Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP DEMAM BERDARAH ( DHF ) APLIKASI NANDA NIC

NOC
Author -  Jarot Vonis Date - 20:07

A.     KONSEP DASAR PENYAKIT


1         Defenisi
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina
lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.  Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh
Demam berdarah Dengue adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropadborn Virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albipices dan Aedes
Aegypti).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty

2         Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah adalah virus
dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe,
dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes
aegypti. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype  bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain

3         Manifestasi Klinis
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinik, yaitu: demam tinggi dan mendadak yang
dapat mencapai 400C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang, demam, sakit
kepala,anoreksia, mual muntah, epigastrik, discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh
bagian perut dan pendarahan, terutama pendarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet
positif. Selain itu, pendarahan kulit dapat terwujud memar atau juga berupa pendarahan
spontan mulai dari petekie pada ektremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan
pendarahan gusi. Sementara pendarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan
biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang
tidak dapat teratasi. Pendarahan lain seperti pendarahan sub konjungtiva terkadang juga
ditemukan. Pada masa konvalisen seringkali ditemukan eritema pada telapak kaki dan
hepatomegali. Hepatomegali biasanya dapat diraba pada permukaan penyakit dan pembesaran
hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa ikters
maupun kegagalan pendarahan.

4         Anatomi Fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah system sirkulasi. System
sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dari paru-
paru ke
sela-sela tubuh. Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme
dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan
darah.
1.    Jantung.      
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan
istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang,
tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan
disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks cordis. Letak
jantung didalam rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga
dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI dua jari
dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus
kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-
300 gram.
2.    Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a.     arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah keseluru
bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel
sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic
dan terdiri dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya kira-
kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang
akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang
mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya
mendapat darah dari pembuluh darah yang disebut vasa vasorum.
b.     Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan
pembuluh darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup pada vena
kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali
lagi. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini
juga mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.
c.     Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Diameternya
kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak
terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada
umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat
makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.
3.  Darah
     Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut plasma dan bagian
padat disebut sel darah. Warna merah pada darah keadaannya tidak tetap bergantung pada
banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan
zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh
yang sehat atau orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-
kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
     Fungsi darah:     
a.    Sebagai alat pengangkut
b.    Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat antiracun.
c.    Mengatur panas keselurh tubuh.
      Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung tulang,
hepar, dan limpa
.
5         Patofisiologi
. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam
atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi
dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan
terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan
fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh
aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien
dengan perdarahan hebat.
Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat
penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet
positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,
ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ³ 140x/mnt) anggota gerak
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

6         Pemeriksaan penunjang

a.         Pemeriksaan Laboratorium :
1.     Trombosit menurun
2.     Hematokrit meningkat 20% atau lebih
3.     Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
4.     Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
5.     Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
6.     Hiponatremia( NA rendah )

b.         Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura

7         Penatalaksanaan
a.     Tirah baring
b.     Pemberian makanan lunak
c.     Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d.     Pemberian cairan melalui infuse
e.     Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g.     Monitor TTV
h.     Monitor adanya tanda-tanda renjatan
i.  Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j.  Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari

B.     ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CA PARU


1.         Pengkajian
a.       Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis.
b.       Keluhan utama meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat
dating ke rumah sakit
c.       Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utam yang merupakan keluhan klien,
data yang dikaji yang dirasakan klien saat ini.
d.       Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang diderita
sekarang.
e.       11 pola pengkajian Gordon:
v  Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status kesehatan dan praktek
pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh kembang, riwayat sakit yang lalu, perubahan
status kesehatan dalam kurun waktu tertentu
v  Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi makanan dan cairan,
tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan suplemen, vitamin makanan. Masalah nafsu
makan, mual, rasa panas diperut, lapar dan haus berlebihan.

v  Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola BAB, BAK frekwensi karakter
BAB terakhir, frekwensi BAK.
v  Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan energy, tipe dan
keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah, atau tempat sakit.
v  Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi periode istirahat tidur,
penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah yang dirasakan saat tidur.
v  Kognitif- perceptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan nyeri, fungsi kognitif,
status pendengaran, penglihatan, masalah dengan pengecap dan pembau, sensasi perabaan,
baal, kesemutan
v  Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social, kepuasan dan
ketidakpuasan dengan peran
v  Seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau ketidakpuasan dengan seks,
orientasi seksual
v  Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi atau koping terhadap stress
v  Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan berhubungan dengan
pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual

2.         Diagnosa
a.    Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
b.    Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
c.    Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d 
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

3.         Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1 Hipertermi b/d NOC : Thermoregulation NIC :
proses infeksi virus Kriteria Hasil : Fever treatment
dengue v  Suhu tubuh dalam §  Monitor suhu sesering mungkin
rentang normal §  Monitor IWL
v  Nadi dan RR dalam §  Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal §  Monitor tekanan darah, nadi dan
v  Tidak ada perubahan RR
warna kulit dan tidak ada §  Monitor penurunan tingkat
pusing, merasa nyaman kesadaran
§  Monitor WBC, Hb, dan Hct
§  Berikan anti piretik
§  Selimuti pasien
§  Berikan cairan intravena
§  Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
Temperature regulation
§  Monitor suhu minimal tiap 2
jam
§  Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
§  Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
§  Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


§    Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2 Nyeri NOC : NIC :
berhubungan Pain Level, Pain Management
dengan proses Pain control, §  Lakukan pengkajian nyeri
patologis Comfort level secara komprehensif termasuk
penyakit
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan faktor
(tahu penyebab nyeri, presipitasi
Melaporkan bahwa nyeri §  Observasi reaksi nonverbal
berkurang dengan dari ketidaknyamanan
menggunakan manajemen §  Kurangi faktor presipitasi
nyeri nyeri
Mampu mengenali nyeri §  Pilih dan lakukan
(skala, intensitas, frekuensi penanganan nyeri (farmakologi,
dan tanda nyeri) non farmakologi dan inter
Menyatakan rasa nyaman personal)
setelah nyeri berkurang §  Kaji tipe dan sumber nyeri
Tanda vital dalam rentang untuk menentukan intervensi
normal §  Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
§  Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
§  Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
§  Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
§  Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
§  Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
§  Cek riwayat alergi
§  Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
§  Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
§  Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
§  Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

3 Risiko gangguan NOC : NIC :


pemenuhan Nutritional Status : food and Nutrition Management
kebutuhan nutrisi Fluid Intake §  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari Kriteria Hasil : §  Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh
Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah kalori
b/d  intake nutrisi
badan sesuai dengan dan nutrisi yang dibutuhkan
yang tidak
tujuan pasien.
adekuat akibat
mual dan nafsu Berat badan ideal sesuai §  Anjurkan pasien untuk
makan yang dengan tinggi badan meningkatkan protein dan
menurun Mampu mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi §  Yakinkan diet yang dimakan
Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi
Tidak terjadi penurunan berat §  Ajarkan pasien bagaimana
badan yang berarti membuat catatan makanan
harian.
§  Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
§  Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
§  BB pasien dalam batas
normal
§  Monitor adanya penurunan
berat badan
§  Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
§  Monitor turgor kulit
§  Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
§  Monitor mual dan muntah
§  Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
§  Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
§  Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
§  Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

C.     Daftar Pustaka
Marsjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II Jilid I. Jakarta : Media Aesculopius
Pusponegoro.H.D., dkk, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak. Edisi I. Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Ralph & Rosenberg, 2003. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA.
SHARE THIS

http://septiawanputratanjung.blogspot.co.id/2015/10/laporan-pendahuluan-dan-askep-penyakit.html

Anda mungkin juga menyukai