Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (Dengue Haemoragic Fever)

Oleh:

Kadek Linda Serliana Septiawati

C1220015

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA USADA BALI

2020/2021
I. Laporan Pendahuluan ( Tinjauan Teori)

A. Definisi

Dengue Haemoragic Fever/DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai

leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau

penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome)

adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).

Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan

nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun

terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada

tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi

lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan

(WHO, 2015).

DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty

betina.(Hidayat, A. Aziz, 2009).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang berhubungan degan

penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk

menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela

tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa

metabolisme dari selsel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi

sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah,

dan darah.

1. Jantung

Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-

paru, agak lebih kearah kiri.


Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi (Vyas, et al, 2014)

2. Pembuluh Darah

a. Arteri (Pembuluh Nadi) Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan

kanan. Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :

1. Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung

2. Arteri subklavikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher

dan melewati aksila.

3. Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas

4. Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari

5. Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak

6. Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga

7. Arteri facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.

8. Arteri femoralis adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju

ke belakang lutut 14

9. Arteri Tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki

10. Arteri Pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.

b. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang

terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler

membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu

dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :

1. Vena Cava Superior Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa

darah kotor dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.

2. Vena Cava Inferior

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh

bagian bawah.

3. Vena jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung

4. Vena pulmonalis

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.

3. Darah

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : Darah

adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair yang disebut plasma dan

bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat

didalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental

yang terdiri dari sel-sel dan plasma.

Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang

berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah yang

befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat /

organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter.

Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur,

pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.

Fungsi darah secara umum terdiri dari :

a. Sebagai Alat Pengangkut

1. Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan

keseluruh jaringan tubuh.

2. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

3. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.


4. Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh

untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang

akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat

anti racun.

c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat,

yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.

a. Sumsum Tulang

Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:

1. Tulang Vertebrae

Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur

bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu

melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh.

Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai

korpus (badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di

depan dan menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di belakang

disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang dilewati medulla

spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh.

Pada arkus terdapat bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati

oleh 17 otot-otot yang menggerakkan tulang belakang yang dinamakan

prosesus spinosus.

2. Sternum (tulang dada)

Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta

dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni,

dan processus xipoideus.

3. Costa (Tulang Iga)

Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang

costa vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa dibagian

posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior


melekat pada tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak

langsung, bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.

b. Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh

manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah

diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus

hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus

comunis. Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus

membentuk ductus coledakus.

c. Limpa

Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan

berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan 18 berat

normal 100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ

limfaed dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa

juga berfungsi menghancurkan sel darah merah yang rusak.

C. Etiologi

Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF)

adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe

virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu

DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang

menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah

dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir

ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus,

maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul.

(Meilany, 2010).

Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan

penyakit demam berdarah antara lain :

1. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.


2.   Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap

di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng

bekas  yang menampung air hujan.

3. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,

sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada  tumbu-tumbuhan.

4. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan

aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah

mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

D. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala

Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi

lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan

yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa,

penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan

mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang

demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri

perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,

walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud

memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari

pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,

sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih

jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa

konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan

hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan

peredaran darah (WHO, 2015).

Patokan World Health Organization (WHO, 2015) untuk menegaskan diagnosa

Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :

1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk

lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis,

perdarahan gusi) dan hematemesis melena.


Rumpel leed test dengan tekhnik :

a. Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya

b. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua

c. Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter

d. Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan

sampai 5 menit.

e.  Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.

f.  Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan

bawah.      Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5 cm.

3. Pembesaran hati.

4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi

yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan

sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan

lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul

sianosis disekitar mulut.


E. Patofisiologi

Fenomena patologis menurut (Herdman , 2017), yang utama pada penderita DHF

adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya

perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler

mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit

berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan

haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan

(syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah

penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh,

ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang

mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali).

Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau

perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting

untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat

dianjurkan untuk memantau 22 hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah

pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran

plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan

jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika

tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan

yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan

apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian.

Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna

menambah semua komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.


F. Patway

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2017), Pada setiap penderita

dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita yang disangka menderita DHF

dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematocrit, dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari

pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama

perjalanan penyakit. Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.

1. Uji tourniquet

Perocbaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara

mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan kepada dinding

kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab kurang kuat akan rusak oleh

pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes

ke dalam jaringan sekitarnya sehingga Nampak sebagai bercak kecil pada

permukaan kulit.

2. Hemoglobin

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacammacam cara yaitu

dengan cara sahli dan sianmethemoglobin. Dalam 28 laboratorium cara sianmet

hemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat dari hasilnya lebih

akurat, dan lebih cepat.


Nilai normal untuk pria 13-15 gr/dl dan wanita 12-14 gr.dl. Kadar hemoglobin

pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi kemudian

kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan

kelainan hematologi paling awal yang dapat ditemukan pada penderita demam

berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau

DHF.

3. Hematokrit

Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut

dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan

darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria 40-48 vol% dan wanita 37-

43 vol%. penetapan hematocrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik

rata-rata kurang lebih 2%. Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk

menentukan keadaan klinis yang menjurus kepada tindakan darurat. Nilai

hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit

dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah.

Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan nilai hematocrit merupakan

manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat

kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat mengakibatkan

terjadinya syok hipovolemik dan 29 kegagalan sirkulasi.

4. Trombosit

Trombosir sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan deari

kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat pada permukaan asing

(bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal. Jumlah trombosit dalam keadaan

normal sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya, sering dipastikan nilai

normal itu antara 150.000 – 400.000/µl darah. Karena sukarnya dihitung,

penelitian semukuantitatif tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah

sangat besar artinya sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung

trombosit 30 dengan menggunakan electronic particle counter mempunyai

keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun, 2008).


H. Penatalaksanaan

Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut :

1. Tirah baring

2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam

(susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.

3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen,

jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.

Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan :

a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta

Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.

c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti

NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan teratasi.

Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan

dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht

mengalami penurunan maka diberi transfusi darah.


II. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis

A. Pengkajian

Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif &

Hardhi, 2017) adalah :

1. Biodata

a. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang

tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang

ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat

demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7

dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri

telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan

persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya

manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa

mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.

2. Pemeriksaan Fisik

a.  Keadaan umum

Kesadaran : bisa saja Composmentis, samnolen, atau koma (tergantung dari

derajat penyakit DHF), TTV : Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan

tanda-tanda vital.
b. Kepala

1. Wajah : mengalami kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis

2. Mulut : adanya perdarahan pada gusi, mukosa bibirtampak  kering &

kadang-kadang lidah tampak kotor dan adanya hiperemia pada

tenggorokan

c. Leher : Tidak ada masalah pada leher

d. Paru : Pernafasan dangkal, ketika dilakukan perkusi biasanya dapat ditemukan

bunyi redup lantaran adanya efusi fleura

e. Jantung : Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan

f. Abdomen : adanya nyeri ulu hati, ketika dilakukan  palpasi dapat ditemukan

adanya pembesaran hepar & limpa

g. Ekstremitas : Biasanya di temukan nyeri sendi

h. Kulit : Ditemukan adanya ptekie, purpura, ekimosis, dan  hyperemia serta

hematoma.

B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue

Hemorahagic Fever :

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.

2. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan

output cairan.

3.  Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

4.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


C. Intervensi

DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL

Peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji saat timbulnya demam

tubuh (hipertermi) keperawatan selama 3x24 jam 2. Observasi tanda-tanda vital

berhubungan dengan dengan kriteria : tiap 3 jam.

infeksi virus dengue. 3. Beri kompres hangat pada


1. Peningkatan suhu tubuh
dahi.
(hipertermi)
4.  Beri banyak minum (±1-1,5
berhubungan dengan
liter/hari) sedikit tapi sering
infeksi virus dengue
5. Ganti pakaian klien dengan
Kriteria evaluasi :
bahan tipis menyerap
Peningkatan suhu tubuh
keringat.
dapat teratasi,
6. Beri           penjelasan        pa
dengan kriteria :
da keluarga klien tentang
a. Suhu tubuh normal
penyebab meningkatnya
(35° C- 37,5° C)
suhu tubuh.
b. Pasien bebas dari
7. Kolaborasi pemberian obat
demam
anti piretik.

Defisit Volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan umum klien

dan elektrolit keperawatan selam 3x24 jam dan tanda-tanda vital.

berhubungan dengan dengan criteria hasil: 2. Kaji input dan output cairan.

(defisit volume 3. Observasi adanya tanda-


Volume cairan
cairan) tubuh tanda syok.
tubuh seimbang,
berhubungan dengan 4. Anjurkan klien untuk
dengan criteria :
ketidakseimbangan banyak minum
a.   Turgor kulit
input dan output 5. Kolaborasi dengan dokter
baik
cairan. dalam pemberian cairan I.V.
b. Tanda-tanda

vital dalam

batas normal
Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan umum klien

kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam 2. beri makanan sesuai

berhubungan dengan dengan criteria hasil: kebutuhan tubuh klien.

mual, muntah, 3. Anjurkan orang tua klien


a. Kebutuhan
anoreksia. untuk memberi makanan
nutrisi klien
sedikit tapi sering.
terpenuhi,
4. Anjurkan orang tua klien
dengan kriteria :
memberi makanan TKTP
b. Porsi makan
dalam bentuk lunak
yang disajikan
5. Timbang berat badan klien
dihabiskan.
tiap hari

6.   Kolaborasi pemberian obat

reborantia.

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji hal-hal yang mampu


keperawatan selama 3x24 jam
berhubungan dengan Kriteria Evaluasi : dilakukan klien.
a. Kebutuhan aktivitas
kelemahan fisik 2. Bantu klien memenuhi
sehari-hari terpenuhi
kebutuhan aktivitasnya
b. Klien mampu mandiri
sesuai dengan tingkat
setelah bebas demam
keterbatasan klien

3. Beri penjelasan tentang hal-

hal yang dapat membantu

dan meningkatkan kekuatan

fisik klien.

4. Libatkan keluarga dalam

pemenuhan ADL klien

5. Jelaskan pada keluarga dan

klien tentang pentingnya

bedrest ditempat tidur.


D. Evaluasi

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian

dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara

optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk

Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis NANDA,

Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

Anda mungkin juga menyukai