Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN BP SR DENGAN BRONKOPNEUMONIA


DI BANGSAL LUKAS 2 RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Carolina Novita Damayanti
NPM: 202254012

Pembimbing Akademik:
Sch. Fina Aryu P., Ns., M.Kep

Pembimbing Klinik:
Julita Dwi Kartika Sari, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULAR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat – Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Laporan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Bp Sr Dengan Bronkopneumonia di Bangsal Lukas 2
RS Panti Rapih Yohyakarta” tepat pada waktunya.
Penyusunan proposal penelitian ini tentu tidak dapat terwujud tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Yulia Wardani MAN., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Rapih Yogyakarta
2. Suster Lucilla Suparmi CB, M.Kep., Sp.KMB selaku koordinator praktik
KMB1
3. Ibu Sch. Fina Aryu P., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama proses praktik KMB 1
4. Ibu Julita Dwi Kartika Sari, S.Kep., Ns selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan selama melakukan praktik di bangsal Lukas 2 Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta
5. Semua pihak yang telah bersedia membantu dalam penyelesaian penyusunan
laporan ini.
Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis menyadari bahwa laporan
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis mengarapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata penulis juga mengharapkan
agar laporan penelitian ini berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 16 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1

PENDAHULUAN...................................................................................................5

A. Latar Belakang..............................................................................................5

B. Rumusan Masalah.........................................................................................6

C. Tujuan...........................................................................................................6

D. Manfaat.........................................................................................................6

BAB 2

KONSEP TEORI BRONKOPNEUMONIA.......................................................7

A. Pengertian Bronkopneumonia.......................................................................7

B. Etiologi Bronkopneumonia...........................................................................7

C. Patofisiologi Bronkopneumonia...................................................................8

D. Tanda dan Gejala Bronkopneumonia............................................................9

E. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................9

F. Penatalaksanaan............................................................................................9

G. Komplikasi Bronkopneumonia...................................................................10

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................................12

A. Pengkajian...................................................................................................12

B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................13

C. Intervensi Keperawatan...............................................................................14

D. Implementasi...............................................................................................18

3
E. Evaluasi.......................................................................................................18

BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONI.....................................19

BAB 5

PEMBAHASAN...................................................................................................20

BAB 6

PENUTUP.............................................................................................................24

A. Kesimpulan.................................................................................................24

B. Saran............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

4
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernapasan bawah ditandai dengan batuk dan sesak napas, hal ini
diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan
konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru. Pneumonia merupakan salah
satu penyakit menular yang memiliki tingkat kematian tinggi baik dialami
kelompok lansia atau anak-anak (Herlina, 2020).
Menurut Riskesdas 2013 dan 2018 dalam Herlina (2020),
Prevalensi pengidap pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
(nakes) di Indonesia tahun 2013 mencapai 1,6 %, sedangkan pada tahun
2018 meningkat menjadi 2.0 % (Riskesdas, 2018 dalam Herlina (2020)).
Jadi sedari tahun 2013 dan 2018 penyakit pneumonia mengalami
peningkatan sebanyak 0,4 % seperti yang dijelaskan pada data diatas.
Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat
inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05%
perempuan. Lalu, menurut (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2014)
Pneumonia merupakan penyakit yang memiliki tingak crude fatality rate
(CFR) yang tinggi, yaitu sekitar 7,6%. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai
15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Tanda dan gejala yang umum
terjadi pada pasien pneumonia komunitas dewasa berupa sesak napas
(60,93%), batuk (54,88%), demam (48,37%) (Ranny, 2016).
Dari pernyataan diatas peneliti ingin mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan yang dilakukan pada pasien bronkopneumoni, sehingga dapat
mencegah komplikasi yang terjadi akibat bronkopneumoni.

5
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep teori bronkopneumonia?
2) Bagaiaman konsep asuhan keperawatan pasien dengan
bronkopneumonia?
3) Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan bronkopneumonia?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep teori bronkopneumonia
2) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan
bronkopneumonia
3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan
bronkopneumonia

D. Manfaat
Dengan adanya laporan asuhan keperawatan ini, diharapkan dapat
menjadikan referensi, bahan bacaan, dan pertimbangan dalam menentukan
tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
bronkopneumonia.

6
BAB 2
KONSEP TEORI BRONKOPNEUMONIA

A. Pengertian Bronkopneumonia
Bronkopneumonia yaitu radang paruparu yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak - bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing
(Kintan Wahyuningtyas, 2020).
Samuel, 2014 menyebutkan bahwa Bronkopneumonia adalah
peradangan pada saluran pernapasan yang terjadi mulai dari bronkus
hingga alveolus. Pneumonia bronkial lebih sering terjadi pada anak kecil
dan bayi. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Bronkopneumina adalah suatu
peradangan pada paru - paru yang di mulai dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya di sebabkan oleh virus,
bakteri, jamur dan benda asing yang dapat menyebabkan penyumbatan
eksudat mukopurulen yang membentuk bercak pada lobus - lobus di
dekatnya. (Sari, 2018)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia
adalah peradangan pada saluran pernafasan yang terjadi di paru – paru
dimulai dari bronki lalu meluas ke parenkim paru yang berdekatan
disekitarnya. Virus, bakteri, jamur dan benda asing adalah penyebab dari
bronkopneumonia. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak kecil dan
bayi dan biasanya ditandai dengan adanya bercak - bercak infiltrate di
paru.

B. Etiologi Bronkopneumonia
Menurut Fadhila dalam Eka Purnama 2020, Bronkopneumonia
pada umumnya disebabkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Penyebab bronchopneumonia yang
biasa ditemukan antara lain :
1) Bakteri
Bakteri yang menyebabkan terjadinya bronchopneumonia adalah:

7
streptococcus pneumonia, haemophilus influenza, klebsiella

8
pneumonia, pseudomonas aeruginosa, streptococcus aerous, dan
streptococcus pyogenesis.
2) Virus
Virus yang dapat menyebabkan terjadinya bronchopneumonia yaitu
virus influenza yang dapat menyebar melalui transmisi droplet.
Penyebab utama pneumonia virus adalah Cytomegalo virus.
3) Jamur
Jamur yang dapat menyebakan terjadinya infeksi adalah
histoplasmosis yang menyebar melalui udara yang terdapat spora dan
biasanya ditemukan didalam kotoran burung, tanah, serta kompos.

C. Patofisiologi Bronkopneumonia
Bakteri, jamur, dan protozoa yang dapat menyebabkan
bronkopneumonia masukke dalam saluran pernafasan atas yang pada
akhirnya menyebar hingga bronkus. Terjadi inflamasi di dinding - dingin
bronkus yang beresiko terjadinya infeksi dengan begitu produksi seputum
meningkat dan terjadi akumulasi sputum pada saluran pernafasan. Hal ini
dapat menyebabkan ketidakefektifan besihan jalan napas. Selain hal
tersebut produksi sputum yang meningkat juga menyebabkan penderita
mengalami penurunan nafsu makan yang dapat menyebabkan defisit
nutrisi. Inflamasi bronkus juga menyebabkan perubahan membran yang
dapat membuat suplai oksigen ke sluruh tubuh menurun sehingga terjadi
penurunan energi yang menyebabkan intoleransi aktivitas (Sari, 2018).
Adanya cairan purulen di dalam alveolus juga dapat meningkatkan
tekanan di dalam paru-paru Selain mengurangi kemampuan menyerap
oksigen dari luar juga dapat menyebabkan penurunan kapasitas paru-paru.
Pasien akan mencoba menggunakan otot bantu pernapasan (otot
interkostal) untuk melawan tekanan tinggi, yang menyebabkan
peningkatan kontraksi dada. Adanya inflamasi bronkus dan paru juga
dapat menyebabkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan
gerakan silia di lumen bronkus, yang menyebabkan peningkatan refleks
batuk (Putri, 2017).

9
D. Tanda dan Gejala Bronkopneumonia
Tanda gejala bronkopneumonia menurut (Septiani, 2018)
1) Sesak napas
2) Batuk
3) Kesulitan bicara saat bernafas
4) Demam
5) Gelisah
6) Napas cepat
7) Demam
8) Kelelahan
9) Nafsu makan menurun

E. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk bisa menegakkan diagnose pemeriksaan penunjang yang dapat
digunakan antara lain adalah :
1) Pemeriksaan Laboratuarium
a) Pemeriksaan Darah
b) Pemeriksaan Spuntum
c) Analisa Gas Darah
d) Kultur Darah
e) Sampel darah, Spuntum, dan Urin
2) Pemeriksaan Radiologi
a) Rontgenogram Thoraks
b) Laringoskopi/Bronkoskopi

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada penderita bronkopneumonia
antara lain :
1) Menjaga jalan napas agar tetap lancar
2) Kebutuhan Istirahat

10
Pasien bronkopneumonia biasanya sering mengalami suhu tubuh yang
lebih maka kebutuhan istirahat pasien harus terpenuhi dan semua
aktivitas pasien harus dibantu.
3) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Asupan makanan pasien bronkopneumonia hampir selalu lebih rendah
dari yang dibutuhkan. Peningkatan suhu tubuh dan asupan cairan yang
tidak mencukupi selama beberapa hari dapat menyebabkan dehidrasi.
Untuk mencegah pasien dari dehidrasi dan kekurangan kalori,
dipasang larutan infus yang mengandung glukosa 5% dan NaCl 0,9%.
4) Mengontrol suhu tubuh
5) Pengobatan
Pengobatan bronkopneumonia diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi. Akan tetapi dikarenakan hal tersebut perlu waktu, maka
biasanya pasien akan diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum
luas seperti ampisilin.

G. Komplikasi Bronkopneumonia
Menurut Mubarokah, 2017 komplikasi dari bronkopneumonia antara lain
adalah :
1) Obstruksi jalan napas
Gangguan yang mengakibatkan penyumbatan pada saluran pernapasan
2) Gagal napas
Gagal napas adalah kondisi kegawatan yang terjadi karena gangguan
serius pada sistem pernapasan, sehingga menyebabkan tubuh
kekurangan oksigen.
3) Emfisema
Emfisema merupakan penyakit kronis atau jangka panjang akibat dari
kerusakan pada alveolus.
4) Otitis media akut
Otitis media akut adalah peradangan yang terjadi didalam telinga
bagian tengah.
5) Atelectasis

11
Atelektasis yaitu penyakit paru-paru dimana alveolus tidak terisi oleh
udara. Atelektasis merupakan salah satu penyebab paru-paru kolaps
atau kempis dan tidak bisa mengembang.
6) Meningitis
Meningitis merupakan peradangan yang terjadi di meningen, atau
lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang

12
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dalam (Rusdianti, 2019) pengkajian pada pasien dengan
bronkopneumonia antara lain adalah :
1) Biodata
Biodata pasien meliputi usia, jenis kelamin, No Rm, Alamat, ststus
perkawinan, agama, dan pedidikan
2) Keluhan utama
Biasanya pasien bronkopneumonia mengeluh sesak napas yang
diakibatkan oleh adanya penyumbatan pada lumen bronkus oleh
eksudat.
3) Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien dengan bronkopneumonia ini gejala umum yang paling
sering muncul meliputi menggigil, kepala sakit, sesak napas, nyeri
perut, mual, muntah, demam , dan batuk
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Pengkajian riwayat kesehatan masa lalu ini dilakukan dengan cara
menanyakan apa saja penyakit yang pernah diderita pasien.
5) Riwayat pengkajian keluarga
Pengkajian ini dilakukan untuk mendapatkan data adanya riwayat
penyakit dalam keluarga pasien seperti sesak napas, batuk dalam
rentang waktu lama, dan batuk berdarah.
6) Pemeriksaan fisik per system
Pemeriksaan fisik per sistem ini meliputi :
a) Keadaan umum
Keadaan yang sering terjadi adalah kelemahan pada pasien. Maka
dari itu pengkajian terhadap status kesadaran pasien penting untuk
dilakukan.
b) Breathing

13
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat berupa inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi pada sistem pernapasan.
c) Blood
Pengkajian pada sistem ini meliputi tekanan darah dan nadi.
d) Brain
Klien dengan bronkopneumonia yang berat biasanya mengalami
penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat.
e) Bladder
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan klien. Penderita sering mengalami penurunan produksi urin
akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
f) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan,
atau pun penurunan berat badan.
g) Bone
Kelemahan serta kelelahan fisik secara umum menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam
melakukan aktifitasnya.
7) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian psiko, sosio, dan spiritual ini meliputi fungsi kognitif
pasien, perilaku pasien, dan emosi pasien.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
bronkopneumonia antara lain adalah :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas;sekresi yang tertahan; atau proses infeksi
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus – kapiler
4) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Widyasari, 2020)

14
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dari diagnose keperawatan
yang telah diambil adalah sebagai berikut (SLKI 2019 dan SIKI 2018)
No Dx Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas


napas tidak tindakan selama Observasi :
efektif …x… jam, 1. Monitor pola nafas
berhubungan diharapkan bersihan (frekuensi, kedalaman,
dengan jalan napas usaha napas)
spasme jalan meningkat dengan 2. Monitor bunyi napas
napas;sekresi kriteria hasil: tambahan
yang tertahan; Batuk efektif Monitor sputum (jumlah,
atau proses meningkat warna, aroma)
infeksi (5) Teraputik :
1. Produksi 3. Pertahankan kepatenan jalan
sputum nafas dengan head-tlit, chin-
menurun (5) lift (jaw-thrust jika curiga
2. Mengi trauma servikal)
menurun (5) 4. Posisikan semi fowler atau
3. Wheezing fowler
menurun (5) 5. Berikan minum hangat
4. Dipsnea 6. Lakukan fisioterapi dada
menurun (5) 7. Lakukan penghisapan
5. Frekuensi lender kurang dari 15 detik
nafas 8. Berikan
membaik (5) oksigen Edukasi :
6. Pola nafas 9. Ajarkan teknik batuk efektif
membaik (5) Kolaborasi :

15
10. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
2. Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
tidak efektif tindakan selama Observasi :
berhubungan …x… diharapkan 1. Monitor pola nafas
dengan pola napas membaik, (frekuensi, kedalaman,
hambatan dengan kriteria hasil usaha napas)
upaya napas : 2. Monitor bunyi napas
1. Dipsnea tambahan
menurun (5) Monitor sputum (jumlah,
2. Penggunaan warna, aroma)
otot bantu Teraputik :
napas 3. Pertahankan kepatenan jalan
menurun (5) nafas dengan head-tlit, chin-
3. Pernapasan lift (jaw-thrust jika curiga
pursed-lip trauma servikal)
menurun (5) 4. Posisikan semi fowler atau
4. Pernapasan fowler
cuping 5. Berikan minum hangat
hidung 6. Lakukan fisioterapi dada
menurun (5) 7. Lakukan penghisapan
5. Frekuensi lender kurang dari 15 detik
napas 8. Berikan
membaik (5) oksigen Edukasi :
6. Kedalaman 9. Ajarkan teknik batuk efektif
napas Kolaborasi :
membaik (5) 10. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
3. Gangguan Setelah dilakukan Terapi oksigen
pertukaran tindakan Observasi:

16
gas keperawatan selama 1. Monitor kecepatan aliran
berhubungan …x…jam oksigen Monitor posisi alat
dengan diharapkan terapi oksigen
perubahan pertukaran gas 2. Monitor aliran oksigen
membrane meningkat, dengan secara periodik dan pastikan
alveolus – kriteria hasil ; fraksi yang diberikan cukup
kapiler 1. Dipsnea 3. Monitor efektifitas
menurun (5) terapi oksigen (mis.
2. Bunyi napas oksimetri, analisa gas
tambahan darah), jika perlu
menurun (5) 4. Monitor tanda-tanda
3. Napas cuping hipoventilasi
hidung 5. Monitor tanda dan gejala
menurun (5) toksikasi oksigen dan
4. PCO2 atelectasis
membaik (5) Terapeutik:
5. PO2 6. Pertahankan kepatenan jalan
membaik (5) napas
6. Takikardi 7. Berikan oksigen tambahan,
membaik (5) jika perlu
7. Ph arteri 8. Tetap berikan oksigen saat
membaik (5) pasien ditransportasi
8. Sianosis 9. Gunakan perangkat oksigen
membaik(5) yang sesuai dengan tingkat
9. Pola nafas mobilitas pasien
membaik (5) Edukasi:
10. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
di rumah
Kolaborasi:
11. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen

17
12. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

4. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertermi


berhubungan tindakan Observasi:
dengan proses keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab
penyakit …x…jam, hipertermia (mis dehidrasi,
diharapkan terpapar lingkungan panas,
termoregulasi penggunaan inkubator)
membaik, dengan 2. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil: 3. Monitor kadar elektrolit
1. Suhu tubuh 4. Monitor haluaran urine -
membaik (5) Monitor komplikasi
2. Suhu kulit akibat hipertermia
membaik (5) Terapeutik
5. Sediakan lingkungan yang
dingin
6. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
7. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
8. Berikan cairan oral
9. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
10. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

18
11. Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
12. Berikan oksigen, jika
perlu Edukasi
13. Anjurkan tirah
baring Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2010 dalam Oxyandi & Utami, 2020).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap dimana membandingkan hasil tindakan yang
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan dalam perencanaan
serta menilai apakah masalah sudah teratasi seluruhnya,hanya sebagian
atau belum teratasi (Debora, 2011 dalam Oxyandi & Utami, 2020).
Efektivitas tindakan dan pencapaian hasil yang teridentifikasi terus
dievaluasi sebagai penilaian status pasien. Evaluasi harus terjadi pada
setiap langkah dalam proses keperawatan, serta rencana yang telah
dilaksanakan.Peneliti melaksanakan implementasi berdasarkan
implementasi berdasarkan kriteria hasil yang telah di tetapkan.

19
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONI

20
BAB 5
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada bapak SR dilakukan selama 2 hari pada tanggal


16 Desember 2022 sampai 17 Desember 2022. Intervensi yang telah dilakukan
pada diagnose utama yaitu bersihan jalan nafas adalah sebagai berikut, pada
tanggal 16 Desember 2022 pukul 14.00 dilakukan tindakan keperwatan pada
pasien yaitu melakukan pemeriksaan TTV terutama untuk memonitor saturasi
oksigen dan frekuensi pernafasan pasien dengan evaluasi pasien mengatakan
sesek, TD 152/71 mmHg, MAP 98, nadi 100x/menit, RR 24x/menit, suhu 36,80
C, SpO2 98%. Pada pukul 15.00 dilakukan kembali pemantauan TTV pasien
dengan evaluasi pasien mengatakan agak sesek, TD 137/60 mmHg, MAP 85,
Nadi 90x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,50 C, SpO2 95%. Dilakukan pemberian
obat paracetamol drip3x1 gr (IV infus) pada pukul 16.00 dengan evaluasi pasien
mengatakan setuju diberikan obat, telah dilakukan pemberian obat secara 6 benar.
Dilakukan pemeriksaan TTV kembali pada pukul 17.00 dengan evaluasi pasien
mengatakan masih batuk dan agak sesek, TD 139/63 mmHg, MAP 88, nadi
95x/menit, RR 22x/menit, suhu 37,10%, SpO2 97%. Dilakukan pemberian posisi
fowler pada pukul 17.00 pada pasien dengan evaluasi pasien mengatakan merasa
nyaman dengan posisinya, pasien tampak lebih nyaman. Dilakuakn pemberian
obat pada pukul 18.00 yaitu obat codein 3x10 mg, ambroxol 3x1 tab,
aminophiline 2x200 mg dengan evaluasi pasien setuju diberikan obat, telah
dilakukan pemberian obat secara 6 benar. Melakukan tindakan nebulilizer pada
pukul 19.00 dengan evaluasi pasien mengatakan setuju diberi nebul, pasien
mengatakan lebih merasa enakan setelah nebul, telah dilakukan pemberian
nebulizer velutine plus + flixoride/ 6 jam secara 6 benar. Melakukan pemeriksaan
TTV pada pukul 19.40 dengan evaluasi pasien mengatakan sesek namun
berkurang, TD 140/70 mmHg, Nadi 113x/menit, MAP 93, RR 26x/menit, suhu 37
C, SpO2 93%. Melakukan pemberian terapi baru metylprednisolon 2x62,5 mg
pada pukul 19.50 dengan evaluasi pasien mengatakan setuju diberikan obat,
pasien telah dilakukan pemberian obat secara 6 benar. Pada pukul 19.50
dilakuakan pemberian penambahan kadar oksigen binasal dengan evaluasi pasien
mengatakan agak sesek tetapi setelah dinaikan oksigennya menjadi

21
lebih mendingan, pasien telah dilakukan penambahan kadar oksigen binasal dari
3lpm menjadi 5lpm. Dari hasil implementasi yang telah dilakukan, diketahui
bahwa hasil implementasi belum sesuai dengan kriteria hasik yang ditetapkan,
sehingga assesmennya adalah bersihan jalan napas tidak efektif (maslah teratasi
sebagian), dengan rencana tindakan lanjutkan pemberian nebulizer sesuai program
terapi dan lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4, 8, 9.

Implementasii yang telah dilakukan pada diagnose kedua yaitu nyeri akut
adalah melakukan pengkajian nyeri pada pukul 14.00 dengan evaluasi P: pasien
mengatakan nyeri di dekat tulang rusuk paling bawah saat batuk, Q: pasien
mengatakan nyeri seperti ditarik, R: pasien mengatakan nyeri menetap, tidak
menyebar, S: pasien mengatakan nyeri skala 3, T: pasien mengatakan nyeri
dirasakan hanya saat batuk, pasien tampak memegangi dada bagian bawah jika
batuk. Pada pukul 18.00 dilakuakn pemberian obat codein 3x10 mg, ambroxol
3x1 tab, aminophiline 2x200 mg dengan evaluasi pasien mengatakan setuju diberi
obat, telah dilakukan pemberian obat secara 6 benar. Pada pukul 19.50 dilakukan
pemberian terapi baru metylprednisolon 2x62,5 mg dengan evaluasi pasien
mengatakan setuju diberi obat, telah dilakukan pemberian obat secara 6 benar.
Dari implementasi yang telah dilakukan diketahui bahwa evaluasi implementasi
belum menyelesaikan kriteria hasil yang telah ditetapkan, sehingga diketahu
bahwa assesmen akhir adalah nyeri akut (masalah teratasi sebagian), dengan
rencana tindakan lakunjutkan intervensi no 2, 6, 7, 8 dan terapi sesuai program.

Implementasi yang telah dilakukan pada diagnose keperawatan yang


ketiga yaitu intoleransi aktifitas adalah pada pukul 17.45 membantu pasien makan
dengan evaluasi pasien mengatakan sudah kenyang, pasien makan habis ½ porsi.
Implementasi tersebut bekum meneyelesaikan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
sehingga assesmen akhir adalah intoleransi aktifitas, dengan intervensi lanjutan
yaitu melanjutkan intervensi nomer 4,6,7 Kemudian dilakuakan study
dokumentasi dari tanggal 16 Desember 2022 (21.00) sampai 17 Desember 2022
(05.00).

Pada hari kedua pada tanggal 17 Desember 2022, dilakukan implementasi


pada diagnosa keperawatan yang pertama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif
yaitu pada pukul 07.50 melakukan pemeriksaan TTV dengan evaluasi pasien

22
mengatakan sesek berkurang, TD 157/72 mmHg, MAP: 100, Nadi 104x/menit,
RR 20x/menit, Suhu 36,50 C, SpO2 96%. Kemudian pada pukul 08.00 dilakukan
pemberian obat codein 3x10 mg, ambroxol 3x1 tab, KSR 1x1 tab, aminophiline
2x200mg, ceftriaxone 2x1 gr, methylprednisolon 2x62,5 mg, paracetamol drip
3x1gr dengan evaluasi pasien mengatakan setuju diberi obat, telah dilakukan
pemberian obat secara 6 benar. Melakukan pemeriksaan TTV pada pukul 11.50
dengan evaluasi pasien mengatakan sesek membaik. TD 126/65 mmHg, nadi
92x/menit, suhu 36 C, SpO2 96%, RR 23x/menit. Pada pukul 12.00 dilakukann
pemberian obat codein 3x10 mg, ambroxol 3x1 tab dengan evaluasi pasien
mengatakan setuju diberi obat, telah dilakukan pemberian obat secara 6 benar.
Dilakukan pemberian nebul pada pukul 12.30 dengan evaluasi pasien mengatakan
setuju diberi nebul, pasien mengatakan lebih merasa enakan setelah nebul, telah
dilakukan pemberian nebulizer velutine plus + flixoride/ 6 jam secara 6 benar.
Pukul 13.00 dilakukan pemebrian penkes menegani Teknik nafas dalam dan batuk
efektif pada pasien dengan evaluasi pasien mengatakan memahami tentang materi
yang diberikan, pasien Nampak mengerti dan dapat menyebutkan kembali materi
yang diberikan. Dari implementasi yang telah dilakukan, belum memenuhi kriteria
hasil yang telah ditetapkan, sehingga assesmen akhir adalah bersihan jalan nafas
tidak efektif (masalah teratasi sebagian) dengan intervensi lanjutan adalah
lanjutkan intervensi no 1,2,3,8,9

Implementasi yang telah dilakukan untuk diagnose keperawatan yang


kedua yaitu nyeri akut adalah pada pukul 08.00 dilakukan pemberian obat codein
3x10 mg, ambroxol 3x1 tab, KSR 1x1 tab, aminophiline 2x200mg, ceftriaxone
2x1 gr, methylprednisolon 2x62,5 mg, paracetamol drip 3x1gr dengan evaluasi
pasien mengatakan setuju diberi obat, telah dilakukan pemberian obat secara 6
benar. Pada pukul 12.00 dilakukann pemberian obat codein 3x10 mg, ambroxol
3x1 tab dengan evaluasi pasien mengatakan setuju diberi obat, telah dilakukan
pemberian obat secara 6 benar. Dari implementasi yang telah diberikan, diketahui
bahwa nyeri akut baru teratasi sebagian sehingga assesmennya adalah nyeri akut
(masalah teratasi sebagian), dan intervensi lanjutan yang dilakukan adalah
melanjutkan intervensi no 2, 6, 7, 8 dan terapi sesuai program.

23
Implementasi yang telah dilakukan untuk diagnose keperawatan yang
ketiga adalah intoleransi aktifitas adalah pada pukul 07.00 melakukan membantu
pasien mandi dan berpakaian dengan evaluasi pasien mengatakan badan lebih
segar, telah membantu pasien mandi mandi dan berpakaian di tempat tidur, pasien
tampak lebih rapi dan bersih. Assesmen akhir adalah intoleransi aktifitas dengan
intervensi lanjutan melanjutkan intervensi no 4, 6, 7

24
BAB 6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Bp SR dengan
bronkopneumonia, dilakukan selama 2 hari. Diagnosa keperawatan yang
ditegakkan pada kasus ini adalah bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
hipersekresi jalan nafas, nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, dan
intoleransi aktifitas b.d ketidakefektifan antara suplei dan kebutuhan
oksigen.
Pada asuhan yang dilakukan telah dilakukan beberapa intervensi
pada Bp SR. Intervensi yang telah dilakukan antara lain manajemen jalan
nafas, menejemen nyeri, dan dukungan perawatan diri. Telah dilakukan
tindakan pemantauan TTV terutama pernafasan pasien, pemberian obat,
pemberian posisi fowler, pemberian nebul, oksigenasi, pengelolaan nyeri
dan dukungan perawatan diri terkait dengan intoleransi aktifitas pasien.
Pada hari pertama, TTV dan pola nafas pasien belum stabil, namun setelah
dilakukan beberapa intervensi keperawatan pasien menjadi lebih sedikit
membaik, pola nafas pasien lebih stabil dan sesek sedikit berkurang.

B. Saran
Pada asuhan keperawatan pada pasien bronkopneumonia, perlu
dilakuakan dan ditingkatkan kembali untuk pemantauan pernafasan pasien.
Pasien perlu dimotivasi lebih mengenai program pasien untuk tetap
bedrest dan tidak melakukan aktifitas berlebih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan


Pneumonia: Study Kasus. Indonesian Journal of Health Development,
2(2), 102-107.

Kintan Wahyuningtyas, N. S. (2020). Asuhan Keperawatan Anak


Bronkopneumonia dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis: Oksigenasi.
2.

Oxyandi, M., & Utami, A. S. (2020). PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) PADA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE NON
HEMORAGIK. Jurnal
Kesehatan: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 10(01), 25-37.

Putri, S. A. (2017). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi pada


Pasien Bronkopneumonia di Ruangan HCU Anak IRNA Kebidanan dan
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017. 35-38.

Rusdianti, H. (2019). Asuhan Keperawatan Bronkopneuonia pada An. At dan An.


Ab dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
di Ruang Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019. 18-27.

Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on Pediatric Patient. 185. Tahun 2019. 23-


27.

Sari, M. O. (2018). Asuhan Keperawatan pada Bronkopneumonia dengan Fokus


Studi Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di RSUD Tidar
Kota Magelang. 4.

Septiani, F. T. (2018). Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia pada An. D


dan An. J dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas di Ruang Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018,
79.

26
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

27
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (20189). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Widyasari, I. (2020). Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan


Bronkopneumonia Yang Dirawat di Rumah Sakit. 36-37.

28

Anda mungkin juga menyukai