Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA GASTRITIS

OLEH :

ROSALIA DALIMA PADUT ( 1714201016)

TINGKAT / SEMESTER : III / VI

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “ Asuhan
Keperawatan Keluarga Gastritis ”

Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari bahwa masih banyak


terdapat kekurangan - kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis,
baik dalam pengumpulan materi tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Gastritis
” maupun dari pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun, penulis terima dengan senang hati .

Penulis sangat berharap semoga tugas sederhana ini dapat berguna bagi
pengetahuan penulis sendiri maupun para pembaca.

Ruteng, April 2020

PENULIS

DAFTAR ISI

ii
Halaman Judul.....................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................3
A. Definisi ......................................................................................3
B. Etiologi .......................................................................................3
C. Klasifikasi ...................................................................................6
D. Manifestasi klinis .......................................................................12
E. Patofisiologi ................................................................................12
F. Penatalaksanaan ..........................................................................13
G. Komplikasi ...............................................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TBC......................16
A. Pengkajian ...............................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................24
C. Intervensi keperawatan .............................................................24
D. Implementasi dan Evaluasi .......................................................26
BAB III PENUTUP ............................................................................29
A. Kesimpulan .............................................................................29
B. Saran ........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di


masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaan yang banyak terjadi
di masyarakat karena dapat menyebabkan peradangan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal. WHO mengadakan
tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil
presentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Angka
kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka
kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada tahun 2017
cukup prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Gastritis
merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh penyakit terbanyak pada
pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia (Gustin, 2012).

Gastritis merupakan gangguan kesehatan dimana pada umumnya


didiagnosis berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi
saja. Kekambuhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
stress dan dukungan keluarga. Kekambuhan gastritis dapat dipengaruhi
oleh pola dan kebiasaan makan yang salah serta kurangnya aktivitas fisik
sehingga dapat menimbulkan stress.

Dampak penyakit gastritis dapat mengganggu status gizi seseorang.


Status gizi dapat berupa kurang, baik, atau normal maupun lebih.
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menyebabkan timbulnya penyakit
defisiensi. Kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan
gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan
fungsional dalam tubuh. Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan

1
badan mudah lelah, serta turunnya sisten imun dalam tubuh terhadap
infeksi sehingga tubuh mudah terserang suatu penyakit.

B. Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui konsep teori dari gastritis

b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada penderita


gastritis.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses


inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis merupakan inflamasi
dari mukosa lambung klinis berdasarkan pemeriksaan
endoskopi ditemukan eritema mukosa, kerapuhan bila trauma
yang ringan saja sudah terjadi perdarahan. Gatritis merupakan
peradangan local atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang di penuhi bakteri.

Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam


lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung
sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan dari
mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.

B. Etiologi

 Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya


menunggu lapar dulu, baru makan dan saat makan
langsung makan terlalu banyak (Puspadewi, 2009).

 Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter


pylori. Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput
lendir dinding bagian dalam lamung. Fungsi lapisan
lender sendiri adalah untuk melinudngi kerusakan
dinding lambung akibat produksi asam lambung.
Infeksi yangt diakibatkan bakteri Helicobacter

3
menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang
disebut gastritis (Aziz, 2011).

 Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung.


Oleh karena itu, orang yang merokok lebih sensitive
terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga akan
meningkatkan asam lambung, melambatkan
kesembuhan dan meningkatkan resiko kanker lambung
(Yuliarti, 2009).

 Stress. Hal ini dimungkinkan karena karena system


persarafan di otak berhubungan dengan lambung,
sehingga jika seseorang mengalami stress, bisa muncul
kelainan dalam lambungnya. Stress bisa menyebabkan
terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan
itu akan merangsang sel-sel dalam lambung yang
kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam
yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri,
perih dan kembung. Lamakelamaan hali ini dapat
menimbulkan luka di dinding lambung (Sari, 2008).

 Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat


penghilangan rasa nyeri, seperti obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven
(Advil, Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu
sering dapat menyebabkan penyakit gastritis, baik itu
gastritis akut maupun kronis (Aziz, 2011).

 Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam.


Minum minuman yang mengandung alkohol dan cafein
seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan produksi asam
lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan

4
menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung
(Suratum, 2010).

 Alkohol, mengkonsumsi olkohol dapat mengiritasi


(merangsang) dan mengikis permukaan lambung
(Suratum, 2010).

 Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka,


lada) menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan
menimbulkan edema dan pendarahan.

 Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi


dan kerusakan susunan syaraf pusat) merangsang
peningkatan produksi HCl lambung.

 Asam empedu adalah cairan yang membantu


pencernaan lemak. Cairan ini diproduksi di hati dan
dialirkan ke kantong empedu. Ketika keluar dari
kantong empedu akan dialirkan ke usus kecil
(duodenum). Secara normal, cincin pylorus (pada
bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam
empedu ke dalam lambung setelah dilepaskan ke
duodenum. Namun, apabila cincin tersebut rusak dan
tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau
dikeluarkan karena pembedahan maka asam empedu
akan mengalir ke lambung sehingga mengakibatkan
peradangan dan gastritis kronis (Suratum, 2010).

 Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh


tubuh dapat menyerang lambung. Kejadian ini
dinamakan autoimun gastritis. Kejadian ini memang
jarang terjadi, tetapi bisa terjadi. Autoimun gastritis
sering terjadi pada orang yang terserang penyakit

5
Hashimoto’s disease, Addison’s disease dan diabetes
tipe I. Autoimun gastritis juga berkaitan defisiensi B12
yang dapat membahayakan tubuh (Aziz, 2011).

C. Klasifikasi

a. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa


lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa
lambung akibat terpapar pada zat iritan. Erosi tidak
mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut suatu
penyakityang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak
dan sembuh sempurna (Suratum, 2010). Inflamasi akut
mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan
penyakit yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut
adalah makanan yang bersifat asam atau alkali kuat, yang
dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau
perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat
obstruksi pylorus (Brunner, 2006). Salah satu bentuk
gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis
hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada
penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung
dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
hilangnya kontinuitas mukosa lambung padabeberapa
tempat, menyertai inflamasi pada lambung tersebut
(Suyono, 2006).

1. Gastritis Akut Erosif

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan


permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila

6
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada
mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik,
sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat,
sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena
sebab yang tidak diketahui. Perjalanan penyakit ini
biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang
dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni
perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita
gastritis akut erosif yang tidak mengalami
pendarahan sering diagnosisnya tidak tercapai.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak
sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.
Diagnosis gastritis akut erosif, ditegakkan dengan
pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung
(Suyono, 2006). Penderita gastritis erosif yang
disebabkan oleh bahan toksik atau korosif dengan
etiologi yang dilakukan pada bahan kimia dan
bahan korosif antara lain HCL, H2SO4, HNO3,
Alkali, NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat
ditemukan antara lain mulut, lidah nampak edema,
dyspagia dan nyeri epigastrium, juga ditemukan
tanda yaitu mual, muntah, hipersalivasi,
hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi.
Penatalaksanaan secara umum perhatiakan tanda-
tanda vital, respirasi, turgor dan produksi urine serta
tentukan jenis racun untuk mencari anekdote
(Misnadiarly, 2009).

7
2. Gastritis Akut Hemoragik

Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik.


Pertama diperkirakan karena minum alkohol atau
obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa
gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID
lainnya). Meskipun pendarahan mungkin cukup
berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan
berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup
rendah. Kedua adalah stress gastritis yang dialami
pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami
pasien yang mengalami trauma berat
berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit
berat lainnya (Suyono, 2006). Erosi stress
merupakan lesi hemoragik majemuk pada lambung
proksimal yang timbul dalam keadaan stress
fisiologi parah dan tidak berkurang. Berbedadengan
ulserasi menahun yang biasa pada traktus
gastrointestinalis atas, jarang menembus profunda
kedalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi
sel radang menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi
stress akan berlanjut dan bersatu dalam 20% kasus
untuk membentuk beberapa ulserasi yang
menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atas,
yang bisa menyebabkan keparahan dan mengancam
nyawa.

b. Gastritis Kronik

Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa


lambung yang menahun. Gastritis kronik sering
dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma lambung

8
tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum
diketahui. Penyakit gastritis kronik menimpa kepada orang
yang mempunyai penyakit gastritis yang tidak
disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit
gastritis dan tidak disembuhkan, maka penyakit gastritis
menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan. Gastritis
kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria
dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang
kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis
didefenisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah
limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat
ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial
kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar
cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai
kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini
biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis
atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu


dari du tipe, yaitu: tipe A yang merupakan gastritis
autoimun adanya antibody terhadap sel parietal yang pada
akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95%
pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan
gastritis atropik kronik. Biasanya kondisi ini merupakan
tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus atau korpus
dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat
helicobacter pylory terdapat inflamasi yang difusi pada
lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga sering
menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).

9
Klasifikasi histologi yang sering digunakan pada gastritis
kronik yaitu:

1. Gastritis kronik superficial

Gastritis kronik superfisial suatu inflamasi yang


kronis pada permukaan mukosa lambung. Pada
pemeriksaan hispatologis terlihat gambaran adanya
penebalan mukosa sehingga terjadi perubahan yang
timbul yaitu infiltrasi limfosit dan sel plasma
dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir
polimorf dilamina profia. Gastritis kronik
superfisialis ini merupakan permulaan terjadinya
gastritis kronik. Seseorang diketahui menderita
gastritis superficial setelah diketahui melalui PA
antara lain: hiperemia, eksudasi, edema, penebalan
mukosa, sel-sel limfosit, eosinofil dan sel plasma.
Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien
mengalami mual, muntah, pain-foof-pain dan nafsu
makan berkurang. Pasien gastritis superficial
disarankan untuk istirahat total, mengkonsumsi
makanan lunak dan simptomatis (Misnadiarly,
2009).

2. Gastritis kronik atrofik

Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik


yang menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi
dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.
Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan
gastritis kronik superfisialis. Seseorang menderita
atropi gastritis setelah menjalani PA dan diketahui,
antara lain: mukosa tipis, muskularis atropi,

10
kelanjar-kelenjar menurun dan adanya selsel
limfosit. Pemeriksaan klinis, penderita mengalami
epigastrik diskomfort, dyspepsia, lambung rasanya
penuh, nafsu makan menurun, mual, muntah,
anemia peniciosa, defisiensi Fe dan pellagra.
Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat
total, mengkonsumsi makan lunak dan
mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver ekstrak
(Misnadiarly, 2009).

Menurut Misnadiarly (2009) gastritis


diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk yaitu:

1) Gastritis gastropati dengan keluhan umum


nyeri pada ulu hati, mual, muntah dan diare.
Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin,
alkohol, trauma pada lambung seperti
pengobatan dengan laser, kelainan pembuluh
darah pada lambung dan luka akibat operasi.

2) Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati,


mual dan muntah. Penyebabnya karena
infeksi bakteri, virus, jamur, parasit,
nematoda dan adanya penyakit pada saluran
pencernaan. Bila disebabkan oleh toksin
biasanya disertai dengan diare, nyeri perut,
badan menjadi panas, menggigil, dan kejang
otot.

3) Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis


kronis pada umumnya tidak spesifik berupa
perasaan tidak enak pada ulu hati yang
disertai mual, muntah dan perasaan penuh

11
dihati. Penyebabnya antara lain: infeksi
C.Pylori, gastropati reaktif, autoimun,
adanya tumor pada lambung dan faktor
stress.

D. Manifestasi Klinis

a. Tanda dan gejala Gastritis Akut

Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita


penyakit gastritis adalah keluhan nyeri, mulas, rasa
tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung,
sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut,
rasa panas seperti terbakar dan sering sendawa
( Puspadewi, 2012).

b. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis

 Gastritis sel plasma

 Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium

 Mausea sampai muntah empedu

 Dyspepsia

 Anorreksia

 Berat badan menurun

 Keluhan yang berhubungan dengan anemia

E. Patofisiologi

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya


dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa
lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari
autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak

12
maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak
mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang
pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan
menyebabkan peningkatan pemeabilitas kapiler sehingga
terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstrasel dan
menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan
regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut
menghilang dengan sendirinya

Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka


inflamasi akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang
akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa
lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung.
Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak
dapat diserap diusus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan
penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah.
Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi
lambung dan perdarahan (Suratum, 2010).

F. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

 Berikan diet tinggi kalori sesuai toleransi

 Berikan terapi antasida dan antibiotik

 Berikan agen penyekat kalsium, Procardia, osordil

 Berikan analgesic jenis cair topical

13
b. Non farmakologi

Diet penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan


dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung
serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung
yang berlebihan.

Syarat-syarat diet penyakit gastritis adalah:

 Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.

 Energi dan protein cukup, sesuai dengan


kemampuan pasien untuk menerimanya.

 Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi


total yang ditingkatkan secara bertahap hingga
sesuai dengan kebutuhan.

 Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang


ditingkatkan secara bertahap.

 Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

 Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu


yang tajam, baik secara termis, mekanis, maupun
kimia (disesuaikan dengan daya tahan terima
perorangan).

 Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa,


umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu
banyak.

 Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

14
 Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral
saja selama 24-48 jam untuk memberi istirahat pada
lambung.

G. Komplikasi

a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:

 Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang


merupakan kedaruratan medis, terkadang
perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan kematian.

 Ulkus, jika prosesnya hebat.

 Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi


muntah hebat.

b. Komplikasi yang timbul gastritis Kronik,:

 Gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat


kurang penerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi

 terganggu dan penyempitan daerah antrum


pylorus.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA GASTRITIS

A. Pengkajian

1. Data Umum

Nama : Ny. M

Usia : 34 Tahun

Pendidikan : SMA

Agama : Katolik

Suku : Medan

Alamat : JL. Teratai Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan


Polonia

Tipe Keluarga : Inti

Komposisi Keluarga:

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan Status


Kelamin dengan KK Imunisasi

1 Tn. S L Suami 36 SMA -

2 Ny.M P Istri 34 SMA -

3 An.D L Anak 10 SD Lengkap

4 An.I L Anak 6 SD Lengkap

Genogram

16
Keterangan:

Laki-laki

Perempuan

Cerai Hidup

Serumah

Kepala Keluarga Tn.T

RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tn.S dan Ny.M memiliki 2 anak, anak D berusia 10 tahun,


anak I berusia 6 tahun. Kedua anaknya sedang bersekolah di
sekolah dasar. Tn.S dan Ny.M sibuk dengan pekerjaan masing-
masing sebagai wiraswasta.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tn.S dan Ny.M berharap agar anak-anaknya dapat


menyelesaikan sekolahnya hingga perguruan tinggi.

3. Riwayat keluarga inti

17
Ny.M mengatakan sering nyeri di bagian ulu hati, pusing dan
mual.

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya, hanya saja


beberapa bulan yang lalu Ny.M dirawat dirumah sakit akibat
gastritis.

LINGKUNGAN

1. Karakteristik lingkungan

Hubungan sosial/lingkungan sekitar baik dan ramah dengan


anggota keluarga disekitarnya.

2. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Ny.M selama ini adalah penduduk asli di kelurahan


sari rejo dan belum pernah pindah rumah. Status rumah adalah
milik sendiri dan sudah 13 tahun menempati rumah.

3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga mengikuti kegiatan pengajian/perkumpulan bila ada


yang mengadakan dan iku melayat bila ada yang
kemalangan/meninggal.

4. Sistem pendukung keluarga

Keluarga Ny.M ada 4 orang yang terdiri dari suami, istri dan 2
orang anak dukungan dari anggota keluarga termasuk sistem
pendukung yang disertai dari fasilitas dari masyarakat
setempat.

STRUKTUR KELUARGA

18
1. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi yang dilakukan setiap hari baik siang hari maupun


malam hari, bahasa yang digunakan bahasa jawa dan bahasa
indonesia.

2. Struktur kekuatan keluarga

Dalam keluarga Tn.S dan Ny.M struktur kekuatan keluarga


saling menghargai dan mendukung serta kebutuhan yang
tercukupi setiap hari.

3. Struktur Peran

a. Tn.S : kepala keluarga yang dihormati

b. Ny.M : sebagai ibu dan istri yang penyayang kepada anak


dan suami

c. An.D : sebagai anak pertama pelindung

d. An.I : sebagai anak kedua sebagai penghibur.

4. Nilai dan Norma keluarga

Nilai dan norma dalam keluarga Ny.M disesuaikan dengan nilai


dalam agama Islam yang dianut serta nilai dan norma yang
ditetapkan di masyarakat.

FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Keluarga cukup rukun, namun perhatian terhadap anak anaknya


kadang tidak dapat dilakukan dengan maksimal akibat Tn.S
dan Ny.M sibuk bekerja.

2. Fungsi Sosial

19
Keluarga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam
masyarakat dan menaati norma yang berlaku di masyarakat.

3. Fungsi Reproduksi

Tn.S dan Ny.M sudah memiliki 2 orang anak dan anggota


keluarga memutuskan tidak punya anak lagi.

4. Fungsi Ekonomi

Ekonomi keluarga terpenuhi dari hasil pekerjaan TnS dan ny.M


sebagai wiraswasta.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit:


keluarga tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit
dengan benar.

STRES DAN KOPING KELUARGA

 Stressor jangka pendek dan jangka panjang

 Stressor jangka pendek : Ny.M mengatakan sering mengeluh


sakit di ulu hati.

 Stressor jangka panjang : Ny.M khawatir ulu hati bertambah


sakit di sertai mual dan pusing bertambah.

a. Kemampuan keluarga berespon terhadap


situasi/stressor.

Anggota keluarga selalu memijat anggota keluarganya


jika ada yang sakit dan tidak langsung dibawa ke
puskesmas atau petugas kesehatan lainnya.

b. Strategi koping yang digunakan

20
Anggota keluarganya selalu bermusyawarah untuk
menyelesaikan masalah yang ada.

c. Strategi adaptasi disfungsional

Jika Ny.M sudah merasakan nyeri di ulu hati dan mual


disuruh tidur/beristirahat.

d. Harapan Keluarga

Keluarga berharap agar keluarganya tetap sehat dan


berharap agar petugas kesehatan memberikan bantuan
sehingga berobat secara di puskesmas atau pelayanan
kesehatan lainnya.

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

NO AREA ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL


PEMERIKSAAN SERUMAH
FISIK

1 Pemeriksaan Kepala - Tn.S Normal dan lonjong, Rambut Tn.S


sudah mulai beruban.

- Ny.M Normal dan lonjong, Rambut Tn.S


sudah mulai beruban.

- An.D Normal dan lonjong, Rambut Tn.S


sudah mulai beruban.

- An.I Normal dan lonjong, Rambut Tn.S


sudah mulai beruban.

2 Mata - Tn.S Dapat melihat tanpa bantuan


kacamata.

- Ny.M Dapat melihat tanpa bantuan

21
kacamata.

- An.D Dapat melihat tanpa bantuan


kacamata.

- An. I Dapat melihat tanpa bantuan


kacamata.

3 Kulit - Tn.S Kulit warna sawo matang.

- Ny. M kulit putih.

- An.D Kulit sawo matang

- An. I Kulit sawo matang

4 Pendengaran Tn.S, Ny.M, An.D, An.I: Pendengaran baik

5 Ekstremitas atas dan Tn.S, Ny.M, An.D, An.I: Normal dan fungsi
bawah pergerakan baik.

TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN

1. Kurang/Tidak sehat

Saat ini yang sedang mengalami sakit adalah Ny.M.

2. Ancaman Kesehatan

 Kebiasaan makan makanan yang buruk dan waktu makan yang


tidak teratur.

 Makanan kurang bersih.

 Jarang makan makanan yang mengandung serat dan protein.

 Jarang makan sayur-sayuran.

Analisa Data

22
Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
Keluarga
Subjektif/Objektif

DS: Nyeri Akut Ketidakmampuan


keluarga merawat
Ny.M mengatakan sering sakit
di daerah ulu hati. anggota keluarga yang
sakit.
Ny.M mengatakan nyeri sering
sekali terasa didaerah uluh hati
dan sering terasa.

Ny.M mengatakan pernah


dirawat dirumah sakit.

DO:

TD: 100/70 mmHg

HR:83x/i

RR:18x/i

T: 37,4 C

Ny.M tampak sering


memegangi perutnya. Saat
ditanya keluarga tidak paham
betul mengenai cara
mengatasinya.

DS: Resiko mual muntah Ketidakmampuan


keluarga mengenal
Ny.N mengatakan sering mual,
masalah kesehatan
muntah dan nyeri ulu hati.

DO:

23
Saat ditanya keluarga tidak tahu
apa penyebab masalah

yang dialami oleh Ny.M

B. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut pada keluarga Ny.M berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit ditandai dengan Ny.M mengatakan sakit dibagian ulu hati
dan merasa seperti ditusuk-tusuk.

b. Resiko mual muntah pada keluarga Ny.M terkhusus Ny.M


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan keluarga ditandai dengan Ny.M sering
mual, sendawa dan nafsu makan berkurang.

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Umum dan Kriteria Evaluasi: Intervensi


Keperawatan Tujuan Khusus Kriteria/ Standart
Keluarga

1 Nyeri akut pada Umum: Verbal: 1. .Ajarkan


keluarga
keluarga Ny.M Setelah melakukan Keluarga dapat
bagaimana cara
keperawatan diharapkan menjawab pertanyaan
berhubungan perawatan bagi
nyeri dapat teratasi atau yang berikan.
dengan penderita nyeri
hilang ditandai dengan
gastritis.
ketidakmampuan pasien tidak merasakan
keluarga merawat nyeri seperti di tusuk- Sikap: 2. Ajarkan pada
tusuk. keluarga tekhnik
anggota keluarga Keluarga dapat
relaksasi nafas
yang sakit Khusus: membawa keluarga
dalam.
ditandai dengan yang sakit ke tempat

24
Ny. M Keluarga mengetahui pelayanan kesehatan. 3. Ajarkan
mengatakan bagaimana cara merawat keluarga
anggota keluarga yang bagaimana cara
sakit di bagian
sakit. Psikomotor: mengkaji skala
ulu hati dan
nyeri untuk
merasa seperti di Keluarga mampu
pencegahan dini.
tusuk-tusuk. merawat anggota
keluarga yang sakit. 4. ajarkan
mengompres
dengan air hangat
saat terasa nyeri.

5. Anjurkan klien
untuk meminum
obat.

6. Menganjurkan
klien untuk tidak
makan-makanan
yang pedas.

2 Resiko mual Umum: Verbal: 1. Beri penjelasan


muntah pada tentang nyeri
Setelah melakukan Keluarga dapat
keluarga Ny. M gastritis pada
tindakan keperawatan menjawab pertanyaan
terkusus Ny. M keluarga.
diharapkan nafsu makan yang di berikan.
berhubungan
meningkat. 2. Kaji
dengan Sikap:
pengetahuan
ketidakmampuan Khusus:
Keluarga dapat keluarga tentang
keluarga
Keluarga mampu membawa keluarga nyeri gastritis atau
mengenal
merawat dan memenuhi yang sakit ke tempat penyakit yang
masalah kesehat
kebutuhan nutrisi pelayanan kesehatan. berkaitan dengan
keluarga ditandai
anggota keluarga yang gastritis.
dengan Ny. M Psikomotor:
sakit terkhusus Ny.M

25
sering mula, Keluarga mampu 3. Ajarkan pola
sendawa, dan merawat anggota hidup sehat untuk
nafsu makan keluarga yang sakit penderita nyeri
berkurang. gastritis

D. Implementasi dan Evaluasi

No. Diagnosa Tanggal dan Implementasi Evaluasi


Waktu

1 dan 2 22 Mei 2017 1. Mengakji kondisi SOAP


kesehatan keluarga.
10.15 S:
2. Memberikan pendidikan
WIB Keluarga
kesehatan tentang nyeri
mengatakan paham
gastritis.
terhadap apa yang
3. Mengajarkan keluarga dijelaskan.
tentang cara merawat
O:
anggota keluarga yang
sakit. Keluarga mampu
menjawab
4. Mengajarkan klien dan
pertanyaan yang
keluarga cara melakukan
diberikan.
tekhnik relaksasi nafas
dalam. A:

5. Mengajarkan klien untuk Masalah sebagian


mengompres dengan air teratasi
hangat.
P:
6. Menganjurkan klien
Intervensi
meminum obat.
dilanjutkan
7. Menganjurkan keluarga

26
membawa klien ke layanan
kesehatan.

8. Mengajarkan klien dan


keluarga untuk memenuhi
nutrisi dan menganjurkan
tidak makan-makanan yang
terlalu pedas.

1 dan 2 23 Mei 2017 1. Mengajarkan keluarga S:


cara mengkaji skala nyeri.
09.45 WIB Keluargamengtakan
2. Memberikan penjelasan
paham terhadap apa
tentang pola hidup sehat
bagi penderita nyeri yang dijelaskan.
gastritis.
Klien mengatakan

nyeri sudah mulai

berkurang. Saat
nyeri

terasa klien
melakukan

relaksasi nafas
dalam,

mengompres
dengan

air hangat dan


minum

obat.

27
O: Keluarga paham

bagaimana cara

mengkaji nyeri.

A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi selesai

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa


lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis merupakan inflamasi dari
mukosa lambung klinis berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan
eritema mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja sudah terjadi

28
perdarahan. Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi
akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh
jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi
atropi sel mukasa lambung.

B. Saran

Dengan tersusunnya asuhan keperawatan keluarga Gastritis ini semoga


bisa bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis butuhkan, karena penulis sadar bahwa penyusunan
asuhan keperawatan keluarga Gastritis jauh dari kata sempurna dan
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari pembaca, untuk
pengerjaan asuhan keperawatan keluaraga selanjutnya yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z, Bahar, A, 2006. Gastritis: Sudoyo, A.W, Setiyohadi, B, Alwi.


M.S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Internal
Publishing. 988-994.

Bare & Smeltzer 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol. 3 Jakarta. EGC

29

Anda mungkin juga menyukai