Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN TAHAP II KELAHIRAN ANAK PERTAMA


DENGAN KASUS PNEUMONIA

Oleh Kelompok 2

Tingkat III.D

1. Fairuz Al Rafif
2. Sella Meidiana N.A
3. Yesiska Oktaviani

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Debby Shintania,S.Kep,M.Kep

JURUSAN KEPARAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Tahap II Kelahiran Anak Pertama Dengan Kasus
Pneumonia”penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga.
Menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karna itu, Kami
sangat mengharapkan kritik dan sarannya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pembimbing yang telah membantu


selama proses penyusunan makalah ini

Padang, November 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Pneumonia
2.2 Etiologi Pneumonia
2.3 Tanda/ gejala pneumonia
2.4 Anfis pneumonia
2.5 Patofisiolohi pneumonia
2.6 Pengertian keluarga
2.7 Tipe-tipe keluarga
2.8 Tugas keluarga
2.9 Fungsi keluarga
2.10 Tahap-tahap perkembangan keluarga
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan keperawatan keluarga dengan pneumonia
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru.
Pneumoniamenjadi ancaman kematian utama balita, berdasarkan data WHO 2012 ada
1,1 juta balita meninggal karena pneumoniadan 99% kematian balita terjadi pada
Negara berkembang yang memiliki akses dan fasilitas minim untuk kesehatan anak. Di
Indonesia berdasarkan data yang dihimpun sekitar 309 ribu anak terserang pneumoniatiap
tahunnya, dan yang meninggal ada 197 ribu anak sehingga rasio setiap 1,7 menit ada
satu anak yang terserang dan setiap 2,6 menit ada yang meninggal. (Kompasiaana.com,
2014)
Distribusi insiden pneumoniadi Indonesia tidak merata, hanya beberapa
provinsi yang memperhatikan kasus ini. Berdasarkan data dinas kesehatan 2014
provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke 10 dari 33 provinsi yang ada di
Indonesia. Dari perkiraan target penemuan kasus pneumoniabalita di Jawa Tengah
tahun 2013 adalah 322.978, realisasi hanya ditemukan 55.932 kasus dengan prevalensi
17,23%. Dibandingkan dengan penemuan kasus pneumoniapada tahun 2013, tahun 2014
terjadi peningkatan, dengan perkiraan penemuankasus sebanyak 332.801, realisasi
hanya ditemukan 99.465 kasus, dengan prevalesi 29,89%. Sedangkan kasus kematian di
provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebanyak 18 balita meninggalkarena
pneumonia, jumlah ini meningkat pada tahun 2013 kasus kematian balita karena
pneumonia berjumlah 67. (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2012-2014)
Dari data tersebut dapat digambarkan bahwa kasus pneumoniadi masyarakat
masih banyak terjadi, terutama pada balita. Sistem kekebalan balita yang kurang, dapat
mempermudah virus dan bakteri masuk dalam tubuh. Untuk menangani atau mencegah
dengan menghilangkan faktor resiko. Banyak faktor resiko yang melatar belakangi
terjadinya kasus pneumoniabalita antara lain malnutrisi, imunisasi balita yang tidak
lengkap, cuaca atau iklim yang dingin di Magelang, dan polusi udara maupun asap rokok.
Dampak pneumonia balita adalah sesak napas atau dispnue, atelektasis, sianosis disertai
Masyarakat belum banyak yang mengetahui penyakit pneumoniaberakibat
buruk bagi perkembangan balita. Minimnya pengetahuan pada masyarakat tentang cara
penularan dan pencegahan penyakit radang paru atau pneumoniamenyebabkan banyak kasus
kematian balita karena penyakit ini. Gejala penyakit seperti demam, batuk, pilek
selama 3-4 hari dan dalam kondisi yang lebih berat disertai napas cepat atau napas sesak
yang dianggap sederhana oleh keluarga dapat memperburuk keadaan balita yang terkena
penyakit pneumonia.
Peran keluarga dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit
pneumoniasangatlah penting. Menurut Mubarak (2012) ada lima tugas keluarga di
bidang kesehatan yakni mengenalmasalah kesehatan. memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi kelaurga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan,
memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga agar mendapat penanganan dan
pengobatan yang tepat untuk masalah kesehatan yang ada di keluarga.

4
E.Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini adalah menggambarkan pengelolaan kasus atau
asuhan keperawatan keluarga Tn. Tdengan Pneumoniapada An. K di wilayah kerja
Puskesmas Kerkopan Kota Magelang.
2.TujuanKhusus
a.Menggambarkan biodata klien dan keluarga (biographic information)
b.Menggambarkan pengkajian(assessment), mencakup riwayat kesehatan klien dan
keluarga (patien history), review sistem terkait (review of system), data umum.
c.Menggambarkan masalah keperawatan yang ditentukan pada keluarga dengan
pneumoniad.Menggambarkan perencanaan untuk memecahkanmasalah yang ditentukan
pada keluarga dengan pneumonia.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian Pneumonia
Pneumoniaadalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.(PAPDI,
2014, p 1608)Pneumoniaadalah inflamasi parenkim paru yang di sebabkan oleh berbagai
mikroorganisme, termasuk bakteria, mikobakteria, jamur dan virus. (Smeltzer, 2015).
Menurut Speer (2008), pneumoniaadalah peradangan paru biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri (Stafilokokus, pneumokokus, atau Streptokokus), atau
virus (respiratory syncytial virus).
Pneumoniaadalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
alveoli dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan
terapi radiasi. (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 2012)
2.2.Klasifikasi Pneumoniaa.
a. Pneumonia Komunitas
Pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit, faktor resiko
pneumoniakomunitas adalah Heamophilusinfluenzapada perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, orang dengan
riwayat penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit penyeta kardiopulmonal, atau
pasca terapi antibiotika spekrum luas. Psaeruginosapada pasien dengan bronkiektasis,
terapi steroid > 10 mg/hari, malnutrisi dan disertai imunosupresi dengan disertai
lekopeni. (PAPDI, 2014, p 1610)
b. Pneumonia Nosokomial
Pneumonia Nosokomial adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau
lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi
tidak sedang memakai ventilator.
c. Pneumonia bentuk khusus
1)Pneumonia Aspirasi
Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobial
pada proses terbawanya bahan yang ada di orofaing pada saat respirasi ke saluran
pernapasan bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.
Pneumoniaaspirasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut
:a)Pneummonitis Aspirasi (Sindrom Meldelson), merupakan reaksi inflamasi
paru akibat aspirasi cairan lambung yang steril dalam jumlah besar ( ≥ 4 ml/kg).
Rangsangan kimiawi awal akan diikuti oleh reaksi inflamasi seluler yang
diperberat oleh pelepasan sitokinin.
b)Pneumoniaaspirasi bakteri primer. Tidak bersifat akut seperti pada pneumonitis
akibat bahan kimia, terutama terjadi pada pasien dengan faktor resiko terhadap
aspirasi. Diakibatkan bakteri yang berasal dari saluran napas atas dan lambung.

6
c)PAK (PneumoniaAspirasi Komunitas) atau PAN (PneumoniaAspirasi
Nosokomial) sekunder sesudah PneumoniaAspirasi. Pada saat awal pneumonitis
terlihat perbaikan tetapi kemudia menunjukkan pemburukan dengan terjadinya
infeksi bakteri sekunder. (PAPDI, 2014, p 1620)
2)Pneumonia Atipikal
Pneumoniadengan gambaran yang bukan seperti pada pneumoniayang biasa
(sasak napas, panas, batuk produktif, nyeri dada, dan adanya infiltrat pada foto).
Pneumoniaatipikal adalah pneumoniadengan keluahan sepertiinfluenza, sakit kepala,
malaise, panas, batuk nonproduktif. Berbeda dengan pneumoniabiasa, serangan
pneumoniaatipikal dapat berupa faringitis, sinusitis dan cenderung menyebar. Etiologi
dari pneumoniaatipikal Myocobacterium pneumonie. Psittocosis.Chlamydia pneumonia,
Coxiella burnetti,dan berbagai virus influenza A dan B. (Tabrani, 2013)
2.3. Penyebab Pneumonia
Penyebab paling sering Pneumoniayang didapat dari masyarakat dan nosokomial : (Price,
2006)
a. Penyebab yang bersumber dari masyarakat : streptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Haemophius influenzae, Legionenella pneumonia, Anaerob oral
(aspirasi), influenza tipe A dan B
b. Penyebab yang bersumber dari Rumah sakit : Basil usus gram negative (misal,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae), Peudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, Anaerob aral (aspirasi)
Faktor resiko yang memdukung terjadinya pneumonia:
a. Umur
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas 2 kelompok yaitu
kelompok umur 1-4 tahun dan 5-9 tahun. Pada usiasangat mudah lebih rentan
terhadap penyakit ini disebabkan pertumbuhan daya tahan tubuh belum sempurna.
b.Gizi yang kurang
Gizi yang kurang mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap produksi antibodi tentu
akan mengakibatkan mudah nya bibit penyakit masuk.Bayi atau balita yang
kekuranga gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi termasuk diare dan
infeksi saluran nafas akut khususny pneumonia.
c.Tidak mendapatkan ASI yang memadai
ASI adalah zat yang hidup yang mengandung kekebalan yang akan melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi. virus. parasit. Dan jamur ASI, dan juga akan
menurunkan kemungkinan bayi terken penyakit infeksi telinga, pilek, dan penyakit
alergi. Pemberian ASIekslusif dianjur kan untuk jangka waktu setidaknya selama 4
bulantapi bila mungkin sampai 6 bulan, is hams diperkenal kan dengan makanan
padat. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi usia 2 tahun atau bahkan lebih
dari 2 tahun.

7
d.Tekanan Polusi Udara
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehtan, harta benda,
ekosistem, maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran
udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan. Salah satu dampak
kronis dari pencemaran udara adalah bronchitis dan emphysema. Bronchitis
merupakan peradangan menetap dari bronchi dan bronchioles (saluran udara besar dan
kecil diparu-paru) yang menyebabkan batuk yang menyakitkan dan kekejangan
otot yang tidak dikehendaki memperkecil saluran udara pernafasan. Bronchitis
yang parah menyebabkan emphysema penyakit paru irrevelsible dimana saluran
udara pernafasan mengecil secara permanen.dan kerusakan dan bahkan
kehancuran alveoliGangguan pada harta benda dan ekosistem terutama terjadi bila
diudara terhadap bahan pencemar berupa Gas S02 (Sulfur Oksida) dan gas Nox
(Nitrogen oksida) diudara. Gas S02 diudara umumnva berasal dari bahan bakar
yang mengandung sulfat (batu bara dan minyak bumi) gas S02 diudara bereaksi
dengan air atau taut pada tetesan membentuk H2 SO4 yang merupakan komponen
utama dari hujan asam. dengan cara yang lama, gas NOx diudara bereaksi dengan
uap air atau larut pada tetesan air membentuk HNO3 yang juga merupakan
komponen utama dari hujan asam. Hujan asam bersifat hirosif sehingga dapat
mengoksidasi bendabenda yang kontak dengannya. Selain itu juga hujan asam
mengakibatkan terjadinya perubahan PH yang pada bahan air dan tanah yang
dilaluinya sehingga terjadi perubahan keseimbangan dalam ekosistem
e.Perubahan Iklim
Perubahan iklim global merupakan kenaikan temperatur dibumi terjadi karena
meningkatnya gas-gas rumah kaca. Gas-gas rumah kaca (greenhouse gases) seperti
karbondioksida(CO2), methane(CH4) chloroflour acorbon (CFCS) dan nitrous oxide
(N2O) dapat menyerap radiasi inframerah dan menghangatkan di permukaan.
Kenaikan temperatur bumi menyebabkan udara mencairnya gununggunung es di daerah
kutup sehingga terjadi kenaikan permukaan air.
f. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat yang sesuai. Bayi smallfor gestational age(SGA) bayi yang
beratnya kurang dari berat sementara menurut masa kehanilan, keduaduanya ini
bayi yang premature mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena
adanya daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum sanggup
menbentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
belum baik.beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas :
sindrom gangguan pernafasan idiopatik, pneumoniaaspirasi, perdarahan
intraventrikuler, fibropalasia, hiperbilirubinemia.
g.Kepadatan tempat tinggal
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (penyakit
menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan kesehatan. Suatu keluarga besar
karena besarnya gangguan secara relative mungkin harus tinggal berdesak-desakan
di dalam rumah yang luasnya terbatas hingga permukaan penularan penyakit menular

8
dikalangan anggotaanggotanya. Karena persediaan hams digunakan untuk anggota
keluarga yang besar kama mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang
bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.
h.Tingkat Ekonomi Rendah
Sekasus kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, menbayar transport. Dengan
minimalnya penghasilan di dalam suatu keluarga maka pemenuhan gizipun
kurang sehingga dapat menvebabkan timbulnya penyakit malnutrisi.
Adapun yang menjadi resiko kejadian pneumoniaadalah: Faktor resiko yang
meningkatkan insidens pneumoniapada anak : umur < 2 15bulan, laki-laki, gizi kurang,
berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polulasi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, defenisi vitamin A.
(Singalingging, 2010)
2.4.Tanda Dan Gejala Penyakit
Gambaran klinis menurutSmeltzer (2015), bergantung pada organisme penyebab dan
penyakit pasien :
a. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,8oC sampai
40,5oC)
b. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk
c. Pasien mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan/menit) dan dyspnea,
ortopnea ketika tidak disangga.
d. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celsius)
e Bradikardi relative untuk tingginya demam menunjukan infeksi virus, infeksi
mikoplasma, atau organisme legionella.
f. Tanda lain: infeksi saluran pernapasan atas, sakit kepala, demam derajat rendah,
nyeri pleuritik, mialgia, ruam dan faringitis; setelah beberapa hari sputum mukoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
g. Pneumoniaberat pipi memerah, bibir dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral
h. Sputup purulen, berwarna seperti karat, bercampur darah, kental atau hijau
bergantung pada agen penyebab.
i. Nafsu makan buruk dan pasien mengalami diaforesis dan mudah lelahj.Tanda dan gejala
pneumoniadapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (mis; tanda berbeda dijumpai
pada pasien dengan kondisi seperti kanker, dan pada mereka yang menjalani terapi
imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi)(Smeltzer, 2015)
2.5.Patofisiologi
Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumoniamemiliki tiga bentuk transmisi primer:
(1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme pathogen yang telah berkolonisasi pada

9
orofaring, (2) inhalasi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian
ekstrapulmonal. Diantara semua pneumoniabakteri, pathogenesis dari
pneumoniapneumokokus merupakan yang paling banyak terjadi. Pneumokukus
umumnya mencapai alveoli lewat percikan mucus atau saliva. Seletah mencapai alveoli,
maka pneumokokus menimbulkan respon khas yang terdiri dari 4 tahap :
a. Kongesti (4 –12 jam pertama): eksudat serosa masuk kedalam alveoli melauli pembuluh
darah yang dilatasi dan bocor.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru tampak merah dan bergranula karena
sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli
c. Hepatisasi kelabu (3 -8 hari): paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mngalami
konsolidasi didalam alveoli yang terserang.
d.Resolusi (7 –11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali pada struktur semula.
Awitan pneumoniapneumokokus bersifat mendadak disertai menggigil, demam, nyeri
pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan
pleura dapat terdengar diatas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan fibrin dalam
alveolus dan dapat pula pada permukaan pleura. Hampir selalu terdapat hipoksemia
dalam tingkat tertentu, akibat pirau darah melalui daerah paru yang tidak mengalami
ventilasi dan konsolidasi. (Price, 2006).
Stadium pneumonia pneumokokus dikutip dari Elizabeth J.Corwin (2009) ada empat stadium
penyakit:
Stadium 1, disebut hiperemia, adalah respon inflamasi awal yang berlangsung di
daerah paru yang terinfekasi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler ditempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator
inflamasi dari sel-sel mast setelah mengaktifkan sel-sel imun dan cidera jaringan. Mediator-
mediator tersebut antara lain histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur kompleman. Komplemen bekerja sama dengan histamine dan
prostaglandin untuk memvasodilatasi otot polos vaskuler paru, meningkatkan
peningkatan aliran darah ke area cidera, dan meningkatkan permeabilitas kepiler.
Hal ini menyebabkan pemindahan eksudat plasma ke dalam intrestisial sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antara kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan diantara kapiler
dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondiaksida untuk berdifusi, sehingga terjadi penurunan kecepatan difusi gas. Karena
oksigen kurang larut dibandingkan karbondioksida, perpindahan oksigen kedalam
darah paling terpengaruh, yang sering menyebabkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin. Dalam stadium pertama pneumoniaini, infeksi menyebar ke jaringan
sekitar akibat peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus terdekat serta membrane
kapiler disekitar tempat infeksi seiring dengan berlanjutnya proses inflamasi.
Stadium 2, disebut hepatisasi merah, stadium ini terjadi sewaktu alveolus terisi
sel darah merah, eksudat danfibrin yang dihasilkan pejamu sebagai bagian dari reaksi
inflamasi.

10
Stadium 3, disebut hepatisasi kelabu, terjadi sewaktu sel-sel darah putih membuat
kolonisasi dibagian paru yang terinfeksi. Pada saat ini, endapan fibrin terakumulasi di
seluruh darah yang cidera dan terjadi fagositosis sel debris.
Stadium 4, disebut stadium resolusi, terjadi sewaktu respon imun dan inflamasi
mereda, sel debris, fibrin, dan bakteri selah dicerna, dan makrofag, sel pembersih pada
reaksi inflamasi mendominasi.
2.6.Pencegahan Pneumonia
Pencegahan pneumonia pada anak merupakan hal yang esensial dalam strategi
penurunan kematian anak. Upaya pencegahan pneumoniameliputi beberapa hal, sesuai
dengan faktor penyebab pneumonia :
a. ASI eksklusif 6 bulan
b. Gizi cukup dan seimbang sesuai usia anak
Kecukupan gizi merupakan kunci dalam meningkatkan sistem pertahan tubuh
anak, dimulai dari ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Gizi yang baik terbukti
dapat mencegah pneumoniadan juga mempercepat penyembuhan.
c. Imunisasi
Imunisasi yang penting berkaitan dengan pneumoniaantara lain imunisasi DPT.
campak, pneumokokus, dan Hib. Imunisasi DPT dan campak meupakan imunisasi
wajib yang hams diberikan pada anak, sedangkan imunisasi pneumokokus dan Hib
merupakan imunisasi anjuran yang dapat diberikan pada anak Karena memberikan
kekebalan terhadap kuman penyebab pneumonia.
d.Lingkungan bebas asap
Anak-anak harus dijauhkan dari pajanan asap rokok, asap dapur terutama dari
pembakaran kayu dan sejenisnya, serta polusi udara.Memperbaiki
hygienelingkungan dapat dilakukan misalnya dengan menyediakan ventilasi yang baik
di dalam rumah, menjaga kebersihan, dan menggunakan masker pelindung untuk
mengurangi pajanan terhadap polusi.
e.Etiket batuk
Penularan pneumoniabanyak berasaldari percikan batuk atau bersin pasien
pneumonia. Untuk menghindari penularan tersebut sebaiknya menutup mulut saat
batuk atau bersin. Selainitu, penting untuk mencuci tangan setelahnya untuk
menghindari tersebarnya kuman.(Singalingging, 2010)
2.7.Komplikasi Pneumonia
a.Syok
b.Sianosis
c.Gagal napas
d.Atelektasis

11
e.Efusi pleura Konfusif.
Kematian karena kekurangan oksigen(Smeltzer, 2015)
2.8.Pemeriksaan Penunjang Penyakit
Pemeriksaan diagnostik menurut Doenges, Moorhouse dan Geissler (2012):
a. Sinar X :mengidentifikasi ditribusi struktural (mis; lobar, bronkial); dapat juga
menyatakan abses luas / infiltrat, epiema (stapilococus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran / perluasan infiltrat nodul (lebih sering
virus). Pada pneumoniamikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA/ nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada
c. Pemeriksaan Gram/Kultur sputum dan darah : dapat dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab. Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang
ada, kultur darah dapat menunjukkan bacteremia sementara.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
pneumoniabacterial.
e.Pemeriksaan Serologi, misalnya titer virus atau Legionella, agglutinin dingin :
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. LED : meningkat
g. Pemerisaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia)
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j.Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeolla)
2.9.Penatalaksanaan Medis
a.Antibiotik diresepkan berdasarkan hasil pewarnaan Gram dan pedoman
antibiotik (pola resistensi, faktor resiko, etiologi harus dipertimbangkan). Terapi
kombinasi dapat juga digunakan
b.Terapi suportif mencakup hidrasi, antipiretik, medikasi antitusif, antihistamin, atau
dekongstan nasal.
c. Tirah baring direkomendasikan sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda bersih.
d. Terapi oksigen diberikan untuk hipoksemia

12
e. Bantuan pernapasan mencakup konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi, intubasi
endotrakea, dan ventilasi mekanis
f. Terapi atelektasis, efusi pleura, syok, gagalnapas, atau superinfeksi dilakukan, jika
perlug.Untuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami CAP, disarankan untuk
melakukan vaksinasi pneumokokus.(Smeltzer, 2015)
2.10.Pengkajian Fokus Pneumonia
a.Kaji adanya demam, menggigil, berkeringat malam; nyeri jenis pleuritik, keletihan
takipnea, penggunaan otot aksesoris pernapasan, bradikardia atau bradikardia relative,
batuk dan sputum purulent.
b.Pantau pasien untuk melihat: perubahan suhu dan nadi; jumlah, bau, dan warna
sekresi; frekuensi dan keparahan batuk; derajat takipnea atau sesak napas; perubahan
dalam temuan pengkajian fisik (terutama dikaji dengan menginspeksi dan mengauskultasi
dada); dan perubahan pada hasil foto ronsen dada
c.Kaji pasien untuk melihat perilaku yang tidak biasa, perubahan status mental,
dehidrasi, keletihan yang berlebih, dan gagal jantung yang menyertai.(Smeltzer, 2015)
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unti terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam
keluarga terdapat ikatan perkawinan dan berhubungan darah yang tinggal bersama
dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta ketertarikan
emosional.(Dalam Ali : 2010)Menurut Balion dan Maglaya (dalam Ali 2010),
keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah,perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Friedman (2010) keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan
oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai
bagian dari keluarga. Dan Suprajitnomendefinisikan keluargaadalah individu yang terdapat
ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
dengan peran masing-masing serta keterkaitan emosional.
2. Tipe-Tipe Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan.Menurut Suprajitno (2004)Secara tradisional keluarga dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a.Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

13
b.Keluraga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluraga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualis,
pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi:
a.Keluraga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di Indonesia juga
menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang zaman dahulu jarang
sekali ditemui sehingga seorag yang telah bercerai atau ditinggal pasangannya cenderung
hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.
b.Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
c.Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
d.Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone). Kecenderungan di Indonesia juga meningkat dengan
dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosexual
cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai padadaerah kumuh perkotaan (besar),
tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau
kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya. Keluarga
yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family)
3.Tugas Keluarga
Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas yang diambilnya :
a.Pemelihara fisik keluarga dan para anggotanya
b.Memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c.Pembagian tugas masing-masing sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
d.Sosialisasi antar anggota keluarga
e.Pengaturan jumlah anggota keluarga
f.Pemeliharaan ketertiban anggota keluargag.Penempatan anggota-anggota keluarga dalam
masyarakat yang lebih luash.Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota
keluarga(Mubarak dkk, 2012)
4. Fungsi Keluarga
Menurut Ali (2010) fungsi keluarga sabagi berikut :
a.Fungsi ekonomi, yaitu diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang mampu
menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga
b.Fungsi mendapat status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan
strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.

14
c.Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tangguang jawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya
d.Fungsi sosialisai bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diahrapkan mampu
menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah
e.Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluraga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan mencegah terhadap penyakit
yang mungkin dialami keluarga.
f.Fungsi religious, yaitu merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan
ajaran keagamaan.
g.Fungsi rekreasi yaitu keluraga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
h.Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan
tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), dintaranya :
seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.
i.Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah.
4.Stuktur Keluarga
Menurut Mubarak (2012), struktur keluarga terdiridari :
a.Struktur Komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila :
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai da nada hirarti kekuatan,komunikasi
keluarga bagi pengirim : mengemukakan pesan, jelas dan berkualitas, meminta dan
menerima umpan balik. Penerima : mendengarkan pesan, memberikan umpan balik dan
valid.
b.Struktur PeranYang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan sesuai posisi social yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informa.
c.Struktur KekuatanYang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol
atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain, legitimate power(hak), referent
power(ditiru), expert power(keahlian), reward power(hadiah), coertive power(paksa) dan
affektif power.
d.Struktur nilai dan normaNilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu berarti disisni adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
13.Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut (Mubarak, dkk, 2012), perkembangan keluarga adalah prosesperubahan yang
terjadi pada sistem keluarga meliputi: perubahan pola interaksi dan hubungan antara
anggotanya di sepanjang waktu. Setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembangan

15
yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses, tingkat
perkembangan keluarga ditandai oleh umur anak yang tertua.
a.Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (Beginning Family)
Keluarga baru dimulai pada saat suami dan isteri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Suami dan isteri
yang membentuk keluarga baru perlu mempersiapkan kehidupan yang baru dengan
penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari, membina hubungan baru dengan keluarga dan
kelompok sosial pasangan masing-masing, belajar hidup bersama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
Tugas perkembangan pada tahap ini:
1)Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
2)Menetapkan tujuan bersama
3)Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social
4)Merencanakan anak-KB
5)Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi
orang tua.
b.Tahap II kelahiran anak pertama (Child Bearing)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan(2,5 tahun). Kelahiran
bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Seiring dengan kelahiran
bayi, pasangan merasa diabaikan karena perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya isteri belumsiap menjadi ibu
(Mubarak, 2012).
Tugas perkembangan:
1)Persiapan menjadi orang tua
2)Membagi peran dan tanggung jawab
3)Menata ruang untuk anak atau megembangkan suasana rumah yang
menyanangkan
4)Mempersiapkan biaya atau dana Child Bearing
5)Memfasilitasi role learninganggota keluarga
6)Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7)Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
c.Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan dan minat

16
dari anak pra sekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Orang tua mempunyai
peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak
agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga:
1)Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
2)Membantu anak untuk bersosialisasi
3)Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
4)Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5)Pembagianwaktu untuk individu, pasangan dan anak
6)Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7)Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d.Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
aktivitas dan minat sendiri. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan
anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah
maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga:
1)Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, semangat
belajar
2)Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3)Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
4)Menyediakan aktivitas untuk anak
5)Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak
e.Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir sampai
usia 19/20 tahun, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga:
1)Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya

17
2)Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3)Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4)Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f.Tahap VI keluarga dengan anak dewasa (launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tujuan utama
pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anak untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua
untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih
mandiri. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa
kosong karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan
ini orang tua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan
dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga:
1)Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2)Mempertahankan keintiman pasangan
3)Membantu orang tua suami atau isteri yang sedang sakit dan memasuki
masatua
4)Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
5)Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6)Berperan suami-isteri kakek dan nenek
7)Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
g.Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dirasa sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal
sebagai orang tua.
Tugas perkembangan keluarga:
1)Mempertahankan kesehatan
2)Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai
3)Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
4)Keakraban dengan pasangan
5)Memelihara hubungan/kontak dengan anak keluarga

18
6)Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan
h.Tahap VIII keluarga lanjut usia
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Hal ini
merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stressor dan
kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungansosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan
menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan.
Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri dari pada
tinggal bersama anaknya. Orang tua juga perlu melakukan file reviewdengan mengenang
pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu agar orang tua merasakan bahwa
hidupnya berkualitas dan berarti.
Tugas perkembangan keluarga:
1)Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2)Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisikdan
pendapatan
3)Mempertahankan keakraban suami isteri dan saling merawat
4)Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5)Melakukan file review
6)Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiakan kematian.
14.Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a.Mengenali masalah kesehtan keluarga. orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarga. perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang
tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubaan keluarga, peru dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b.Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang lain di
lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan
c.Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga telah
mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan
yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga lanjutan

19
atau perawatan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau dirumah apa bila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d.Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatn keluargae.Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.(Ali, 2010)

20
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2016


Tempat Pengkajian : Kemirirejo RT 01 / RW 01
Jam Pengkajian : 15.30
A.Pengkajian
1.Data Umum
a.Nama Kepala Keluarga : Tn. T
b.Umur : 63 tahun
c.Pendidikan : SD/Sedrajat
d.Pekerjaan : Buruh
e.Agama : Islam
f.Alamat : Kemiri rejo RT 01 / RW 01
g.Komposisi Keluarga :

No. Nama J.Kelamin Umur Hub dg KK Agama Pdd Pekerjaa Ket


n
1 Tn.T L 63 Thn Kepala Islam SD Buruh Sehat
Keluarga
2 Ny.S P 51 Thn Istri Islam SD IRT Riwayat
Stroke
3 An.K L 2 Thn Cucu Islam - - Pneumonia

Genogram :

21
Ket :
Laki-Laki Tinggal Serumah Cucu
Perempuan Anak Angkat

h.Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. T adalah nuclear familyyaitu keluarga yang terdiri dari kakek, nenek,
dan cucu. Tn. T dan Ny. S tidak mempunyai keturunan sehingga mengadopsi Ny. Z
dan Ny. E. Ny. Z sudah berumah tangga dan tinggal bersama suami dan anaknya. Ny.
E juga sudah berumah tangga dan memiliki An. K yang diasuh dan tinggal bersama
Tn. T. Ny. E tinggal bersama suami di Yogyakarta, An. K sejak kecil diasuh
neneknya yaitu Ny. S sehingga An. K lebih akrab dengan kakek dan neneknya.
i.Suku bangsa
Keluarga Tn. T berasal dari suku Jawa Asli. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa jawa. Dan adat-istiadat tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
j.Agama
Anggota keluarga Tn. T beragama Islam. Serta tidak ada kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
k.Status sosial Ekonomi
Penghasilan keluarga Tn. T 750.000, dari pekerjaan Tn. T menarik becak dan buruh
kuli bangunan serta Ny. S berjualan makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.Barang-barang elektronik yang terdapat dirumah hanya televisi untuk hiburan dan
kendaraan yang ada sepeda motor serta becak untuk mencari nafkah Tn. T
l.Aktivitas Rekreasi
KeluargaTn. Tmenghabiskan waktu bersama denganmenonton TV, seminggu sekali An.
K sering diajak jalan-jalan dan bermain diluar rumah seperti di Alun-alun Kota, Pasar
maupun tempat Wisata.
2.Riwayat dan tahab perkembangan Keluarga
a.Tahab perkembangan keluarga saat ini
Tahab perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah tahab VI keluarga dengan anak dewasa
(Launching center families). Saat anak terakhir meninggalkan rumah dan membangun
rumah tangga.
b.Tahab perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahab perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah mempersiapkan
anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya. Ny. E belum siap

22
untuk hidup mandiri, Ny. E masih membutuhkan ibu dan bapaknya untuk mengasuh
An. K.
c.Riwayat kesehatan keluarga inti
1)Kepala Keluarga Tn. T
Riwayat kesehatan Tn. T saat dikaji tidak memiliki keluhan apapun, dulupernah
terserang tipes sekitar tahun 2012 dan tidak memiliki penyakit keturunan. Tn. T
memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi.
2)Ny. S
Saat dikaji Ny. Smerasa sedikit pusing. Ny. S pernah mondok di RS sekitar tahun 2013
karena stroke. Karena keterbatasan biaya Ny hanya dirawat di rumah oleh Tn. T. dan
sampai sembuh seperti sekarang.
3)An. K
Kata Ny. S, An. K demam, batuk serta kadang-kadang sesak napas pada malam hari,
sehingga pada malam hari An. K sering terbangun. An. K tampak suara batuk
grok-grok. Wajah tampak pucat dan tidak rewel.
d.Imunisasi
Anggota keluarga Tn. T, An. K sudah mendapatkan imunisasi yang lengkap.
e.Sumber pelayanan kesehatanSaat ada salah satu anggota keluarga Tn. T yang
mengalami masalah kesehatan langsung berobat di Puskesmas Kerkopan yang terdekat.
f.Riwayat kesehatan keluarga sebelumnyaKeluarga Tn. T tidak memiliki penyakit keturunan,
dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular sebelumnya.
3.Pengkajian lingkungan
a.Karakteristik rumah
1)Rumah Rumah yang ditempati keluarga Tn. T adalah milik sendiri. Rumah dengan ukuran
17 m2terdiri dari tiga ruangan 1 ruang dapur gabung dengan kamar mandi, 1 ruang
tamu dan 1 kamar tidur. Lantai ubin dan langit-langit dari genting. Rumah jenis
permanen dengan sekat tembok.
2)Ventilasi dan PeneranganVentilasi rumah kurang karena rumah tidak berternit dan
pertukaran udara melalui celah -celah genting, terdapat 2 jendela diruang tamu, jarang
dibuka sehingga kondisi rumah lembab. Penerangan rumah menggunakan listrik.
3)Pembuangan SampahPembuangan sampah rumah tangga sementara di depan rumah dan
setiap minggu ada yang mengambil dari petugas kebersihan setempat. Rumah Tn. T
terdapat di penggir sungai akan tetapi Tn. T mengatakan tidak pernah membuang sampah
di sungai karena sampah sudah ada yang mengambil.
4)Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah kamar mandi langsung ke sungai, dan keluarga Tn. T tidak
memiliki jamban sendiri dan menggunakan WC umum yang berjarak 10 meter dari rumah.

23
5)Air bersihSumbar air bersih keluarga Tn. T bersumber dari airPAM melalui selang pipa air
dan tampungan air besih sementara adalah bak.
6)Lingkungan RumahKondisi dalam ruang tamu sedikit berantakan banyak mainan An.
K, kurang bersih dan berbau tidak sedap
b.Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Tn. T tinggal di daerah perkampungan kota sehingga keluarga sengat
dekat dengan tetangga dan juga mengikuti kegiatan di sekitar rumahnya seperti arisan dawis
dan kerjabakti tiap bulannya.
c.Mobilitas geografis
keluargaKeluarga Tn. T sudah tinggal di Kemirirejo 01/01 sudah 10 tahun lamanya,
dan tidak pindah rumah atau menetap
Denah Rumah
U

1 2

5 4

Ket : 1 : Dapur
2 : Kamar mandi
3 : Ruang Tamu
4 : Kamar Tidur
5 : Sungai
d.Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. T berkumpul bersama anggota keluarga pada sore dan malam hari karena
pagi hari Tn. T bekerja, Ny. S bekerja dan An. K ikut berjualan. Ny. S sering
berkumpul dengan tetangganya serta mengikuti aktivitas warga seperti arisan dawis. Tn.
T juga mengikuti kegiatan masyarakat seperti kerja bakti tiap bulannya.
e.Sistem pendukung keluarga

24
Fasilitas-fasilitas rumah yang dimiliki adalah sumber air bersih, Kamar mandi, tempat tidur,
sarana hiburan televisi dan sarana transportasi sepeda motor dan becak untuk mencari
nafkah keluarga.
4.Struktur keluarga
a.Pola komunikasi keluargaKeluarga menggunakan bahasa jawa sebagai komunikasi
sehari-hari. Keluarga juga menggunakan komunikasi terbuka setiap ada
permasalahan yang dihadapi.
b.Struktur kekuatan keluargaKeluarga Tn. Tsaling menghargai, saling membantu serta
saling mendukung satu sama lain dan merawat anggota keluarga yang sakit bersama-
sama.Keluarga sangat memperhatikan kesehatan An. K sehingga saat anak sakit
langsung membawanya ke pelayanan kesehatan terdekat.
c.Struktur peran
1)Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, suami, bapak serta kakek bekerja sebagai tukang
becak
2)Ny W berperan sebagai istri, ibu dan nenek bagi An. K, bekerja berjualan air
minum.
3)An. Kberperan sebagai anak dan cucu, masih menjadi tanggung jawab keluarganya.
d.Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. T hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana suami bertanggung
jawab untuk memberi nafkah bagi istri dan anak-anaknya sedangkan istri bertugas
untuk mengurus rumah tangga. Dalam satu keluarga harus menghormati satu sama lain.
5.Fungsi keluarga
a.Fungsi Afektif
Dalam keluarga terdapat perasaan saling memiliki, kasih sayang, tolong menolong, dan
saling mendukung antar anggota keluarga.
b.Fungsi Sosialisasi
Komunikasi atau interaksi antar anggota keluarga terjalin dengan baik masing-masing
anggota keluarga saling menghormati serta menerapkan sopan santun dalam
berperilaku.
c.Fungsi Perawatan Kesehatan
1)Kemampuan keluarga menangani masalah
Keluarga Tn. T belum mengetahui penyakit yang diderita An. K. keluarga hanya
mengetahui gejala penyakit sesak napas, batuk dan demam. Keluarga belum mengetahui
apa penyakit yang diderita An. K penyebab, faktor resiko, pencegahan dan akibat bila
tidak ditangani. Keluargaingin sekali mengetahui penyakit yang diderita An. K dan cara
penanganan gejala yang timbul. Keluarga tampak resah.
2)Kemampuan keluarga mengambil keputusan

25
Keluarga Tn. T dapat mengambil keputusan melakukan perawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang terjadi, terbukti keluarga Tn. T sudah memerksakan An. K ke puskesmas.
Akan tetapi keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk pertolongan pertama
pada An. K dengan gejala demam batuk dan sesak napasnya.
3)Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yangsakit
Keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit keterbatasan
pengetahuan cara perawatan An. K dengan pneumoniauntuk mengurangi gejala
yang lebih parah. Kurangnya pengetahuan tentang cara merawat menjadi penyebab
utamanya.
4)Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat
Keluarga belum mampu memelihara dan menjaga lingkungan rumah agar tetap
sehat terbukti kondisi dalam ruang tamu sedikit berantakan banyak mainan An. K,
kurang bersih dan berbau tidak sedap. Ventilasi rumah kurangkarena rumah tidak
berternit dan pertukaran udara melalui celah -celah genting, terdapat 2 jendela diruang
tamu, jarang dibuka sehingga kondisi rumah lembab.
5)Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga Tn. T sudah dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat dengan
baik, karena An. K sudak diperiksakan di puskesmas dan setiap ada anggota keluarga
yang sakit langsung berobat di Puskesmas Kerkopan yang terdekat.
d.Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. T tidak memiliki anak kandung, dan memutuskan untuk mengadopsi anak
setelah anak yang satu besar dan berumahtangga sendri Tn. T mengadopsi anak lagi
yaitu Ny. E yang sekarang masih tinggal bersamanya dan suaminya jarang pulang
kerumah karena pekerjaannya.
e.Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. T mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan serta membiayai
kebutuhan An. K.
6.Stress dan koping keluarga
a.Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Keluarga merasa khawatir dengan kondisi An. K yang sering sesak napas dan
batuk tiap malam, istirahat tidurjuga terganggu. Keluarga sangat ingin An. K sehat dan
bisa bermain aktivitas seperti biasanya.
b.Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
Untuk stress jangka pendek, keluarga berusaha untuk menangani masalah
keluhan kesehatan baik dengan penanganan mandiri maupun dengan layanan kesehatan.
Untuk stress jangka panjang, keluarga berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap hal-hal
yang belum sesuai dengan keinginan keluarga.
c.Strategi koping yang digunakan

26
Keluarga berusaha untuk menangani keluhan kesehatan baik secara mandiri
maupun ke layanan kesehatan. Jika ada masalah maka akan dibicarakan dengan baik-
baik dan dilakukan musyawarah sehingga bisa diselesaikan dengan jelas.
d.Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak ada perilaku yang menyimpang dalam untuk mengatasi keluhan
Kesehatan pada An. K.
7.Harapan keluarga
a.Harapan keluarga terhadap perawat
Keluarga berharap perawat dapat memberikan atau membantu menyelesaikan
masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.
b.Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah kesehatan
Keluarga ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai kesehatan demi
menjaga kesehatan keluarga. Selain itu untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan
di keluarga.
8.Data Tambahan
a.Nutrisi
Keluarga mengatakan gizi An. K tercukupi, KMS berada pada garis hijau. Saat sakit
An. K nafsu makan normal. Makan 3 x sehari. Tidak ada mual atau muntah.
b.Eleminasi
Keluarga mengatakan An.K BAB dan BAK lancer. Tidak ada keluahan.
c.Istirahat tidur
Keluarga mengatakan An. K tidur seperti biasa jam 8, tengah malam terbangun karena
sesak napas dan batuk.
d.Aktivitas sehari-hari
Keluarga mengatakan An. K aktivitas dirumah bermain dengan kakek neneknya dan juga
tidur siang.
e.Merokok
Di lingkungan rumah yang merokok adalah Tn. T tetapi saat merokok Tn. T berada di luar
rumah dan menghindar dari An. K.
9. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Tn.S Ny.S An.K
. Fisik
1 KU Tidak ada keluhan Sedikit pusing Demam, batuk dan
kadang-kadang
sesak nafas pada
malam hari

27
2 TD 140/90 mmHg 190/120 mmHg -
Nadi 80 x/i 85 x/i 114 x/i
RR 18 x/i 20 x/i 24 x/i
Suhu 36,6 C 36,3 C 37,0 c
3 BB 65 Kg 70 Kg 13 Kg
4 TB 170 cm 155 cm 78 cm
5 Kepala Mesochepal Mesochepal Mesochepal
6 Rambut Sebagian Sebagian Hitam, pendek,
beruban,pendek,rapi,distribusi berubah, rapi, distribusi
merata pendek, rapi, merata.
distribusi
merata.
7 Telinga Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, Bentuk simetris,
adapengeluaran serumen, tidak ada tidak ada
pendengaran baik. pengeluaran pengeluaran
serumen, serumen, bersih,
pendengaran pendengaran baik.
baik.

8 Mata Sclera tidak ikterik, Sclera tidak Sclera tidak ikterik,


konjungtiva tidak anemis. ikterik, konjungtiva tidak
konjungtiva anemis.
tidak anemis.
9 hidung Bersih, tidak ada pengeluaran Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
lendir. pengeluaran pengeluaran lendir.
lendir.
10 Mulut Mukosa bibir lembab, tidak Mukosa bibir Mukosa bibir
ada stomatitis. lembab, tidak kering, tidak ada
ada stomatitis. stomatitis.

11 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada Tidak ada


kelenjer tyroid. pembesaran pmbesaran kelenjer
kelenjer tyroid. tyroid
12 Dada I : Simetris I : Simetris I : Simetris
P : Vocal premitus sama P : Vocal P : Vocal premitus
P : Sonor premitus sama sama
A : Vesikuler P : Sonor P : Sonor
A : Vesikuler A : Vesikuler
13 Jantung I : Ictus cordis tidak terlihat I : Ictus cordis I : Ictus cordis
P : Ictus cordis teraba tidak terlihat tidak terlihat
P : Pekak P : Ictus cordis P : Ictus cordis
A : S1 S2 reguler teraba teraba
P : Pekak P : Pekak
A : S1 S2 A : S1 S2 reguler
reguler

14 Addomen I: Datar, tidak acites I: Datar, tidak I: Datar, tidak


A : 17 x/i acites acites
P : Tympani A : 15 x/i A : 13 x/i
P : Tidak ada nyeri tekan P : Tympani P : Tympani

28
P : Tidak ada P : Tidak ada nyeri
nyeri tekan tekan
15 Ektremitas Tidak ada edema, tidak ada Tidak ada Tidak ada edema,
lesi. edema, tidak ada tidak lesi.
lesi.
16 Integumen Coklat, bersih, turgor kulit Coklat, bersih, Coklat, bersih,
baik. turgor kulit baik. turgor kulit baik.

10. Terapi
a.R/ Kortimoksasol suspense 240 mg/ml2x1c
b.R/ Parasetamol syr2x1c
c.R/ CTM 4 mg Tablet3x1p12
Ambroxol 30 mg3x1p12
Salbutamol 2mg3x1p12

Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Keluarga Tn. T Ketidakmampuan Defisit pengetahuan
mengatakan belum mengetahui keluarga mengenal masalah
penyakit yang diderita An.
K.
Keluarga hanya mengetahui
gejala penyakit batuk kadang-
kadang sesak napas dan
demam.
Keluarga belum mengetahui apa
penyakit yang diderita An. K
penyebab, faktor resiko,
pencegahan dan akibat bila tidak
ditangani.
DO : keluarga tampak
mengajukan beberapa
pertanyaan tentang sakit An. K.
Keluarga ingin sekali
mengetahui penyakit yang
diderita An. K dan cara
penanganan gejala yang
timbul.
Keluarga tampak resah
DS : -Keluarga Tn. T Ketidakmampuan Risiko Hipertermi
mengatakan belum mampu keluarga mengambil
mengambil keputusan keputusan yang tepat

29
untuk pertolongan pertama pada
An. K dengan gejala demam
batuk dan sesak napasnya.
DO : -keluarga bertanya tentang
bagaimana cara menangani
demam.
Wajah tampak pucat.
Suhu 37,0oC.
Nadi 114x/menit.
Respirasi 24x/menit
DS : -Keluarga belum mampu Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan
merawat anggota keluarga yang ventilasi-perfusi.
sakit keterbatasan pengetahuan
cara perawatan An. K dengan
pneumoniauntuk mengurangi
gejala yang lebih
parah.
-Kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat menjadi
penyebab utamanya.
DO: - keluarga bertanya cara
perawatan anak dengan batuk.
-Tampak batuk grok-grok,
Wajah pucat.
-Mukosa bibir kering,
Suhu 37,0oC.
Nadi 114x/menit.
Respirasi 24x/menit.
Auskultasi paru suara napas
tambahan ronchi

D.Diagnose Keperawatan
1.Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah penyakit
pneumonia d.d keluarga belum mengetahui penyakit yang diderita klien.
2. Gangguan pertukran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d PCO2
meningkkat/menurun, gelisah, pola nafas regular, pucat.
3. Risiko hipertermi b.d kurang terpapar informasi tentang pencegahan pneumonia.

SLKI ( STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA) DAN SIKI


( STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA)
No Diagnosa SLKI SIKI
.
1 Defisit Luaran utama: Tingkat Intervensi utama : Edukasi
pengetahuan pengetahuan kesehatan
Ekpektasi yang diharapkan Observasi :

30
meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi kesiapan dan
 Pertanyaan tentang kemampuan menerima
masalah yang dihadapi informasi.
menurun d.s 5  Identifikasi factor-faktor
 Persepsi yang keliru yang dapat meningkatkan
terhadap masalah dan menurunkan motivasi
menurun d.s 5 perilaku hidup bersih dan
 Perilaku sesuai anjuran sehat.
membaik d.s 5 Terapeutik
 Kemampuan menjelaskan  Sediakan materi dan medis
pengetahuan tentang suatu pendidikan kesehatan.
topic meningkat d.s 5  Jadwalkan pendidikan
 Perilaku sesuai kesehatan sesuai
pengetahuan meningkat kesempakatan
d.s 5  Berikan kesehatan untuk
bertanya.
Edukasi
 Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan.
 Ajarkan perilku hidup bersih
dan sehat.
 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
2 Gangguan Luaran utama : Pertukaran gas Intervensi utama : Pemantauan
pertukaran Ekpektasi yang diharapkan respirasi.
gas meningkatkan dengan kriteria Observasi :
hasil :  Monitor frekuensi, irama,
 Tingkat kesadaran kedalaman, dan upaya nafas.
meningkat d.s 5  Monitor pola nafas.
 PCO2 membaik d.s 5  Monitor kemampuan batuk
 Takikardia d.s 5 efektif.
 Gelisah menurun d.s 5  Monitor adanya sumbatan
 Bunyi nafas tambahan jalan nafas.
menurun d.s 5  Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru.
Terapeutik :
 Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien.
 Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.

31
3 Resiko Luaran utama : Termoregulasi Intevensi utama : manajement
hipertermi Ekpektasi membaik dengan hipotermia.
kriteria hasil yang diharapkan : Observasi
 Suhu tubuh membaik d.s 5  Identifikasi penyebab
 Suhu kulit membaik d.s 5  Monitor suhu tubuh
 Tekanan darah membaik  Monitor kadar elektrolit
d.s 5  Monitor keluaran urine
 Pengisapan kapiler Terapeutik
membaik d.s 5  Sediakan lingkungan yang
 Menggigil menutun d.s 5 dingin.
 Takikardi menurun d.s 5  Longgarkan atau lepaskan
 Kulit merah menurn d,.s pakaian.
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh.
 Berikan cairan oral.
 Hindari pemberian aspirin.
 Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
caiiran dan elektrolit
intervensi, jika perlu.

32
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru.
Pneumoniamenjadi ancaman kematian utama balita, berdasarkan data WHO 2012
ada 1,1 juta balita meninggal karena pneumoniadan 99% kematian balita terjadi
pada Negara berkembang yang memiliki akses dan fasilitas minim untuk
kesehatan anak. Pneumoniaadalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat.
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unti
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian
tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan
dan berhubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
dengan peran masing-masing serta ketertarikan emosional.

4.2 Saran
Dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas sumber daya perawat dalam
usaha pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat, maka hendaknya mahasiswa
calon perawat dapat melakukan pemenuhan pembelajaran. Khususnya dalam
pembuatan asuhan keparawatan dan dalam melakukan tindakan keperawatan
hendaknya dapat dilakukan dengan baik dan benar. Maka untuk itu dipandang perlu
bimbingan yang optimal dari bapak/ibu pembimbing guna peningkatan mutu dari
mahasiswa tersebut terlebih dalam bidang gawat darurat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperwatan Keluarga. Jakarta : EGC


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Magelang. 2014.Analisa Situasi
Pembangunan Kota Magelang Tahu 2014.
Carpenito.(2007).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi edisi revisi 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E., Mary F Moorhouse, Alice C. Geissles. 2012. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. (2006). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
Febraska, Anastasia Indah. (2014). Pemberian Posisi Semi fowler terhadap penurunan
sesak napas pada asuhan keperawatan Tn A dengan penyakit paru Obstruksi Kronik
(PPOK) dibangsal mawar 1 RSUD Karanganyar. (online).
(http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/download.php?id=924, diakses 6 Maret 2016)
Friedman, Marilyn M., Vicky R Bowden dan Elaine G Jones. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Gambar anatomi saluran pernapasan pada pneumonia (ontline), (https://en.wiki pedia.org
/wiki/Lobar_pneumonia, diakses pada 07 januari 2016)
Heesa, Reidnash. 2014. World Pneumonia Day: Selamatkan Balita Dari Ancaman Kematian
Nomor Satu Akibat Pneumonia, (Online),
(http://www.kompasiana.com/reidnash_heesa/world-pneumonia-day-selamatkan-balita-dari-
ancaman-kematian-nomor-satu-akibat-pneumonia_ 54f3f172745513962b6c82ff, diakses
pada 14 November 2015)
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2012, (Online), (http://www.depkes.go.id/resources/download/ pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf, diakses 14 November 2015)

34

Anda mungkin juga menyukai