DISUSUN OLEH
KELOMPOK B.2
HARDIANTI, S.KEP
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diajukan oleh ppreseptor klinik dan akademik dan telah diperbaiki sesuai
saran dan masukan yang diberikan untuk dapat diseminarkan
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
PRESEPTOR KLINIK TTD
Kelompok B2
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………….
Lembar pengesahan……………………………………………………………………….
Kata pengantar…………………………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………….
2. Tujuan……………………………………………………………………………….
3. Manfaat………………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR MEDIS…………………………………………………………….
1. Definisi…………………………………………………………………………….
2. Klasifikasi…………………………………………………………………………
3. Etiologi…………………………………………………………………………….
4. Patofisiologis………………………………………………………………………
5. Manifestasi klinis…………………………………………………………………
6. Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………
7. Komplikasi…………………………………………………………………………
8. Penatalaksaan………………………………………………………………………
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian…………………………………………………………………………
2. Penyimpangan KDM………………………………………………………………
3. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………….
4. Rencana keperawatan………………………………………………………………
BAB III PENGKAJIAN KEPERAWATAN………………………………………………
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
C.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang
dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri. Gejala
penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak,
dan sesak napas (Profil kesehatan Indonesia, 2015). Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun,
atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi) (Profil
Kesehatan Surakarta, 2014). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur, bakteri dan juga dapat
terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang
rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih
dari 65 tahun.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia di negara maju dan berkembang
karena angka kematiannya tinggi. Prevalensi kejadian pneumonia di Amerika serikat
menunjukan bahwa ada dua juta hingga tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan
jumlah angka kematian rata-rata 45.000 orang (Misnadiarly, 2008). Terdapat 15 negara
dengan prediksi kasus baru dengan insidensi pneumonia pada anak-balita paling tinggi,
mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya
terkonsentrasi di 6 negara, mencakup 44% populasi anak balita di dunia. Ke 6 negara
tersebut adalah India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta), Bangladesh, Indonesia
dan Nigeria masing-masing 6 juta kasus per tahun (Rudan et al. 2008).
Pneumonia di Indonesia mencapai 6 juta jiwa sehingga Indonesia berada di
peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia (WHO, 2008) Angka kematian balita pada
tahun 2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa. Kematian balita tertinggi terjadi di
negara berkembang sebanyak 92% atau 29.000 balita/hari Rahman, dkk (2014).
Kematian balita sebagian besar disebabkan oleh penyakit menular seperti pneumonia
(15%), diare (9%), dan malaria (7%) (WHO, 2013). Pada tahun 2013, ada 935.000 balita
meninggal karena pneumonia. Berdasarkan penelitian Wulandari, dkk (2014),
menyatakan bahwa orang yang terkena pneumonia berat beresiko 20,274% mengalami
kematian. Setiap tahun lebih dari 95% kasus baruPneumonia terjadi di negara
berkembang, lebih dari 50% kasus Pneumonia berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara
Afrika. Terdapat pula bahwa ¾ kasus Pneumonia pada balita diseluruh dunia berada di
15 negara. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2008 terdapat 8,8 juta kematian anak di
dunia, dari jumlah kematian anak tersebut 1,6 juta kematian anak disebabkan oleh
Pneumonia (WHO, 2008).
Selain itu pneumonia lebih banyak terjadi di negara berkembang (82 %) di
bandingkan negara maju (0,05%). Menurut WHO (2014), kematian pneumonia di
Indonesia pada tahun 2013 berada pada urutan ke-8 setelah India (174.000), Nigeria
(121.000), Pakistan (71.000), DRC (48.000), Ethiopia (35.000), China (33.000), Angola
(26.000), dan Indonesia (22.000) (WHO, 2014). Prevalensi pneumonia di Indonesia,
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Angka kematian
pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 22% dan kasus kematian
dengan pneumonia 2,8% (Depkes RI, 2014).
Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak
balita tiap tahunnya. Berdasarkan penelitiandibeberapa negara berkembang
menunjukkan rata-rata seorang anak akan mengalami 5-7 episode serangan ISPA per
tahun. Tahun 2014, diperkirakan kematian akibat ISPA khususnya pneumonia di
Indonesia mencapai lima kasus diantara 1000 bayi/balita. Artinya pneumonia
mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban
perbulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak perjam, atau seorang bayi tiap lima menit
(Rubrik BKKBN, 2014).
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pemahaman kepada penulis agar dapat berpikir secara logis dan
ilmiah dalam menguraikan dan membahas asuhan keperawatan pada An.Nm Dengan
Pneumonia
b. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian
b) Menentukan klasifikasi
c) Menentukan Tindakan/pengobatan sesuai klasifikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkm yang biasanya dari
suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk
disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma, dan subtansi asing, berupa radang pari-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi ( Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru)
tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur , maupun mikroorganisme lainya ( Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran
pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini
diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat ( cairan) dan konsolidasi ( bercak
berawan) dan paru-paru (Abdjul & Herlina, 2020).
2. KLASIFIKASI
Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Penumonia Berat bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bawah ke dalam pada waktu menarik nafas
2. Pneumonia ringan bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas
3. Biuka pneumonia (penyakit paru lain) tidak ditemukan adanya perubahan
frekuensi pola nafas dan tidak ada tarikan dinding dada pada saat bernafas.
3. ETIOLOGI
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling
umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia
sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi,
bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang
terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan
denyut jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial
Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran
pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia.
Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan
sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan
virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian
(Misnadiarly, 2008).
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus
maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang
dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma
menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati
(Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang
prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti
ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang
berasal dari paru (Djojodibroto, 2009).
4. PATOFISIOLOGIS
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah
terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas.
Sebagian besar penumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti menghirup
bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal
melindungi paru dan infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkat
dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag
alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal
bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme
dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute
hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpuhan dari
cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit daalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik
dapat mencapai bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah
menajdi 13 terkonnsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left
shurt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja
jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.
5. MANIFESTASI KLINIS
1) Mengigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam ( 38,5°C sampai
40,5°C)
2) Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun,
3) Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat
yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai tahap pemulihan.
4) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat
mementap selama sakit.
5) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
7) Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8) Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut.
10) Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail); dapat
juga menyatakan abses)
b. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
d. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
orgaisme yang ada
e. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. KOMPLIKASI
1) Abses paru
Abses paru di dalam paru-paru diding tebal, nanah mengisi rongga yang dibentuk
ketika infeksi atau peradangan merusak jaringan paru-paru.
2) Efusi pleural dan empiema
Daerah yang sempit di antara dua selaput pleural secara normal berisi sejumlah
kecil cairan yang membantu melumasi paru-paru. Sekitar 20% pasien yang
diopname untuk radang paru-paru, cairan ini membangun di sekeliling paru-paru.
Dalam banyak kasus terutama pada streptococcus pneumoniae, cairan tetap steril,
tetapi ada kalanya dapat terkena infeksi dan bahkan berisi nanah (suatu kondisi
yang disebut empiema). Radang paru-paru dapat juga disebabkan pleura sehingga
terjadi peradangan yang mana dapat mengakibatkan terganggunya jalan nafas dan
sakit yang akut.
3) Kegagalan paru-paru
Udara mungkin memenuhi area antara selaput-selaput pleural yang menyebabkan
pneumothorak atau kegagalan paru-paru. Kondisi bisa berupa suatu kesulitan dari
radang paru-paru (terutama sekali radang paru-paru pneumococcal) atau sebagian
dari prosedur pelanggaran yang digunakan untuk melakukan efusi pleural.
4) Komplikasi radang paru-paru yang lain
Di dalam kasus-kasus yang jarang, infeksi peradangan mungkin dapat menyebar
dari paru-paru ke hati dan dapat menyebar ke seluruh tubuh, kadang-kadang
menyebabkan bisul pada otak dan bagian tubuh atau organ-organ yang lain.
Hemoptisis yang parah (batuk darah) adalah komplikasi radang paru-paru serius
yang lain. Selain itu komplikasi yang lain yaitu perikarditis, meningitis dan
atelektasis.
5) Gagal nafas
Kegagalan yang berhubungan dengan pernafasan adalah suatu hal yang penting-
penting yang dapat menyebabkan kematian pada diri pasien dengan radang paru-
paru pneumoccocal. Kegagalan dapat terjadi karena perubahan mekanik dalam
paru-paru yang disebabkan oleh radang paru-paru (kegagalan ventilatory) atau
hilangnya oksigen di dalam nadi ketika radang paru-paru mengakibatkan arus
darah menjadi tidak normal (kegagalan pernapasan hypoxemic).
6) PENATALAKSANAAN
Radang paru-paru dapat diobati dengan antibiotik. Itulah yang biasanya
ditentukan di sebuah pusat kesehatan atau rumah sakit , tapi sebagian besar
kasus pneumonia masa kecil dapat diberikan secara efektif di dalam rumah.
Rawat inap disarankan pada bayi berusia dua bulan dan lebih muda, dan juga
dalam kasus yang sangat parah(WHO, 2011).
1) Terapi suportif umum:
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %
berdasarkan pemeriksaan AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan
vibrasi.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest.
2) Penatalaksanaan pada Bayi dan Balita
Untuk bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat : Bila ada sesak napas harus dirawat dan diberikan antibiotic.
b. Pneumonia : Bila tidak ada sesak napas tetapi napas cepat tidak per;lu dirawat
namun diberikan antibiotic oral.
c. Bukan Pneumonia : bila tidak ada napas cepat dan sesak napas, tidak perlu
antibiotic, hanya diberikan pengobatan simptomatis seperti penurun panas.
Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan
a. Pneumonia : Bila ada napas cepat atau sesak napas harus dirawat dan diberikan
antibiotic.
b. Bukan Pneumonia : Tidak ada napas cepat atau sesak napas tidak perlu dirawat,
cukup diberikan pengobatan simptomatis.
Pneumonia rawat jalan
a. Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.
b. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/KgBB .
c. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol).
Pneumonia rawat inap
a. Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau
kloramfenikol.
b. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat diberikan
antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin.
c. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia
tanpa komplikasi.
d. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai
sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis.
e. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti
kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin
generasi ketiga.
f. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama
10 hari,
3) Obat – obatan
a) Antibiotik
Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi efektif
lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin generasi
pertama. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat
diberikan eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga
penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Diberikan kotrimoksazol 2 x 2
tablet. Dosis anak :
- 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet
- 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet
- 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari
atau brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus dimana rujukan
tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan / atau gentamisin.
Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin
prokain 600.000 – 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari
terutama pada penderita dengan batuk produktif.
b) Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.
c) Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-
kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau
gagal ginjal pre renal.
d) Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100
mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas
darah.
e) Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat
bronchospasme.
f) Ventilasi mekanis
Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :
Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 %
dengan menggunakan masker
Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress,
dengan atau didapat asidosis respiratorik.
Respiratory arrest
Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
Leukositosis
Kapasitas vita,
kompliance menurun, Produksi Kerusakan
hemoraagik sputum ajringan
Peningkatan suhu tubuh meningkat paru
kelemahan
Hipertermia Pola Nafas
tidak
Intoleransi aktivitas efektif
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
gangguan pertukaran
Gas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d Dispnea
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
c. Gangguan pertukaran gas b.d
d. Hipertermia b.d
e. Intoleransi aktivitas b.d
4. RENCANA KEPERAWATAN
2 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan Latihan batuk efektif (I.01006)
efektif ( D. 0001) tindaka keperwatan … Tindakan
Penyebab : x24 jam makan bersihan Observasi
1. spasme jalan nafas jalan napas meningkat 1. identifikasi kemampuan batuk
2. hipersekresi jalan nafas ( l.01001) dengan 2. monitor adanya retensi sputum
3. disfungsi neuromuskuler kriterial hasil 3. moonitor tanda dan gejala infeks
4. benda asing dalam jalan 1.Batuk efektif saluran napas
nafas meningkat 4. monitor input dan output cairan
5. adanya jalan nafas buatan 2.produksi suturm Terapeutik
6. sekresi yang tertahan menurun 5. atur posisi semi fowler atau fowler
7. hi[erplasia dinding jalan 3. mengi menurun 6. pasang perlak dan bengkok dipangkuan
nafas 4.Wheezing menurun pasien
8. proses infeksi 7. buang sekret pada tempat sputum
9. respon alergi Edukasi
10. efek agen 8. jelaskan tujuan dan prosedur batuk
farmokologis efektif
9. ajaurkan tarik napas dalam melalui
Gejala dan tanda mayor hidung selama 4 detik,ditahan selama 2
Subjektif : - detik, kemudian kelaurkan dari mulut
Objektif : dengan bibir mencucu (dibulatkan)
1. batuk tidak efektif atau selama 8 detik
tidak mampu batuk 10. anjurkan mengulangi tarik napas dalam
2. sputum berlebih/ hingga 3 kali
obstruksi jalan nafas 11. anjurkan batuk dengan kuat langsung
3. mengi, wheezing dan/atau stekah arik napas dalam yang ke 2
ronki kering kolaborasi
Gejala dan tanda Minor 12. kolaborasi pemberian mukolitik atau
Subjektif : ekspektoran, jika perlu
1. dispnea
2. sulit bicara
3. ortopnea
Objektif :
1. gelisa
2. sianosis
3. bunyi nafa menurun
4. frekuensi nafas berubah
5. pola nafas berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. gullian barre syndrome
2. depresi sistem saraf pusat
3. cedera kepala
4. stroke
5. asma
6. infeksi saluran
pernapasan
3 Gangguan pertukaran Gas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
(D.0003) tindakan keperawatan … Tindakan
Peyebab : x24jam maka pertukaran Observasi
1. ketidakseimbangan gas meningkat (L.01003) 1. monitor frekuensi, irama, kedalam dan
ventilasi-perfusi dengan kriteria hasil : upaya napas
2. peruabahan membran 1.Dispnea menurun 2. monitor pola napas
albeolus-kapiler 2. bunyi napas tambahan 3. monitor kemampuan batuk efektif
Gejala dan tanda mayor menurun 4. monitor adanya produksi sputum
Subjektif : Dispna 3. takikardia menurun 5. monitor adanya sumbatan jalan napas
Objektif : 4. PCO2 membaik 6. palpasi kesimetrisan ekspansi paru
1. PCO2 5. Po2 membaik 7. auskultasi bunyi napas
meningkat/menurun 8. monitor saturasi oksige
2. PO2 menurun 9. monitor nilai AGD
3. Takikardia 10. monitor hasi x-ray thoras
4. pH arteri meningkat Terapeutik
5. bunyi napas tambahan 11. atur interval pemantaun respirasi
Gejala dan tanda Minor sesuai kondisi papsien
Subjektif : 12. dokumetasikan hasil pemnataun
1. pusing Edukasi
2. penglihatan kabur 13. jelaskan tujuan prosedur
Objektif : pemantauan
1. sianosis 14. informasukan hasil pemantauan jika
2. diaforesis perlu
3. gelisah
4. Nfas cuping hidung
5. warna kulit abnormal
6. kesadaran menurn
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
FORMULIR PENCATATANBALITASAKITUMUR2BULANSAMPAI5TAHUN
MEMERIKSA ANEMIA
• Lihat adanya kepucatan pada telapak tangan,apakah tampak: - Sangat pucat? Tidak Anemia
- Agak pucat?
MEMERIKSA STATUS HIV
Tentukan Daerah Risiko HIV : Epidemi Meluas - Epidemi Terkonsentrasi
Jika Daerah Epidemi Meluas,
• Apakah anak atau ibu pernah diperiksaHIV? Ya Tidak
Jika Ya, tentukan status HIV
- Ibu: Positif Negatif
- Anak: TesVirologis Positif Negatif
Tes Serologis Positif Negatif -
• Jika Ibu HIV positif & Anak HIV negatif ATAU tidak diketahui, tanyakan:
- Apakah anak mendapatkan ASI pada saat dilaksanakan tes atau
dalam 6 minggu sebelumtes? Ya Tidak
- Apakah anak masih mendapatkanASI? Ya Tidak
Jika Ya, tanyakan: Apakah Ibu dan anak dalam ARVprofilaksis? Ya Tidak
Jika Tidak, - periksa ibu, apabila status ibu dan anak tidak diketahui
- periksa anak, apabila ibu HIV positif dan status anak tidak diketahui
Jika Daerah Epidemi Terkonsentrasi,
• Lihat klasifikasi anak, apakah terdapat klasifikasi berat lain?
• Apakah terdapat Gizi Buruk Tanpa Komplikasi yg tidak membaik dg pengobatan standar?
• Apakah terdapat minimal 2 dari:
- Oral thrush
- Pneumonia berat
- Sepsis berat
- Kematian ibu yang berkaitan dengan HIV atau penyakit HIV yang lanjut padaibu
• Apakah anak pernah menderita Tuberkulosis atau mendapat OATberulang?
• Apakah anak mengalami riwayat Gizi Burukberulang?
• Apakah anak mengalami riwayat Pneumoniaberulang?
• Apakah anak mengalami riwayat Diare Kronis atau diareberulang?
• Apakah anak pernah ditesHIV? Ya Tidak
Jika Ya,bagaimana hasilnya? TesVirologis Positif Negatif
Tes Serologis Positif Negatif
Jika Tidak, lakukan Test.
V V V V V V
BCG HB0 Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4
V V V V
DPT-HB-Hib1 DPT-HB-Hib2 DPT-HB-Hib3 IPV
V V V
Campak DPT-HB-Hib(lanjutan) Campak (lanjutan)
Apakahanakmendapatmakanantersendiri?Ya Tidak
Siapayangmemberimakandanbagaimanacaranya?
•
Selamasakitini,apakahadaperubahanpemberianmakan?Ya Tidak
Tidak
Jika ya,bagaimana?
Nasihatikapankembalisegera.
KunjunganUlang: 2 hari.
A. Klasifikasi Pneumonia
1. Beri amoksilin 2x sehari selama 3 hari
Mengajari ibu cara memberikan obat oral dirumah
a. Ikuti petunjuk dibawah ini untuk setiap obat oral yang harus
diberikan di rumah
b. Ikuti juga petunjuk tercantum dalam setiap tebel dosis obat
1. Tentukan jenis obat dan dosis yang sesuai berdasarkan berat
badan atau umur anak
2. Jelaskan alasan pemberian obat
3. Peragakan bagaimana cara membuat satu dosis
4. Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri satu dosis
5. Mintalah ibu memberikan dosis pertama pada anak bila obat
harus diberikan di klinik
6. Terangkan dengan jelas cara memberi obat dan tuliskan pada
label obat
7. Jika akan memberikan lebih dari satu obat, bungkus setiap obat
secara terpisah
8. Jelaskan bahwa semua obat harus diberikan sesuai anjuran
walaupun anak telah menunjukan perbaikan
9. Cek pemahaman ibu, sebelum ibu meninggalkan klinik
Untuk pneumonia : Beri antibiotik Amoksilin oral
Amoksilin
2x sehari selama 3 hari untuk pneumonia
Berat Tablet Sirup
Badan (500 mg)
125 mg/ 5 250 mg/ 5
ml ml
6 - < 10 3/4 15 ml 7,5 ml
Kg
(8,7 kg)
2. Beri perega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
Meredakan batuk dan melegakan tenggorokan dengan bahan yang aman
Bahan aman yang dianjurkan :
1. Asi ekslusif sampai umur 6 bulan
2. Kecap manis atau madu di campur dengan air jeruk nifis ( madu
tidak di anjurkan untuk umur < 1 tahun)
Obat yang tidak di anjurkan :
PARACETAMOL
Setiap 6 jam sampai demam atau nyeri telinga hilang
Berat Badan Tablet 500 mg Tablet 100 mg Sirup 120
mg/ 5 ml
7 - < 14 kg 1/4 1 5 ml
(8,7 kg) (1 sdk
takar)
2. Obati penyebab lain dari demam
Pneumonia
3. Nasehati kapan kembali segera bila ditemukan tanda-tanda sebagai
berikut :
Setiap anak sakit :
Tidak bisa minum atau menyusu
Tambah parah
Timbul demam
4. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
5. Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, rujuk untuk penilaian lebih lanjut
C. Klasifikasi Demam Mungkin Bukan DBD
1. Obati penyebab lain dari demam
2. Beri dosis pertama paracetamol, jika demam tinggi. Tidak boleh
golongan silifat dab ibuprofen
3. Nasehati kapan kembali segera
Jika anak mungkin DBD atau Demam mungkin bukan DBD, juga
kembili jika :
Ada tanda-tanda perdarahan
Nyeri uluh hati
Muntah yang terus menerus
Gelisah
Tidak aktif/ lemas
Ada penurunas kesaran
Kejang
Catatan : kejadian ini bisa terjadi pada saat demam turun, pada
umumnya pada hari ke 3-5
4. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
D. Klasifikasi Tidak Ada Infeksi Telinga
1. Tangani masalah telinga yang di temukan
-
E. Klasifikasi Gizi Baik
1. Jika anak kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian pemberian makan dan
nasehati sesuai “anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit” bila ada
masalah makan kunjungan ulang 7 hari
Anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit umur 12 bulan sampai 2
tahun :
Beri ASI sesuai keinginan bayi
Berikan makanan keluarga yang bervariasi, makanan yang di iris-
iris atau makanan keluarga termasuk sumber makanan hewani, dan
buah-buahan kaya vitain A, serta sayuran
Berikan ¾ mangkuk sampai 1 mangkuk setiap makan ( 1 mangkuk
= 250 ml)
Berikan 3 – 4 kali setiap hari
Tawar 1 atau 2 kali makanan sehingga antara waktu makan anak
akan memakannya jika lapar
Lanjutkan memberi makan anak dengan pelan-pelan dan sabar,
dorong anak untuk makan, tapi jangan memaksa
Masalah pemberian makan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada An. NM Dengan Diagnosa
Pneumonia di Ruangan MTBS Puskesmas Kota Tengah didapatkan Klasifikasi
Masalah Pneumonia, Demam Bukan Malaria, Demam Mungkin Bukan DBD, Tidak
Ada Infeksi Telinga, Gizi Baik, dan Tidak Anemia. Untuk Tindakan dan pengobatan
sesuai dengan klasifiasi yang didapatkan dalam pengkajian.
B. SARAN
Diharapkan bagi mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar
lebih memperhatikan dalam menentukan klasifikasi dan tindakan pengobatan sesuai
dengan data yang diperoleh pada saat pengkajian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia : Study Kasus Indonesia Jurnal Of Health Development. Indonesian Jurnal Of
Health Development, 2(2), 102-107. https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40
Kemenkes RI. (2019), Profil Kesehatan Indonesia 2018 [ Indonesia Health Profiel 2018].
http://www.defkes.go.id/resourees/donwload/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: Mediaction
Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro B., Hutapea, A., D.,
Khusniyah, Z., & Sihombang, , M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebuthan
Manusia (Edisi I), Yayasan Kita Menulis. (diakses tanggal 15 juni 2021, jam 15.00)
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 cetakan III. Jakarta: Tim
Pokja SDKI PPNI
PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 cetakan III. Jakarta: Tim
Pokja SDKI PPNI
PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 cetakan III. Jakarta: Tim
Pokja SDKI PPNI
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media. (diakses tanggal 17 juni 2021, jam
11.50).