Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERSYARAFAN : CEREBRO VASKULAR ACCIDENT (CVA) DI

RUANG ICU (INTENSIVE CARE UNIT)

DISUSUN OLEH :
SHIVA ZAKIYATUL ULA 191FK04049

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
PROFESI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

Identitas Mahasiswa
Nama : Shiva Zakiyatul Ula
NIM : 191FK04049
Tanggal Praktek : 24 Juni 2020
Tanggal Pengkajian : 02 Juli 2018

Hasil Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Klien : Tn. H
2. Usia/Tgl. Lahir : 44 Tahun/ 19 Maret 1976
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama/Keyakinan : Tidak Terkaji
5. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
6. Status Pernikahan : Menikah
7. Pekerjaan : TNI
8. No. MR. : Tidak Terkaji
9. Tanggal Masuk RS : Tidak Terkaji
10. Tanggal pengkajian : 02 Juli 2018
11. Rencana Therapy : Tidak Terkaji
12. Hari rawat ke- : Tidak Terkaji
13. Alergi : Tidak mempunyai alergi makanan minuman maupun obat.
14. BB/TB : 70 kg/168 cm
15. Alamat Rumah : Perkotaan
16. Diagnosa Medis : Cerebro Vaskular Accident (CVA)

B. Penanggung Jawab
1. Nama : Tidak Terkaji
2. Usia : Tidak Terkaji
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Tidak Terkaji
5. Hubungan dengan Klien : Istri
II. Riwayat Kesehatan saat ini
1. Alasan masuk RS : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengalami penurunan
kesadaran dan mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan
2. Alasan masuk ICU/IMC : Tidak Terkaji.
3. Alasan kunjungan/ keluhan utama : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengeluh kaki
dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak dan bicara pelo.
4. Faktor pencetus : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengatakan memiliki penyakit
hipertensi tahun 2017.
5. Lamanya keluhan : Tidak Terkaji
6. Timbulnya keluhan : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengalami kelemahan untuk
bergerak pada kaki dan tangan kanan serta bicara pelo.
7. Faktor yang memperberat : Tidak Terkaji
8. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Sendiri : Semenjak mengalami Hipertensi Tn. H dan istri mulai mengurangi makanan
yang mengandung garam
Dibantu orang lain : Tidak Terkaji
9. Diagnosa medik
a. Cerebro Vaskular Accident (CVA)

III. Riwayat Kesehatan Sekarang


Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengalami penurunan kesadaran dan mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Tn. H juga mengatakan bahwa dirinya
memiliki penyakit Hipertensi tahun 2017. Tn. H lalu ke IGD dr Soedjono dan
kemudian dirawat.

IV. Riwayat Kesehatan Lalu :


Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengatakan pernah menjalani rawat inap di ruang
Bugenvil RS Dr. Soedjono kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan diagnosa hipertensi.
Tn. H mengatakan belum pernah menjalani tindakan operasi, tidak mempunyai alergi
makanan minuman maupun obat dan tidak mempunyai riwayat penyakit jantung.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga: (Genogram 3 Generasi)


Saat dilakukan pengkajian, dari pihak keluarga Tn. H sebelumnya ada yang pernah
mengalami penyakit yang sama dengan Tn. H yaitu hipertensi dari orang tua Tn. H.
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan : Tinggal serumah

VI. Riwayat Psikososial


1. Pola Konsep diri
a. Gambaran diri : Tn. H menggambarkan dirinya sebagai orang yang sabar.
b. Harga diri : Tn. H menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan
terhadap hidupnya
c. Peran diri : Tn. H mengakui perannya sebagai seorang kepala keluarga, Tn.
H juga mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan berkumpul dengan keluarga.
d. Ideal diri : Tn. H lebih menurut pada keluarganya
e. Identitas diri : Tn. H mengenali siapa dirinya
2. Pola Kognitif : Semenjak mengalami Hipertensi Tn. H dan istri mulai mengurangi
makanan yang mengandung garam serta Tn. H belum mengerti tentang perawatan
penderita stroke. Selain itu Tn. H juga mengatakan sudah paham mengenai
penyakit yang dideritanya. Tn. H mengetahui bahwa sakit yang selama ini
dideritanya adalah penyakit hipertensi.
3. Pola Koping : Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan oleh
pihak keluarga Tn. H, terutama Tn. H dan istrinya.
4. Pola Interaksi : Tn. H menikah satu kali, dan tinggal bersama istri. Interaksi klien
dengan keluarganya baik ditandai dengan Tn. H menurut pada apa yang disarankan
olehk keluarganya.
VII. Riwayat Spiritual
1. Ketaatan klien beribadah : Tidak Terkaji
2. Dukungan Keluarga Klien : Dukungan keluarga Tn. H baik ditandai dengan istri
Tn. H mulai mengurangi makanan yang mengandung garam dan pengambilan
keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak keluarga terutama Tn.
H dan istrinya.
3. Ritual yang biasa dijalankan klien : Tidak Terkaji

VIII. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum Klien
Kesadaran Tn. H compos mentis.
TB = 168cm
BB = 70 kg
IMT = 24,80 kg/m2
B. Tanda-tanda Vital
TD : 200/100 mmHg
Suhu : 36,80C
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Nadi : 60 kali/menit
C. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit merata, klien bernafas
menggunakan hidung, hidung normal dan simetris tidak terdapat lesi,
thorax simetris, ekspansi dada simetris, pernafasan teratur
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak terdapat pembesaran vena
jugularis, tidak terdapat benjolan yang abnormal pada tengkuk
Perkusi : Terdapat suara sonor
Auskultasi : Terdapat suara vesikuler
D. Sistem Cardio Vaskular
Inspeksi : Tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut merata
Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari midklavikularis
kiri.
Perkusi : Suara redup
Auskultasi : Suara S1 dan S2
E.System Pencernaan
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak terdapat bekas luka,
Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih
kekuningan, mukosa bibir lembab, tidak berbau mulut. Pada anus dan
rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan. Warna
merah tua.
Auskultasi : Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar jelas
Perkusi : Terdengar hasil ketukan “tympani” di semua kuadran abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak terdapat massa dan
benjolan yang abnormal
F. System Indra
Mata : Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal, reflek pupil baik, sklera
baik
Telinga : Kedua lubang telinga bersih,tidak mengeluarkan cairan
G. System Syaraf
1. Fungsi cerebral : kesadaran Tn. H composmentis
2. Fungsi Cranial :
Saraf Kranials Jenis Fungsi
Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Klien dapat membedakan bau minyak wangi dan bau teh
II Optikus Sensorik Tidak ada gangguan penglihatan
III Okulomotor Motorik Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan pupil ketika ada
pantulan cahaya.
IV Troklearis Motorik Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata.
V Trigeminalis Sensori Wajah perot Sedikit ada gangguan pada saat mengunyah
Motorik
VI Abdusens Motorik Tidak dapat menggerakkan bola mata ke samping.
VII Fasialis Motorik Terdapat gangguan pada saat bicara, bicara pelo
VIII Sensorik Tidak ada gangguan pendengaran
Vestibulokoklear
IX Sensorik Terdapat kesulitan dalam menelan.
Glosofaringeus Motorik
X Vagus Sensorik Tidak ada gangguan
Motorik
XI Asesorius Sensorik Anggota badan sebelah kanan susah digerakkan dan dapat
Spinal mengangkat bahu sebelah kiri
XII Hipoglosus Motorik Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa menggerakkan lidah
dari sisi yang satu ke yang lain, terdapat kesulitan dalam
menelan.

H. System Muskulo Skeletal


Ekstremitas atas : Tangan kanan mengalami kelemahan dan tangan kiri bisa
digerakkan secara leluasa. Kekuatan otot kanan 4 dan kiri 5.
Tangan kiri terpasang infus Asering 20 tpm. Kuku pada jari
tangan terlihat bersih
Ekstremitas bawah : Kaki kanan mengalami kelemahan dan kiri tidak terjadi
kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat
edema,kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5. Kuku pada jari kaki
terlihat bersih
Kekuatan otot :
kanan 4 5 kiri
2 5
I. Sistem Integumen
Kulit lembab berwarna putih, tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut merata,
rambut pendek , rambut hitam terdapat uban, dan berambut tebal. Turgor kulit
baik. Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, terdapat jerawat di punggung
sebelah atas, kulit berwarna sawomatang. Bentuk panggul normal, warna kulit
panggul merata kecoklatan, tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut tipis merata.
J. System Endokrin
Tidak Terkaji
K. System Perkemihan
BAK klien terpasang kateter. Urine berwarna kuning jernih, intake 4 gelas/hari
(±1000 cc) dan output (± 500 cc). 2 hari tidak BAB.
L.System Reproduksi
Genetalia klien normal, tidak ada luka.
M. System Immun
Tidak Terkaji

IX. Data Psiko- Sosial – Spiritual


1. Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Semenjak mengalami Hipertensi klien dan istri mulai mengurangi makanan yang
mengandung garam serta klien belum mengerti tentang perawatan penderita stroke.
2. Pola hubungan
Klien menikah satu kali, dan tinggal bersama istri
3. Koping atau toleransi stres
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak
keluarga, terutama klien dan istri klien
X. Istirahat tidur: kebiasaan tidur, jam tidur, gangguan tidur
1. Sebelum sakit, kebutuhan istirahat-tidur klien tercukupi, klien biasanya dalam sehari
tidur 6-8 jam.
2. Selama sakit, klien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola tidurnya di rumah
sakit. Selama di Rumah Sakit klien lebih banyak waktunya untuk istirahat.

XI. Nutrisi: kebiasaan makan, pengkajian ABCD, IMT


1. Sebelum sakit, klien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi klien
berupa nasi sayur dan lauk. Kemudian klien minum 6-5 gelas perhari (1500) berupa
air putih.
2. Selama sakit, klien mengatakan selama sakit nafsu makan klien berkurang. Klien
hanya makan 3-5 sendok setiap kali makan. Isteri klien mengatakan selama sakit
klien minum 4 gelas air putih.

XII. Eliminasi
1. Sebelum sakit, BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses
lunak berwarna kuning kecoklatan. BAK lancar kurang lebih sebanyak 5-6 kali.
2. Selama sakit klien sudah 2 hari tidak BAB. Untuk BAK pasien terpasang kateter.
Urine berwarna kuning jernih, ± 500cc.

XIII. Aktivitas
1. Sebelum sakit, tidak perlu dibantu klien setiap hari bekerja
sebagai TNI. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/
BAK dan berpakaian klien melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan
alat bantu
2. Setelah sakit, ambulasi/ROM dibantu orang lain. Berpindah,
toileting, mandi, makan/minum dibantu orang lain dan alat. Mobilitas di tempat
tidur dan berpakaian ketergantungan total.

XIV. Seksual
Klien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya.

XV. Nilai
Klien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan memahami hal-hal
yang baik dan yang benar

XVI. Monitoring Tiap Jam (Form Monitoring)


Tidak Terkaji

XVII. Data Penunjang


1. Hasil laboratorium
Tn. H dari Ruang Cempaka RS Dr. Soedjono, Senin, 02 Juli 2018
No Jenis Pemeriksaan Hasil (Satuan) Satuan Nilai Rujukan
1. Glukosa 89 Mg/dL 70-115
2. Glukosa 2jam PP 100 Mg/dL 70-140
3. Leukosit 7,5 K/uL 3,6-11,0

2. Hasil pemeriksaan
CT Scan : CVA
Kesan :
a. ICH (intracerebral hemmorrhage) putamen sinistra (Slice 6-9, ukuran L.K 2,1 X
3,8 cm, Hu 64,88)
b. Tak tampak laterasi
c. Penyempitan ventrikel lateralis dan cornu enterior-posterior sinistra
d. Tak tampak oedem cerebri
e. Suspect hematosinus sphenoidalis sinistra, DD : sinusitis
f. Lain-lain tak tampak kelainan

XVIII. Therapi
Hari/ Obat Dosis dan Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Tanggal Satuan
Senin, 02 Asering 20 tpm IV Untuk dehidrasi akut Demam, thrombosis Chf, ckd, udema
Juli 2018 vena/ phlebitis, pulmonari.
hypervolemia
Manitol 6 x 100 IV Untuk peningkatan Edema paru yang berat, Dehidrasi karena
intrakranial gagal ginjal, dehidrasi diuresis
berat, edema metabolik,
penyakit ginjal
progresif, dan
perdarahan intrakranial
aktif.
Neorages 3X1 Oral Untuk meredakan nyeri Hipersensitif terhadap Hipotensi, aritmia
akut & kronik berat, sakit analgesik & anti
kepala, penyakit reumatik. Tekanan
reumatik, sakit gigi, nyeri darah sistolik <100
karena kanker, nyeri mmHg.
setelah trauma/pasca
operasi, nyeri otot, nyeri
kolik.
Amlodipin 1 x 10 mg Oral Untuk terapi hipertensi Gangguan fungsi hati Edema perifer, lemas,
dan fungsi ginjal mual muntah,
berdebar-debar dan
gangguan tidur. 
Ranitidin 50 mg/12j IV Untuk dispepsia kronis, Orfiria akut dan Konstipasi, diare, dan
dan gastroesophageal hipersensitivitas nyeri perut, serta
reflux disease/GERD  terhadap ranitidin atralgia atau mialgia.
Ondansetron 4 mg/12 jam IV Untuk mengatasi mual Hipotensi dan Sakit kepala, sembelit,
dan muntah penurunan kesadaran lelah dan lemah,
meriang, mengantuk
dan pusing
Piracetam 3g/12 jam IV Kemunduran daya pikir, Gangguan hati dan Diare, somnolen,
astenia, gangguan gangguan ginjal berat, insomnia, gugup,
adaptasi, gangguan reaksi wanita hamil dan depresi, hiperkinetik,
psikomotor. alkoholisme menyusui. ruam
kronik dan adiksi.
disfungsi serebral (sakit
kepala, vertigo, agitasi,
gangguan ingatan, dan
astenia)

XIX. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS : Hipertensi Ketidakefektifan
a. perfusi jaringan
riwayat hipertensi sejak Peningkatan Viskositas Darah serebral
tahun 2017.
b. Pembuluh Darah Cerebral
dirawat di RS Dr. Soedjono Pecah
3 bulan yang lalu karena
hipertensi Perdarahan Arakhnoid
c.
penyakit keturunan Hematoma Cerebral
hipertensi dari orangtuanya
DO : Suplai Darah ke Otak
a. Menurun
kesadaran saat masuk ke RS
b. Peningkatan Tekanan
c. Intrakranial
d.
Iskemik, infark jaringan
serebral

Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Serebral
2 DS : Hipertensi Hambatan
a. mobilitas Fisik
tangan kanan mengalami Peningkatan Viskositas Darah
kelemahan untuk bergerak
DO : Pembuluh Darah Cerebral
a. Klien mengalami Pecah
kelemahan anggota gerak
sebelah kanan Perdarahan Arakhnoid
b. Tangan kanan mengalami
kelemahan dengan kekuatan Hematoma Cerebral
otot 4
c. Kaki kanan mengalami Vasospasme Arteri
kelemahan dengan kekuatan Cerebral / Saraf Cerebral
otot 2
d. ADL dibantu keluarga Iskemik / Infark
e. Terdapat gangguan di saraf
XI Asesorius Spinal : Defisit Neurologis
anggota badan sebelah
kanan susah digerakkan Hemapareses
f. Hasil CT-Scan terdapat
CVA Hambatan Mobilitas Fisik
3 DS : Hipertensi Hambatan
a. komunikasi
DO : Peningkatan Viskositas Darah verbal
a. Terdapat gangguan di saraf
V trigeminalis : wajah Pembuluh Darah Cerebral
peroT sedikit Pecah
b. Terdapat gangguan di saraf
VII facialis : gangguan pada Perdarahan Arakhnoid
saat bicara, bicara pelo.
c. Hasil CT-Scan terdapat Hematoma Cerebral
CVA
Vasospasme Arteri
Cerebral / Saraf Cerebral

Iskemik / Infark

Defisit Neurologis

Kerusakan saraf facialis

Hambatan Komunikasi
Verbal
4 DS : Hipertensi Defisit
a. perawatan diri
tangan kanan mengalami Peningkatan Viskositas Darah
kelemahan untuk bergerak
b. Pembuluh Darah Cerebral
hari tidak BAB. Pecah
DO :
a. Hasil pengkajian aktivitas Perdarahan Arakhnoid
ambulasi/ROM dibantu
orang lain. Berpindah, Hematoma Cerebral
toileting, mandi,
makan/minum dibantu Vasospasme Arteri
orang lain dan alat. Cerebral / Saraf Cerebral
Mobilitas di tempat tidur
dan berpakaian Iskemik / Infark
ketergantungan total.
b. Untuk BAK klien terpasang Defisit Neurologis
kateter. Urine berwarna
kuning jernih, ± 500cc Hemapareses
c. Terdapat gangguan di saraf
XI Asesorius Spinal : Hambatan Mobilitas Fisik
anggota badan sebelah
kanan susah digerakkan Defisit Perawatan Diri
d. Hasil CT-Scan terdapat
CVA
5 DS : Hipertensi Resiko
a. keketidakseimba
sakit nafsu makan klien Peningkatan Viskositas Darah ngan nutrisi :
berkurang. kurang dari
b. Pembuluh Darah Cerebral kebutuhan
selama sakit klien minum 4 Pecah
gelas air putih.
DO : Perdarahan Arakhnoid
a. IMT = 24,80 kg/m2
c. Hematoma Cerebral
sendok setiap kali makan.
d. Vasospasme Arteri
V trigeminus : gangguan Cerebral / Saraf Cerebral
pada saat mengunyah
e. Iskemik / Infark
IX glosofaringeus :
kesulitan dalam menelan Defisit Neurologis
f.
XII hipoglosus : respon Gangguan di nervus V, IX,
lidah tidak baik, klien tidak XII
bisa menggerakan lidah dari
sisi yang satu ke yang lain, Proses menelan tidak efektif
kesulitan dalam menelan
g. Intake nutrisi tidak adekuat

Resiko keketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan

XX. Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d infark jaringan
serebral
2. Hambatan mobilitas fisik b/d defisit neurologis
3. Hambataan komunikasi verbal b.d kerusakan saraf facial
4. Defisit perawatan diri b/d hambatan mobilitas fisik
5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi b/d intake nutrisi tidak
adekuat
XV. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Rencana
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :
serebral a. Circulation status a. Monitor TTV a. Ta
b. Neurologic status b. Monitor AGD kikardi, takipneu, hipotensi
Definisi : c. Tissue Prefusion : cerebral c. Monitor level kebingungan menandakan kurangnya
Penurunan sirkulasi jaringan dan orientasi pasokan oksigen ke otak
otak yang dapat mengganggu Setelah dilakukan asuhan d. Monitor tonus otot b. K
kesehatan Selama 3 x 24 jam, pergerakan ompensasi tubuh terhadap
ketidakefektifan perfusi e. Monitor status cairan respirasi dapat meningkatkan
Batasan Karakteristik : jaringan cerebral teratasi f. Pertahankan parameter nilai PCO2
a. Gangguan status mental dengan kriteria hasil: hemodinamik c. Or
b. Perubahan perilaku a. Tekanan systole dan g. Berikan terapi oksigen ientasi menandakan
c. Perubahan respon motorik diastole dalam rentang h. Tinggikan kepala tergantung kurangnya sirkulasi oksigen
d. Perubahan reaksi pupil yang diharapkan pada konsisi klien dan order ke otak
e. Kesulitan menelan b. Tidak ada ortostatik medis d. K
f. Kelemahan atau paralisis hipertensi elemahan tonus oto dapat
ekstrermitas c. Komunikasi jelas terjadi karena kurangnya
g. Abnormalitas bicara d. Menunjukkan konsentrasi nutrisi yang dialirkan melalui
dan orientasi sirkulasi darah terhambat
e. Bebas dari aktivitas e. Pe
kejang nurunan output dapat terjadi
karena sirkulasi darah ke
ginjal berkurang
f. H
emodnamik dapat
mengetahui adanya gangguan
di sirkulasi
g. U
ntuk mengoksigenasi
jaringan
h. U
ntuk memaksimalkan
sirkulasi oksigen ke otak.
2 Hambatan Mobilitas Fisik NOC : NIC :
a. Joint Movement : Active a Pertahankan pelaksanaan a Memfokuskan perhatian,
Definisi : b. Mobility Level aktivitas rekreasi terapeutik meningkatakan rasa kontrol
Keterbatasan dalam gerak fisik c. Self care : ADLs (radio, koran, kunjungan diri/harga diri, membantu
atau satu atau lebih ektremitas d. Transfer performance teman/keluarga) sesuai menurunkan isolasi sosial.
secara mandiri dan terarah. keadaan klien. b Meningkatkan sirkulasi darah
Setelah dilakukan tindakan b Bantu latihan rentang gerak muskuloskeletal,
Batasan karakteristik : keperawatan pasif aktif pada ekstremitas mempertahankan tonus otot,
a. gangguan sikap berjalan selama 7x24 jam, gangguan yang sakit maupun yang mempertahakan gerak sendi,
b. penurunan keterampilan mobilitas fisik teratasi dengan sehat sesuai keadaan klien. mencegah kontraktur/atrofi
motorik halus dan kasar kriteria hasil: c Berikan papan penyangga dan mencegah reabsorbsi
c. penurunan rentag gerak a. Klien meningkat dalam kaki, gulungan kalsium karena imobilisasi.
d. waktu relasi memanjang aktivitas fisik trokanter/tangan sesuai c Mempertahankan posis
e. kesulitan membolak balik b. Mengerti tujuan dari indikasi. fungsional ekstremitas.
posisi peningkatan mobilitas d Bantu dan dorong perawatan d Meningkatkan kemandirian
f. ketidaknyamanan c. Memverbalisasikan diri (kebersihan/eliminasi) klien dalam perawatan diri
g. melakukan aktivitas lain perasaan dalam sesuai keadaan klien. sesuai kondisi keterbatasan
sebagai pengganti gerakan Meningkatkan kekuatan e Ubah posisi secara periodik klien.
h. dispnea setelah beraktivitas dan kemampuan berpindah sesuai keadaan klien. e Menurunkan insiden
i. tremor akibat gerak d. Memperagakan f Dorong/pertahankan asupan komplikasi kulit dan
j. gerakan lambat penggunaan alat Bantu cairan 2000-3000 ml/hari. pernapasan (dekubitus,
k. gerakan tidak terkoordinasi untuk mobilisasi (walker) g Berikan diet TKTP atelektasis, penumonia)
h Kolaborasi pelaksanaan fMempertahankan hidrasi
fisioterapi sesuai indikasi adekuat, men-cegah
komplikasi urinarius dan
konstipasi.
g Kalori dan protein yang
cukup diperlukan untuk
proses penyembuhan dan
mem-pertahankan fungsi
fisiologis tubuh.
h Kerjasama dengan
fisioterapis perlu untuk
menyusun program aktivitas
fisik secara individual.
3 Hambatan komunikasi verbal NOC : NIC :
Setelah dilakukan tindakakn a. Libatkan keluarga untuk a. Memudahkan dan
Definisi : keperawatan selama 3x24jam membantu memahami memberikan dukungan bagi
Penurunan, perlambatan, atau di harapkan pasien informasi dari dan untuk kesembuhan klien
ketiadaan kemampuan untuk menunjukkan peningkatan klien b. Memberikan kesempatan
menerima, memproses, kemampuan berkomunikasi b. Dengarkan setiap ucapan klien dalam melatih fungsi
mengirim, dan/atau dengan Kriteria Hasil : klien dengan penuh perhatian verbal
menggunakan sistem simbol. a. Menggunakan bahasa lisan c. Dorong klien untuk c. Melatih klien dalam berkata –
: vocal mengulangi kata-kata kata
Batasan Karakteristik : b. Kejelasan berbicara d. Kolaborasi : Pemberian terapi d. Membantu mengembalikan
a. Kesulitan memahami c. Menggunakan bahasa Speech Language Therapy fungsi verbal klien
komunikasi isyarat
b. Kesulitan menyusun kalimat d. Menggunakan bahasa non
c. Kesulitan menyusun kata-kata verbal
d. Kesulitan memeprtahankan
komunikasi
4 Defisit perawatan diri NOC : NIC :
a. a. Tentukan kemampuan dan a. Membantu dalam
Definisi : Living (ADLs) tingkat kekurangan dalam mengantisipasi
Ketidakmampuan melakukan melakukan perawatan diri merencanakan pemenuhan
perawatan diri : mandi, Setelah dilakukan tindakan b. Beri motivasi kepada klien kebutuhan secara individual
berpakaian, makan, eliminasi keperawatan selama x24 jam, untuk tetap melakukan b. Meningkatkan harga diri
secara mandiri Defisit perawatan diri teratasi aktifitas sesuai kemampuan dan semangat untuk
dengan criteria hasil: c. Berikan bantuan perawatan berusaha terus-menerus
Batasan Karakteristik : a. Klien terbebas dari bau diri sesuai kebutuhan c. Memenuhi kebutuhan
a. badan d. Berikan umpan balik positif perawatan diri klien dan
b. b. Menyatakan kenyamanan untuk setiap usaha yang menghindari sifat
c. terhadap kemampuan dilakukannya bergantung
d. untuk melakukan ADLs e. Kolaborasi dengan ahli d. Meningkatakan
c. Dapat melakukan ADLS fisioterapi kemandirian dan
tanpa bantuan mendorong klien berusaha
secara kontinue
e. Memberikan bantuan yang
mantap untuk
mengembangkan rencana
terapi
5 Resiko ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi : kurang dari kebutuhan a. Nutritional status: a. Monitoring adanya a. Nutrisi yang adekuat akan
tubuh Adequacy of nutrient penurunana BB dan kadar meningkatkan berat badan
b. Nutritional Status : food gula darah dan menstabilkan kadar gula
Definisi : and Fluid Intake b. Monitoring turgor kulit darah
Asupan nutrisi tidak cukup untuk c. Weight Control dan pucat b. Turgor kulit baik ketika
memenuhi kebutuhan metabolik. c. Catat adanya edema terjadi kestabilan asupan
Setelah dilakukan tindakan d. Lakukan pemasangan intake dan aoutuput
Batasan Karakteristik : Keperawatan selama 3 x 24 NGT jiga dipelukan c. Edema mengindikasikan
a. Nyeri abdomen jam, nutrisi kurang teratasi e. Kolaborasi dengan ahli output berlebih diabndingkan
b. BB 20% atau lebih dibawah dengan indikator: gizi terkait nutrisi yang intake
c. Asupan makanan kurang dari a. Adanya peningkatan berat diperlukan d. Pemberian asupan nutrisi
recommmended daily badan sesuai dengan yang adekuat diperlukan
allowance (RDA) tujuan untuk proses pertumbuhan
d. Bising usus hiperaktif b. Berat badan ideal sesuai e. Nutrisi dan gizi yang sesuai
e. Tonus otot menurun dengan tinggi badan dibutuhkan untuk
f. Membran mukosa pucat c. Mampu mengidentifikasi mempertahankan dan
g. Ketidakmampuan memakan kebutuhan nutrisi menstabilkan kondisi
makanan d. Tidak ada tanda-tanda petumbuhan dan
h. Kelemahan otot pengunyah malnutrisi perkembangan
i. Kelemahan untuk menelan e. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Algoritma :
Jurnal :

PENGARUH LATIHAN RANG OF MOTION ( ROM ) PASIF TERHADAP


KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI
RUANG ICU RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

Arfianto Nugroho.
Jurusan Ilmu Keperawatan, Program Studi DIII Keperawatan.
Akademi Keperawatan Tujuh Belas Karanganyar
Email: Nugroho.afiffah@gmail.com
ABSTRAK

Stroke is a disease in acute decline in nerve function disorders caused by


brain blood vessels, occurs suddenly and quickly that cause symptoms and signs in
accordance with the area of the brain is disrupted. This study aimed to identify the
effect of passive ROM exercises the muscle strength in patients with non-
hemorrhagic stroke in Karanganyar District Hospital ICU.
Sampling method in this study carried out by the method pre-test and post-
test that is by interview and direct action, methods of information (observations),
documentation methods, the method library.
Result: after the act of nursing for three days the patient has not shown an
increase in muscle strength with scale 2 on the upper extremities (hands) and bottom
(foot), because patients experience loss of consciousness (coma) with GCS E4 V1
M1. This ROM exercises had not affected muscle strength in patients with non
hemoragikyag stroke decreased consciousness. The study recommends the need for
ROM exercises as one intervention nurses in nursing care in stroke patients that can
memepercepat patient's muscle strength recovery.

Keywords: Non Haemorrhagic Stroke, Muscle Strength Exercise ROM

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
Pendahuluan Angka kejadian stroke di dunia kira –
Stroke termasuk penyakit kira 200 per 100.000 penduduk dalam
serebrovaskuler yang terjadi karena setahun. Diantara 100.000 penduduk
berkurangnya aliran darah dan oksigen maka 800 orang akan menderita
ke otak, penyebab terjadinya stroke stroke. Prosentase penderita.
karena sumbatan penyempitan dan Stroke usia 35 – 44 tahun
pecahnya pembuluh darah. Stroke sekitar 0,2%, usia 45 – 54 tahun
merupakan urutan kedua penyakit sekitar 0,7%, usia 55 – 64 tahun
mematikan setelah jantung. Serangan sekitar 1,8%, usia 65 – 74 tahun
stroke lebih banyak dipicu karena sekitar 2,7%, usia 75 – 85 sekitar
hipertensi yang disebut sebagai silent 10,4%. Stroke tidak lagi diderita
killer, diabetes mellitus, obesitas dan masyarakat kota yang berkecukupan
berbagai gangguan aliran darah ke tapi juga warga yang social
otak (Pudiastuti, 2014). ekonominya rendah. Di Indonesia,
WHO mendefinisikan bahwa diperkirkan setiap tahun terjadi
stroke merupakan gejala-gejala defisit 500.000 penduduk terkena serangan
fungsi susunan syaraf yang di stroke dan sekitar 25% atau 125.000
akibatkan oleh penyakit pembuluh orang meinggal sedangkan sisanya
darah otak dan bukan oleh yang lain. mengalami cacat ringan bahkan bias
Di Indonesia usia penderita stroke menjadi cacat berat
kebanyakan bersekitar 45 tahun keatas (Pudiastuti, 2014).
gejala – gejala paling umum Di Negara Indonesia stroke
timbulnya serangan stroke antara lain : menepati urutan pertama sebagai
terjadinya serangan sakit kepala, penyebab kematian dirumah sakit.
hilangnya keseimbangan, ganguan Stroke sebenarnya dapat di cegah
penglihatan, hilangnya kemampuan dengan perilaku hidup sehat
untuk berbicara dengan jelas, salah atu contohnya berolah raga secara teratur,
kelopak mata sulit dipejamkan, hindari minum beralkohol, jangan
gangguan pencium dll (Pudiastuti, mengkonsumsi makanan yang
2014). berkolestrol tinggi, tidak merokok
Terdapat kira – kira 2 juta kesibukan yang padat bias berakibat
orang bertahan hidup dari stroke yang terjadinya stress, maka perlu relaksasi.
mempunyai beberapa kecacatan. Pengobatan stroke sangat kompleks

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
memerlukan waktu yang lama, biaya of motion (ROM). Range of motion
tidak sedikit, perlu dukungan dari (ROM) atau bisa dikenal dengan
keluarga. 500.000 penduduk terkena rentang gerak adalah latihan gerak
stroke 1/3 dapat pulih kembali, 1/3 sendi yang memungkinkan terjadinya
terjadi gangguan fungsional ringan kontraksi dan pergerakan otot, dimana
sampai sedang dan 1/3 lainnya klien menggerakkan masing-masing
mengalami gangguan fungsional berat persendiannya sesuai gerakan normal
(Pudiastuti, 2014). baik secara aktif ataupun pasif.
Menurut Lingga (2013), Stroke dibedakan menjadi
Kelumpuhan adalah cacat pada salah stroke hemoragik yaitu adanya
satu sisi tubuh (himeplegia), jika perdarahan otak karena pembuluh
dampaknya tidak terlalu parah hanya darah yang pecah dan stroke non
menyebabkan anggota tubuh tersebut hemoragik yaitu lebih karena adanya
menjadi tidak bertenaga atau dalam sumbatan pada pembuluh darah otak.
bahasa medis disebut hemiparasis. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa
Kelumpuhan dapat terjadi di berbagai Tengah tahun 2007 adalah 0,04%.
bagian tubuh, mulai dari wajah, Angka ini relatif sama dibandingkan
tangan, kaki, lidah, dan tenggorokan . angka  dua tahun sebelumnya yaitu
Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh tahun 2005 sebesar 0,04% dan pada
menyebabkan pasien malas tahun 2006 sebesar 0,04%. Kasus
menggerakkan tubuhnya yang sehat tertinggi tahun 2007 adalah Kabupaten
sehingga persendian akhirnya menjadi Semarang sebesar 0,20%. Sedang
kaku. Malas bergerak bukan saja prevalensi stroke non hemorargik pada
menyulitkan proses pemuliahan tahun 2007 sebesar 0,11%, sedikit
anggota gerak namun juga menurun bila dibandingkan prevalensi
menyebabkan sisi tubuh yang normal tahun 2006 sebesar 0,11%. Prevalensi
akhirnya ikut cacat. Untuk mencegah tertinggi adalah di Kota Karanganyar
hal tersebut, pasien perlu melakukan sebesar 1,02%.
latihan fisik secara rutin. Berdasarkan studi pendahuluan
Menurut Perry & Potter (2006) yang peneliti lakukan pada 17 Maret
dalam cahyati (2011), latihan fisik 2016 di ruang ICU RSUD
tersebut salah satunya mobilisasi Karanganyar dengan cara wawancara
persendian yaitu dengan latihan range dengan keluarga, didapatkan bahwa

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
mayoritas pasien stroke non pengaruh latihan ROM Pasif terhadap
hemoragik mengalami kelemahan kekuatan otot pada pasien stroke non
pada otot. Sehingga pasien diberikan hemoragik di Ruang ICU RSUD
terapi latihan ROM pasif setiap hari Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan
baik oleh perawat maupun keluarga. hasil penelitian di Ruang ICU RSUD
Di rumah sakit, melakukan Kabupaten Karangayar selama 3 hari
terapi latihan ROM pada penderita masa penelitian didapatkan pasien
stroke merupakan tugas yang penting stroke pada penelitian ini yang
bagi perawat, mengingat perawat memenuhi criteria inklusi yang
merupakan tenaga kesehatan yang dijadikan sebagai sampel yaitu satu
paling lama dengan penderita. Di orang pasien.
RSUD Karanganyar tindakan latihan Analisa yang digunakan dalam
ROM sudah dilakuakan oleh perawat. penelitian ini adalah anilisis univariat
Berdasarakan latar belakang untuk mendapatkan frekuensi tentang
diatas maka penulis tertarik untuk kekuatan otot tangan dan kaki sebelum
meneliti tentang “ Pengaruh Latihan dan sesudah dilakukan latihan ROM.
Range Of Motion (ROM) terhadap Analisa bivariat digunakan untuk
Kekuatan Otot pada pasien Stroke melihat pengaruh antara variable
Non Hemoragik di Ruang ICU RSUD independen (latihan ROM) dqan
Karanganayar’’. variabel dependen (kekuatan otot pada
penderita stroke non hemoragik).
Metode Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian Hasil Penelitian
ini dilaksanakan dengan metode pre 1. Analisis Univariat
test dan post tes yaitu dengan cara a. Hasil sebelum dilakukan
interview dan melakukan tindakan identifikasi kekuatan otot
secara langsung, metode informasi sebelum dilakukan ROM.
(pengamatan), metode dokumentasi, Berdasarkan hasil pengkajian
metode pustaka. Dalam rancangan ini, yang dilakukan peneliti terhadap
hanya satu pasien yang diberikan pasien dalam mengidentifikasi
latihan ROM Pasif 1x sehari setiap kekutan otot ekstremitas atas
pagi selama 10 menit. Melalui (tangan) dan bawah (kaki)
penelitian ini dilihat apakah ada sebelum dilakukan ROM. Dari

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
hasil tersebut di dapatkan atas (tangan) dan (kaki)
adanya kelemahan pada pada pasien stroke non
ekstremitas atas (tangan) hemoragik. Sebelum
dan bawah (kaki) dengan skala dilakukan latihan ROM skala
kekuatan otot 2. kekuatan otot 2, dan setelah
a. Hasil sesudah dilakukan dilakukan ROM skala
identifikasi kekuatan otot kekuatan otot tidak ada
sebelum dilakukan ROM. peningkatan dengan skala
Berdasarkan hasil pengkajian yang sama, kekuatan otot 2.
yang dilakukan peneliti 2. Analisis Bivariat
terhadap pasien sesudah Sebelum dilakukan latihan
dilakukan latihan ROM pada ROM kekuatan otot pada
ektremitas atas ektremitas atas (tangan) dan
(tangan) dan bawah (kaki). bawah (kaki) dengan skala 2. Dan
Dari hasil tersebut di sesudah dilakukan ROM kekuatan
dapatkan tidak ada otot pada ektremitas atas (tangan)
peningkatan pada ekstremitas dan bawah (kaki) dengan skala 2.
atas (tangan) dan bawah Maka dinyatakan belum terdapat
(kaki) dengan skala yang perubahan yang positif dalam
sama, kekuatan otot 2. pemberian latihan ROM terhadap
c. Perbedaan kekuatan otot kekuatan otot pada pasien stroke
pasien stroke non hemoragik non hemoragik di Ruang ICU
sebelum dan sesudah di RSUD Kabupaten karanganyar.
lakukan latihan ROM.
Berdasarkan hasil Pembahasan :
perbandingan skala kekuatan a. Analisis identifikasi kekuatan otot
otot pada ekstremitas atas sebelum dilakukan ROM pada
(tangan) dan bawah (kaki) pasien stroke non hemoragik.
sebelum dan sesudah Hasil peneliti menunjukkan bahwa
dilakukan latihan ROM. Dari pada saat pengkajian, pasien non
hasil tersebut didapatkan hemoragik yang di jadikan pasien
tidak ada peningkatan skala sesuai kriteria mengalami
kekuatan otot pada ektremitas penurunan kekuatan

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
otot/mengalami kelemahan otot (ADL) (Lewis 2007 dalam Cahyati
(hemiparase). Hal ini sesuai dengan 2011).
konsep yang ada yang menyatakan a. Analisis identifikasi kekuatan otot
bahwa pasien stroke dapat sesudah dilakukan ROM pada
mengalami hemiparase, yang salah pasien stroke non hemoragik.
satunya ditandai oleh menurunnya Dari hasil penelitian setelah
kekuatan otot pasien. dilakukan ROM, didapatkan hasil
Menurut Guyton & Hall dengan skala 2 pada kekuatan otot
(2008), pada penderita stroke ekstremitas atas (tangan) dan
menyebabkan gangguan aktifitas, bawah (kaki). Hal ini menunjukan
salah satunya diakibatkan oleh tidak ada peningkatan kekuatan
menurunnya kekuatan otot ektremitas otot, karena belum optimal dan
sebagai akibat dari adanya lesi di kurangnya intensitas latihan,
korteks motorik. Hal ini didukung oleh kesadaran pasien yang menurun
Rydwik (2005) dalam Fatkhurohman (coma) dan juga waktu yang
(2011) bahwa ditemukan 70 – 80% dibutuhkan lebih lama, latihan
pasien yang terkena serangan stroke ROM yang dilakukan peneliti
mengalami hemiparesis. merupakan latihan yang singkat
Unsur patofisiologis yang untuk proses rehabilitasi. Waktu
utama pada stroke adalah terdapatnya pelaksanaan hanya 3 hari yang
defisit motorik berupa hemiparase atau dilakukan 1 kali setiap pagi, yang
hemiplegia yang dapat mengakibatkan diharapkan dapat melihat
kondisi imobilitas. Kondisi ini dapat efektivitas latihan dan peningkatan
menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot.
kekuatan otot yang dapat Latihan atau aktifitas fisik
mengakibatkan ketidakmampuan pada yang sesuai untuk pasien stroke non
otot ekstremitas secara umum, hemoragik yaitu dengan latihan
penurunan fleksibilitas dan kekakuan range of motion. Latihan tersebut
sendi yang dapat mengakibatkan apabila dilakukan secara berkala
kontraktur sehingga pada akhirnya dan berkesinambungan, dapat
pasien akan mengalami mempercepat stimulus
keterbatasan/disability terutama dalam meningkatnya fleksibilitas sendi
melakukan activities of daily living dan bahkan derajat kekuatan otot

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
pada penderita stroke dan tinggi gangguan perfusi jaringan
menunjukkan fungsi motor unit cerebral berhubungan gangguan aliran
gerak kembali optimal (Irfan, 2010 darah. Defisit perawatan diri
dalam Ariyanti, 2013). berhubungan dengan kerusakan
Hal ini juga didukung neuromuscular, penurunan kekuatan
oleh Hasymi (2013) yang dan ketahanan otot. Penurunan nutrisi
mengatakan bahwa latihan ROM kurang dari kebutuhan tubuh
yang dilakukan sedini mungkin dan berhubungan dengan asupan tidak
dilakukan dengan benar dan secara adekuat. Dalam membuat rencana
terus menerus akan memberikan keperawatan, tiap-tiap rencana
dampak pada fleksibilitas sendi, tindakan berdasarkan prioritas
kekuatan otot dan kemampuan masalah yang ada pada klien. Rencana
fungsional pasien. yang sudah dilakukan sesuai kondisi
klien adalah mengobservasi tanda-
Kesimpulan tanda vital, memberikan penjelasan
Dari hasil penerapan proses tentang personal hygiene kepada
keperawatan yang penulis lakukan keluarga dan pasien, memberikan
pada pasien Tn. S dengan diagnosa posisi yang nyaman pada klien,
medis stroke non hemoragik, diruang melatih mobilisasi- pasien, motivasi
ICU Rumah Sakit Umum Daerah dan melatih pasien dan keluarga dalam
Karanganyar dapat diambil melakukan ROM. Evaluasi yang
kesimpulan sebagai berikut: sudah tercapai adalah pasien masih
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal belom bisa menggerakkan ektremitas
17 Maret 2016, dimana Tn. S telah atas dan bawah karena masih lemah,
mempunyai riwayat penyakit aktifitas maih dibantu orang lain dan
hipertensi dan stroke, pasien perawat, pasien masih terbaring di
sebelumnya juga pernah dirawat di tempat tidur, berpindah,
Rumah sakit yang sama dengan ambulasi/ROM, berpakian,
diagnosa yang sama. Pada pengkajian, makan/minum memakai alat bantu,
penulis menemukan empat diagnosa berpakaian, mandi, toileting masih
yaitu: Kerusakan mobilitas fisik dibantu keluarga dan perawat. Untuk
berhubungan dengan Gangguan tindakan keperawatan yang belum di
neuromuskuler, kelemahan. Resiko intervensikan penulis pada pasien Tn.

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
S didelegasikan kepada perawat Penulis berharap tim kesehatan
ruangan. khususnya perawat untuk selalu
meningkatkan pengetahuan dan
Saran keterampilan dalam melaksanankan
Berdasarkan kesimpulan di atas asuhan keperawatan yang
setelah penulis melakukan asuhan komprehensif sehingga dapat
keperawatan dan interaksi dengan mencapai derajat kesehatan secara
klien selama 3 hari penulis optimal serta perlu meningkatkan
memberikan saran sebagai berikut: kualitas dalam pemberian asuhan
1. Berdasarkan diatas setelah penulis keperawatan.
melakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, penulis DAFTAR PUSTAKA
memberikan saran Kepada keluarga Pudiastuti, R.D. ( 2014 ). Buku
agar meningkatkan perawatan Penyakit Pemicu Stroke,
terhadap klien agar tidak terjadi Di Lengkapi Posyandu
komplikasi yang lebih parah dan Lansia Dan Posbindu
serangan stroke yang berulang. Dan PTM. Jogjakarta:Nuha
keluarga pasien diharapkan selalu Medika
mengkontrolkan kondisinya pada Lingga, Lanny. 2013. All About
petugas kesehatan terdekat. Jika Stroke, Jakarta: Elex Media
ada kekakuan pada ektrremitas latih Komputindo.
pergerak ROM secara teratur, dan http://www.dinkesjatengprov.go.id/do
batu kebutuhan pasien kumen/profil/2009/Profil_2
2. Bagi institusi pelayanan rumah 013br.pdf diunduh pada
sakit. tanggal 20 maret 2016 pada
Diharapkan institusi jam 10.00 WIB.
pelayanan kesehatan dapat http://muttaqin.blogspot.co.id
menigkatkan kualitas pelayanan /2014/09/ askep -stroke-
kesehatan sesuai dengan Standart non.html di unduh pada
Operasional Prosedur (SOP) di tanggal 21 Maret 2016
berbagai rumah sakit. pada jam 14.00 WIB.
3. Bagi profesi

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
http://rofeksumantri.blogspot.co.id/20 Pengobatan, Pemulihan,
13/06/askep-stroke-non- dan Pencegahan.
hemoragik.html Bandung:ALFABETA,cv
di unduh pada tanggal 21 Irianto, K.2014. Epidemologi Penyakit
Maret 2016 pada jam 12.00 Menular dan Tidak
WIB. Menular.
https://dokmud.wordpress.com/2009/1 Bandung:ALFABETA,cv
0/23/stroke-non- Andar, W. 2013. Jurnal : Pengaruh
hemoragic/ di unduh pada Latihan Rom Terhadap
tanggal 23 Maret 2016 Peningkatan Kekuatan
pada jam 09.00 WIB. Otot Pasien Hemiparese
Djafar, A & Yusuf, Z. 2014. Jurnal: Post Stroke Di Rsud Dr.
Pengaruh Latihan ROM Moewardi Surakarta.
Pasif Terhadap Kekuatan Murtaqib, 2013. Jurnal : Perbedaan
Otot Pada Pasien Stroke Latihan Range Of
Non Hemoragik di RSUD. Motion(Rom) Pasif Dan
Prof. Dr. H. Aloe Saboe Aktif Selama 1 - 2 Minggu
Gorontalo. Terhadap Peningkatan
Chayatin, N. 2015. Standar Asuhan Rentang Gerak Sendi Pada
Keperawatan dan Penderita Stroke Di
Prosedur Tetap Dalam Kecamatan Tanggul
Praktik Keperawatan: Kabupaten Jember. Vol 8,
Konsep dan Aplikasi dalam no 1
Praktik Klinik. Medikal
Bedah. Jakarta:Salemba
Medika
Hernanta, I. 2013. Ilmu Kedokteran
Lengkap Tentang
Neurologis. Jojgakarta:D-
Medika
Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai
Penyakit, Penyebab,
Gejala, Penularan,

Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar

Anda mungkin juga menyukai