( Keperawatan Jiwa )
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Tinneke Tololiu, S. Kep, M. Kep
DISUSUN OLEH :
Nama : Ni Komang Desiani
NIM : 711440118068
Tingkat : 3A/ DIII Keperawatan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan perkotaan. Hal ini
dikarenakan Hipertensi dapat diderita oleh seseorang yang memiliki gaya hidup tidak
sehat. Prevalensi Hipertensi di Indonesia pada umur > 18 tahun pada tahun 2013
adalah sebesar 25,8% dimana terjadi penurunan dari tahun 2007 yaitu sebesar 31,7%
(RISKESDAS,2013). Hipertensi itu sendiri merupakan tinggi atau meningkatnya
tekanan darah, kondisi dimana pembuluh darah secara persisten meningkatkan
tekanannya (WHO, 2013). Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Hipertensi diklasifikasikan menjadi; Normal
(< 130/< 85 mmHg); Normal tinggi (130- 139/85-89mmHg); Hipertensi ringan (140-
159/90-99mmHg); Hipertensi sedang (160-179/100-109 mmHg); Hipertensi berat
(180-209/110-119 mmHg); dan Hipertensi sangat berat (≥ 210 mmHg/≥ 120 mmHg)
(Smeltzer & Bare, 2002; Price & Wilson,2006).
Hipertensi dikenal sebagai penyakit “silent killer” (Smeltzer & Bare, 2002). Hal
ini dikarenakan individu yang menderita Hipertensi sering kali tidak menunjukkan
tanda-tanda Hipertensi. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada individu yang
mengalami Hipertensi, tidakakan ditemukan data yang maladaptif selain tekanan
darah yang melebihi batas normal. Keadaan seperti ini bisa menjadi salah satu stresor
pada klien yang baru saja mengetahui dirinya terdiagnosa Hipertensi. Stresor yang
timbul pada diri seseorang dapat diselesaikan dengan cara yang adaptif atau
maladaptif. Jika seseorang menyelesaikan dengan cara yang adaptif, maka stresor
tersebut dapat terselesaikan tanpa menimbulkan masalah baru. Lain halnya dengan
seseorang yang menanggapi stresor dengan cara yang maladaptif, maka akan
menimbulkan masalah baru, yaitu masalah psikososial. Seseorang yang terdiagnosis
Hipertensi bisa saja mengalami masalah psikososial, diantaranya ansietas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masalah psikososial yang mungkin saja terjadi pada
klien yang menderita Hipertensi adalah depresi, ansietas, masalah seksual, dan
kerusakan memori (Sarhan,2010). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan pada 86
orang yang baru terdeteksi Hipertensi dan 98 orang yang sehat didapatkan hasil
bahwa sebanyak 42-43 orang yag secara signifikan menunjukkan bahwa ansietas
memiliki nilai tertinggi dibandingkan depresi dalam peningkatan Hipertensi (Bajko,
2012). Ansietas lebih memegang peranan penting dibandingkan dengan depresi.
Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (NANDA, 2012). Ansietas
diklasifikasikan kedalam beberapa tingkatan, yaitu ansietas ringan, sedang, berat, dan
panik (Fontaine&Fletcher,2003). Keadaan ansietas yang dialami pada klien dengan
hipertensi dapat memberikan efek lingkaran setan. Hal ini disebabkan oleh ansietas
dapat menyebabkan Hipertensi seseorang semakin meningkat dan Hipertensi itu
sendiri dapat menyebabkan ansietas. Keadaan seperti ini terjadi disebabkan oleh
mekanisme adaptasi fisiologis dimana jika terdapat stresor, terjadi respon adaptasi
yang dikontrol oleh medula oblongata, formasi retikular, dan kelenjar hipofisis
(Potter & Perry, 2005). Ketiga komponen dalam tubuh tersebut saling
berkesinambungan dalam menjalankan fungsinya untuk mengontrol fungsi vital
dalam tubuh ketika terdapat stresor, meningkatkan atau menurunkan fungsi vital.
Fungsi vital yang dimaksud adalah frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ansietas
memiliki efek yang signifikan dalam meningkatkan Hipertensi
(Bajkoetall,2012;Cheungetall,2003). Ansietas yang terjadi pada seseorang harus
segera diatasi. Keadaan ansietas yang terjadi pada seseorang yang memiliki masalah
kesehatan fisik dapat memperburuk keadaan seseorang tersebut. Adapun yang dapat
dilakukan untuk mengurangi respon fisiologis terhadap stres yang menimbulkan
ansietas tersebut adalah dengan olahraga teratur, humor, nutrisi dan diet, istirahat,
teknik relaksasi, dan spiritualitas (Potter & Peryy, 2005). Teknik yang diuraikan
tersebut memiliki tujuan untuk memberikan efek relaks pada tubuh dimana pada saat
relaks, tubuh melepaskan endorfin kedalam sirkulasi yang dapat menghilangkan
perasaan stres. Salah satu teknik yang sering digunakan untuk menurunkan tingkat
ansietas salah satunya teknik relaksasi napas dalam. Teknik relaksasi ini sangat
efektif dalam menurunkan tingkat asnietas.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil maslah : bagaimana
asuhan keperawatan dengan masalah psikososial ansietas pada pasien dengan hipertensi
di Rsj Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang Manado
C. TUJUAN PENULISAN
Mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan masalah psikososial ansietas pada
pasien dengan hipertensi di Rsj Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang Manado
D. MANFAAT PENULISAN
Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai asuhan keperawatan dengan masalah
psikososial ansietas pada pasien dengan hipertensi di Rsj Prof.Dr.V.L.
Ratumbuysang Manado
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MASALAH UTAMA
Kecemasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh
situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang member gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihanyang disertai respon perilaku, emosional
dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas.(Videback, 2008: 307).
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon (penyebab tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang memperkuat individu
mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana
dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh
dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas. (AH. Yusuf,2015:89)
2. Penyebab
Menurut (Savitri Ramaiah, 2003: 11) ada beberapa faktor yang menunjukkan
reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,
sahabat,ataupun rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didaam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998: 177), beberapa teori penyebab kecemasan
pada individu antara lain:
a. Teori psikoanalatik terjadi karna adanya konflik yang terjadi antara emosinal
elemen kepribadian, yaitu id dan super ego. Id mewakili insting, super ego
mewakili hati nurani, sedangkan ego berperan menengahi konflik yang terjadi
antara dua elemen yang bertentangan. Timbulnya kecemasn merupakan upaya
peningkatan ego dan bahaya.
b. Teori interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap adanaya penolakan dan tidaka
adanya penerimaan interpersonal.
c. Teori perilaku (Bevarior)
Kecemasan merupakan prodk frustasi yaiti segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan.
d. Teori perspektif keluarga
Kajian keluaraga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga.
Kecemasan enunjukkan adanya pola interaksi yang maladaptif dalam sistem
keluarga.
3. Jenis-jenis kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya
sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari luar. Membagi
kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasar
kita.
b. Kecemasan irrasional yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah
kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya,
untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan
ini di
c. sebut sebagi kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi
kehidupan manusia (Mustamir Pedak, 2009:30).
4. Rentang respon
Rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif
dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana
individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak
mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan
fisik, perilaku maupun kognitif.
Respons adaptif
Antisipasi- Ringan- Sedang- Berat- Panik
5. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
Predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
1) Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang di alami individu baik krisis perkembangan atau
situasiona.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik, id dan super ego atau ego
3) Konsep diri tergangggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya (Eko prabowo, 2014: 123-124).
b. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
9. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL,
meprobramate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberikan
keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri agar
mampu mengatasi kecemasan.
3. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stresor psikososial.
Gangguan suasana
Core problem
perasaan cemas
Tujuan
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya Intervensi:
1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2. Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3. Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4. Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar
dan berkembang.
b. TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya
Intervensi:
1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2. Hubungkan perilaku dan perasaanya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal-hal yang berkaitan dengan konflik
5. Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan
perasaanya.
c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas
Intervensi :
1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera
menimbulkan ansietas
2. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor
yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan
d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Intervensi :
1. Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu
2. Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang
digunakan
3. Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang
dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan, menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang
5. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6. Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya
7. Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan
sosial dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
Intervensi :
1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
2. Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. Y.T
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Cerai
Orang Yang Berarti : Anak dan cucu
Pekerjaan : IRT ( Ibu Rumah Tangga )
Pendidikan : Tamat SD
Tangga Pengkajian : 20 Oktober 2020
Diagnosa Medik : Kecemasan Dengan Hipertensi
Penampilan : Rapih Dan Bersih , pasien memakai pakaian RS
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak cukup aktif beraktivitas di tandai dengan kondidi rumah yang
tertata rapi dan bersih
4. Alam Perasaan
Pasien mengungkapkan rasa cemasnya karena kondisinya saat ini apalagi jika
tekanan darahnya naik.
5. Afek
Sesuai
6. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, terlihat sedikit cemas dan gelisah di tandai dengan ekspresi
wajah yang sedih.
7. Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi
8. Proses Fikir
Tidak ada gangguan pada proses fikir
9. Isi Fikir
Tidak ada gangguan isi fikir
10. Waham
Tidak ada waham
11. Tingkat Kesadaran
Composmentis.
12. Memori
Memori masih baik, mampu menceritakan masa lalu
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi dan berhitung nasih baik.
14. Kemampuan penilaian
Pasien dapat memilih pilihan yang di inginkan seperti misalnya ketika sakit ia
memilih periksa ke tenaga kesehatan dan beristirahat terlebih dahulu dari pada
mengerjakan pekerjaan rumah yang memberatkan.
15. Daya tilik diri
Pasien tahu bahwa ia mengalami kecemasan terhadap kondisi kesehatannya dan
terkain komunikasi dengan anak-anaknya.
5. Riwayat Keluarga
1. Genogram
Keterangan :
Perempuan Pasien
Laki-laki Meninggal
Tinggal serumah
2. Masalah Keluarga dan kritis
Ny. YT hanya tinggal bersama dengan cucunya, 4 orang anaknya tinggal di luar kota
dan dan 1 anaknya yang ke 4 tinggal di malalayang jika berobat Ny. YT sering di
temani oleh cucunya ke tempat pelayanan kesehatan.
3. Interaksi dalam keluarga
Saat sakit interaksi dalam keluarga tidak terganggu karena klien dapat berinteraksi
dengan baik
6. PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat penyakit
Pasien tidak mempunyai riwayat menular
2. Pemeriksaan Fisik
TD : 140/90 mmHg N : 84 x / Menit
R : 22 x/ Menit SB : 36 x/ Menit
3. Kebiasaan yang berhubung dengan status kesehatan
Pasien tidak perokok dan tidak mengkomsumsi alkohol
4. Meroko
Tidak
5. Alkohol/obat-obatan
Tidak
6. Istirahat dan tidur
Tidur : 7-8 jam
Istirahat : 1-2 jam
7. Nutrisi
Ny. YT makan 2x sehari ( siang dan malam ). Pagi Ny YT hanya minum teh dan
makan kue. Ny. YT minum 7-8 gelas perhari
8. Eliminasi
BAK : 3-4 x sehari
BAB :1-2 x sehari
9. Orientasi
Ny. YT mempunyai orientasi yang baik. Ny. YT berpandangan jika Ny. YT sakit
harus di bawa ke tempat pelayanan kesehatan secepatnnya
10. Tingkat Aktivitas
Pasien dapat beraktivitas secara mandiri
11. Tingkat Energi
12. Pasien masih berenergi walau sudah berumur
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. Data Subyektif: Ansietas
Pasien mengatakan merasa cemas dengan
kondisinya saat ini (penyakitnya) apalagi
jika tekanan darahnya naik.
Pasien mengatakan cemas dengan
komplikasi dari penyakit yang
dideritanya
Data Objektif:
TD : 140/90 mmHg
N : 84 x / Menit
R : 22 x/ Menit
SB : 36 x/ Menit
Ekspresi wajah tampak tegang
Merasa gelisah
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengendalikan rasa cemas
POHON MASALAH
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap konsep diri rdibuktikan Pasien
mengatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini (penyakitnya) apalagi jika
tekanan darahnya naik. Pasien mengatakan cemas dengan komplikasi dari penyakit
yang dideritanya TD : 140/90 mmHg N : 84 x / Menit ,R : 22 x/ Menit , SB: 36 x/
Menit , Ekspresi wajah tampak tegang, Merasa gelisah ,Sulit berkonsentrasi ,Sulit
mengendalikan rasa cemas
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
FORMAT TINDAKAN KEPERAWATAN MASALAH PSIKOSOSIAL
Inisial Pasien : Ny. YT Nama Mahasiswa : Ni Komang Desiani
No. Medrec :- NIM : 711440118068
Ruangan :
Merasa gelisah
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengendalikan
rasa cemas
Sulit berkonsentrasi
Sulit mengendalikan
rasa cemas
LAMPIRAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) DENGAN
MASALAH KECEMASAN
Pertemuan pertama
a. Orientasi
1. Salam Terapeutik
3. Kontrak
b. Kerja
“Ibu mengatakan kalau merasa cemas dengan penyakit Ibu, sudah beberapa hari
merasa gelisah. Coba Ibu ceritakan lebih lanjut tentang perasaan Ibu, kenapa Ibu
merasakan hal tersebut, apa yang Ibu pikirkan? Oh, jadi Ibu cemas jika tekanan
darah Ibu naik? Ibu juga cemas dengan komplikasi dari penyakit Ibu? Bagaimana
kalau kita coba mengatasi kecemasan Ibu dengan relaksasi dengan cara tarik napas
dalam. Ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang Ibu
rasakan.” “Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan Ibu
memperhatikan
saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya Bu? Pertama-tama Ibu
tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas. Dalam hitungan ketiga
setelah itu Ibu hempaskan udara melalui mulut dengan meniup udara secara
perlahan-lahan. Sekarang coba Ibu praktikan.”
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan Ibu? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang Bu? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
b) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba Ibu lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relaksasi yang
seperti saya contohkan tadi ya?”
c) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pada pukul
11.00 siang seperti saat ini di ruang tamu ini?
d) Rencana Tindakan Lanjutan
“Selanjutnya Ibu harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan ya?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Pertemuan ke 2
a. Orientasi
1. Salam Terapeutik
2. Evaluasi
3. Kontrak
b. Kerja
“Ibu kemarin mengatakan kalau merasa cemas dengan penyakit Ibu dan
merasa gelisah. Apakah Ibu masih merasa gelisah hari ini? Baiklah kalau
masih merasa
gelisah. Kemarin kita sudah mempelajari teknik napas dalam dan relaksasi
otot, apakah Ibu sudah melakukanya lagi? Kali ini kita akan mempelajari
teknik hipnotis 5 jari. Pejamkan mata Ibu, tarik napas lalu buang perlahan.
lakukan selama 3 kali. Tautkan ibu jari Ibu kepada jari tulunjuk, bayangkan
ketika tubuh Ibu begitu sehat. Tautkan ibu jari Ibu pada jari tengah, bayangkan
ketika Ibu mendapatkan hadiah atau barang yang Ibu sukai. Tautkan ibu jari
pada kepada jari manis, bayangkan ketika Ibu berada ditempat yang paling
nyaman, tempat yang sangat bahagia. Tautkan ibu jari Ibu kepada jari
kelingking, bayangkan ketika Ibu mendapatkan suatu penghargaan. Tarik
napas, buang perlahan, lakukan selama 3 kali lalu buka mata kembali.”
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan Ibu? Apakah perasaan cemasnya
sudah berkurang Bu? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba Ibu lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi
yang seperti saya contohkan tadi ya?”