ATAN
GASTRITIS
Tugas pada Stase Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Ilmu Keperawatan Profesi Ners Reg A1 Semester 1
Disusun oleh :
22149011029
2022
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS
A.Definisi
Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus d
an lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superfisial akut dan gastritis
atropik kronis (Hardi, & Huda, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung. Peradangan ini
dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel da
pat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Secara hist
opatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebuh (Su
yono Slamet 2001).
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Sodikin (2012), sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang di
mulai dari mulut sampai anus (rectum).
1. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi oleh pal
atum, sedangkan pada bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah, dan struktur lain dari d
asar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibat
asi oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang menuju faring (Sodikin, 2012). Rongg
a mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral mempunyai beberapa fungsi yaitu
menganalisis material makanan sebelum menelan, proses mekanis dari gigi, lidah, dan per
mukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan digesti pada beberapa material karbohidr
at dan lemak (Simon, 2003 dalam Muttaqin & Kumala, 2011).
2. Lidah
Menurut Sodikin (2012), lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan
samping oleh membrane mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara la
ngsung pada epiglotis dalam faring. Lidah diinervasi oleh berbagai saraf. Bagian sensor
ik diinervasi oleh nevrus lingualis, yang merupakan cabang saraf kranial V (trigeminal).
Nevrus ini menginervasi dua pertiga anterior lidah untuk pengecapan. Saraf kranial VII
(fasialis) meninervasi dua pertiga anterior untuk rasa kecap. Saraf kranial IX (glosofarin
geal) meginervasi sepertiga posterior untuk raba dan rasa kecap. Sementara itu, inervasi
motorik dilakukan oleh saraf kranial XII (hipoglosus). Fungsi utama lidah meliputi 1) p
roses mekanik dengan cara menekan, melunakkan, dan membagi material; 2) melakuka
n manipulasi material makanan di dalam rongga mulut dan melakukan fungsi dalam pro
ses menelan; 3) analisis sensori terhadap karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa;
serta 4) menyekresikan mukus dan enzim (Muttaqin & Kumala, 2011).
3. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan proses fisiologis dan dapat menyebabkan salvias yang
berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia mempunyai dua set gigi yang tumb
uh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu atau de
sisua) yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama serta ked
ua kehidupan. Gigi susu berjumlah 5 buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruh
nya 20), muncul (erupsi) pada sekitar 6 bulan sampai 2 tahun. Gigi susu berangsur tang
gal pada usia 6 sampai 12-13 tahun, kemudian diganti secara bertahap oleh gigi tetap (g
igi permanen) pada orang dewasa. Set kedua atau set gigi permanen berjumlah 8 buah p
ada setiap setengah rahang (jumlahnya seluruhnya 32) dan mulai tumbuh pada usia seki
tar 6 tahun. Pada usia 25 tahun ditemukan semua gigi permanen, dengan kemungkinan
pengecualian dari gigi molar ketiga atau gigi sulung (Sodikin, 2012). Sebuah gigi mem
punyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gigi, lehernya dikelili
ngi gusi, dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, ya
itu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. Pulpa gigi berisi sel jaring
an ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi dit
utupi email, yang jauh lebih keras daripada dentin (Pearce, 2009).
4. Esophagus
Esophagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter sekit
ar 2 cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di taut gas
troesofagus. Fungsi utama dari esofagus adalah membawa bolus makanan dan cairan m
enuju lambung (Gavaghan, 2009 dalam Muttaqin & Kumala, 2011). Merupakan saluran
otot yang membentang dari kartilago krikoid sampai kardia lambung. Esophagus dimul
ai di leher sebagai sambungan faring, berjalan ke bawah leher dan toraks, kemudian me
lalui crus sinistra diagfragma memasuki lambung. Secara anatomis bagian depan esoph
agus berbatasan dengan trachea dan kelenjar tiroid, jantung, dan diafragma. Dibagian b
elakang esophagus berbatasan dengan kolumne vertebra, sementara ditiap sisi berbatasa
n dengan paru-paru dan pleura. Bagian tersempit esophagus bersatu dengan faring. Are
a ini mudah mengalami cidera akibat instrument, seperti bougi, yang dimasukkan ke dal
am esophagus (Sodikin, 2012).
5. Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernan yang dapat mekar paling banyak. T
erletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak
dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, batang utama, dan bagian
bawah yang horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium pilorik. Lambung
terletak di bawah diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri
fundus (Pearce, 2009). Fungsi utama lambung adalah menyimpan makanan untuk pence
rnaan didalam lambung, deudenum, dan saluran cerna bawah, mencampur makanan den
gan sekresi lambung hingga membentuk campuran setengah cair (kimus) dan menerusk
an kimus ke deudenum (Sodikin, 2012).
6. Usus Halus
Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang usus halus saat
lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan. Saat dewas
a panjang usus halus mencapai ± 6 meter (Sodikin, 2012). Duodenum merupakan bagia
n terpendek usus, sekitar 7,5-10 cm, dengan diameter 1-1,5 cm. Jejenum terletak diantar
a duodenum dan ileum. Panjang jejunum 2,4 m. panjang ileum sekitar sekitar 3,6 m. Ile
um masuk sisi pada lubang ileosekal, celah oval yang dikontrol oleh sfinker otot (Sodik
in, 2012).
7. Usus Besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak diserap, seperti zat besi, ka
lium, fosfat yang ditelan, serta mensekresi mukus, yang mempermudah perjalanan feses.
Usus besar berjalan dari katup ileosekal ke anus. Panjang usus besar bervariasi, sekitar
± 180 cm. Usus besar dibagi menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon transversum,
kolon desensen, dan kolon sigmoid. Sekum adalah kantong besar yang terletak pada fos
a iliaka kanan. Sekum berlanjut ke atas sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosek
al, apendiks membuka ke dalam sekum (Sodikin, 2012).
Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari ileum ke rektum. Secar
a fisiologis kolon menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida, serta mengeluarkan kaliu
m, bikarbonat, mukus, dan menyimpan feses serta mengeluarkannya. Selain itu, kolon
merupakan tempat pencernaan karbohidrat dan protein tertentu, maka dapat menghasilk
an lingkungan yang baik bagi bakteri untuk menghasilkan vitamin K (Muttaqin & Kum
ala, 2009).
C. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit lainn
ya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol sec
ara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.
Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen (De
wit dkk, 2016).
a. Infeksi bakteri
c. Stres
d. Autoimun
D. Klasifikasi
1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagi
an besar merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk g
astritis yang manifestasi klinisnya adalah : a. Gastritis akut erosive, disebut erosi
ve apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muscolaris
(otot-otot pelapisan lambung).
2. Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan diju
mpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mu
kosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya ko
ntinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada muk
osa lambung tersebut (Hirlan, 2009)
3. Gastritis Kronis Menurut (Muttaqin, 2011) gastritis kronis adalah suatu peradan
gan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan d
engan tiga perbedaan yaitu :
a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan
dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada pe
rkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia p
ernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal da
n sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada muk
osa lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik.
E. Patofisiologi
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
1) Tirah baring.
2) Mengurangi stress.
3) Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interv
al yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agaragar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian makanan-makanan berik
utnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis
biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbum
bu banyak atau berminyak.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4. Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat
6. Suku/bangsa
7. Agama
8. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau minim m
endapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penya
kit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan m
emakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu
3) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam da
rah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan b
akteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasi
en tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa an
emia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ur
ease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO 2). CO
2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ek
spirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tid
ak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan ju
ga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya p
endarahan dalam lambung.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggoroka
n akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memasti
kan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran ce
rna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy)
dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien bia
sanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menungg
u sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir
tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencerna
an lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebel
um dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jela
s ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dima
sukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dian
alisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa perangsangan.
7. Analisis stimulasi
4) Psikososial
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yan
g tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan int
ake asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
C. Intervensi Keperawatan
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. NamaInisialKlien : Ny.B
2. Umur : 50 Tahun
3. Alamat : Jl. Sematang Borang, Kec.Borang, Sako
4. Agama : Islam
5. TanggalMasukRS/RB : 20 Oktober 2022
6. NomorRekamMedis : 179066
7. Bangsal : PDL
8. Diagnosa Medis : Gastritis kronis
Keterangan: = Klien
= Perempuan
= Laki-laki
= Tinggal bersama
C. RIWAYAT LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL
i. Jumlah kamar :4
ii. Jumlah penghuni :4
iii. Kondisi tempat tinggal : pasien mengatakan lingkungan sekitar rumah cukup
bersih.
2. Sistem Kardiovaskuler
Data Objektif
Tekanan darah 130/70 mmhg, permukaan dada simetris, tidak ada benjolan dan
nyeri, suara jantung normal, saat diperkusi bunyi pekak.
Data Subjektif
Tidak ada Riwayat hipertensi dan penyakit jantung lain nya
3. Sistem Muskuloskletal
Data Subyektif
Tidak ada Riwayat kecelakaan
Data Obyektif
Ekstermitas atas dan bawah lengkap tidak ada kelainan.
4. Sistem Persarafan
Data Subyektif
Tidak ada Riwayat cedera kepala
Data Objektif
a. Fungsi saraf cranial/nervus cranial (NC) :
b. Fungsi motorik :
Infeksi sikap, bentuk dan ukuran tubuh, gerakan abnormal :
Tidak ada Gerakan abnormal
Kemampuan berjalan : pasien mampu berjalan dengan baik
5. Sistem Integumen
Data Subjektif
a. Riwayat gangguan kulit : tidak ada riwayat alergi
b. Keluhan klien : tidak ada lesi/luka
c. Gatal : tidak ada gatal
Data Objektif
Tidak ada luka pada tubuh pasien.
6. Sistem Perkemihan
Data Objektif
Tidak ada nyeri tekan pada bagian distensi kandung kemih.
Data Subjektif :
Frekuensi BAK 3-4x sehari berwarna kuning. Jumlah 1000cc/hari, tidak ada
keluhan BAK.
7. Sistem Gastrointestinal
Data Subjektif
a. Makanan pantang : Asam,pedas, santan
b. Kebiasaan makan : 3x sehari
c. Jenis diet : diet makanan lunak
d. Kehilangan selera makan : ya
e. Mual : ada Muntah : tidak
f. Nyeri abdomen : ada Kuadran : kanan atas
g. Pengkajian PQRST : P : rasa nyeri yang hilang timbul
Q: rasa nyeri menjalar dari ulu hati depan hingga belakang
R: epigastrium abdomen
S : skala 7
T : sering 5-10 menit
Data Objektif
a. BB sekarang : 56 kg, TB : 155 cm
Pola BAB : Frekuensi : 2 hari sekali
8. Sistem Penginderaan
Data Subjektif
a. Riwayat infeksi mata/telinga : tidak
b. Riwayat katarak : tidak
c. Gangguan penglihatan : tidak ada
d. Kemampuan pendengaran : baik
e. Nyeri hidung/telinga :tidak
f. Telinga berdengung/tinnitus : tidak
g. Sensasi pengecapan : normal
Data Objektif
Pemeriksaan Mata :
Kornea jernih, pupil kiri kanan sama besar, lensa mata jernih tidak ada katarak, pina
simetris, tidak ada lesi di sekitar mata.
Pemeriksaan Hidung :
Klien mampu mencium bau disekitar dengan baik.
Pemeriksaan Telinga :
Canalis bersih tidak ada cairan yang keluar, pendengaran klien baik
9. Sistem Endokrin
Data Subjektif
Pasien mengatakan tidak ada haus berlebih
Data Objektif
a. Intake cairan : 2000cc
b. Output cairan : 900cc
c. Balance cairan : 2000 cc – 900 cc = 1.100cc
Data Objektif :
Pasien tampak lemah
Data Objektif
HPHT : 15 September 2022
E. DATA TAMBAHAN
1. Pola Aktifitas, Istirahat dan Tidur
Data Subjektif
Klien mengatakan tidak melakukan aktivitas fisik seperti aerobik (jalan dan lari)
ataupun anarobik. Sebelumnya pasien tidur malam lebih awal sekitar jam 9/10 malam.
Sedangkan dirumah sakit pasien mengeluh tidak tidur nyenyak dan sering terbangun.
Data Objektif
Klien melakukan aktivitas dibantu keluarga, klien tampak menunjukkan muka
mengantuk.
2. Ketidaknyamanan
Data Subjektif
Klien mengatakan terdapat nyeri pada bagian ulu hati.
Data Objektif
Klien sering memegang abdomen.
F. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Range
Do :
- k/u lemah
- px tampak gelisah
TD : 130/70 mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,80C
2. Ds : Gangguan pola tidur b.d
ketidaknyamanan dari
- px mengeluh sulit tidur
nyeri
- px mengeluh tidak puas tidur dan
tidak nyenyak, merasa pola tidur
berubah
lemah Do :
JUMLAH TIDUR SIANG MALAM,
KUALITAS TIDUR
- px tampak lemah dan tampak ada
warna gelap pada bagian bawah
mata
3. Ds : Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan
- px mengeluh lemah dan begitu letih
Do :
- px tampak lemah
1. Nyeri akut b.d peningkatan asam lambung (agen cedera biologis, iritasi mukosa lam
bung)
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan dari nyeri
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan asam lambung (agen cedera biologis, iritasi mukosa lam
bung)
2. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan dari nyeri
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
INTERVENSI KEPERAWATAN
- Identifikasi
pengaruh
budaya
tentang respon
nyeri
- Identifikasi
pengaruh
nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor
keberhasilan
terapi-terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
- Monitor
efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik :
- Berikan terapi
nonfarmakolo
gis untuk
mengurangi
rasa nyeri
- Control
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
- Fasilitas
istirahat dan
tidur
- Pertimbangka
n jenis dari
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
- Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
- Ajarkan
teknik
nonfarmakolo
gis
Kolaborasi :
-kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Gangguan pola Tujuan : Dukungan Tidur Membantu
tidr b.d pasien untuk
Setelah Observasi :
ketidaknyamana mengkaji lebih
dilakukan
n kolik / - Identifikasi dalam
tindakan
kelemahan pola aktivitas permasalahan
keperawatan
dan tidur tidur pasien dan
1x24 jam.
memberikan
Diharapkan - Identifikasi tindakan yang
kondisi
factor sesuai dalam
pasien
pengganggu menangani dan
membaik
tidur (fisik membantu
dengan
dan/ pasien
kriteria hasil
: psikologis)
- Keluhan - Identifikasi
sulit tidur makanan
menurun dan
minuman
Yang
-Keluhan mengganggu
tidak puas tidur
tidur
Terapeutik :
menurun
- Modifikasi
-Keluhan
lingkungan
pola tidur
berubah - Fasilitasi
menurun menghilangka
n stress
-
sebelum tidur
Kemampua
n - Tetapkan
beraktivita jadwal tidur
s rutin
meningkat
- Lakukan
prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan
Edukasi :
- Ajarkan
relaksasi otot
autogenic
atau cara
nonfarmakolo
gi lainnya
- Jelaskan
pentingnya
tidur selama
sakit
- Lakukan
latihan
rentang
gerak pasif
dan/atau
aktif
- Berikan
aktivitas
distraksi
yang
menyenangk
an
- Fasilitasi
duduk disisi
tempat tidur,
jika tidak
dapat
berpindah
atau
bergerak
Edukasi :
- Anjurkan
tirah baring
- Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
- Ajarkan
strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatka
n asupan
makanan
Do : P ; 1. Identifikasi
karakteristik nyeri
- Px tampak
lemah 2. observasi
k/u dan ttv
- Px tampak
3. ajarkan terapi
gelisah
nonfarmakologis
- Wajah px terlihat 4. kolaborasi
meringis obat analgetik
Action : 5. control
lingkungan
1.mengidentifikasi
karakteristik nyeri 1. Mengidentifikasi
karakteristik nyeri
Respon : px
mengatakan nyeri 2. mengobservasi
k/u dan ttv
P : nyeri hilang
timbul dan makin 3. mengajarkan
nyeri dibawa terapi
bergerak nonfarmakologis
Q : nyeri terasa 4. berkolaborasi
menjalar dari ulu untuk obat
hati/ epigastrium analgetik
depan ke belakang
S : px masih nyeri
R : epigastrium
O : skala nyeri 5
abdomen
(menurun dengan
S : skala 7, nyeri obat)
berat (Harvard) P : lanjutkan intervensi
1-4
T : 5-10 menit
2. mengobservasi TTV
TD :130/80
mmhg
N :80x/menit
RR: 22x/menit
S : 36,80C
3. mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri, relaksasi nafas
dalam.
R : px merasa
nyaman dengan
dengan terapi
4. berkolaborasi
pemberian
analgetik
R : px
mengatakan nyeri
menurun
S : px masih
Gangguan Ds : mengeluh sulit
pola tidur
- Px mengeluh tidur
sulit tidur O : px tampak lemah
dan gelisah serta ada
- Px mengeluh
warna gelap
tidak puas tidur
dibagian bawah mata
dan waktu tidur
kurang dari 6-8 A : pola tidur
jam terganggu
- Px mengeluh P : 1. Identifikasi
pola tidur,
tidur tidak
aktivitas dan
nyenyak
tidur
Do : 2. identifikasi
- Px tampak faktor
lemah dan pengganggu
tidur
gelisah
3. modifikas
- Tampak ada i
warna gelap lingkungan
dibagian bawah
mata px 4. penjelasan
pentingnya
Action : tidur saat sakit
1.Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
R : px masih
mengeluh sulit
tidur
2. mengidentifikasi
faktor pengganggu
tidur
R : px mengeluh
nyeri hilang
timbul dan
mengganggu
tidurnya
3. memodifikasi
lingkungan yang
nyaman untuk px
R : px merasa
nyaman dengan
lampu yang
dimatikan
4. menjelaskan
pentingnya tidur
saat sakit
R : px mencoba
berusaha untuk tetap
bisa tidur
Ds : S : - px masih
Intoleransi merasa begitu letih
Aktivitas - Px mengeluh
lemah dan - Px mengatakan
begitu letih masih belum bisa
beraktivitas
- Px mengatakan
belum mampu O : - px tampak
beraktivitas lemah, letih
secara mandiri - Px tampak
sepenuhnya dan banyak
dibantu keluarga berbaring dan
Do : mencari posisi
Px tampak lemah nyaman
- Px tampak A:
dibantu intoleransi
keluarga saat aktivitas
beraktivitas
P : 1. Identifikasi
(missal : duduk
gangguan fungsi
/ pergi ke toilet) tubuh yang
menyebabkan
- Px memilih
lelah
untuk
berbaring 2. anjurkan
aktivitas
- Tonus otot bertahap
derajat 4
3. monitor
Action : kelelahan
fisik dan
1.mengidentifikasi emosional
gangguan fungsi tubuh
yang menyebabkan
kelelahan
R : px merasa lelah
menahan nyeri,
seperti tenaganya
menjadi lemah
2. menganjurkan
beraktivitas secara
bertahap
R : px masih
merasa lemah
3. monitor kelelahan
fisik dan emosional
R : px masih
merasa lelah
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny. B. Diagnosa Medis : Gastritis
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medis Record : 179066
No. Kamar Bed : 4 Hari/tanggal : 24 Oktober 2022
A : nyeri akut
A : intoleransi aktivitas
2. P : 1. Identifikasi gangguan
fungsi
3. tubuh yang menyebabkan
lelah
4. anjurkan aktivitas bertahap
5. monitor kelelahan fisik
dan emosional