Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGUE HAEMORRAGHIC

FEVER (DHF)

LAPORAN PENDAHULUAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas stase Keperawatan
Anak Program Studi Ners

SAEFUL AFIAT
NPM:

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2020

LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN BRONHOPNEUMONIA PADA ANAK
DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER (DHF)
1.1 Konsep DHF
1. Pengertian
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam.

DHF adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa yang di sebabkan
oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi.
Suatu infeksi yang di sebebkan oleh nyamuk aedes aegepty.

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa DHF merupakan


penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigita nyamuk
Aedes Aegypti, biasanya menyerang anak di bawah usia 15 tahun dan dapat
menimbulkan kematian.

Demam berdarah adalah salah satu penyakit infeksi akut. Penyakit ini merupakan
salah satu penyakit tropis yang banyak ditemukan di Indonesia. Menurut data yang
dihimpun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, demam berdarah telah menjadi
penyakit endemik di Indonesia sejak tahun 1968. Sejak itu, penyakit ini menjadi salah
satu masalah utama di Indonesia, dengan penyebaran dan jumlah penderita yang
cenderung meningkat setiap tahun.

2. Anatomi Dan Fisiologi


Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang berhubungan
degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah
sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-
paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk
membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang
merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-
paru, agak lebih kearah kiri.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
A. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh
darah arteri yang penting : Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi
dinding jantung
a. Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher
dan melewati aksila
b. Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
c. Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
d. Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
e. Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga
f. Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.
g. Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju
ke belakang lutut
h. Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
i. Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.
B. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop.
Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya
bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut
vena.
C. Vena
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung:
a. Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari
daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
b. Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh
bagian bawah
c. Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantun
d. Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.
D. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu
jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah.
Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.
Darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah
yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh
yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau
kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
b. Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
c. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
d. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan/alat tubuh.
e. Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
f. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat
anti racun.
g. Menyebarkan panas keseluruh tubuh. Adapun proses pembentukan sel
darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan
limpa.
h. Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh
manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah
diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus
hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus
comunis.
i. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal
100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan
memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
3. Etiologi
A. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
B. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita,2007).
C. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).
4. Klasifikasi
Adapun klasifikasi DHF menurut WHO sebagai berikut:
A. Derajat I 
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif.
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif).
B. Derajat II 
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan
gusi telinga dan sebagainya.
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
C. Derajat III 
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah
menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20
mmHg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi).
D. Derajat IV 
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru (Arief Mansjoer
&Suprohaita, 2007). Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.

5. Tanda dan Gejala


A. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
B. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
C. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
D. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
E. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
F. Sakit kepala.
G. Pembengkakan sekitar mata.
H. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
I. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah) (Arief Mansjoer
&Suprohaita, 2007).
6. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun
Antibodi–virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga
dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi–virus juga
menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan
yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan
dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga
perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang
hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai
reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat
anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit
menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit
sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan
(3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas
kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia;
dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007).
7. Pathway
Arbovirus (Aedes aegypti)

Beredar di aliran darah

Infeksi virus (viremia) Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen Nyeri

Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a

Hypothalamus

Hipertermi

Reabsorbsi Na+ +H2O

Resiko syok hipovolemik Permeabilitas kapiler resiko perdarahan

Terjadi renjatan dan hipotensi Trombositopenia

Kebocoran plasma trombosit dalam darah

Ke ekstravaskuler Perdarahan Difisit volume cairan

Abdomen: asites Hb dalam darah Kurang pengetahuan


Mual,muntah,anoreksia suplai O2

Perubahan nutrisi kurang dari Gangguan perfusi jaringan


Kebutuhan tubuh

(Ngastiyah, 2011).

8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
A. Ig.G dengue positif
B. Trombositopenia
C. Hemoglobin meningkat
D. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
E. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia
dan hipokalemia
F. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
G. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
H. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
I. Waktu pendarahan memanjang
J. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik:
PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen
pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa
akut atau demam dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala
penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali
10. Penatalaksanaan Medik
A. DHF tanpa Renjatan
a. Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
b. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
c. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis
50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi
, beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ Kg BB.
d. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
B. DHF dengan Renjatan
a. Pasang infus RL
b. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB )
c. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
Keperawatan
A. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
a. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam
b. Observasi intake - output
c. Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam ,
d. Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
e. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi
produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.
B. Resiko Perdarahan
a. Obsevasi perdarahan : Peteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b. Catat banyak, warna dari perdarahan
c. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
C. Peningkatan suhu tubuh
a. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
b. Beri minum banyak
c. Berikan kompres
11. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien
dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai
sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
3) Kaji riwayat keperawatan.
4) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas,
sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.
4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
5) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
c. Intervensi Keperawatan
Dx.
No NOC NIC
Keperawatan
1. Hipertermia b/d Setelah dilakukan Fever treatment
proses infeksi tindakan keperawatan 1. Monitor suhu sesering mungkin
virus dengue selama 3x24 jam, 2. Monitor IWL
menunjukkan 3. Monitor warna dan suhu kulit
temperatur dalam 4. Monitor tekanan darah, nadi dan
batas normal dengan RR
Kriteria Hasil : 5. Monitor penurunan tingkat
1. Bebas dari kesadaran
kedinginan (5) 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
2. Suhu tubuh dalam 7. Monitor intake dan output
rentang normal 8. Berikan anti piretik
36,5-37,5 (5) 9. Berikan pengobatan untuk
3. Mukosa bibir mengatasi penyebab demam
lembab (5) 10. Selimuti pasien
4. Kulit tidak teraba 11. Lakukan tapid sponge
panas (5) 12. Kolaborasipemberian cairan
5. Nadi dan RR intravena
dalam rentang 13. Kompres pasien pada lipat paha
normal (5) dan aksila
6. Tidak ada 14. Tingkatkan sirkulasi udara
perubahan warna 15. Berikan pengobatan untuk
kulit dan tidak ada mencegah terjadinya menggigil
pusing (5)
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

2. Risiko defisit Setelah dilakukan Fluid management


volume cairan tindakan keperawatan 1. Timbang popok/pembalut jika
berhubungan selama 3x24 jam. diperlukan
dengan pindahnya Kebutuhan cairan 2. Pertahankan catatan intake dan output
cairan klien dapat terpenuhi yang akurat
intravaskuler dengan kriteria hasil: 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban
keekstravaskuler. 1. Input dan output membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
seimbang (5) darah ortostatik ), jika diperlukan
2. Vital sign dalam 4. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
batas normal (5) retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
3. Tidak ada tanda- urin )
tanda syok (5) 5. Monitor vital sign
4. Akral hangat (5) 6. Monitor masukan makanan / cairan dan
5. Capilarry refill < hitung intake kalori harian
3 detik (5) 7. Kolaborasi pemberian cairan IV
8. Monitor status nutrisi
9. Berikan cairan
10. Berikan diuretik sesuai interuksi
11. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
12. Dorong masukan oral
13. Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
14. Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
15. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
16. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
17. Observasi capillary
4. Resiko gangguan Setelah dilakukan Nutrition Management
pemenuhan tindakan keperawatan 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan nutrisi selama 3x24jam. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kurang dari Kebutuhan nutrisi menentukan jumlah kalori dan nutrisi
kebutuhan tubuh klien terpenuhi yang dibutuhkan pasien.
berhubungan dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
dengan intake 1. Nafsu makan intake Fe
nutrisi yang tidak meningkat (5) 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
adekuat akibat 2. Klien tidak protein dan vitamin C
mual muntah dan terlihat lesu dan 5. Berikan substansi gula
nafsumakan yang lemah (5) 6. Yakinkan diet yang dimakan
menurun. 3. Mukosa bibir mengandung tinggi serat untuk
tidak kering (5) mencegah konstipasi
4. Mual dan 7. Berikan makanan yang terpilih
muntah ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
berkurang (5) 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
5. Tidak ada tanda- catatan makanan harian.
tanda malnutrisi 9. Monitor jumlah nutrisi dan
(5) kandungan kalori
6. Tidak terjadi 10. Berikan informasi tentang kebutuhan
penurunan berat nutrisi
badan (5) 11. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

5. Resiko terjadi Setelah dilakukan


perdarahan tindakan keperawatan 1. Berikan penjelasan kepada kliendan
berhubungan selama 3x24 jam keluarga tentang bahaya yang dapat
dengan penurunan tidak terjadi timbul dari adanya perdarahan, anjurkan
faktor-faktor perdarahan selama untuk segera melaporkan jika ada
pembekuan darah dalam masa perdarahan seperti di gusi, hidung
(trombositopeni) perawatan dengan (epistaksis), melena, hematemesis.
kriteria hasil: 2. Antisipasi adanya perdarahan: gunakan
1. Tidak ada sikat gigi yang lunak, pelihara
perdarahan kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10
spontan (gusi, menit setiap selesai ambil darah dan
hidung, observasi tanda-tanda perdarahan serta
hematemesis dan vital sign (TD, N, Suhu, dan pernapasan)
melena) (5) 3. Kolaborasi dalam pemeriksaan
2. Trombosit dalam laboratorium secara berkala (darah
batas normal lengkap)
(150.000/Ul) (5) 4. Monitor tanda-tanda penurunan
3. Ttv dalam rentang trombosit yang disertai tanda klinis
normal (5) 5. Monitor trombosit setiap hari
6. Kolaborasi dalam pemberian transfusi
(trombosit consetrate)
6. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Observasi adanya tanda-tanda nyeri
nyaman: Nyeri tindakan keperawatan nonverbal, seperti ekspresi wajah, posisi
berhubungan selama 3x24 jam tubuh, gelisah, menangis/
dengan gangguan rasa meringis,bmenarik diri, diaphoresis,
hepatomegali nyaman terkontrol/ perubahan frekuensi jantung/
berkurang ditandai pernapasan, tekanan darah.
dengan kriteria hasil: 2. Evaluasi perilaku nyeri
1. Skala nyeri 3. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
berkurang (5) 4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai
2. Ekspresi wajah indikasi.
relax (5)
3. Bisa
menggunakan
teknik relaksasi
dengan baik
(nafas dalam,
imajinasi) (5)
4. Intensitas nyeri
berkurang (5)
7. Kurang Setelah dilakukan Teaching : disease Process
pengetahuan tindakan keperawatan 1. Berikan penilaian tentang tingkat
berhubungan selama 3x24 jam, pengetahuan pasien tentang proses
dengan diharapkan penyakit yang spesifik
penyakitnya pengetahuan klien 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
dan keluarga ttg bagaimana hal ini berhubungan dengan
penyakitnya anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
meningkat tepat.
Kriteria Hasil : 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
1. Pasien dan muncul pada penyakit, dengan cara yang
keluarga tepat
menyatakan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan
pemahaman cara yang tepat
tentang penyakit, 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
kondisi, prognosis dengna cara yang tepat
dan program 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
pengobatan (5) kondisi, dengan cara yang tepat
2. Pasien dan 7. Hindari jaminan yang kosong
keluarga mampu 8. Sediakan bagi keluarga atau SO
melaksanakan informasi tentang kemajuan pasien
prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
benar (5) mungkin diperlukan untuk mencegah
3. Pasien dan komplikasi di masa yang akan datang
keluarga mampu dan atau proses pengontrolan penyakit
menjelaskan 10. Diskusikan pilihan terapi atau
kembali apa yang penanganan
dijelaskan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
perawat/tim atau mendapatkan second opinion
kesehatan lainnya dengan cara yang tepat atau
(5) diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2007). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI
: Media Aescullapius. Jakarta.

Ngastiyah (2011). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Herdam H.T (2012). NANDA Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Morhead, Sue,. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Missouri:
Mosby
Bulechek, Gloria, M., et al. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth Edition.
Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai