Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Koordinator Mata Kuliah :


Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes.

Disusun oleh :
Eka Nur Safitri
22.14901.10.29

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD)

A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat
terjadi pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman,
2006). DBD disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui
gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit
epidemik akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki
gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala,
nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan spontan (WHO,
2010).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk
aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

B. ETIOLOGI

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang


termasuk dalam genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotip terbanyak.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Sistem sirkulasi

System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan


oksigen dari traktus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain
itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi pembuluh darah.

2. Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot


jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk
dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita. Bentuk jantung
menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)
dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada sebelah
depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan
VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya
denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang
sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.

3. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah
arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut
aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan. Arteri yang paling besar
didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya
kira-kira 1-3 cm. Arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan
tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh
darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang
mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan
untuk lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yang
disebut vasa vasorum.

b. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam
jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh
darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup
pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya
untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang
ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena
ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil yang disebut venolus

yang selanjutnya menjadi kapiler.

c. Kapiler Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh

darah yang sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm .


Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang
tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan.
Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel
jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan
zat makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.

4. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada
darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan
karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil
dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/3 dari berat badan
atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap
orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung
atau pembuluh darah. Fungsi darah antara lain sebagai alat
pengangkut, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan
racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat
antiracun serta mengatur panas keseluruh tubuh. Adapun proses
pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung tulang,
hepar, dan limpa.
D. PATOFISIOLOGI DAN PATOFLOW
Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi imunologis,
trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik. Saat virus
mengeluarkan toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam darah yang
menstimulasi pusat termoregulasi (Hipothalamus) dan mengirim impuls ke
pusat vasomotor sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Dari
peningkatan suhu tubuh tersebut terjadi kesalahan interpretasi dan mukosa
mulut/lidah kotor dan tidak nyaman. Kesalahan interpretasi tersebut
dikarenakan kurang pengetahuan dan membutuhkan hospitalisasi sehingga
menyebabkan ansietas (kecemasan), sedangkan dari mukosa yang kotor
menyebabkan mual muntah atau anoreksia sehingga intake nutrisi tidak
adekuat yeng kemudian bisa terjadi penurunan daya tahan tubuh dan
beresiko terjadi infeksi, sementara perubahan nutrisi bisa terjadi dan
kondisi tubuh dapat melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi aktivitas.
 Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat dan
dapat terjadi ekstraksi cairan yang menimbulkan kebocoran plasma yaitu
hemokonsentrasi, hipoproteinuria, efusi pleura, serta acites. Kemudian
hipovolemia yang terjadi dapat menyebabkan hipotensi dan vasodilatasi
arteri sehingga kulit menjadi panas dan terjadi peningkatan penguapan
cairan tubuh yang berujung pada deficit volume cairan tubuh. Sedangkan
dari kerusakan trombosit, agregasi trombosit akan meningkat sehingga
terjadi trombositopenia yang menyebabkan menurunnya faktor koagulasi
akan memanifestasikan perdarahan ringan – berat yang beresiko terhadap
perdarahan lebih lanjut sehingga vaskositas darah menurun dan dapat
terjadi perdarahan dan suplai O2 dalam zat makanan ke dalam tubuh
menurun yang menyebabkan penumpukan asam laktat dalam otak dan
sendi yang berujung pada nyeri yang akut.
Patoflow

Infeksi virus Dengue

Virus mengeluarkan Agregasi trombosit


toksin Reaksi imunologis meningkat Resiko
perdarahan
Plepasan pirogen
kedalam darah Permeabilitas trombpsitopenia
vaskuler meningkat
Menstimulasi pusat
termoregulasi Manifestasi
Kebocoran plasma
(hipotalamus) perdarahan berat- Perubahan
-hemokonsenrasi
-hipoproteinuria ringan perfusi jaringan
Mengirim impuls -efusi pleura
kepusat vascomotor -acites
Perdarahan lebih
Peningkatan suhu hipovolemi lanjut
tubuh
Syok hipovolemik

Vasodilatasi arterial
hipertermi
Mukosa
mulut
Kulit menjadi
kotor
panas

Mual Penguapan permukaan


anoreksia tubuh meningkat
Perubahan Defisit volume
nutrirsi cairan
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah
dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh
empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestas
perdarahan (terutama kulit), hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi
(World Health Organisation, 1997). Yang membedakan DBD dengan
demam dengue (DD) adalah, pada DBD ditemukan permeabilitas
pembuluh darah yang tinggi, hipovolemia, hipotensi,trombositopenia dan
diathesis hemoragik. Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan
lemah, tekanan nadi sempit,hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan
berkeringat. Muntah dan nyeri abdomen persisten meski tidak masuk
kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Seringkali terdapat perubahan dari
demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta perubahan status
mental (somnolen atau iritabilitas).
1. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2
atau lebih manifestasi klinis berikut :
a) Nyeri kepala
b) Nyeri retro orbita
c) Mialgia/atralgia
d) Ruam kulit
e) Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)
f) Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif

2. Demam berdarah dengue


Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila hal
dibawah ini dipenuhi :
a) Demam, riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
b) Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
o Uji bendung positif
o Petekie, ekimosis, purpura
o Perdarahan mukosa
o Hematemesis atau melena
c) Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
d) Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai
berikut:
o Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia
dan jenis kelamin
o Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi
cairan, dibandingkan dengan nilaihematokrit sebelumnya.
o Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia.

3. Dengue Shock Syndrom (DSS)


Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS)
adalah manifestasi renjatan yang terjadi pada penderita DBD derajat III
dan IV (World Health Organisation, 1997). Kebanyakan pasien
memasuki fase SRD pada saat atau setelah demamnya turun yaitu
antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada saat tersebut penderita
dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan dapat
berlangsung selama 24-48 jam. Disamping ditemukannya demam,
manifestasi perdarahan, trombositipenia, dan tanda perembesan
plasma, pada penderita DBD yang mengalami renjatan juga terdapat
tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab dan dingin, sianosis
sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta
penurunan status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan
menyebabkan iskemia jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia
jaringan bersangkutan. Metabolisme anaerob yang terjadi selanjutnya,
mengakibatkan akumulasi asam laktat dan berujung pada keadaan
asidosis metabolik. Asidosis yang tidak segera mendapat koreksi akan
segera memicu terjadinya pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM)
atau DIC (Robbins dan Kumar, 1995).
Klasifikasi DBD menurut WHO

DD/ Gejala Laboratorium


Derajat
DBD
DD Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia, Serologi
tanda : sakit kepala, nyeri Trombositopenia, dengue
retro orbital, mialgia, tidak ditemukan positif
artralgia. kebocoran
plasma

DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia Serologi


bendung positif (<100.000/ul), dengue
bukti ada positif
kebocoran
plasma
Trombositopenia
DBD II Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), Serologi
perdarahan spontan bukti ada dengue
kebocoran positif
plasma
Trombositopenia
DBD III Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), Serologi
kegagalan sirkulasi (kulit buktiada k dengue
dingin, lembab serta gelisah) ebocoran plasma positif
Trombositopenia

DBD IV Syok berat disertai dengan (<100.000/ul), Serologi


tekanan darah dan nadi tidak bukti ada dengue
terukur kebocoran positif
plasma

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien
tersangka DBD adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit dan apusan darah tepi. Parameter
Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
o Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya
limfosit plasma biru >15% dari jumlah total leukosit yang ada pada
fase syok akan meningkat.
o Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
o Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di
temukan pada hari ke-3 demam
o Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
o Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma
o SGOT/SGPT: dapat meningkat.
o Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
o Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
o Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse
darah atau komponen darah
o Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap
dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi bila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di
kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam
posisi lateral.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Minum banyak 1,5-2 liter/ hari dengan air teh, gula atau susu, hal ini
karena pasiesn dengan DBD beresiko tinggi mengalami kekurangan
volume cairan berlebih. Mencegah terjadinya kekurangan volume
cairan.
2. Meningkatkan perfusi jaringan adekuat, mengkaji dan mencatat tanda-
tanda vital .
3. Memberikan nutrisi secara adekuat. Berikan makanan yang disertai
suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
4. Mensupport koping keluarga yang adaptif. Izinkan orangtua dan
keluarga untuk memberikan respons secara panjang lebar, dan
identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
5. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal. Ukur tanda-tanda
vital.

H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no.
rekam medis, diagnosa medis.
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura
pada ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang -
kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 -7
hari, terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa
mulut kering, epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang
disertai kejang dan penurunan kesadaran.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.

2. Diagnosa
1) Hipertermia b.d proses inflamasi 
2) Kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan
diaphoresis
3) Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia
5) Resiko terjadi perdarahan berulang b.d tromobositopenia
6) Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler 

3. Intervensi

Diagnosa NOC NIC

1) Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV klien


2. Observasi suhu
proses inflamasi keperawatan 3x24 jam
3. Kaji saat timbul demam
diharapkan hipertermi turun 4. Anjurkan keluarga untuk
kompres hangat klien
dengan kriteria hasil
5. Berikan antipiretik
T: 36,5oC, tidak terjadi
demam.

2) Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi kesadaran, suhu,


nadi, TD, penatalaksanaan
cairan b.d intake keperawatan 3x24 jam
2. Kaji tanda dan gejala kurang
yang tidak adekuat diharapkan volume cairan volume cairan (selaput mukosa
kering, haus, produksi urine
dan diaphoresis terpenuhi dengan kriteria
menurun)
hasil turgor kulit elastis dan 3. Monitor input dan output
4. Jelaskan pada klien/ keluarga
membran mukosa lembab
upaya untuk menambah volume
cairan
5. Kolaborasi : pemberian cairan
perantal (RL/asering)

3) Perubahan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji dan mencatat tanda-


tanda vital (kualitas, frekuensi
jaringan perifer b.d keperawatan 3x24 jam
denyut nadi, tekanan darah,)
perdarahan diharapkan tidak terjadi 2. Mengkaji dan mencatat
sirkulasi pada ekstremitas
perubahan perfusi jaringan
(suhu, kelembaban, dan warna)
dengan kriteria hasil tidak 3. Menilai kemungkinan
terjadinya kematian jaringan
terjadi perdarahan terutama
pada ekstremitas sepert dingin,
pada bawah kulit nyeri, pembengkakan kaki

4) Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB sesuai kebutuhan


2. Identifikasi makanan yang
kurang dari keperawatan 3x24 jam
disukai pasien
kebutuhan tubuh b.d diharapkan nutri sesuai 3. Pertahankan kebersihan mulut
klien
mual, muntah, dengan kebutuhan tubuh
4. Anjurkan kepada orang tua
anoreksia dengan kriteria hasil : berat untuk memberikan makanan
dengan tekhnik sedikit tapi
badan kembali normal
sering
5. Kolaborasi :Pemberian
suplemen vitamin,

5) Resiko terjadi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi suhu, tekanan darah,


nadi, pernapasan, dan kesadaran
perdarahan berulang keperawatan 3x24 jam
2. Monitor jumlah cairan yang
b.d diharapkan tidak terjadi masuk dan keluar
3. Perhatikan keluhan pusing,
tromobositopenia resiko perdarahan dengan
lemah dan nyeri perut
kriteria hasil tidak terjadi 4. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda
tanda-tanda perdarahan
klinis
lebih lanju 5. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat

6) Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor keadaan umum pasien


2. Observasi vital sign setiap 3 jam
hipovolemik keperawatan 3x24 jam
atau lebih
berhubungan dengan diharapkan tidak terjadi 3. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tanda perdarahan, dan
perdarahan yang syok hipovolemik dengan
segera laporkan jika terjadi
berlebihan, kriteria hasil trombosit perdarahan
4. Kolaborasi : Pemberian cairan
pindahnya cairan kembali normal.
intravena
intravaskuler ke 5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB,
trombosit
ekstravaskuler

DAFTAR PUSTAKA
Drs H. Syaifuddin, AMK. 2016. Anatomi Fisiologi. Jakarta
Firda N.2019. Mengenal Demam Berdarah Dengue.Jakarta :Alprin
Nadesul, Handrawan. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta
: PT Kompas Media Nusantara
Ginanjar, Genis. Demam Berdarah. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran.
Handayani, Sri. 2021. Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. Yogyakarta: CV
Media Sains Indonesia

Anda mungkin juga menyukai