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus yang
ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik yang diikuti
dengan rash makula popular kehitaman (Catzel dan Robert, 1995). Penyebabnya adalah
virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal
sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang
mengandung virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan makan &
minum bersama. Manifestasi klinis dari morbili dapa kita lihat dari 3 stadiumnya yang
memiliki tanda dan gejala yang berbeda yaitu pada Stadium kataral (prodormal), Stadium
erupsi, Stadium konvalesensi
Adapun beberapa pencagahan dari morbili sendiri yaitu dengan melakukan vaksin.
Vaksin ini memiliki 2 cara yaitu dengan Imunusasi aktif yaitu hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Dan Imunusasi pasif yaitu
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan.
Dari 2 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis
temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih
sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya
kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa supaya memberikan asuhan keperawatan anak yang tepat


kepada pasien dengan morbili

2. Bagi institusi agar dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan anak pada
pasien dengan morbili

3. Bagi tenaga kesehatan agar menerapkan asuhan keperawatan anak yang tepat
kepada pasien dengan morbili sesuai dengan perkembangan ilmu.

33
DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran, edisi 3, jilid II, Media Aesculapius FKUI.

Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi Edisi Keempat. Jakartaa: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Perry&Potter . Fundamental Keperawatan vol. 2 Edisi 4 . Jakarta: EGC . 2006 .

Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA
NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik
Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC,;2010
Doenges, E. Marilynn. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Dkk.2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
PenyakitEdisi 6 Volume 1. EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
dan Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.
Markum.AH. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai