Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

BRONKOPNEUMONIA

Dosen Pengampu : Monalisa, S.Kep, Ners., M.Kep


Disusun Oleh Kelompok 1 :
1. Aquardo Leovalentino
2. Eka Novrianti
3. Lasro Theresia
4. Melisa Yuliana
5. Nurfadilla Bahri
6. Pooja Putri
7. Pori Zona
8. Reni Novianti
9. Widya Astuti
10. Yuliza

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan Bronkopnuemonia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 08 Agustus 2022

(Kelom

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 6
2.1 Konsep Dasar Medis Bronkopneumonia ................................................................................ 6
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia .................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 17
TINJAUAN KASUS ................................................................................................................ 17
BAB IV .................................................................................................................................... 30
PENUTUP................................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan tahapan yang harus dilalui dalam
kehidupan sebelum seseorang dikatakan sebagai orang yang dewasa. Anak
harus melewati periode penting dalam masa kanak-kanaknya yaitu periode
pertumbuhan dan perkembangan atau yang disebut juga sebagai fase “Golden
Age”. Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak biasanya disebabkan
karena organ-organ tubuhnya yang berfungsi dengan optimal seperti pada
sistem pernapasan. Pada sistem pernapasan, anak lebih rentang terhadap
penyakit salah satunya pneumonia atau bronkopneumonia.
Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,
jamur dan bakteri. Sampai saat ini program dalam pengendalian pneumonia
lebih di prioritaskan pada pengendalian pneumonia balita. Pneumonia pada
balita ditandai dengan batuk atau tanda kesulitan bernapas yaitu adanya nafas
cepat, kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, dengan
frekuensi nafas berdasarkan usia penderita. Bronkopneumonia merupakan
salah satu penyakit yang menyerang saluran pernafasan dimana tanda dan
gejalanya dimulai dari batuk, pilek, disertai dengan panas dan
Bronkopneumonia juga penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada
system pernafasan atau suatu peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda (Kementrian Kesehatan RI,
2018).
Pneumonia biasanya dijumpai dengan gejala klinis berupa demam,
batuk, muntah, pilek, Buang Air Besar (BAB) encer, sianosis, sesak napas
dan pada pemeriksaan fisik ditemukan demam dengan suhu rata-rata 36,70
oC, nafas cuping hidung, retraksi dinding dada, ronchi dan dapat ditemukan
mengik (Dewi, 2019). Berdasarkan data UNIFEC (2016) pneumonia adalah penyebab
kematian terbesar pada anak di seluruh dunia. Sebanyak 920.136 anak
dibawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumonia pada tahun 2015.
Pneumonia menyumbang sekitar 16 persen dari 5,6 juta kematian balita,
memakan korban sekitar 880.000 anak pada tahun 2016 (Ayu, 2018).

4
Berdasarkan data laporan ruin Subdit ISPA Tahun 2018, didapatkan
insiden (per 1000 bayi) di Indonesia sebesar 20,06% nyaris sama dengan
informasi tahun sebelumnya 20,56%. Salah satu upaya yang dicoba buat
mengatur penyakit ini ialah dengan meningkatkan temuan pneumonia pada
bayi. Perkiraan permasalahan pneumonia secara nasional sebesar 3,55%
tetapi angka perkiraan kasus pneumonia di tiap-tiap provinsi memakai angka
yang berbeda-beda cocok angka yang telah diresmikan (Kementrian
Kesehatan RI, 2018).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir dapat memahami
tentang konsep dan teori yang bersangkutan dengan bronkopneumonia dan
memperoleh pengalaman nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien An. S dengan diagnosa bronkopneumonia melalui pendekatan
keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Berikut beberapa tujuan khusus yaitu :
1. Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi pada An.S dengan diagnosa bronkopneumonia di
Ruang Keperawatan anak.
2. Mempelajari adanya kesenjangan antara teori dan penerapan asuhan
pada An.S dengan diagnosa bronkopneumonia di Ruang Keperawatan anak.
3. Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung dalam
melaksanakan proses keperawatan pada An.S dengan diagnosa
Bronkopneumonia di Ruang Keperawatan anak.
4. Melaksanakan pemecahan utama An.S dengan gangguan sistem
pernapasan “Bronkopneumonia” di ruang Keperawatan Anak.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis Bronkopneumonia


2.1.1 Pengertian Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang
saluran pernafasan dimana tanda dan gejalanya dimulai dari batuk, pilek,
disertai dengan panas dan Bronkopneumonia juga penyakit yang dapat
menimbulkan gangguan pada system pernafasan atau suatu peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur (Kementrian Kesehatan
RI, 2018). Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
disekitarnya (Nurafif, 2015).
Bronkopneumonia disebut juga dengan pneumonia lobularis yaitu
suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir dan biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering
menimpa anak-anak balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti seperti bakteri, virus, jamur, tetapi ada juga sejumlah penyebab non
infeksi yang harus dipertimbangkan (Wijayaningsih, 2013).
Bronkopnuemonia merupakan klasifikasi pneumonia dengan pola penyebaran
berbecak, teratur pada satu area atau lebih area yang berada dalam bronki dan meluas
ke jaringan paru lainnya yang berdekatan disekitarnya. Bronkopnemunia dapat terjadi
sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring
atau penyebaran hematogen dari infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru
melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli menimbulkan reaksi peradangan
dan menghasilan cairan edema.
Menurut Smeltzer (2000) Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi yang
terjadi pada paru-paru akibat agen infeksi seperti virus, jamur, bakteri, parasite yang
ditandai dengan tanda kesulitan bernapas yaitu adanya napas cepat, kadang disertai
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dengan frekuensi nafas abnormal.
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam

6
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer, 2000).
2.1.2 Klasifikasi Bronkopneumonia
Bronkopnuemonia dikelompokkan berdasarkan pedoman dan tatalaksana
sebagai berikut :
1. Bronkopnuemonia sangat berat : apabila ditemukan sianosis dan anak
sama sekali tidak mampu minum, maka anak perlu dirawat di rumah sakit
dan diberikan antibiotic.
2. Bronkopnuemonia berat : apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa
sianosis dan masih mampu minum, maka anak perlu dirawat di rumah
sakit dan diberi antibiotic.
3. Bronkopnuemonia : jika terdapat retraksi dinding dada tetapi ditemukan
pernaasan cepat >60x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan,
>50x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun, >40x/menit pada anak usia 1-
5 tahun.
4. Bukan bronkopnuemonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda
terinfeksi bakteri bronkopnuemonia, maka tidak memerlukan perawatan
dak tidak perlu diberikan antibiotic.
2.1.3 Etiologi Bronkopneumonia
Penyebab paling banyak dari terjadinya Bronkopneumonia pada anak adalah bakteri
pneumokokus dan virus. Pada bayi dan balita sering ditemukan staphylocomlus
aureus sebagai penyebab terberat dengan angka kematian yang tinggi. Proses
terjadinya bronkopnuemonia didahului oleh terjadinya peradangan pada jaringan paru
atau alveoli yang biasanya diawali oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Bronkopneumonia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Bakteri (pnuemokokus, streptokokus, staphylocomlus, H. Influenza, Klebsiela
mycoplasma pneumonia)
2. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza)
3. Jamur (histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes)
2.1.4 Patofisiologi Bronkopneumonia
Kuman masuk melalui jaringan paru-paru dan terlibat di saluran pernapasan atas.
Kelainan yang disebabkan berupa bercak-bercak yang tersebar pada kedua paru-paru.
Bronkopnuemonia terjadi akibat dampak dari inhalasi mikroba yang ada di udara,
aspirasi organisme atau penyebaran hematogen dari infeksi yang jauh. Bakteri yang
masuk ke paru-paru mengakibatkan peradangan dan menimbulkan cairan edema yang

7
mengandung banyak proteion dala alveoli sehingga menyebabkan alveoli penuh
dengan cairan yang mengandung eritrosit dan fibrin sehingga kapiler alveoli menjadi
melebar. Paru menjadi hampa udara sehingga suplai darah berkurang, alveoli penuh
dengan leukosit dan sedikit eritrosit. Kuman pneumokokus akhirnya ditekan oleh
leukosit dan makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit bersama kuman
pnuemokukus di dalamnyaa, selanjutnya, paru-pari akan terlihat berwarna abu-abu
kekuninga, dengan perlahan sel darah merah yang mati dikeluarkan oleh fibrin.
Konsolidasi tidak berjalan dengan baik akan mengalami gangguan proses difusi
osmosis oksigen pada alveolus. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan jumlah
oksigen yang divawa aliran darah dan menyebabkan gejala klinis seperti pucat sampai
sianosis. Ditemukannya mukus pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan pada paru, pada penderita bronkopnuemonia mereka melawana tekanan
menggunakan otot bantu pernapaasan yang berdampak pada peningkatan retrasksi
dada. Terjadunya radang pada bronkus dan paru menyebabkan produksi mucus
berlebih dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga terjadinya flek
batuk yang berlebih

2.1.5 Pathway

8
2.1.6 Manifestasi Klinik Bronkopneumonia
Menurut Ringel (2012) tanda dan gejala bronkopneumnia yaitu :
1. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh
infeksi saluran pernapasan atas.
2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak
cepat dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
3. Adanya bunyi napas tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
4. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat kadang-kadang terjadi
kejang.
5. Anak merasa nyeri atau sakit pada daerah dada ketika batuk dan
bernapas.
6. Batuk disertai dengan sputum yang kental.
7. Nafsu makan menurun
2.1.7 Pencegahan Bronkopneumonia
Upaya pencegahan dalam pemberantasan bronkopneumonia pada anak
yang menderita bronkpneumonia terdiri dari penegahan melalui imunisasi
dan non imunisasi. Program pengembangan imunisasi difteri, pertusis,
tetanus dan campak. Upaya pencegahan non imunisasi meliputi pemberian
ASI Ekslusif, pemberian nutrisi yang baik, penghindaran paparan asap
rokok, perbaikan lingkungan serta perilaku hidup yang sehat (Sinaga, 2019).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah : Meningkatnya jumlah netrofil.
2.Pemriksaan sputum : Untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur darah
dan tes sensitivitas yang berguna untuk mendeteksi agen infeksi.
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Rontgen thorax : Menunjukan konsolidasi
2. Laringoscopi/bronchoscopi : Untuk menentukan apakah jala napas
tersumbat oleh benda padat
c. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan cairan mikrobiologi, dapat dibiakan dari spsimen
usap tenggorokan, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi
trakea,fungsi pleura atau aspirasi paru(Wijayaningsih,2013).
2.1.9 Komplikasi Bronkopneumonia

9
1. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnua nanah dalam
ruang pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh ringga pleura.
2. Otitis media akut adalah suatu peradangan seagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
3. Atelektasis adalah penyalit restriktif akut yang mencakup kolaps
jaringan paru (alveoli) atau unit fungsional paru.
4. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang telah
meradang,
5. Endokarditis adalah peradangan endokardium.
6. Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang
menutupi otak dan medula spinalis).
7. Komplikasi tidak dapat terjadi jika diberikan antibiotik secara tepat.
2.1.10 Penatalaksanaan Bronkopneumonia
Penatalaksanaan yang diberikan pada anak dengan bronkopnuemonia, yaitu :
1. Pemberian antibotik penilisin, pemberian obat ini untuk mengurangi penyebab
infeksi dan menghindari resistensi antibiotik.
2. Perbaikan gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena.
3. Pemberian nutrisi enteral secara perlahan pada pasien yang mengalami
perbaikan sesak napas.
4. Terapi inhalasi diberikan jika sekresi lender sudah berlebihan seperti nebulizer
dengan flexotid dan ventolin.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia


2.2.1 Pengkajian
Adapun data hasil pengkajian pada Bronkopneumonia menurut
Wijayaningsih (2013):
1. Identitas.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare, tinja berdarah dengan
atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

10
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40ºC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi

c. Riwayat penyakit dahulu.


Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Bronkopneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita
sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah
karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
3. Pemeriksaan Persistem.
a. Sistem kardiovaskuler. : Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk
produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,

11
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan fiction rub, perkusi
redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang
tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan
pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama,
mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi
dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus
pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering.
4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000- 40.000/m3
dengan pergeseran ke kiri LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan
test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi
salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x
ray) dilakukan untuk melihat :
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan
OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobatan.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

12
Berdasarkan PPNI (2018) diagnosa yang sering muncul pada anak
bronkopneumonia adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Keengganan
untuk makan).
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI (2018), rencana tindakan keperawatan pada
bronkopneumonia adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas.
Tujuan dan kriteria hasil :
 Produksi sputum menurun.
 Batuk berdahak menurun.
 Frekuensi napas membaik.
 Pola napas membaik.
Intervensi :
 Monitor adanya bunyi napas tambahan.
 Posisikan semi fowler/fowler.
 Berikan minuman yang hangat.
 Berikan oksigen, jika perlu.
 Ajarkan teknik batuk efektif.
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
Tujuan dan kriteria hasil :
 Pernapasan cuping hidung menurun.
 Warna kulit membaik.
 Pola napas membaik.
Intervensi :
 Monitor pola napas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
napas).
 Monitor adanya sputum.

13
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu.
 Berikan oksigen, jika perlu.
 Anjurkan asupan cairan 2.000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, nebulizer, jika perlu
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Keengganan
untuk makan)
Tujuan dan kriteria hasil :
 Porsi makan yang dihabiskan meningkat.
 Berat badan meningkat.
 IMT meningkat
Intevensi
 Identifikasi status nutrisi.
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.
 Monitor asupan makanan.
 Monitor berat badan.
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
 Berikan suplemen makanan, jika perlu.
 Anjurkan posisi duduk, jika perlu.
 Ajarkan diet yang diprogramkan.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu penerapan atau juga sebuah tindakan
yang dilakukan dengan berdasarkan suatu rencana yang telah/sudah disusun
atau dibuat dengan cermat serta juga terperinci sebelumnya. Pendapat lain
juga mengatakan bahwa pengertian implementasi merupakan suatu tindakan
atau juga bentuk aksi nyata dalam melaksanakan rencana yang sudah
dirancang dengan matang. Dengan kata lain, implementasi ini hanya dapat
dilakukan apabila sudah terdapat perencanaan serta juga bukan hanya
sekedar tindakan semata (Setiadi, 2012).
Pedoman implementasi keperawatan menurut (Dermawan, 2012)
1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan
setelah memvalidasi rencana.

14
2. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan
kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.
3. Keamanan fisik dan psikologi pasien dilindungi.
4. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan
perawatan kesehatan dan renana asuhan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
1. Tipe evaluasi
Tipe pernyataan tahapan evaluasi dapat ilakukan seara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama
proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
akhir.
2. Bentuk evaluasi bentuk evaluasi telah diklasifikasikan berdasarkan apa
yang dinilai dan kapan, terdapat 3 tipe evaluasi sebagai berikut:
a. Evaluasi struktur. Evaluasi ini difokuskan pada kelengkapan tata
cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan
diberikan.
b. Evaluasi proses. Evaluasi ini berfokus pada penampilan kerja
perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
c. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi
pasien. Respon perilaku pasien merupakan pengaruh dari intervensi
keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil.
3. Format evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.

15
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi
data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari
evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Setiadi, 2012)

16
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang anak laki-laki (An. S) usia 10 bulan masuk RS, dengan keluhan sesak disertai batuk
dan demam. Sesak dialami oleh anak sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Ibu mengatakan anak terlihat sesak karena menangis terus menerus dan terlihat rewel. Sesak
tidak disertai kebiruan pada ujung jari maupun mulut.
Demam setiap hari dialami anak sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi pada
perabaan, demam turun sebentar dengan pemberian obat penurun panas, beberapa jam
kemudian naik lagi. Demam tidak disertai dengan perdarahan pada gusi, menggigil, maupun
munculnya bercak-bercak merah pada tubuh.
Batuk dialami anak sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk awalnya tidak berlendir,
lama-kelamaan menjadi berlendir dan lendir sukar dikeluarkan. Anak tidak muntah, buang air
besar dan buang air kecil biasa. Sebelum masuk rumah sakit anak beberapa kali mengalami
batuk dan demam.
Anak S merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara. Ayah, Bapak B berusia 36 tahun bekerja
sebagai Buruh, dan Ibu S berusia 32 tahun bekerja sebagai karyawan pabrik makanan kaleng.
Saat kelahiran anak sehat dan mendapat ASI selama 3 bulan beserta PASI karena Ibu
mengatakan ASI nya tidak cukup. Pemeriksaan antenatal care tidak teratur di puskesmas
sebanyak 3 kali dengan penyuntikan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Anak S lahir di RS ditolong oleh bidan secara spontan dengan letak belakang kepala, cukup
bulan, langsung menangis, dengan berat badan lahir 3000 gram. KU: tampak sakit,
kesadaran: CM. Nadi : 125 kali/menit, Respirasi : 56 kali/menit, Suhu : 38,6ºC. BB: 6,5 kg,
TB: 68 cm (-3SD s.d <-2 SD). Kepala: conjungtiva anemis (-), sclera icterik (-), Thoraks:
simetris, retraksi (+) , cor: bising (-), pulmo: bronkovesikuler kasar, rhonchi +/+, wheezing -/-
. Abdomen: datar, lemas, BU (+) normal. Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik

17

Anda mungkin juga menyukai