Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAW

ATAN

GASTRITIS
Tugas pada Stase Keperawatan Medikal Bedah
Program Studi Ilmu Keperawatan Profesi Ners Reg A1 Semester 1

Disusun oleh :

Eka Nur Safitri

22149011029

Koordinator Mata Kuliah :

Yofa Anggraini S.Kep,Ners,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIK BINA HUSADA PALEMBANG

2022
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS
A.Definisi

Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus d
an lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superfisial akut dan gastritis
atropik kronis (Hardi, & Huda, 2015).

Gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung. Peradangan ini
dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel da
pat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2011).

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Secara hist
opatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebuh (Su
yono Slamet 2001).

B. Anatomi Fisiologi

Menurut Sodikin (2012), sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang di
mulai dari mulut sampai anus (rectum).

1. Mulut

Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi oleh pal
atum, sedangkan pada bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah, dan struktur lain dari d
asar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibat
asi oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang menuju faring (Sodikin, 2012). Rongg
a mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral mempunyai beberapa fungsi yaitu
menganalisis material makanan sebelum menelan, proses mekanis dari gigi, lidah, dan per
mukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan digesti pada beberapa material karbohidr
at dan lemak (Simon, 2003 dalam Muttaqin & Kumala, 2011).

2. Lidah

Menurut Sodikin (2012), lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan
samping oleh membrane mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara la
ngsung pada epiglotis dalam faring. Lidah diinervasi oleh berbagai saraf. Bagian sensor
ik diinervasi oleh nevrus lingualis, yang merupakan cabang saraf kranial V (trigeminal).
Nevrus ini menginervasi dua pertiga anterior lidah untuk pengecapan. Saraf kranial VII
(fasialis) meninervasi dua pertiga anterior untuk rasa kecap. Saraf kranial IX (glosofarin
geal) meginervasi sepertiga posterior untuk raba dan rasa kecap. Sementara itu, inervasi
motorik dilakukan oleh saraf kranial XII (hipoglosus). Fungsi utama lidah meliputi 1) p
roses mekanik dengan cara menekan, melunakkan, dan membagi material; 2) melakuka
n manipulasi material makanan di dalam rongga mulut dan melakukan fungsi dalam pro
ses menelan; 3) analisis sensori terhadap karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa;
serta 4) menyekresikan mukus dan enzim (Muttaqin & Kumala, 2011).

3. Gigi

Pertumbuhan gigi merupakan proses fisiologis dan dapat menyebabkan salvias yang
berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia mempunyai dua set gigi yang tumb
uh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu atau de
sisua) yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama serta ked
ua kehidupan. Gigi susu berjumlah 5 buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruh
nya 20), muncul (erupsi) pada sekitar 6 bulan sampai 2 tahun. Gigi susu berangsur tang
gal pada usia 6 sampai 12-13 tahun, kemudian diganti secara bertahap oleh gigi tetap (g
igi permanen) pada orang dewasa. Set kedua atau set gigi permanen berjumlah 8 buah p
ada setiap setengah rahang (jumlahnya seluruhnya 32) dan mulai tumbuh pada usia seki
tar 6 tahun. Pada usia 25 tahun ditemukan semua gigi permanen, dengan kemungkinan
pengecualian dari gigi molar ketiga atau gigi sulung (Sodikin, 2012). Sebuah gigi mem
punyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gigi, lehernya dikelili
ngi gusi, dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, ya
itu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. Pulpa gigi berisi sel jaring
an ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi dit
utupi email, yang jauh lebih keras daripada dentin (Pearce, 2009).

4. Esophagus

Esophagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter sekit
ar 2 cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di taut gas
troesofagus. Fungsi utama dari esofagus adalah membawa bolus makanan dan cairan m
enuju lambung (Gavaghan, 2009 dalam Muttaqin & Kumala, 2011). Merupakan saluran
otot yang membentang dari kartilago krikoid sampai kardia lambung. Esophagus dimul
ai di leher sebagai sambungan faring, berjalan ke bawah leher dan toraks, kemudian me
lalui crus sinistra diagfragma memasuki lambung. Secara anatomis bagian depan esoph
agus berbatasan dengan trachea dan kelenjar tiroid, jantung, dan diafragma. Dibagian b
elakang esophagus berbatasan dengan kolumne vertebra, sementara ditiap sisi berbatasa
n dengan paru-paru dan pleura. Bagian tersempit esophagus bersatu dengan faring. Are
a ini mudah mengalami cidera akibat instrument, seperti bougi, yang dimasukkan ke dal
am esophagus (Sodikin, 2012).

5. Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernan yang dapat mekar paling banyak. T
erletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak
dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, batang utama, dan bagian
bawah yang horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium pilorik. Lambung
terletak di bawah diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri
fundus (Pearce, 2009). Fungsi utama lambung adalah menyimpan makanan untuk pence
rnaan didalam lambung, deudenum, dan saluran cerna bawah, mencampur makanan den
gan sekresi lambung hingga membentuk campuran setengah cair (kimus) dan menerusk
an kimus ke deudenum (Sodikin, 2012).

6. Usus Halus

Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang usus halus saat
lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan. Saat dewas
a panjang usus halus mencapai ± 6 meter (Sodikin, 2012). Duodenum merupakan bagia
n terpendek usus, sekitar 7,5-10 cm, dengan diameter 1-1,5 cm. Jejenum terletak diantar
a duodenum dan ileum. Panjang jejunum 2,4 m. panjang ileum sekitar sekitar 3,6 m. Ile
um masuk sisi pada lubang ileosekal, celah oval yang dikontrol oleh sfinker otot (Sodik
in, 2012).

7. Usus Besar

Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak diserap, seperti zat besi, ka
lium, fosfat yang ditelan, serta mensekresi mukus, yang mempermudah perjalanan feses.
Usus besar berjalan dari katup ileosekal ke anus. Panjang usus besar bervariasi, sekitar
± 180 cm. Usus besar dibagi menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon transversum,
kolon desensen, dan kolon sigmoid. Sekum adalah kantong besar yang terletak pada fos
a iliaka kanan. Sekum berlanjut ke atas sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosek
al, apendiks membuka ke dalam sekum (Sodikin, 2012).

8. Kolon dan Rektum

Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari ileum ke rektum. Secar
a fisiologis kolon menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida, serta mengeluarkan kaliu
m, bikarbonat, mukus, dan menyimpan feses serta mengeluarkannya. Selain itu, kolon
merupakan tempat pencernaan karbohidrat dan protein tertentu, maka dapat menghasilk
an lingkungan yang baik bagi bakteri untuk menghasilkan vitamin K (Muttaqin & Kum
ala, 2009).

C. Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit lainn
ya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol sec
ara berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.
Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen (De
wit dkk, 2016).

Menurut (Gomez, 2012) penyebab gastritis adalah sebagai berikut :

a. Infeksi bakteri

b. Sering menggunakan pereda nyeri

c. Stres

d. Autoimun

D. Klasifikasi

Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagi
an besar merupakan penyakit ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk g
astritis yang manifestasi klinisnya adalah : a. Gastritis akut erosive, disebut erosi
ve apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muscolaris
(otot-otot pelapisan lambung).
2. Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan diju
mpai perdarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mu
kosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya ko
ntinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada muk
osa lambung tersebut (Hirlan, 2009)
3. Gastritis Kronis Menurut (Muttaqin, 2011) gastritis kronis adalah suatu peradan
gan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan d
engan tiga perbedaan yaitu :
a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan
dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada pe
rkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia p
ernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal da
n sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada muk
osa lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik.

E. Patofisiologi

Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) patofisiologi gastritis adalah mukosa


barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung itu
sendiri, prostaglandin memberikan perlindungan ini ketika mukosa barrier rusak maka timb
ul peradangan pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaa
n mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf cholinergic. Ke
mudian HCL dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh
yang kecil, dan mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung. A
lkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier. Perlahan-la
han patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kengesti vaskuler, edema, peradangan sel
supervisial. Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada me
mbran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding da
n saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa
kronik menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk. Ketika fungsi sel sekresi asam
memburuk, sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk l
ebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata yang mengaki
batkan anemia yang berat. Degenerasi mungkin ditemukan pada sel utama dan pariental sek
resi asam lambung menurun secara berangsur, baik dalam jumlah maupun konsentrasi asam
nya sampai tinggal mucus dan air. Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikat
akan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu e
pisode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis. Gastritis kronik diseb
abkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berul
ang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kel
enjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hila
ng maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lamb
ung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi
perdarahan serta formasi ulser.
F. Patoflow

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000) sebagai be


rikut :

a. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.


b. Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
c. Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.
d. Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastriris,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera.
e. Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah mel
ewati mukosa muskularis.
f. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas s
ekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklork dan pembentukan asam n
oktura.
g. penyebab ulkus duodenal. Feses : Tes feses akan positif
h. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
i. Ammonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu metabolism dan
ekresi urea atau transfuse darah lengkap dan jumlah besar diberikan.

H. Penatalaksanaan

a. Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi :

1) Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.


2) Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk
mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis y
ang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
3) Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambun
g dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4) Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyeliputi
nya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi.
5) Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
6) Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.

b. Penatalaksanaan secara keperawatan menurut Dermawan (2010) meliputi :

1) Tirah baring.
2) Mengurangi stress.
3) Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interv
al yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agaragar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian makanan-makanan berik
utnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis
biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbum
bu banyak atau berminyak.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4. Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat
6. Suku/bangsa
7. Agama
8. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau minim m
endapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penya
kit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan m
emakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu

2) Pemeriksaan fisik : Review of System


1. B1 (breath) : Takhipnea
2. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisia
n perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak tolera
n terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.

3) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam da
rah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan b
akteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasi
en tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa an
emia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh ur
ease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO 2). CO
2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ek
spirasi.
3. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tid
ak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan ju
ga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya p
endarahan dalam lambung.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan
cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggoroka
n akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memasti
kan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran ce
rna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy)
dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien bia
sanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menungg
u sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir
tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

5. Rontgen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencerna
an lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebel
um dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jela
s ketika di rontgen.

6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting
untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dima
sukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dian
alisis. Analisis basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa perangsangan.

Ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison (s


uatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjut
nya akan menyebabkan asiditas nyata).

7. Analisis stimulasi

Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,


Maximum Acid Output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam
seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidr
ia atau tidak.

4) Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasin


ya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirin
ya, kecemasan terhadap penyakit.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit  volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yan
g tidak adekuat dan output cair  yang berlebih ( mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan penurunan int
ake asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster

C. Intervensi Keperawatan

No. Diag Tujuan dan Kriteria H Intervensi Keperawatan Rasional


nosa asil

1. Tujuan : 1. Penuhi kebutuhan indiv 1. Mengganti kehilan


Mencegah output yan idual. Anjurkan klien u gan cairan dan me
g berlebih dan mengo ntuk minum (Dew mperbaiki keseimb
ptimalkan intake cair. asa : 40-60 cc/kg/jam). angan cairan dalam
2. Berikan cairan tambaha fase segera.
Kriteria Hasil : n Intravena sesuai indik 2. Menunjukkan statu
Mempertahankan vol asi. s dehidrasi atau ke
ume cairan adekuat d 3. Awasi tanda-tanda vita mungkinan kebutu
engan dibuktikan ole l, evaluasi turgor kulit, han untuk peningk
h mukosa bibir lemba pengisian kapiler dan m atan penggantian c
b, turgor kulit baik, p embran mukosa. airan. Cimetidine d
engisian kapiler berw 4. Kolaborasi pemberian c an ranitidine berfu
arna merah muda, inp imetidine dan ranitidin ngsi untuk mengha
ut dan output seimban e. Intake cairan yang ad mbat sekresi asam
g. ekuat akan mengurangi lambung
resiko dehidrasi pasien.

2. Tujuan : Gangguan n 1. Reduksi stress dan farm 1. Stress menyebabka


utrisi teratasi akoterapi seperti cytopr n peningkatan prod
otective agent, pengha uksi asam lambun
Kriteria Hasil :
mbat pompa proton, an g, untuk klien deng
atasida. an gastritis penggu
1. Antoprometri :
2. Kolaborasi transfusi alb naan penghambat p
Berat badan, lin
umin. ompa proton mem
gkar lengan atas
3. Konsultasi dengan ahli bantu untuk mengu
kembali normal.
diet untuk menentukan rangi asam lambun
2. Albumin, hemo
kalori / kebutuhan nutri g dengan cara men
globin normal.
si. utup pompa asam d
3. Klinis : terlihat
4. Tambahkan vitamin se alam sel lambung p
segar.
perti B12. enghasil asam. Ke
4. Porsi makan ha
5. Batasi makanan yang m mudian untuk peng
bis.
enyebabkan peningkata gunaan cytoprotect
n asam lambung berlebi ive agent membant
h, dorong klien untuk u untuk melindung
menyatakan perasaan i jaringan  yang me
masalah tentang makan lapisi lambung  da
diet. n usus kecil. pada
6. Berikan nutrisi melalui klien dengan gastri
Intravena sesuai indika tis antasida berfun
si. gsi untuk menetrali
sir asam lambung d
an dapat menguran
gi rasa sakit.
2. Dengan tranfusi al
bumin diharapkan
kadar albumin dala
m darah kembali n
ormal sehingga ke
butuhan nutrisi ke
mbali normal.
3. Pemasukan individ
u dapat dikalkulasi
kan dengan berbag
ai perhitungan yan
g berbeda, perlu ba
ntuan dalam peren
canaan diet yang m
emenuhi kebutuha
n nutrisi.
4. Mencegah terjadin
ya anemia.
5. Keragu-raguan unt
uk makan mungkin
diakibatkan oleh ta
kut makanan yang
menyebabkan terja
dinya gejala. Progr
am ini mengistirah
atkan saluran penc
ernaan sementara,
dan memenuhi nutr
isi sangat penting d
an dibutuhkan.

3. Tujuan : Intoleransi a 1. Tingkatkan tirah baring 1. Tirah baring dapat


ktivitas akibat kelema atau duduk dan berikan meningkatkan stam
han fisik teratasi. obat sesuai dengan indi ina tubuh pasien se
kasi. hinggga pasien dap
2. Berikan lingkungan ya at beraktivitas kem
Kriteria Hasil : ng tenang dan nyaman. bali.
1) Klien tampak lebi 3. Ajarkan klien metode p 2.  Lingkungan yang
h mudah aktivita enghematan energi unt nyaman dan tenang
s. uk aktivitas (lebih baik dapat mendukung p
2) Klien merasa nya duduk daripada berdiri ola istirahat pasien.
man dengan posis saat melakukan aktivita 3. Klien dapat berakti
inya. s). vitas secara bertaha
3) Klien tidak dibant p sehingga tidak ter
u oleh keluarga d jadi kelemahan.
alam beraktifitas.
4. Tujuan : 1. Beri pendidikan keseha Pengkajian / evaluasi s
Informasi tepat dan ef tan (penyuluhan) tentan ecara periodik mening
ektif. g penyakit, beri kesemp katkan pengenalan / p
atan klien atau keluarga encegahan dini terhad
Kriteria Hasil : untuk bertanya, beritah ap komplikasi seperti
Klien dapat menyebut u tentang pentingnya o ulkus peptikum dan pe
kan pengertian, penye bat-obatan untuk kesem ndarahan pada lambun
bab, tanda dan gejala, buhan klien. g.
perawatan, pencegaha 2. Evaluasi tingkat penget
n dan pengobatan. ahuan pasien. Memberi
kan pengetahuan dasar
dimana klien dapat me
mbuat pilihan informas
i tentang kontrol masal
ah kesehatan. Keterliba
tan orang lain yang tela
h menerima masalah ya
ng sama dapat meningk
atkan koping , dapat me
ningkatkan terapi dan p
roses penyembuhan.

5. Tujuan : Pasien meng 1. Anjurkan puasa pada 1.      Mengurangi


atakan rasa nyeri berk pasien pada 6 jam inflamasi pada
urang. pertama. mukosa lambung.
2. Berikan makanan lunak2.      Dilatasi gaster dapat
sedikit demi sedikit dan terjadi bila pemberian
Kriteria Hasil : Tidak beri minum yang makan terlalu cepat
terjadi iritasi berlanju hangat. setelah periode puasa.
t. 3. Identifikasi dan batasi3.      Dapat menyebabkan
makanan yang menimb distres pada bermaca
ulkan ketidaknyamana m-macam individu / di
n. spepsia.
4. Observasi keluhan 4.      Perubahan
nyeri, catat lokasi, karakteristik nyeri
lamanya, intensitasnya, dapat menunjukan
( skala 0-10 ), serta penyebaran penyakit /
perubahan karakteristik terjadinya komplikasi.
nyeri.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN GASTRITIS

Nama Mahasiswa : Eka Nur Safitri


Semester/Tingkat :I
Tempat Praktek : RS Bunda Palembang
Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2022

DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. NamaInisialKlien : Ny.B
2. Umur : 50 Tahun
3. Alamat : Jl. Sematang Borang, Kec.Borang, Sako
4. Agama : Islam
5. TanggalMasukRS/RB : 20 Oktober 2022
6. NomorRekamMedis : 179066
7. Bangsal : PDL
8. Diagnosa Medis : Gastritis kronis

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olahraga, dll)


Ny. B mengatakan suka makan makanan pedas, tidak mengonsumsi kopi, alcoh
ol, dan tidak pernah berolahraga.
PENGKAJIAN
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh mual saat makan, susah tidur, merasa lemah dan letih.
2. Riwayat Kesehatan saat ini
Alasan masuk rumah sakit :
Beberapa hari sebelum pasien masuk rumah sakit. Pasien mengeluh nyeri perut atau dibagia
n ulu hati. Rasanya seperti menjalar dari ulu hati depan hingga kebelakang tubuh. Rasa nye
rinya diskala 7 saat itu, dari skala nyeri 0-10. Pasien mengatakan merasa lebih baik jika dib
awa berbaring. Nyeri yang muncul hilang datang juga disertai mual dan muntah. Hal ini me
mbuat nafsu makan psien menurun dan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Menurut pasien, se
muanya terjadi saat pasien sering menunda waktu makan

3. Riwayat Kesehatan Lalu


Penyakit yang pernah dialami :
Klie mengatakan sudah ada Riwayat gastritis sejak 1 tahun lalu.

Pernah dirawat : tidak


Alergi : Makanan :-
Obat – obatan : -

Kebiasaan hidup tidak sehat : merokok/ minum kopi/ alkohol


Pasien tidak merokok, minum kopi ataupun alkohol.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit menular :-
Penyakit Keturunan : -
Genogram

Keterangan: = Klien
= Perempuan
= Laki-laki
= Tinggal bersama
C. RIWAYAT LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL
i. Jumlah kamar :4
ii. Jumlah penghuni :4
iii. Kondisi tempat tinggal : pasien mengatakan lingkungan sekitar rumah cukup
bersih.

D. PENGKAJIAN SISTEM TUBUH


Keadaan Umum : Klien tampak sakit sedang
Tingkat kesadaran : Komposmentis
Glascow Coma Scale : E4M6V5 = 15
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/70
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,8 C
Pernafasan : 22x/m
1. Sistem Pernapasan
Data Subyektif
a. Dispnea :-
b. Perokok :-

c. Pengetahuan batuk efektif : -

d. Hasil Temuan Lain :-


Data Objektif
Suara napas vesikuler, tidak ada alat bantuan oto pernafasan, frekuensi nafas
normal.

2. Sistem Kardiovaskuler
Data Objektif
Tekanan darah 130/70 mmhg, permukaan dada simetris, tidak ada benjolan dan
nyeri, suara jantung normal, saat diperkusi bunyi pekak.

Data Subjektif
Tidak ada Riwayat hipertensi dan penyakit jantung lain nya

3. Sistem Muskuloskletal
Data Subyektif
Tidak ada Riwayat kecelakaan

Data Obyektif
Ekstermitas atas dan bawah lengkap tidak ada kelainan.

4. Sistem Persarafan
Data Subyektif
Tidak ada Riwayat cedera kepala

Data Objektif
a. Fungsi saraf cranial/nervus cranial (NC) :

NC I : Berfungsi dengan baik, klien mampu mencium bau jeruk


NC II : Klien mampu melihat dan membaca dengan baik
NC V : Klien mampu mengunyah makanan
NC VII : Klien mampu menjulurkan lidah
NC VIII : Klien mampu mendengarkan pembicaraan perawat

b. Fungsi motorik :
Infeksi sikap, bentuk dan ukuran tubuh, gerakan abnormal :
Tidak ada Gerakan abnormal
Kemampuan berjalan : pasien mampu berjalan dengan baik

5. Sistem Integumen
Data Subjektif
a. Riwayat gangguan kulit : tidak ada riwayat alergi
b. Keluhan klien : tidak ada lesi/luka
c. Gatal : tidak ada gatal
Data Objektif
Tidak ada luka pada tubuh pasien.

6. Sistem Perkemihan
Data Objektif
Tidak ada nyeri tekan pada bagian distensi kandung kemih.

Data Subjektif :
Frekuensi BAK 3-4x sehari berwarna kuning. Jumlah 1000cc/hari, tidak ada
keluhan BAK.

7. Sistem Gastrointestinal
Data Subjektif
a. Makanan pantang : Asam,pedas, santan
b. Kebiasaan makan : 3x sehari
c. Jenis diet : diet makanan lunak
d. Kehilangan selera makan : ya
e. Mual : ada Muntah : tidak
f. Nyeri abdomen : ada Kuadran : kanan atas
g. Pengkajian PQRST : P : rasa nyeri yang hilang timbul
Q: rasa nyeri menjalar dari ulu hati depan hingga belakang
R: epigastrium abdomen
S : skala 7
T : sering 5-10 menit

h. Pola BAB : Frekuensi : 2 hari sekali

Data Objektif
a. BB sekarang : 56 kg, TB : 155 cm
Pola BAB : Frekuensi : 2 hari sekali

8. Sistem Penginderaan
Data Subjektif
a. Riwayat infeksi mata/telinga : tidak
b. Riwayat katarak : tidak
c. Gangguan penglihatan : tidak ada
d. Kemampuan pendengaran : baik
e. Nyeri hidung/telinga :tidak
f. Telinga berdengung/tinnitus : tidak
g. Sensasi pengecapan : normal

Data Objektif
Pemeriksaan Mata :
Kornea jernih, pupil kiri kanan sama besar, lensa mata jernih tidak ada katarak, pina
simetris, tidak ada lesi di sekitar mata.

Pemeriksaan Hidung :
Klien mampu mencium bau disekitar dengan baik.
Pemeriksaan Telinga :
Canalis bersih tidak ada cairan yang keluar, pendengaran klien baik

9. Sistem Endokrin
Data Subjektif
Pasien mengatakan tidak ada haus berlebih

Data Objektif
a. Intake cairan : 2000cc
b. Output cairan : 900cc
c. Balance cairan : 2000 cc – 900 cc = 1.100cc

10. Sistem Imun


Data Subjektif
Pasien mengatakan tidak ada Riwayat alergi dan tidak ada Riwayat tranfusi darah

Data Objektif :
Pasien tampak lemah

11. Sistem Reproduksi


Data Subjektif
Pasien mengatakan sudah manikah dan aktif berhubungan seks.

Data Objektif
HPHT : 15 September 2022

12. Sistem Hematologi


a. Riwayat transfuse darah : tidak

E. DATA TAMBAHAN
1. Pola Aktifitas, Istirahat dan Tidur
Data Subjektif
Klien mengatakan tidak melakukan aktivitas fisik seperti aerobik (jalan dan lari)
ataupun anarobik. Sebelumnya pasien tidur malam lebih awal sekitar jam 9/10 malam.
Sedangkan dirumah sakit pasien mengeluh tidak tidur nyenyak dan sering terbangun.

Data Objektif
Klien melakukan aktivitas dibantu keluarga, klien tampak menunjukkan muka
mengantuk.

2. Ketidaknyamanan
Data Subjektif
Klien mengatakan terdapat nyeri pada bagian ulu hati.

Data Objektif
Klien sering memegang abdomen.

F. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Range

RBC 3.98 4.00-5.50


MCV 79.5 75.0-100.0
RDW % 10.2 11.0-16.0
RDW 65.4 30.0-150.0
HCT 31.6 30.0-40.0
 PLT 599 150-400

MPV 7.6 8.0-11.0

PDW 9.4 0.1-99.9

PCT 0-45 0.01-9.99

LPCR 12.6 0.1-99.9

 WBC 18.7 3.5-10.0

 HGB 11.0 12.0-14.0


27.7 25.0-35.0
MCH
34.8 31.0-38.0
MCHC
2.3 0.5-5.0
LYM
14.6 1.2-8.0
GRAN

Pemeriksaan Kimia Klinik


pemeriksaan Hasil Normal Range
Ureum 23 10-40 mg/dl
Creatinin 0.7 0.7-1.1 mg/dl
GDS 148 <150 mg/dl
ANALISA DATA

Nama Pasien  : Ny. B Diagnosa Medis  : Gastritis


Jenis Kelamin  : Perempuan  No. Medis Record  : 179066
No. Kamar Bed   : 4 Hari/tanggal : 23 Oktober 2022

No. Data (tanda dan gejala) Masalah Keperawatan


1. Ds : Nyeri akut b.d
peningkatan asam
- Px mengatakan nyeri ulu hati
lambung (agen cedera
belum berkurang
biologis, iritasi mukosa
Pengkajian PQRST lambung)

P : nyeri hilang datang dan makin nyeri


saat dibawa bergerak (peningkatan
asam lambung)
Q: nyeri terasa seperti menjalar dari
epigastrium depan ke belakang
R : epigastrium abdomen
S : skala nyeri Harvard, nyeri
berat skala 7
T : intermiten ( hilang datang ) ± 3-5
menit
- Px mengatakan susah tidur
nyenyak pada malam hari

Do :
- k/u lemah
- px tampak gelisah

- wajah px tampak meringis

- tanda-tanda vital (TTV)

TD : 130/70 mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,80C
2. Ds : Gangguan pola tidur b.d
ketidaknyamanan dari
- px mengeluh sulit tidur
nyeri
- px mengeluh tidak puas tidur dan
tidak nyenyak, merasa pola tidur
berubah

- px mengatakan badan terasa

lemah Do :
JUMLAH TIDUR SIANG MALAM,
KUALITAS TIDUR
- px tampak lemah dan tampak ada
warna gelap pada bagian bawah
mata
3. Ds : Intoleransi aktivitas b.d
kelemahan
- px mengeluh lemah dan begitu letih

- px mengatakan belum mampu


beraktivitas secara mandiri
sepenuhnya

- px mengatakan masih dibantu oleh


keluarga yang menjaga seperti akan
pegi ke toilet atau ketika akan duduk

Do :
- px tampak lemah

- px tampak dibantu oleh keluarga saat


akan beraktivitas

- px memilih untuk berbaring

- tonus otot derajat 4


Masalah Keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan asam lambung (agen cedera biologis, iritasi mukosa lam
bung)
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan dari nyeri

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan asam lambung (agen cedera biologis, iritasi mukosa lam
bung)
2. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan dari nyeri
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien  : Ny. B Diagnosa Medis  : Gastritis


Jenis Kelamin  : Perempuan  No. Medis Record  : 179066
No. Kamar Bed   : 4 Hari/tanggal : 24 Oktober 2022

No Diagnosa Tujuan Tindakan Rasional


Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut b.d Tujuan : Manajemen Mempermudah
peningkatan nyeri perawat dalam
Setelah
asam lambung menangani nyeri
dilakukan Observasi :
dan untuk
tindakan
- identifikasi tindakan
keperawatan
lokasi, selanjutnya.
1x24 jam.
Diharapkan karakteristik,
kondisi durasi,
pasien frekuensi,
membaik kualitas,
dengan intensitas
kriteria hasil nyeri.
:
- Identifikasi
- keluhan respon nyeri
nyeri non verbal
menurun
- Identifikasi
- meringis skala nyeri
menurun
- Identifikasi
- kesulitan factor yang
tidur memperberat
menurun dan
memperingan
- gelisah
nyeri
menurun
- Identifikasi
- frekuensi
pengetahuan
nadi
dan keyakinan
menurun
tentang nyeri

- Identifikasi
pengaruh
budaya
tentang respon
nyeri

- Identifikasi
pengaruh
nyeri pada
kualitas hidup

- Monitor
keberhasilan
terapi-terapi
komplementer
yang sudah
diberikan

- Monitor
efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik :
- Berikan terapi
nonfarmakolo
gis untuk
mengurangi
rasa nyeri

- Control
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri

- Fasilitas
istirahat dan
tidur

- Pertimbangka
n jenis dari
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri

Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri

- Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri

- Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri

- Ajarkan
teknik
nonfarmakolo
gis

Kolaborasi :
-kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Gangguan pola Tujuan : Dukungan Tidur Membantu
tidr b.d pasien untuk
Setelah Observasi :
ketidaknyamana mengkaji lebih
dilakukan
n kolik / - Identifikasi dalam
tindakan
kelemahan pola aktivitas permasalahan
keperawatan
dan tidur tidur pasien dan
1x24 jam.
memberikan
Diharapkan - Identifikasi tindakan yang
kondisi
factor sesuai dalam
pasien
pengganggu menangani dan
membaik
tidur (fisik membantu
dengan
dan/ pasien
kriteria hasil
: psikologis)

- Keluhan - Identifikasi
sulit tidur makanan
menurun dan
minuman
Yang
-Keluhan mengganggu
tidak puas tidur
tidur
Terapeutik :
menurun
- Modifikasi
-Keluhan
lingkungan
pola tidur
berubah - Fasilitasi
menurun menghilangka
n stress
-
sebelum tidur
Kemampua
n - Tetapkan
beraktivita jadwal tidur
s rutin
meningkat
- Lakukan
prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan

Edukasi :
- Ajarkan
relaksasi otot
autogenic
atau cara
nonfarmakolo
gi lainnya

- Jelaskan
pentingnya
tidur selama
sakit

3. Intoleransi Tujuan : Manajemen Mengidentifikas


aktivitas b.d Energi i memudahkan
Setelah
kelemahan perawat untuk
dilakukan Observasi :
menemukan
tindakan
- Identifikasi penyebab rasa
keperawatan
gangguan lelah dan
1x24 jam.
fungsi tubuh member
Diharapkan
kondisi yang tindakan sesuai
pasien menyebabka dengan masalah
membaik n kelelahan pasien.
dengan
kriteria hasil - Monitor
: kelelahan
fisik dan
- Keluhan
emosiona
lelah
menurun - Monitor pola
dan jam tidur
- Perasaan
lemah Terapeutik :
menurun
- Sediakan
lingkungan
nyaman
dan rendah
stimulus

- Lakukan
latihan
rentang
gerak pasif
dan/atau
aktif

- Berikan
aktivitas
distraksi
yang
menyenangk
an

- Fasilitasi
duduk disisi
tempat tidur,
jika tidak
dapat
berpindah
atau
bergerak
Edukasi :
- Anjurkan
tirah baring

- Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap

- Ajarkan
strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatka
n asupan
makanan

Sumber : (SIKI, 2018)


IMPLEMENTASI/EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien  : Ny. B Diagnosa Medis  : Gastritis


Jenis Kelamin  : Perempuan  No. Medis Record  : 179066
No. Kamar Bed   : 4 Hari/tanggal : 24 Oktober 2022

Hari/tanggal Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon (SOAP) Nama dan


Keperawatan ttd
perawat
24-10-2022 Nyeri akut Ds : S: px masih mengeluh
- Px mengeluh nyeri nyeri dan tidak tidur
ulu hati terasa nyenyak.
menjalar dari depan
hingga ke belakang O : px tampak lemah,
- Px mengeluh sulit gelisah dan wajahnya
tidur nyenyak meringis
pada malam hari
dan gelisah A : nyeri akut

Do : P ; 1. Identifikasi
karakteristik nyeri
- Px tampak
lemah 2. observasi
k/u dan ttv
- Px tampak
3. ajarkan terapi
gelisah
nonfarmakologis
- Wajah px terlihat 4. kolaborasi
meringis obat analgetik
Action : 5. control
lingkungan
1.mengidentifikasi
karakteristik nyeri 1. Mengidentifikasi
karakteristik nyeri
Respon : px
mengatakan nyeri 2. mengobservasi
k/u dan ttv
P : nyeri hilang
timbul dan makin 3. mengajarkan
nyeri dibawa terapi
bergerak nonfarmakologis
Q : nyeri terasa 4. berkolaborasi
menjalar dari ulu untuk obat
hati/ epigastrium analgetik
depan ke belakang
S : px masih nyeri
R : epigastrium
O : skala nyeri 5
abdomen
(menurun dengan
S : skala 7, nyeri obat)
berat (Harvard) P : lanjutkan intervensi
1-4
T : 5-10 menit
2. mengobservasi TTV
TD :130/80
mmhg
N :80x/menit
RR: 22x/menit
S : 36,80C

3. mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri, relaksasi nafas
dalam.
R : px merasa
nyaman dengan
dengan terapi
4. berkolaborasi
pemberian
analgetik
R : px
mengatakan nyeri
menurun

S : px masih
Gangguan Ds : mengeluh sulit
pola tidur
- Px mengeluh tidur
sulit tidur O : px tampak lemah
dan gelisah serta ada
- Px mengeluh
warna gelap
tidak puas tidur
dibagian bawah mata
dan waktu tidur
kurang dari 6-8 A : pola tidur
jam terganggu

- Px mengeluh P : 1. Identifikasi
pola tidur,
tidur tidak
aktivitas dan
nyenyak
tidur
Do : 2. identifikasi
- Px tampak faktor
lemah dan pengganggu
tidur
gelisah
3. modifikas
- Tampak ada i
warna gelap lingkungan
dibagian bawah
mata px 4. penjelasan
pentingnya
Action : tidur saat sakit
1.Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
R : px masih
mengeluh sulit
tidur
2. mengidentifikasi
faktor pengganggu
tidur
R : px mengeluh
nyeri hilang
timbul dan
mengganggu
tidurnya

3. memodifikasi
lingkungan yang
nyaman untuk px
R : px merasa
nyaman dengan
lampu yang
dimatikan
4. menjelaskan
pentingnya tidur
saat sakit
R : px mencoba
berusaha untuk tetap
bisa tidur
Ds : S : - px masih
Intoleransi merasa begitu letih
Aktivitas - Px mengeluh
lemah dan - Px mengatakan
begitu letih masih belum bisa
beraktivitas
- Px mengatakan
belum mampu O : - px tampak
beraktivitas lemah, letih
secara mandiri - Px tampak
sepenuhnya dan banyak
dibantu keluarga berbaring dan
Do : mencari posisi
Px tampak lemah nyaman

- Px tampak A:
dibantu intoleransi
keluarga saat aktivitas
beraktivitas
P : 1. Identifikasi
(missal : duduk
gangguan fungsi
/ pergi ke toilet) tubuh yang
menyebabkan
- Px memilih
lelah
untuk
berbaring 2. anjurkan
aktivitas
- Tonus otot bertahap
derajat 4
3. monitor
Action : kelelahan
fisik dan
1.mengidentifikasi emosional
gangguan fungsi tubuh
yang menyebabkan
kelelahan
R : px merasa lelah
menahan nyeri,
seperti tenaganya
menjadi lemah
2. menganjurkan
beraktivitas secara
bertahap
R : px masih
merasa lemah
3. monitor kelelahan
fisik dan emosional
R : px masih
merasa lelah
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien  : Ny. B. Diagnosa Medis  : Gastritis
Jenis Kelamin  : Perempuan  No. Medis Record  : 179066
No. Kamar Bed   : 4 Hari/tanggal : 24 Oktober 2022

Catatan Perkembangan Nama &


No Diagnosa Keperawatan Jam Paraf
S: px masih mengeluh nyeri dan  
tidak tidur nyenyak.

O : px tampak lemah, gelisah dan


wajahnya meringis

A : nyeri akut

Nyeri akut b.d peningkatan P ; 1. Identifikasi


 1  
asam lambung karakteristik nyeri
2. observasi k/u dan ttv
3. ajarkan terapi
nonfarmakologis
4. kolaborasi obat analgetik

2 Gangguan pola tidr b.d S : px masih mengeluh sulit  


ketidaknyamana n kolik/ tidur
kelemahan
O : px tampak lemah dan gelisah
serta ada warna gelap dibagian
bawah mata
A : pola tidur terganggu
P : 1. Identifikasi pola tidur,
aktivitas dan tidur
2. identifikasi faktor
pengganggu tidur
3. modifikasi lingkungan
4. penjelasan pentingnya tidur
saat sakit

 3  Intoleransi aktivitas b.d S : - px masih merasa begitu letih  


kelemahan
- Px mengatakan masih belum
bisa beraktivitas

O : - px tampak lemah, letih


- Px tampak banyak berbaring
dan mencari posisi nyaman

A : intoleransi aktivitas
2. P : 1. Identifikasi gangguan
fungsi
3. tubuh yang menyebabkan
lelah
4. anjurkan aktivitas bertahap
5. monitor kelelahan fisik
dan emosional

Anda mungkin juga menyukai