Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.

M DENGAN KASUS BRONCOPENEUMIA

DI RUANG PICU RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA

Disusun Oleh:

YUNIRA NAILA FITRINA


20010136

Dosen Pembimbing: Ns. Nurfitriana, S.Kep M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN. M DENGAN KASUS BRONCOPENEUMIA

DI RUANG PICU RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA

LHOKSEUMAWE, 24 AGUSTUS 2022

Telah Disetujui Oleh :

Clinical Instruktur Akademik Clinical Instruktur Klinik

Ns. Cut Yeni Fachrina, S.Kep. Ns.Karmila Arma, S. Kep


Nip : 1975 1006 200701 2003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah serta inayah-Nya, kepada kita semua sehingga kami dapat menyusun
makalah ini. Laporan yang berjudul “DEMAM THYPOID” dengan lancar sebagai tugas dari
Praktik Klinik Keperawatan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah sampai zaman islamiyah
ini.

Mengingat keterbatasan kemampuan kami menyadari bahwa dalam menyusun


makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
dan semua orang yang membaca.

Lhokseumawe, 24 Agustus 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopneumonia merupakan radang yang menyerang paru-paru dimana

daerah konsolidasi atau area putih pada paru-paru terdapat cairan atau seluler

yang tersebar luas disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris (Wijaya & Putri,

2013). Bronkopneumonia dapat dijumpai pada bayi dan anak dibawah usia 6

tahun. Istilah untuk Bronkopneumonia digunakan dalam menggambarkan

pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu

atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru

(Smeltzer & Bare,2013).

Menurut penelitian Johnson et al., 2008, di Nigeria dari 419 anak, 234

(72,4%) mengalami Bronkopneumonia. Menurut WHO (World Health

Organization), kasus pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar

pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 920.136 anak-anak di

bawah usia 5 tahun pada tahun 2015, menyumbang 16% dari semua kematian

anak balita (WHO, 2015). Angka prevalensi Pneumonia di Indonesia, pada balita

adalah 18,5 per mil. Insidens tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok

umur 12-23 bulan (21,7‰) (Depkes RI, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi

Bali, 2013, cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2013 sebesar

22,5 masih diatas tahun 2012 namun masih dibawah angka tahun 2010

sebesar 74,46%. Pada tingkat Kabupaten/Kota dapat diketahui cakupan

penemuannya 15%, yaitu Denpasar, Buleleng, Badung dan Kabupaten Jembrana.


Jumlah kasus pneumonia di Kabupaten Badung pada tahun 2015 sebanyak

120 kasus dan tahun 2016 sebanyak 190 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten

Badung, 2016)

Berdasarkan data yang di dapat di RSUD Mangusada Badung Provinsi

Bali, pada tahun 2015 terdapat sebanyak 57 kasus anak yang mengalami

Bronkopneumonia. Pada tahun 2016 terdapat sebanyak 105 kasus dan pada

tahun

2017 terdapat 116 kasus anak yang mengalami bronkopneumonia.

Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami

Bronkopneumonia yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan bersihan

jalan napas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi

aktivitas, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit (Nurarif & Kusuma, 2015).

Proses peradangan dari proses penyakit bronchopneumonia menimbulkan

manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah dan salah satunya

adalah gangguan pertukaran gas. Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan

atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada

membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Sakina & Larasati, 2016 di RSUD Abdoel

Moeloek, diagnosis Bronkopneumonia dapat ditegakkan karena pada pasien

ditemukan 4 dari 5 gejala berdasarkan kriteria diagnosis yaitu didapatkan sesak

nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada dan

ronkhi basahsedang nyaring. Jaringan paru mengalami konsolidasi maka

kapasitas vital dan compliance paru menurun yang dapat mengganggu

kemampuan seseorang untuk mempertahankan pertukaran gas terutama O2

2
dan CO2, serta aliran darah mengalami konsolidasi yang menyebabkan

ventila perfusi tidak sesuai, sehingga berakibat pada hipoksia , kerja jantung

meningkat dan hiperkapnia. Faktor yang mendasari terjadinya hal tersebut

salah satunya yaitu inefisiensi pertukaran gas yaitu ketidakcocokan rasio ventilasi-

perfusi atau ruang rugi yang meningkat (Somantri, 2012). Pada keadaan yang

berat bisa terjadi gagal napas (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2008). Studi

Pendahuluan yang dilakukan di RSUD Mangusada Badung tahun 2018 ditemukan 2

penderita Bronkopneumonia yang mengalami gangguan pertukaran gas dengan

sesak nafas dan saturasi oksigen yang menurun.

B. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada

anak Bronkopneumonia dengan gangguan pertukaran gas.

2. Tujuan khusus studi kasus

Secara khusus tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk:

a. Mengidentifikasi data objektif dan data subyektif pada anak

Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak Bronkopneumonia

dengan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas

c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada anak Bronkopneumonia

dengan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas

3
d. Mengobservasi tindakan keperawatan pada anak Bronkopneumonia dengan

masalah keperawatan gangguan pertukaran gas

e. Mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan pada anak

Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas

C. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan

khususnya keperawatan anak

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada anak Bronkopneumonia dengan

masalah gangguan pertukaran gas.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih

lanjut.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan


oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Bronkopneumonia adalah
radang pada paru-paru yang menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran
berbercak, teratur, dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan
meluas ke parenkim paru (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah suatu
peradangan pada parenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi
juga pada bronkioli (Ringel, 2012).

2. Etiologi Bronkopneumonia

Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti


diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus, haemophilus
influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium tuberculosis,
disebabkan oleh virus seperti respiratory syntical virus, virus influenza dan virus
sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti citoplasma capsulatum, criptococcus
nepromas, blastomices dermatides, aspergillus Sp, candinda albicans, mycoplasma
pneumonia dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih, 2013).

3. Manifestasi Klinis Bronkopneumonia

Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :

a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi


saluran pernapasan atas.
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.

d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.
e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas. f.
Batuk disertai sputum yang kental.
f. Nafsu makan menurun.
4. Patofisiologi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan


oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Suhu tubuh meningkat
sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang karena demam yang sangat tinggi. Anak yang
mengalami bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung dan mulut, merintih
dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009). Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke
bronkioli dan alveoli melalui saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan
hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan
edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli
menjadi melebar.
Apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah
edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan
mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan berdampak pada pada penurunan
jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja
jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu
yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat sampai sianosis.

5. Komplikasi

Menurut Sowden & Betz (2013), Bronchopneumonia dapat mengakibatkan


penyakit lain, yaitu :

a. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk hilang.

b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang

d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.


6. Penatalaksanaan
Farmakologi
Penatalaksanaan menurut MTBS (2011) yaitu :
a. Pemberian antibiotic2) Terapi O2

b. Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul


c. Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala

d. Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator
e. Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk
efektif.
f. Banyak minum air putih hangat
g. Suction bila ada sumbatan jalan nafas
h. Kompres hangat jika demam
i. Diit pasien jenis ML ( makan lunak )

7. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks
2. Laboratarium rutin DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum,
creatinine, SGOT, SGPT.

3. Analisa gas darah, elektrolit


4. Pewarnaan gram sputum

5. Kultur sputum

6. Kultur darah

7. Pemeriksaan serologi
8. Pemeriksaan antingen

9. Tes invasif
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. BIODATA

A. Identitas Klien (Anak)

1. Nama/Nama panggilan : An. M


2. Tempat tanggal lahir/Usia : Lhoksukon, 17-08-2021
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Mns. Tuha, Lhoksukon
7. Tanggal masuk : 24-08-2022
8. Tanggal pengkajian : 25-8-2022
9. Diagnosa medic : Broncopeumonia
10. Rencana therapy : O2 + INF + INJ + OGT

B. Identitas Orang Tua

Ayah Ibu
Nama : Arifin Nama : Juraida
Usia : 44 tahun Usia : 35 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan/Penghasilan : Petani Pekerjaan/Penghasilan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Dusun tgk balek angen Alamat : Dusun tgk balek angen
C. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Ket


Abdul aziz 7 tahun Saudara kandung Hidup

II. KELUHAN UTAMA

1. Keluhan utama :
Sesak nafas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien dibawa keluarga dengan keluhan sesak nafas disertai kejang dan demam + 3 hari

3. Riwayat Penyakit pada keluarga yang diturunkan


Keluarga pasien tidak memiliki penyakit yang diturunkan sesak (-) kejang (-)

III. RIWAYAT PRIBADI

1. Riwayat Kehamilan dan persalinan :


Prenatal :-
Intra natal : -
Post natal : -
2. Riwayat makanan/minuman):
Sejak lahir sampai umur 10 bulan pasien minum asi
Sejak tiba diruang PICU minum asi

Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Sosial


Adanya reflek kejang Tidak ada gerekan otot - -

4. Riwayat Vaksin : -

5. Riwayat Penyakit Dahulu : -

6. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :


Yang Mengasuh : Orang tua

Pola Hubungan : Ayah dan ibu kandung

7. Pemeriksaan Fisik Khusus :

a. Kesan Umum :

b. Tanda Vital Utama :

Nadi : 130 x/menit

Suhu : 40’C Tekanan Darah : mmHg

Pernapasan : 36 x/menitTipe :

c. Status Gizi :

Berat Badan : 9 kg Lingkar Dada : cm

Tinggi Badan : 72 cm Lingkar Lengan Atas : cm

Lingkar Kepala : 45 cm

d. Kulit/integument, kelenjar linfe :

*Kulit terlihat pucat

*Badan terasa hangat

e. Otot : Simetris

f. Tulang : Simetris

g. Sendi : Simetris

h. Jantung : Simetris

1. Batas Jantung (Jelaskan) : inspeksi, palpasi, perkusi

1) Inpeksi : Pernafasan cuping hidung distensi abdomen, nyeri dada waktu bernafas
2) Palpasi : Hati yang membesar flemitus teraba meningkat
3) Perkusi : Suara redup pada posisi yang sakit
2.Suara Jantung :
1-2 normal
i. Paru-paru/pernapasan (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi ) :
Bagian Kanan Kiri

Depan Dalam batas normal sonor sistem Dalam batas normal


Premitus (+)
Ronchi (+)
Belakang Dalam batas normal Dalam batas normal

j. Perut (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)

Infeksi : Dalam batas normal

Aukultasi : ronchi

Palpasi : Tempremituss

Perkusi : sonor

k. Anogenital

Item Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

- - - -

- - - -

- - - -

- - - -

II. Sensibilitas & Persyarafan :

III. Kepala
1) Bentuk, rambut, kulit : Normal, warna hitam, sawo matang
2) Mata : Pucat
3) Hidung : Simetris
4) Telinga : Simetris
5) Mulut (dan Gizi) :-
6) Pharynx, leher : Simetris ( tidak ada pembekakan kelenjar ketah pening )

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN SAAT INI

1. Aktivitas dan istirahat


Gejala : kelemahan, belum sadar

2. Eliminasi

3. Koping dan Dampak Hospitalisasi pada Anak dan Orang Tua


Orang tua selalu menanyakan tentang perkembangan anaknya.

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen


2. Gangguan pemenuhan nutrisi
3. Hipertermi

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Gangguan pemenuhan NOC :  Posisikan pasien untuk
kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan memastikan ventilasi
keperawatan pasien menunjukkan  Dilakukan fisioterapi
keefektifan bola nafas dibuktikan dada jika perlu
kriteria hasil :  Keluarkan cektret
 Mendemotrasikan batu dengan batuk atau
efektif dan suara nafas section
yang bersih tidak ada  Aukultasi suara nafas
synopsis dan dyspnea  Atur posisi semi fowler
(mampu mengeluarkan  Kolaborasi dengan tim
sputum, mampu bernafas medis
denan mudah, tidak ada
pursed lift)

 Menunjukkan jalan nafas


yang paten (pasien
merasa tidak efektif)
frekuensi pernapasan
dalam rentang normal

 Tanda-tanda vital

2. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukam timdakan  Kaji tanda vital sign


nutrisi keperawatan dalam 3x24 jam dengan status nutrisi
Diharapkan nutrisi pasien terpenuhi  Anjurkan dengan
dengan kriteria hasil : menjaga kebersihan
 Terjadi peningkatan berat mulut
badan sesuai batasan waktu  Kolaborasi dengan tim
 Peningkatan status nutrisi medis

Setelah melakukan tindakan  Pantau monitor suhu


3. Hipertemi keperawatan keluarga mengatakan sesering mungkin
dengan kriteria hasil :  Pantau monitor warna
 Suhu 40’C dan suhu kulit
 Nadi dan RR dalam rentang  Kompres pasien pada
tidak normal lipat rahan dan arsila
 Lemas  Kolaborasi dengan tim
medis

CATATAN PERKEMBANGAN

N Hari/Tgl/Jam Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP)


o
1. Hari ke-1/ 24-08- Memposisikan pasien untuk S : Keluarga menggatakan
2022 memastikan ventilasi Nafasnya sesak

Melakukan fisioterapi dada jika O :RR 24x/i


perlu Pasien tampak
Meringgis
Mengeluarkan sektret dengan
batuk atau section A :Masalah belum
Teratasi
Mengaukultasi suara nafas
P :Intervensi dilanjutkan
Mengatur posisi semi fowler

Mengkolaborasi dengan tim


medis

2. Mengkaji tanda vital sign dengan S : Keluarga pasien


status nutrisi mengatakan tidak nafsu
makan
Menganjurkan dengan menjaga
kebersihan mulut O : Klien tampak lemas

Mengkolaborasi dengan tim A : Malah belum teratasi


medis
P : intervesi dilanjutkan

3 Memantau monitor suhu S :Kelurga pasien


sesering mungkin menggatakan badan
panas,berkeringgat dan
Meumantau monitor warna dan mengigil
suhu kulit
O : Suhu 40’C
Mengompres pasien pada lipat
rahan dan arsila A : Masalah belum
. teratasi
Mengolaborasi dengan tim medis
P :Intervensi dilanjutkan

No Hari/Tgl/Jam Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP)

1. Hari ke 2 Memposisikan pasien untuk S : keluarga pasien


25-8-2022 memastikan ventilasi menggatakan nafasnya
sesak kadang
Melakukan fisioterapi dada jika -kelurga pasien
perlu menggatakan lemas
O :RR :23x/i
Mengeluarkan sektret dengan -Pasien terpasang oksigen
batuk atau section A : Masalah belum
teratasi
Mengaukultasi suara nafas P : intervensi dilanjutkan

Mengatur posisi semi fowler

Mengkolaborasi dengan tim


medis

S : Keluarga pasien
menggatakan badannya
2. Mengkaji tanda vital sign dengan hangat sedikit mengigil
status nutrisi masih berkeringat
O : Suhu 38`C
Menganjurkan dengan menjaga A : masalah belum teratasi
kebersihan mulut P : intervensi dilamjutkan

Mengkolaborasi dengan tim


medis S : keluarga pasien
mengatakan tidak lagi
menggigil dan berkeringat
O : Masih tampak lemas
3. Memantau monitor suhu A : Masalah belum teratasi
sesering mungkin P : Intervensi dilanjutkan

Meumantau monitor warna dan


suhu kulit

Mengompres pasien pada lipat


rahan dan arsila

Mengolaborasi dengan tim


medis

No Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi(SOAP)


1 Hari ke-3/26-08- Memposisikan pasien untuk S : keluarga pasien
2022 memastikan ventilasi mengatakan pasien tidak
lagi sesak
Melakukan fisioterapi dada jika O : RR 21x/i
perlu Pasien tidak terpasang
oksigen
Mengeluarkan sektret dengan A : Masalah teratasi
batuk atau section P : Intervensi dilanjutkan

Mengaukultasi suara nafas

Mengatur posisi semi fowler

Mengkolaborasi dengan tim


medis

S : Keluarga pasien
Mengkaji tanda vital sign dengan mengatakan nafsu
status nutrisi makannya meningatkat
O : Sudah mulai membaik
Menganjurkan dengan menjaga A : Masalah teratasi
kebersihan mulut P : Intervensi berhenti

Mengkolaborasi dengan tim


medis

S : keluarga pasien
mengatakan demam
menurun
Memantau monitor suhu O : Suhu : 36`C
sesering mungkin A : Masalah teratasi
P : Intervensi berhenti
Meumantau monitor warna dan
suhu kulit

Mengompres pasien pada lipat


rahan dan arsila

Mengolaborasi dengan tim


medis

Anda mungkin juga menyukai