DISUSUN OLEH :
SHIVA ZAKIYATUL ULA 191FK04049
Identitas Mahasiswa
Nama : Shiva Zakiyatul Ula
NIM : 191FK04049
Tanggal Praktek : 24 Juni 2020
Tanggal Pengkajian : 02 Juli 2018
Hasil Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Klien : Tn. H
2. Usia/Tgl. Lahir : 44 Tahun/ 19 Maret 1976
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama/Keyakinan : Tidak Terkaji
5. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
6. Status Pernikahan : Menikah
7. Pekerjaan : TNI
8. No. MR. : Tidak Terkaji
9. Tanggal Masuk RS : Tidak Terkaji
10. Tanggal pengkajian : 02 Juli 2018
11. Rencana Therapy : Tidak Terkaji
12. Hari rawat ke- : Tidak Terkaji
13. Alergi : Tidak mempunyai alergi makanan minuman maupun obat.
14. BB/TB : 70 kg/168 cm
15. Alamat Rumah : Perkotaan
16. Diagnosa Medis : Cerebro Vaskular Accident (CVA)
B. Penanggung Jawab
1. Nama : Tidak Terkaji
2. Usia : Tidak Terkaji
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Tidak Terkaji
5. Hubungan dengan Klien : Istri
II. Riwayat Kesehatan saat ini
1. Alasan masuk RS : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengalami penurunan
kesadaran dan mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan
2. Alasan masuk ICU/IMC : Tidak Terkaji.
3. Alasan kunjungan/ keluhan utama : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengeluh kaki
dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak dan bicara pelo.
4. Faktor pencetus : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengatakan memiliki penyakit
hipertensi tahun 2017.
5. Lamanya keluhan : Tidak Terkaji
6. Timbulnya keluhan : Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengalami kelemahan untuk
bergerak pada kaki dan tangan kanan serta bicara pelo.
7. Faktor yang memperberat : Tidak Terkaji
8. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Sendiri : Semenjak mengalami Hipertensi Tn. H dan istri mulai mengurangi makanan
yang mengandung garam
Dibantu orang lain : Tidak Terkaji
9. Diagnosa medik
a. Cerebro Vaskular Accident (CVA)
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
XII. Eliminasi
1. Sebelum sakit, BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses
lunak berwarna kuning kecoklatan. BAK lancar kurang lebih sebanyak 5-6 kali.
2. Selama sakit klien sudah 2 hari tidak BAB. Untuk BAK pasien terpasang kateter.
Urine berwarna kuning jernih, ± 500cc.
XIII. Aktivitas
1. Sebelum sakit, tidak perlu dibantu klien setiap hari bekerja
sebagai TNI. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/
BAK dan berpakaian klien melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan
alat bantu
2. Setelah sakit, ambulasi/ROM dibantu orang lain. Berpindah,
toileting, mandi, makan/minum dibantu orang lain dan alat. Mobilitas di tempat
tidur dan berpakaian ketergantungan total.
XIV. Seksual
Klien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya.
XV. Nilai
Klien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan memahami hal-hal
yang baik dan yang benar
2. Hasil pemeriksaan
CT Scan : CVA
Kesan :
a. ICH (intracerebral hemmorrhage) putamen sinistra (Slice 6-9, ukuran L.K 2,1 X
3,8 cm, Hu 64,88)
b. Tak tampak laterasi
c. Penyempitan ventrikel lateralis dan cornu enterior-posterior sinistra
d. Tak tampak oedem cerebri
e. Suspect hematosinus sphenoidalis sinistra, DD : sinusitis
f. Lain-lain tak tampak kelainan
XVIII. Therapi
Hari/ Obat Dosis dan Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Tanggal Satuan
Senin, 02 Asering 20 tpm IV Untuk dehidrasi akut Demam, thrombosis Chf, ckd, udema
Juli 2018 vena/ phlebitis, pulmonari.
hypervolemia
Manitol 6 x 100 IV Untuk peningkatan Edema paru yang berat, Dehidrasi karena
intrakranial gagal ginjal, dehidrasi diuresis
berat, edema metabolik,
penyakit ginjal
progresif, dan
perdarahan intrakranial
aktif.
Neorages 3X1 Oral Untuk meredakan nyeri Hipersensitif terhadap Hipotensi, aritmia
akut & kronik berat, sakit analgesik & anti
kepala, penyakit reumatik. Tekanan
reumatik, sakit gigi, nyeri darah sistolik <100
karena kanker, nyeri mmHg.
setelah trauma/pasca
operasi, nyeri otot, nyeri
kolik.
Amlodipin 1 x 10 mg Oral Untuk terapi hipertensi Gangguan fungsi hati Edema perifer, lemas,
dan fungsi ginjal mual muntah,
berdebar-debar dan
gangguan tidur.
Ranitidin 50 mg/12j IV Untuk dispepsia kronis, Orfiria akut dan Konstipasi, diare, dan
dan gastroesophageal hipersensitivitas nyeri perut, serta
reflux disease/GERD terhadap ranitidin atralgia atau mialgia.
Ondansetron 4 mg/12 jam IV Untuk mengatasi mual Hipotensi dan Sakit kepala, sembelit,
dan muntah penurunan kesadaran lelah dan lemah,
meriang, mengantuk
dan pusing
Piracetam 3g/12 jam IV Kemunduran daya pikir, Gangguan hati dan Diare, somnolen,
astenia, gangguan gangguan ginjal berat, insomnia, gugup,
adaptasi, gangguan reaksi wanita hamil dan depresi, hiperkinetik,
psikomotor. alkoholisme menyusui. ruam
kronik dan adiksi.
disfungsi serebral (sakit
kepala, vertigo, agitasi,
gangguan ingatan, dan
astenia)
Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Serebral
2 DS : Hipertensi Hambatan
a. mobilitas Fisik
tangan kanan mengalami Peningkatan Viskositas Darah
kelemahan untuk bergerak
DO : Pembuluh Darah Cerebral
a. Klien mengalami Pecah
kelemahan anggota gerak
sebelah kanan Perdarahan Arakhnoid
b. Tangan kanan mengalami
kelemahan dengan kekuatan Hematoma Cerebral
otot 4
c. Kaki kanan mengalami Vasospasme Arteri
kelemahan dengan kekuatan Cerebral / Saraf Cerebral
otot 2
d. ADL dibantu keluarga Iskemik / Infark
e. Terdapat gangguan di saraf
XI Asesorius Spinal : Defisit Neurologis
anggota badan sebelah
kanan susah digerakkan Hemapareses
f. Hasil CT-Scan terdapat
CVA Hambatan Mobilitas Fisik
3 DS : Hipertensi Hambatan
a. komunikasi
DO : Peningkatan Viskositas Darah verbal
a. Terdapat gangguan di saraf
V trigeminalis : wajah Pembuluh Darah Cerebral
peroT sedikit Pecah
b. Terdapat gangguan di saraf
VII facialis : gangguan pada Perdarahan Arakhnoid
saat bicara, bicara pelo.
c. Hasil CT-Scan terdapat Hematoma Cerebral
CVA
Vasospasme Arteri
Cerebral / Saraf Cerebral
Iskemik / Infark
Defisit Neurologis
Hambatan Komunikasi
Verbal
4 DS : Hipertensi Defisit
a. perawatan diri
tangan kanan mengalami Peningkatan Viskositas Darah
kelemahan untuk bergerak
b. Pembuluh Darah Cerebral
hari tidak BAB. Pecah
DO :
a. Hasil pengkajian aktivitas Perdarahan Arakhnoid
ambulasi/ROM dibantu
orang lain. Berpindah, Hematoma Cerebral
toileting, mandi,
makan/minum dibantu Vasospasme Arteri
orang lain dan alat. Cerebral / Saraf Cerebral
Mobilitas di tempat tidur
dan berpakaian Iskemik / Infark
ketergantungan total.
b. Untuk BAK klien terpasang Defisit Neurologis
kateter. Urine berwarna
kuning jernih, ± 500cc Hemapareses
c. Terdapat gangguan di saraf
XI Asesorius Spinal : Hambatan Mobilitas Fisik
anggota badan sebelah
kanan susah digerakkan Defisit Perawatan Diri
d. Hasil CT-Scan terdapat
CVA
5 DS : Hipertensi Resiko
a. keketidakseimba
sakit nafsu makan klien Peningkatan Viskositas Darah ngan nutrisi :
berkurang. kurang dari
b. Pembuluh Darah Cerebral kebutuhan
selama sakit klien minum 4 Pecah
gelas air putih.
DO : Perdarahan Arakhnoid
a. IMT = 24,80 kg/m2
c. Hematoma Cerebral
sendok setiap kali makan.
d. Vasospasme Arteri
V trigeminus : gangguan Cerebral / Saraf Cerebral
pada saat mengunyah
e. Iskemik / Infark
IX glosofaringeus :
kesulitan dalam menelan Defisit Neurologis
f.
XII hipoglosus : respon Gangguan di nervus V, IX,
lidah tidak baik, klien tidak XII
bisa menggerakan lidah dari
sisi yang satu ke yang lain, Proses menelan tidak efektif
kesulitan dalam menelan
g. Intake nutrisi tidak adekuat
Resiko keketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
Arfianto Nugroho.
Jurusan Ilmu Keperawatan, Program Studi DIII Keperawatan.
Akademi Keperawatan Tujuh Belas Karanganyar
Email: Nugroho.afiffah@gmail.com
ABSTRAK
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
Pendahuluan Angka kejadian stroke di dunia kira –
Stroke termasuk penyakit kira 200 per 100.000 penduduk dalam
serebrovaskuler yang terjadi karena setahun. Diantara 100.000 penduduk
berkurangnya aliran darah dan oksigen maka 800 orang akan menderita
ke otak, penyebab terjadinya stroke stroke. Prosentase penderita.
karena sumbatan penyempitan dan Stroke usia 35 – 44 tahun
pecahnya pembuluh darah. Stroke sekitar 0,2%, usia 45 – 54 tahun
merupakan urutan kedua penyakit sekitar 0,7%, usia 55 – 64 tahun
mematikan setelah jantung. Serangan sekitar 1,8%, usia 65 – 74 tahun
stroke lebih banyak dipicu karena sekitar 2,7%, usia 75 – 85 sekitar
hipertensi yang disebut sebagai silent 10,4%. Stroke tidak lagi diderita
killer, diabetes mellitus, obesitas dan masyarakat kota yang berkecukupan
berbagai gangguan aliran darah ke tapi juga warga yang social
otak (Pudiastuti, 2014). ekonominya rendah. Di Indonesia,
WHO mendefinisikan bahwa diperkirkan setiap tahun terjadi
stroke merupakan gejala-gejala defisit 500.000 penduduk terkena serangan
fungsi susunan syaraf yang di stroke dan sekitar 25% atau 125.000
akibatkan oleh penyakit pembuluh orang meinggal sedangkan sisanya
darah otak dan bukan oleh yang lain. mengalami cacat ringan bahkan bias
Di Indonesia usia penderita stroke menjadi cacat berat
kebanyakan bersekitar 45 tahun keatas (Pudiastuti, 2014).
gejala – gejala paling umum Di Negara Indonesia stroke
timbulnya serangan stroke antara lain : menepati urutan pertama sebagai
terjadinya serangan sakit kepala, penyebab kematian dirumah sakit.
hilangnya keseimbangan, ganguan Stroke sebenarnya dapat di cegah
penglihatan, hilangnya kemampuan dengan perilaku hidup sehat
untuk berbicara dengan jelas, salah atu contohnya berolah raga secara teratur,
kelopak mata sulit dipejamkan, hindari minum beralkohol, jangan
gangguan pencium dll (Pudiastuti, mengkonsumsi makanan yang
2014). berkolestrol tinggi, tidak merokok
Terdapat kira – kira 2 juta kesibukan yang padat bias berakibat
orang bertahan hidup dari stroke yang terjadinya stress, maka perlu relaksasi.
mempunyai beberapa kecacatan. Pengobatan stroke sangat kompleks
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
memerlukan waktu yang lama, biaya of motion (ROM). Range of motion
tidak sedikit, perlu dukungan dari (ROM) atau bisa dikenal dengan
keluarga. 500.000 penduduk terkena rentang gerak adalah latihan gerak
stroke 1/3 dapat pulih kembali, 1/3 sendi yang memungkinkan terjadinya
terjadi gangguan fungsional ringan kontraksi dan pergerakan otot, dimana
sampai sedang dan 1/3 lainnya klien menggerakkan masing-masing
mengalami gangguan fungsional berat persendiannya sesuai gerakan normal
(Pudiastuti, 2014). baik secara aktif ataupun pasif.
Menurut Lingga (2013), Stroke dibedakan menjadi
Kelumpuhan adalah cacat pada salah stroke hemoragik yaitu adanya
satu sisi tubuh (himeplegia), jika perdarahan otak karena pembuluh
dampaknya tidak terlalu parah hanya darah yang pecah dan stroke non
menyebabkan anggota tubuh tersebut hemoragik yaitu lebih karena adanya
menjadi tidak bertenaga atau dalam sumbatan pada pembuluh darah otak.
bahasa medis disebut hemiparasis. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa
Kelumpuhan dapat terjadi di berbagai Tengah tahun 2007 adalah 0,04%.
bagian tubuh, mulai dari wajah, Angka ini relatif sama dibandingkan
tangan, kaki, lidah, dan tenggorokan . angka dua tahun sebelumnya yaitu
Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh tahun 2005 sebesar 0,04% dan pada
menyebabkan pasien malas tahun 2006 sebesar 0,04%. Kasus
menggerakkan tubuhnya yang sehat tertinggi tahun 2007 adalah Kabupaten
sehingga persendian akhirnya menjadi Semarang sebesar 0,20%. Sedang
kaku. Malas bergerak bukan saja prevalensi stroke non hemorargik pada
menyulitkan proses pemuliahan tahun 2007 sebesar 0,11%, sedikit
anggota gerak namun juga menurun bila dibandingkan prevalensi
menyebabkan sisi tubuh yang normal tahun 2006 sebesar 0,11%. Prevalensi
akhirnya ikut cacat. Untuk mencegah tertinggi adalah di Kota Karanganyar
hal tersebut, pasien perlu melakukan sebesar 1,02%.
latihan fisik secara rutin. Berdasarkan studi pendahuluan
Menurut Perry & Potter (2006) yang peneliti lakukan pada 17 Maret
dalam cahyati (2011), latihan fisik 2016 di ruang ICU RSUD
tersebut salah satunya mobilisasi Karanganyar dengan cara wawancara
persendian yaitu dengan latihan range dengan keluarga, didapatkan bahwa
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
mayoritas pasien stroke non pengaruh latihan ROM Pasif terhadap
hemoragik mengalami kelemahan kekuatan otot pada pasien stroke non
pada otot. Sehingga pasien diberikan hemoragik di Ruang ICU RSUD
terapi latihan ROM pasif setiap hari Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan
baik oleh perawat maupun keluarga. hasil penelitian di Ruang ICU RSUD
Di rumah sakit, melakukan Kabupaten Karangayar selama 3 hari
terapi latihan ROM pada penderita masa penelitian didapatkan pasien
stroke merupakan tugas yang penting stroke pada penelitian ini yang
bagi perawat, mengingat perawat memenuhi criteria inklusi yang
merupakan tenaga kesehatan yang dijadikan sebagai sampel yaitu satu
paling lama dengan penderita. Di orang pasien.
RSUD Karanganyar tindakan latihan Analisa yang digunakan dalam
ROM sudah dilakuakan oleh perawat. penelitian ini adalah anilisis univariat
Berdasarakan latar belakang untuk mendapatkan frekuensi tentang
diatas maka penulis tertarik untuk kekuatan otot tangan dan kaki sebelum
meneliti tentang “ Pengaruh Latihan dan sesudah dilakukan latihan ROM.
Range Of Motion (ROM) terhadap Analisa bivariat digunakan untuk
Kekuatan Otot pada pasien Stroke melihat pengaruh antara variable
Non Hemoragik di Ruang ICU RSUD independen (latihan ROM) dqan
Karanganayar’’. variabel dependen (kekuatan otot pada
penderita stroke non hemoragik).
Metode Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian Hasil Penelitian
ini dilaksanakan dengan metode pre 1. Analisis Univariat
test dan post tes yaitu dengan cara a. Hasil sebelum dilakukan
interview dan melakukan tindakan identifikasi kekuatan otot
secara langsung, metode informasi sebelum dilakukan ROM.
(pengamatan), metode dokumentasi, Berdasarkan hasil pengkajian
metode pustaka. Dalam rancangan ini, yang dilakukan peneliti terhadap
hanya satu pasien yang diberikan pasien dalam mengidentifikasi
latihan ROM Pasif 1x sehari setiap kekutan otot ekstremitas atas
pagi selama 10 menit. Melalui (tangan) dan bawah (kaki)
penelitian ini dilihat apakah ada sebelum dilakukan ROM. Dari
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
hasil tersebut di dapatkan atas (tangan) dan (kaki)
adanya kelemahan pada pada pasien stroke non
ekstremitas atas (tangan) hemoragik. Sebelum
dan bawah (kaki) dengan skala dilakukan latihan ROM skala
kekuatan otot 2. kekuatan otot 2, dan setelah
a. Hasil sesudah dilakukan dilakukan ROM skala
identifikasi kekuatan otot kekuatan otot tidak ada
sebelum dilakukan ROM. peningkatan dengan skala
Berdasarkan hasil pengkajian yang sama, kekuatan otot 2.
yang dilakukan peneliti 2. Analisis Bivariat
terhadap pasien sesudah Sebelum dilakukan latihan
dilakukan latihan ROM pada ROM kekuatan otot pada
ektremitas atas ektremitas atas (tangan) dan
(tangan) dan bawah (kaki). bawah (kaki) dengan skala 2. Dan
Dari hasil tersebut di sesudah dilakukan ROM kekuatan
dapatkan tidak ada otot pada ektremitas atas (tangan)
peningkatan pada ekstremitas dan bawah (kaki) dengan skala 2.
atas (tangan) dan bawah Maka dinyatakan belum terdapat
(kaki) dengan skala yang perubahan yang positif dalam
sama, kekuatan otot 2. pemberian latihan ROM terhadap
c. Perbedaan kekuatan otot kekuatan otot pada pasien stroke
pasien stroke non hemoragik non hemoragik di Ruang ICU
sebelum dan sesudah di RSUD Kabupaten karanganyar.
lakukan latihan ROM.
Berdasarkan hasil Pembahasan :
perbandingan skala kekuatan a. Analisis identifikasi kekuatan otot
otot pada ekstremitas atas sebelum dilakukan ROM pada
(tangan) dan bawah (kaki) pasien stroke non hemoragik.
sebelum dan sesudah Hasil peneliti menunjukkan bahwa
dilakukan latihan ROM. Dari pada saat pengkajian, pasien non
hasil tersebut didapatkan hemoragik yang di jadikan pasien
tidak ada peningkatan skala sesuai kriteria mengalami
kekuatan otot pada ektremitas penurunan kekuatan
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
otot/mengalami kelemahan otot (ADL) (Lewis 2007 dalam Cahyati
(hemiparase). Hal ini sesuai dengan 2011).
konsep yang ada yang menyatakan a. Analisis identifikasi kekuatan otot
bahwa pasien stroke dapat sesudah dilakukan ROM pada
mengalami hemiparase, yang salah pasien stroke non hemoragik.
satunya ditandai oleh menurunnya Dari hasil penelitian setelah
kekuatan otot pasien. dilakukan ROM, didapatkan hasil
Menurut Guyton & Hall dengan skala 2 pada kekuatan otot
(2008), pada penderita stroke ekstremitas atas (tangan) dan
menyebabkan gangguan aktifitas, bawah (kaki). Hal ini menunjukan
salah satunya diakibatkan oleh tidak ada peningkatan kekuatan
menurunnya kekuatan otot ektremitas otot, karena belum optimal dan
sebagai akibat dari adanya lesi di kurangnya intensitas latihan,
korteks motorik. Hal ini didukung oleh kesadaran pasien yang menurun
Rydwik (2005) dalam Fatkhurohman (coma) dan juga waktu yang
(2011) bahwa ditemukan 70 – 80% dibutuhkan lebih lama, latihan
pasien yang terkena serangan stroke ROM yang dilakukan peneliti
mengalami hemiparesis. merupakan latihan yang singkat
Unsur patofisiologis yang untuk proses rehabilitasi. Waktu
utama pada stroke adalah terdapatnya pelaksanaan hanya 3 hari yang
defisit motorik berupa hemiparase atau dilakukan 1 kali setiap pagi, yang
hemiplegia yang dapat mengakibatkan diharapkan dapat melihat
kondisi imobilitas. Kondisi ini dapat efektivitas latihan dan peningkatan
menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot.
kekuatan otot yang dapat Latihan atau aktifitas fisik
mengakibatkan ketidakmampuan pada yang sesuai untuk pasien stroke non
otot ekstremitas secara umum, hemoragik yaitu dengan latihan
penurunan fleksibilitas dan kekakuan range of motion. Latihan tersebut
sendi yang dapat mengakibatkan apabila dilakukan secara berkala
kontraktur sehingga pada akhirnya dan berkesinambungan, dapat
pasien akan mengalami mempercepat stimulus
keterbatasan/disability terutama dalam meningkatnya fleksibilitas sendi
melakukan activities of daily living dan bahkan derajat kekuatan otot
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
pada penderita stroke dan tinggi gangguan perfusi jaringan
menunjukkan fungsi motor unit cerebral berhubungan gangguan aliran
gerak kembali optimal (Irfan, 2010 darah. Defisit perawatan diri
dalam Ariyanti, 2013). berhubungan dengan kerusakan
Hal ini juga didukung neuromuscular, penurunan kekuatan
oleh Hasymi (2013) yang dan ketahanan otot. Penurunan nutrisi
mengatakan bahwa latihan ROM kurang dari kebutuhan tubuh
yang dilakukan sedini mungkin dan berhubungan dengan asupan tidak
dilakukan dengan benar dan secara adekuat. Dalam membuat rencana
terus menerus akan memberikan keperawatan, tiap-tiap rencana
dampak pada fleksibilitas sendi, tindakan berdasarkan prioritas
kekuatan otot dan kemampuan masalah yang ada pada klien. Rencana
fungsional pasien. yang sudah dilakukan sesuai kondisi
klien adalah mengobservasi tanda-
Kesimpulan tanda vital, memberikan penjelasan
Dari hasil penerapan proses tentang personal hygiene kepada
keperawatan yang penulis lakukan keluarga dan pasien, memberikan
pada pasien Tn. S dengan diagnosa posisi yang nyaman pada klien,
medis stroke non hemoragik, diruang melatih mobilisasi- pasien, motivasi
ICU Rumah Sakit Umum Daerah dan melatih pasien dan keluarga dalam
Karanganyar dapat diambil melakukan ROM. Evaluasi yang
kesimpulan sebagai berikut: sudah tercapai adalah pasien masih
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal belom bisa menggerakkan ektremitas
17 Maret 2016, dimana Tn. S telah atas dan bawah karena masih lemah,
mempunyai riwayat penyakit aktifitas maih dibantu orang lain dan
hipertensi dan stroke, pasien perawat, pasien masih terbaring di
sebelumnya juga pernah dirawat di tempat tidur, berpindah,
Rumah sakit yang sama dengan ambulasi/ROM, berpakian,
diagnosa yang sama. Pada pengkajian, makan/minum memakai alat bantu,
penulis menemukan empat diagnosa berpakaian, mandi, toileting masih
yaitu: Kerusakan mobilitas fisik dibantu keluarga dan perawat. Untuk
berhubungan dengan Gangguan tindakan keperawatan yang belum di
neuromuskuler, kelemahan. Resiko intervensikan penulis pada pasien Tn.
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
S didelegasikan kepada perawat Penulis berharap tim kesehatan
ruangan. khususnya perawat untuk selalu
meningkatkan pengetahuan dan
Saran keterampilan dalam melaksanankan
Berdasarkan kesimpulan di atas asuhan keperawatan yang
setelah penulis melakukan asuhan komprehensif sehingga dapat
keperawatan dan interaksi dengan mencapai derajat kesehatan secara
klien selama 3 hari penulis optimal serta perlu meningkatkan
memberikan saran sebagai berikut: kualitas dalam pemberian asuhan
1. Berdasarkan diatas setelah penulis keperawatan.
melakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, penulis DAFTAR PUSTAKA
memberikan saran Kepada keluarga Pudiastuti, R.D. ( 2014 ). Buku
agar meningkatkan perawatan Penyakit Pemicu Stroke,
terhadap klien agar tidak terjadi Di Lengkapi Posyandu
komplikasi yang lebih parah dan Lansia Dan Posbindu
serangan stroke yang berulang. Dan PTM. Jogjakarta:Nuha
keluarga pasien diharapkan selalu Medika
mengkontrolkan kondisinya pada Lingga, Lanny. 2013. All About
petugas kesehatan terdekat. Jika Stroke, Jakarta: Elex Media
ada kekakuan pada ektrremitas latih Komputindo.
pergerak ROM secara teratur, dan http://www.dinkesjatengprov.go.id/do
batu kebutuhan pasien kumen/profil/2009/Profil_2
2. Bagi institusi pelayanan rumah 013br.pdf diunduh pada
sakit. tanggal 20 maret 2016 pada
Diharapkan institusi jam 10.00 WIB.
pelayanan kesehatan dapat http://muttaqin.blogspot.co.id
menigkatkan kualitas pelayanan /2014/09/ askep -stroke-
kesehatan sesuai dengan Standart non.html di unduh pada
Operasional Prosedur (SOP) di tanggal 21 Maret 2016
berbagai rumah sakit. pada jam 14.00 WIB.
3. Bagi profesi
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar
http://rofeksumantri.blogspot.co.id/20 Pengobatan, Pemulihan,
13/06/askep-stroke-non- dan Pencegahan.
hemoragik.html Bandung:ALFABETA,cv
di unduh pada tanggal 21 Irianto, K.2014. Epidemologi Penyakit
Maret 2016 pada jam 12.00 Menular dan Tidak
WIB. Menular.
https://dokmud.wordpress.com/2009/1 Bandung:ALFABETA,cv
0/23/stroke-non- Andar, W. 2013. Jurnal : Pengaruh
hemoragic/ di unduh pada Latihan Rom Terhadap
tanggal 23 Maret 2016 Peningkatan Kekuatan
pada jam 09.00 WIB. Otot Pasien Hemiparese
Djafar, A & Yusuf, Z. 2014. Jurnal: Post Stroke Di Rsud Dr.
Pengaruh Latihan ROM Moewardi Surakarta.
Pasif Terhadap Kekuatan Murtaqib, 2013. Jurnal : Perbedaan
Otot Pada Pasien Stroke Latihan Range Of
Non Hemoragik di RSUD. Motion(Rom) Pasif Dan
Prof. Dr. H. Aloe Saboe Aktif Selama 1 - 2 Minggu
Gorontalo. Terhadap Peningkatan
Chayatin, N. 2015. Standar Asuhan Rentang Gerak Sendi Pada
Keperawatan dan Penderita Stroke Di
Prosedur Tetap Dalam Kecamatan Tanggul
Praktik Keperawatan: Kabupaten Jember. Vol 8,
Konsep dan Aplikasi dalam no 1
Praktik Klinik. Medikal
Bedah. Jakarta:Salemba
Medika
Hernanta, I. 2013. Ilmu Kedokteran
Lengkap Tentang
Neurologis. Jojgakarta:D-
Medika
Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai
Penyakit, Penyebab,
Gejala, Penularan,
Pengaruh Latihan ROM Pasif terhadap kekuatan otot pada Pasien stroke Non Hemoragik di ruang ICU Rsud Karanganyar