Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MILITUS DI
PUSKESMAS KEDUNG MUNDU SEMARANG

OLEH:

ULIL ALBAB

( G0A016024 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG TAHUN 2018

1
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
& Sudarth, 2002). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes
melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik
dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Price & Wilson, 2006).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2002).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus
adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

B. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
1. Etiologi diabetes mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu respons
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat
sel-sel pulau longerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat
diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda

2
klinis tipe I (Bruner and Suddarth, 2001). Secara garis besar etiologi DM tipe
1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.

Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan faktor-


faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, virus,
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Etiologi diabetes mellitus tipe II
Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus tipe II antara lain:
a. Faktor-faktor genetik
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
b. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun.
c. Obesitas
d. Riwayat keluarga
e. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hipsonik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes
mellitus tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika.

C. Epidemiologi

3
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan
pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari
populasi dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun
1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta
orang. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah 8,4 penderita
diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan
prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5
juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4
juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil
Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi
penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM
menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%.
Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar
10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi
nasional obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan
sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi
TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan
adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi
nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi
kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula
bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7%
dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%

WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan


secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan
lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan
dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di
setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu,
pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat

4
dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader
kesehatan di masyarakat sekitarnya.

Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan
2030
NO Rangking Negara Orang Dengan Rangking Negara Orang Dengan
Tahun 2010 DM (Juta) Tahun 2030 DM (Juta)
1 India 31,7 India 79,4
2 Cina 20,8 Cina 42,3
3 Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4 Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5 Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6 Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7 Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8 Brazil 4,6 Jepang 8,9
9 Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Banglades 3,2 Mesir 6,7

Kurang taat
thd diet PK Hipoglikemia
D. Patofisiologi terjadinya penyakit
Obese, Kurang
DM Tipe II Informasi Kurang pengetahuan
gaya hidup, Resistensi Thd penyakit DM
insulin

5
Usia,
Riwayat klg DM,
Pola makan >> makrovas PK Gangren
Obesitas, gaya hidup, Komplikasi
usia, riwayat klg DM, Nefropati PK
vaskuler
pola makan >> GGK
Mikrovas
Retinopati Ggn
persepsi
sensori

Neoropati

Parastesia, sesibilitas Risko


Penyakit nyeri, suhu menurun infeksi
Autoimun Glukosa
intrasel Pembentukan
(genetik)
ATP Lemah Intoleransi
terganggu aktivitas
Penyakit
Insufisiensi DM
Autoimun insulin PK Ketoasidosis diabetik
Tipe I
(Genetik)
Penggunaan glukosa otot & hati BK
Glukoneogenesis
Produksi glukosa hati Cadangan lemak &
Protein
Hiperglikemia

Keseimbangan BB menurun
kalori (-) Glukosuria
Hiperosmolalitas darah
Diuresis osmotik
Polifagi Gangguan
polidipsi
pola tidur
poliuria

Dehidrasi Haus
Ketidakseimbangan
nutrisi > Kebutuhan
Risk kekurangan
vol cairan

PENJELASAN
Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

6
autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari
asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turun menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti
hiperventilasi, napas bau aseton dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

7
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

E. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Gejala klasik diabetes adalah rasa
haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang
turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan
pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah
seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas
4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan adanya
keluhan, Mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat check up
ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah:
1. Keluhan klinik
a. Penurunan Berat Badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi disekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal
ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat menggangu penderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum

8
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahartikan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah di motabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita
selalu merasa lapar.
e. Keluhan lain
1) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
2) Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
3) Gatal/bisul
Kelainan bisul berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketika dan dibawah payudara. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka lecet karena sepatu atau tertusuk
peniti.
4) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan maslah
seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
5) Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.

9
F. Pemeriksaan Penunjang
1). Cara pemeriksaan TTGO : (Arif Mansjoer, 2001 : 581)
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
b. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
c. Pasien puasa semalam, selama 10-12 jam
d. Glukosa darah puasa diperiksa
e. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum
selama / dalam waktu 5 menit
f. Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
g. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok

2). WHO merekomendasikan pengambilan sampel 2 jam sesudah konsumsi


glukosa yaitu : (Brunner and Suddarth, 2002 : 1225)
a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/nuchter >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 g karbohidrat (2 jam postprandial/pp) > 200 mg/dl (11,1
mmol/L).

G. Penatalaksaan
1). Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan bagi penderita DM dengan tujuan merubah prilaku pasien untuk
meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.
2). Perencanaan makanan (Diet)
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral).
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Memenuhi kebutuhan energi.
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
3). Farmakologis, berupa:

10
i. Obat Hipoglikemik Oral
a) Sulfonilurea, obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara :
1. Menstimulasi pengelepasan insulin yang tersimpan.
2. Menurunkan ambang sekresi insulin.
3. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada kaedaan insufisiesi renal
dan orang tua karena risiko hipoglikemia yang berkepanjangan,
demikian juga glibenklamid. Untuk orang tua dianjurkan preparat
dengan waktu kerja pendek (tolbutamid, glikuidon). Glikuidon juga
diberikan pada pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
ringan.
b) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk (Indek Masa Tubuh/IMT >30) sebagai
obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat
dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea.
c) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
ii. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
f. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis
hampir maksimal
g. Stres berat (Infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)

11
h. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali
i. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
j. Kontraindikasi atau alergi tarhadap OHO

Jenis dan lama kerja Insulin


Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni :
a. Insulin kerja cepat (rapid
acting insulin)
b. Insulin kerja pendek (short
acting insulin)
c. Insulin kerja menengah
(intermediate acting insulin)
d. Insulin kerja panjang (long
acting insulin)
e. Insulin campuran tetap
(premixed insulin)

Efek samping terapi insulin


1. Efek samping utama
dari terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.
2. Efek samping yang
lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang dapat menimbulkan
alergi insulin atau resistensi insulin.

Cara penyuntikan insulin


1. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit
(subkutan). Dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap
permukaan kulit.
2. Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara
bolus atau drip.
3. Terdapat sediaan insulin campuran (Mixed Insulin) antara insulin
kerja pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang
tertentu. Apabila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut

12
atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan
pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut.
4. Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyinpanan
insulin harus dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai
rotasi tempat suntik.
5. Apabila diperlikan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit
insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh
diabetisi yang sama.

iii. Manfaat Olahraga bagi Diabetisi :


1. Mengendalikan kadar glukosa darah
2. Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
3. Membantu mengurangi stres
4. Memperkuat otot dan jantung
5. Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
6. Membantu menurunkan tekanan darah
iv. Perawatan dirumah, sebagai seorang diabetesi sering mengalami gangguan
sirkulasi pada kaki sehingga mudah terkena infeksi bakteri dan jamur
sehingga perlu perawatan kaki. Perawatan tersebut meliputi :
1. Hentikan kebiasaan merokok
2. Periksa jari kaki dan celahnya setiap hari, apakah terdapat kalus,
bula, luka lecet ; gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan
celah jari kaki.
3. Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, lalu keringkan dengan baik
terutama dicelah jari kaki.
4. Pakailah krim khusus untuk kulit yang kering, tetapi hindari
pemakaian pada celah jari kaki.
5. Jangan menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan kalus.
6. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
7. Potonglah kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
8. Pakailah kaos kaki yang pas bila kaki terasa dingin ; ganti kaos kaki
setiap hari.
9. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
10. Pakailah sepatu dari kulit yang cocok untuk kaki.

13
11. Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya ;
periksa adanya benda asing.
12. Hindari trauma yang berulang.
13. Periksa dini rutin ke dokter dan periksa kaki anda setiap kali kontrol
walaupun ulkus/gangren telah sembuh.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktek keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling
berhubungan yaitu :
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun

14
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Status neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut Gordon sebagai berikut:

1) Pola persepsi kesehatan yang pernah dialami klien,


Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan kesehatan
lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien menurun,
termasuk riwayat penggunaan obat-obatan.
2) Pola nutrisi metabolic
Tanyakan pada klien tentang jenis, frekuensi dan jumlah makan
dan minum klien dalam sehari-hari. Kaji adanya mual-muntah,
penggunaan selang enteral, timbangan berat badan, ukur tinggi

15
badan , hitung berat ideal klien untuk memperoleh gambaran status
nutrisi. Pada gejala awal pasien DM ditemukan selera makan yang
meningkat. Dan pada gejala lanjutan ditemukan mual-muntah.

3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi, karakteristik, kesulitan/ masalah dan juga
pemakaian alat bantu seperti folley kateter, ukur juga intake dan
output setiap shift, adanya poliuria dan polidipsi.
Proses eliminasi, kaji terhadap frekuensi, karakteristik, kesulitan /
masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu/ intervensi dalam
BAB.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan
sekarang. Tanyakan kepada klien adanya keluhan kelelahan, letih,
takikardia, takipnea pada keadaan isitirahat atau aktivitas. Pada
kasus DM mengeluh mudah lelah, letih.
5) Pola tidur dan istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh
poliuria.
6) Pola persepsi kognitif
Apabila sudah terjadi komplikasi adanya gangguan penglihatan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya apakah klien pernah
mengalami putus asa/frustasi/stress/ dan bagaimana menurut klien
mengenai dirinya.
8) Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien di masyarakat dan keluarga, bagaimana
hubungan klien di masyarakat dan keluarga dan teman sekerjanya.
Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal dan gangguan dalam
interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain. System
dukungan pasangan atau keluarga terhadap klien selama sakit.
9) Pola reproduksi seksual
Tanyakan pada klien tentang penggunaan alat kontrasepsi dan
permasalahan yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status
pernikahan klien.

16
10) Pola mekanisme koping dan toleransi stress
Kaji factor yang membuat klien marah dan tidak dapat
mengontrol diri, tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme
koping yang digunakan Selma ini. Kaji kedaan klien saat ini
terhadap penyesuaian diri, ungkapan, penyangkalan terhadap diri
sendiri.
11) Pola sistem kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa.
Kaji apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut
bertentangan dengan kesehatan
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan diagnostic:
a) Glukosa darah sewaktu: ≥ 200mg/dl bila disertai gejala
klasik.
b) Glukosa darah puasa : ≥ 126 mg/dl
c) Test toleransi glukosa: kadar glukosa darah 2jam pada
TTGO: ≥ 200 mg/dl
d) Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
e) Asam lemak bebas kadar lipid dan kolesterol meningkat
f) Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/L
g) Elektrolit:
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun
h) Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat
dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang
selama 4 bulan terahir (lama hidup SDM) dan karenanya
sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan
dengan insiden.
2) Pemeriksaan mikroalbumin
a) Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskuler
b) Nefropati diabetik
 Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh
penyakit diabetes adalah terjadinya nefropatic
diabetik yang dapat menyebabkan gagal ginjal
terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci
darah atau hemodialisis.

17
 Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan
glumerolus ginjal yang berfungsi sebagai alat sebagai
alat penyaring.
 Gangguan pada glumerolus ginjal dapat
menyebabkan lolosnya protein albumin ke dalam
urine.
 Adanya albumin dalam urin (albuminoria) merupakan
indikasi terjadinya mefropati diabetik.
c) Manfaat pemeriksaan Mikroalbumin (MAU)
 Diagnosis dini nefropati diabetic
 Memperkirankan morbiditas penyakit kardiovaskuler
dan mortalitas pada pasien DM
d) Jadwal pemeriksaan mikroalbuminemia
 Untuk DM tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau
setelah 5 tahun didiagnosis DM
 Untuk DM tipe 2: untuk pemeriksaan awal setelah
diagnosis ditegakan, secara periodic setahun sekali
atau sesuai petunjuk dokter.
3) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
a) Dapat memperkirakan resiko komplikasi akibat DM
b) HbA1c atau A1C
 Merupakan senyawa yan g terbentuk dari ikatan
antara glukosa dengan hemoglobin
(glycohemoglobin)
 Jumlah A1C yang terbentuk , tergantung pada kadar
glukosa darah
 Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan
(sesuai dengan sel darah merah)
 Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-
rata dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum
pemeriksaan.
c) Manfaat pemeriksaan A1C
 Menilai kualitas pengendalian DM
 Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12
minggu dijalankan
d) Tujuan pemeriksaan A1C
 Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes
karena:
 A1C da[at memperkirakan resiko berkembangnya
komplikasi diabetes

18
 Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar
glukosa darah terus menerus tinggi dalam jangka
panjang
 Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang
(2-3 bulan) dapat diperkirakan dengan pemeriksaan
A1C.
e) Jadwal pemeriksaan A1C:
 Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM
ditepastikan
 Secara peridodik (sebagai bagian dari peneglolaan
DM) yaitu: setiap 3 bulan (terutama bila sasaran
pengobatan belum tercapai), minimal 2 kali dalam
setahun.

B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi
metabolik
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
6. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan berlebih/polifagia.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
8. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

C. Perencanaan

19
Merupakan petunjuk tertulis yang disusun dengan komponennya yaitu
nomor, hari, tanggal, jam, nomor diagnosa keperawatan, rencana tindakan serta
rasional dalam satu tabel.

Perencanaan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus (DM)

No Hari/ Dx Kep Tujuan dan kriteria Rencana Keperawatan Rasional


tgl/ hasil
waktu

1 Kekurangan Setelah 1. Pantau tanda-tanda vital. 1. Hypovolemia dapat


volume diberikan dimanifestasikan oleh
cairan tubuh asuhan hipotensi dan
2. Kaji nadi
berhubunga keperawatan takikardia.
perifer, pengisian 1. Merupakan
n dengan selama ..x24
kapiler, turgor kulit, dan indikator dari tingkat
diuresis jam
membran mukosa. dehidrasi, atau
osmotik. diharapkan
3. Pantau
volume sirkulasi yang
pasien dapat
masukan dan keluaran,
adekuat.
Mendemonst
catat berat jenis urine. 2. Memberika
rasikan
n perkiraan kebutuhan
hidrasi
akan cairan pengganti,
adekuat
. fungsi ginjal, dan
dengan
keefektifan dari terapi
kriteria 4. Timbang berat
yang diberikan
hasil : tanda badan setiap hari 3. Memberika
vital stabil, n hasil pengkajian
nadi perifer yang terbaik dari
dapat diraba, status cairan yang
turgor kulit sedang berlangsung
dan pengisian 5. Berikan terapi dan selanjutnya dalam
kapiler baik, cairan sesuai indikasi memberikan cairan
haluaran pengganti.
urine tepat
4. Tipe dan
secara
jumlah dari cairan

20
individu, dan tergantung pada
kadar derajat kekurangan
elektrolit cairan dan respons
dalam batas pasien secara
normal. individual.

2 Perubahan Setelah diberikan 1. Tentukan program diet 1. Mengidentifikasi


status asuhan keperawatan dan pola makan pasien kekurangan dan
nutrisi selama ..x24 jam dan bandingkan dengan penyimpangan dari
kurang dari diharapkan pasien makanan yang dapat kebutuhan terapeutik.
kebutuhan dapat memperoleh dihabiskan oleh pasien.
2. Mengkaji pemasukan
2. Timbang berat badan
tubuh nutrisi yang cukup
makanan yang
setiap hari atau sesuai
berhubunga bagi tubuh, dengan
adekuat (termasuk
indikasi.
n dengan kriteria hasil:
absorbsi dan
ketidakcuku
- Mencerna utilisasinya).
p-an insulin, 3. Jika makanan yang
jumlah
penurunan 3. Identifikasi makanan disukai pasien dapat
kalori/nutrien
masukan yang dimasukkan dalam
yang
oral disukai/dikehendaki perencanaan makan,
tepat,Menunj
termasuk kebutuhan kerjasama ini dapat
ukkan tingkat
etnik/kultural. diupayakan setelah
energi
pulang.
biasanya, 4. Meningkatkan rasa
Berat badan keterlibatannya;
4. Libatkan keluarga pasien
stabil atau memberikan
pada perencanaan makan
bertambah. informasi pada
sesuai indikasi.
keluarga untuk
memahami nutrisi
pasien.
5. Insulin reguler
5. Kolaborasi pemberikan memiliki awitan
pengobatan insulin cepat dan karenanya
secara teratur sesuai dengan cepat pula
dapat membantu

21
indikasi. memindahkan
glukosa ke dalam sel.

3 Kurang Setelah diberikan 1. Ciptakan lingkungan 1. Menanggapai dan


pengetahua asuhan keperawatan saling percaya memperhatikan perlu
n tentang selama ..x24 jam diciptakan sebelum
penyakit, diharapkan pasien pasien bersedia
prognosis dapat memahami mengambil bagian
dan tentang penyakit dalam proses belajar.
2. Diskusikan dengan klien 2. Memberikan
kebutuhan yang dideritanya
tentang penyakitnya pengetahuan dasar
pengobatan dengan kriteria
dimana pasien dapat
berhubunga hasil
membuat
n dengan :Mengungkapkan
pertimbangan dalam
kurangnya pemahaman tentang
memilih gaya hidup.
pemajanan/ penyakit, 3. Diskusikan tentang
3. Kesadaran tentang
mengingat, Mengidentifikasi rencana diet,
pentingnya kontrol
kesalahan hubungan penggunaan makanan
diet akan membantu
interpretasi tanda/gejala dengan tinggi serat.
pasien dalam
informasi. proses penyakit dan
merencanakan
menghubungkan
makan/mentaati
gejala dengan faktor
program.
penyebab. Dengan 4. Diskusikan pentingnya 4. Membantu untuk
benar melakukan untuk melakukan mengontrol proses
prosedur yang perlu evaluasi secara teratur penyakit dengan lebih
dan menjelaskan dan jawab pertanyaan ketat.
rasional tindakan. pasien/orang terdekat.

4 Kerusakan NOC: NIC:Pressure Manajemen


Tissue Integrity :
integritas
skin dan mucous a. Anjurkan pasien untuk a. Mencegah terjadinya
kulit
membranes menggunakan pakaian gesekan antara baju
berhubunga
kriteria hasil : longgar dengan kulit
n dengan 1. Integritas kulit b. Hindari kerutas pada b. Mencegah terjadinya

22
perubahan yang baik bisa tempat tidur gesekan dari tempat
kondisi dipertahankan tidur ke kulit
2. Tidak ada luka / c. Menjaga kebersihan
metabolik
lesi pada kulit c. Jaga kebersihan kulit kulit agar tetap bersih
3. Perfusi jaringan agar tetap bersih dan dan kering
baik kering
4. Menunjukan
pemahaman d. Mobilisasi pasien
d. Mencegah terjadinya
dalam proses (mengubah posisi)
luka pada kulit akibat
perbaikan kulit setiap dua jam
posisi yang monoton
dan mencegah
terjadinya cedera e. Monitor aktifitas dan
mobilisasi pasien e. Mengetahui kegiatan
berulang
5. Mampu pasien dan untuk
melindungi kulit perencanaan
dan seleanjutnya
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
5 Intoleransi NOC : NIC :
 energy 1. Bantu klien untuk 1. Mengetahui tingkat
aktifitas
conservation mengidentifikasi kemampuan aktifitas
berhubunga
 activity aktivitas yang akan pasien
n dengan
tolerance dilakukan
kelemahan  self care 2. Bantu untuk memilih
Kriteria aktivitas konsisten yang 2. Membantu aktivitas
hasil : sesuai dengan pasien secara bertahap

kemampuan fisik, dan mandiri


 Berpartisipasi
psikologi dan sosial
dalam aktivitas
3. Bantu untuk 3. Membantu aktivitas
fisik tanda
mengidentifikasi dan pasien secara bertahap
disertai
mendapatkan sumber dan mandiri
peningkayan
yang diperlukan untuk
tekanan darah
aktifitas ang diinginkan
 Mampu
melakukan 4. Bantu pasien untuk 4. Membantu

23
aktivitas sehari- mengidentifikasi mempercepat
hari (ADL) aktivitas yang disukai kesembuhan pasien
secara mandiri

6 Perubahan Setelah  Anjurkan pasien untuk  Pasien tidak menunda


nutrisi lebih diberikan mengikuti jadwal diet jadwal makan sehingga
dari asuhan yang telah diprogramkan. tidak terjadi
kebutuhan keperawatan hipoglikemia.
tubuh selama 3 x 24  Menghindari
 Pantau jadwal makan
berhubunga jam, kemungkinan
pasien.
n dengan diharapkan terjadinya
asupan nutrisi pasien hipoglikemia.
berlebih/pol seimbang  Untuk memeriksa
ifagia. dengan kemungkinan tanda dan
Kriteria  Perbaiki status nutrisi gejala hiperglikemia
Hasil: melalui pemberian diet dan ketoasidosis.
Nutritional
yang direncanakan bagi  Untuk menurunkan
Status
pasien DM kadar glukosa dalam

 makan habis 1  Pantau asupan nutrisi darah.

porsi pasien setiap hari dan kaji  Untuk mempercepat


 Teridentifikasinya catatan glukosa darah kesembuhan pasien
kebutuhan nutrisi  Libatkan keluarga pasien
dan berat badan pada perencanaan makan
yang terkontrol sesuai dengan indikasi.

7 Resiko Setelah 1. Observasi tanda-tanda 1. Pasien mungkin


diberikan
infeksi infeksi dan peradangan. masuk dengan infeksi
asuhan
berhubunga keperawatan yang biasanya telah
selama ..x24
n dengan mencetuskan keadaan
jam
hyperglike- diharapkan ketoasidosis atau
pasien dapat
mia. dapat mengalami
mencegah
atau infeksi nosokomial.

24
menurunkan
risiko infeksi 2. Mencegah timbulnya
2. Tingkatkan upaya untuk
dengan
infeksi silang.
kriteria hasil: pencegahan dengan
Mendemonst
melakukan cuci tangan
rasikan
teknik, yang baik pada semua
perubahan
orang yang berhubungan
gaya hidup
untuk dengan pasien termasuk
mencegah
pasiennya sendiri.
terjadinya
infeksi.
3. Pertahankan teknik 3. Kadar glukosa yang
aseptik pada prosedur tinggi dalam darah
invasif. akan menjadi media
terbaik bagi
pertumbuhan kuman.

4. Sirkulasi perifer bisa


4. Berikan perawatan kulit terganggu yang
dengan teratur dan menempatkan pasien
sungguh-sungguh. pada peningkatan
resiko terjadinya
kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan
infeksi.

5. Membantu dalam
memventilasi semua
5. Lakukan perubahan
daerah paru dan
posisi, anjurkan batuk
memobilisasi sekret.
efektif dan nafas dalam.

8 Resiko Setelah 1. Pantau tanda-tanda vital 1. Sebagai dasar untuk


diberikan
tinggi dan status mental. membandingkan
asuhan
terhadap keperawatan temuan abnormal
selama ..x24 2. kebingungan dan
perubahan 2. Panggil pasien dengan
jam
membantu untuk
persepsi diharapkan nama, orientasikan

25
sensori pasien dapat kembali sesuai dengan mempertahankan
mempertahan
berhubunga kebutuhannya. kontak dengan
kan tingkat
n dengan mental biasa realitas.
dengan 3. Membantu
ketidakseim
kriteria hasil
3. Pelihara aktivitas rutin memelihara pasien
bangan pasien dapat
mengendalik pasien sekonsisten tetap berhubungan
glukosa/ins
an dan
mungkin, dorong untuk dengan realitas dan
ulin dan mengkompen
sasikan melakukan kegiatan mempertahankan
atau
adanya
sehari-hari sesuai orientasi pada
elektrolit. kerusakan
sensoris kemampuannya. lingkungannya.
4. Neuropati perifer
dapat mengakibatkan
4. Selidiki adanya keluhan
rasa tidak nyaman
parestesia, nyeri atau
yang berat,
kehilangan sensori pada
kehilangan sensasi
paha/kaki.
sentuhan/distorsi yang
mempunyai resiko
tinggi terhadap
kerusakan kulit dan
gangguan
keseimbangan.

26
DAFTAR PUSTAKA.

Brunner & Suddart.2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC:
Jakarta.
Carpenito,Lynda Jual.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta :
EGC
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta: MedAction.
Price & Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin.2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

27
28

Anda mungkin juga menyukai