Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THYPOID

Dosen Pengampu : Ns. Antonius Alexander Sinaga,S.Kep


Disusun oleh : Kelompok 1
Anggota : Nazah Awaliah 202101055
Mustofa Akil 202101053
Putri Handayani 20210159
Pajar Rohman 20210157

DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERWATAN YATNA YUANA LEBAK
Jl. Jendral Sudirman Km. 12 Rangkasbitung. 2023
Email: akperyatna@yahoo.co.id
THYPOID

A. Pengertian Thypoid

Demam typhoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh infeksi
salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terkontaminasi kuman
salmonella. Demam typoid atau typus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut
pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Suatu penyakit
infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi
A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan, dan minuman yang
terkontaminasi

dapat disimpulkan bahwa demam typhoid merupakan suatu infeksi pada usus halus
yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B dan C yang
dapat menular melalui makanan, dan minuman yang terkontaminasi.

B. Etiologi

Demam typhoid disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhi yang merupakan
kuman negatif, motil, dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu
manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70º C dan
antiseptik. salmonella typhi mempunyai tiga macam antigen yaitu:

1) Antigen O: Ohne Hauch, yaitu somatik antigen (tidak menyebar)

2) Antigen H: Hauch (menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.

3) Antigen V: Kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O
antigen terhadap fagositosis.

Salmonella paratyphi terdiri dari tiga jenis yaitu A, B, dan C. Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengeksresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.
C. Klasifikasi

Menurut WHO (2013) ada tiga macam klasifikasi demam typoid dengan perbedaan
gejala klinis:

1. Demam typoid akut non komplikasi

Demam typoid akut dikarakterisisasi dengan adanya demam berkepanjangan


abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasadan diare pada anak-anak),
sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal
penyakit selama periode demam,sampai 25% penyakit menunjukan adanya resespot
pada dada, abdomen,dan punggung.

2. Demam typoid dengan komplikasi

Pada demam typoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi
parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya, hingga 10 %
pasien dapat mengalami komplikasi,mulai dari melena, perforasi, susu, dan
peningkatan ketidaknyamanan abdomen.

3. Keadaan karir

Keadaan karir typoid terjadi pada 1-5 % pasien, bergantung umur pasien. Karir
typoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi difeses.
D. Anatomi

Organ-organ sistem pencernaan terdiri dari:

1) Mulut

Mulut merupakan bagian utama dari salurajn pencernaan, dinding kafun oris memiliki
seteruktur untuk fungsi mastikasi; dimana makanan akan dipotong dihancurkan oleh
gigi, dan dilembapkan oleh saliva. Selanjutnya makanan tersebut akan membentuk
bolus dimana masa terlapisi salifasi, peroses pengunyahan (matikasi) merupakan
peroses memecah partikel makan yang besar dan mencampur makan dengan
seksresiglandula salifaris kerja homoginasi dan pembasahan ini membantu
pencernaan lainya. Bagian palatum terdiri dari dua bagian yaitu bagian anterior dan
bagian posterioryang terdiri atas memberan mukosa (platum mole), kafitasdari mulut
dan

hidung pada fetus hanya satu, yang lainnya akan terpisah oleh proses platinus

yang bertemu digaris tengah (sodikin,2011)

2) Faring dan Esofagus

Faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo
membranosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak
sampai di ketinggian vertebra servikal keenam, yaitu tulang rawan krikoid, tempat
faring bersambung dengan esofagus.

Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya dua puluh sampai dua pulih
lima sentimeter, diatas dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung di
bawah. Terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung. Esofagus
berdinding empat lapis. Di sebelah luar terdiri atas lapisan jaringan ikat yang
renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua lapis serabut otot, yang satu
berjalan longitudinal dan yang lain sirkular., sebuah lapisan submukosa dan di paling
dalam terdapat selaput lendir (mukosa).

3) Rongga Abdomen

Abdomen adalah rongga terbesar di dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari
atas diafragma sampai pelvis dibawah. Batasan abdemen sendiri yaitu di atas
difragma. Dibawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan di kedua
sisi, otot-otot abdomoinal, tulang-tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah.
Dibelakang, tulang punggung, dan otot psoas dan kuadratus lumborum.

4) Lambung

Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang menerima bahan makanan dari
esofagus dan menyimpannya untuk sementara waktu. Kapasitas dari lambung antara
30-35 ml saat lahir dan meningkat sampai sekitar 75 pada kehidupan minggu ke-2,
sekitar 10 ml pada bulan pertama, dan rata-rata pada orang dewasa kapasitasnya 1000
ml (Sodikin, 2011).
Bagian mukosa dan submukosa neonatus relative lebih tebal dibandingkan pada
orang dewasa. Jumlah grandula gastrik pada neonatus ± 2.000.000 (dua juta),
sementara pada dewasa lebih dari 25.000.000 (dua puluh lima juta), sekresi asam
dimulai sebelum lahir dan ditemukan juga aktivitas preteolitik, tetapi dengan kadar
yang lebih rendah dibandingkan yang ditemukan setelah umur 2-3 bulan. Otot
lambung hanya berkembang sedang saat lahir dan aktivitas peristaltic (kontraksi dari
otot lambung) berkembang dengan buruk, namun dengan adanya perkembangan bayi,
lambung berkembang hingga mempunyai seluruh gambaran dari lambung dewasa.
Hal ini termasuk glandula gastrik utama yang menyekresi asam hidroksida dan
mukus. Mukus menutupi lapisan lambung dalam keadaan istirahat dan melindunginya
dengan mencegah kerusakan mukosa oleh asam pencerna.

Fungsi utama lambung adalah menyiapkan makanan untuk dicerna di usus, memecah
makanan, penambahan cairan setengah cair, dan meneruskannya ke duodenum.
Makanan disimpan didalam lambung lalu dicampur dengan asam, mukus dan pepsin,
kemudian dilepaskan pada kecepatan mantap terkontrol ke dalam duodenum.
5) Usus halus

Usus halus merupakan suatu saluran yang memiliki panjang 300-350 cm saat lahir
dan mengalami peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan, dan
berukuran ± 6meter saat dewasa, terbagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum.
Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil yaitu sekitar 7,5 – 10 cm
dengan diameter 1 – 1,5 cm. Dinding usus terbagi menjadi empat lapisan yaitu
mukosa, submukosa, muskuler, dan serosa (Sodikin, 2011). Pada usus halus terdapat
lapisan membran mukosa yang mengandung beberapa struktur yaitu pertama, lapisan
sirkuler yang berjalan secara parsial (lengkap) disekeliling bagian dalam usus kecil,
hal ini bervariasi dalam ukuran serta jumlah disepanjang usus kecil. Dibagian bawah
dari ileum, bila ada, akan memiliki ukuran kecil dan hanya sedikit ditemukan. Lipatan
sirkuler berfungsi untuk mirip jari dan menonjol ke permukaan dari usus. Kedua, villi
usus yang merupakan tonjolan mirip jari dan menonjol kepermukaan dalam usus,
terdiri atas lapisan epitel dimana terjadi proses absorbs, serat otot polos suatu pleksus
pembuluh darah yang diperdarahi arteriole. Mukosa usus halus, yaitu permukaan
epitel yang sangat luas meliputi lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan
pencernaan dan absorbsi, lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang
memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel
yang menghasilkan bermacammacam hormone jaringan dan enzim yang memegang
pranan aktif dalam pencernaaan.

Susunan Usus Halus:

a) Duodenum

Duadenum merupakan bagian pertama usus halus. Organ ini disebut juga usus 12 jari
panjangnya 25-30 cm berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini
terdapat pancreas yang menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang
menjadi disakarida. Duodenum merupakan bagian yang terpendek dari usus halus.

b) Jejunum

Ujung duodenum membelok ke depan dan ke bawah serta berlanjut sebagai jejunum.
Bagian jejunum memiliki panjang kurang lebih 1-1,5m.

c) Ileum

Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang 2-2,5 meter.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaran lipatan mesenterium.

6) Usus besar
Usus besar berawal dari usus buntu dan berakhir sebagai rektum. Usus besar memiliki
fungsi mensekresi mukus untuk mempermudah jalannya feses serta mengeluarkan
fraksi zat yang tidak terserap seperti zat besi, kalsium dan fosfat yang ditelan. Fungsi
lain dari usus besar adalah absorbsi air, garam dan glukosa (Sodikin, 2011).

Sebagian besar pembentukan feses berasal dari makanan yang kita makan, akan tetapi
terutama dari sekresi usus. Feses akan merangsang terjadinya proses defekasi,
keinginan melakukan defekasi timbul bila tekanan rectum meningkat sekitar 18
mmHg pada suatu keadaan dimana tekanan tersebut mencapai 55 mmHg, maka
sfingter anal eksterna maupun interna berelaksasi dan isi rectum dikeluarkan.
(Sodikin, 2011).
7) Rectum

Rektum memiliki panjang sekitar 12 cm dan normalnya kosong kecuali tepat sebelum
dan saat defekasi (buang air besar). Di bawah rektum terdapat saluran anus, yang
berukuran sekitar 4 cm. Pada dinding saluran anus terdapat dua pasang otot
membentuk pipa pendek – sfingter anal internal dan eksternal. Saat defekasi,
gelombang peristaltik dalam kolon mendorong tinja ke dalam rektum, yang kemudian
memicu refleks defekasi. Kontraksi mendorong tinja, dan sfingter anal berelaksasi
untuk memungkinkan tinja keluar dari tubuh melalui anus (Sodikin, 2011).

E. Manifestasi klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat
hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, infeksi mealui minuman masa
tunas terlama berlangsung 30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala
prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak
bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis

1) Minggu Pertama

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari dengan
keluhan dan gejala nyeri otot, anoreksia, mual muntah, bising usus melemah,
konstipasi, diare dan perasaan tidak enak diperut.

2) Minggu Kedua

Pada minggu kedua gejala sudah jelas dapat berupa demam, lidah yang khas putih dan
kotor, bibir kering, hepatomegali, splenomegaly disertai nyeri pada perabaan dan
penurunan kesadaran.

3) Minggu Ketiga

Suhu badan berangsur - angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

F. Patofisiologi

Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap
asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosausus pada ileum terminalis.
Di usus, bakteri melekat pada mikrovili, kemudianmelalui barier usus yang
melibatkan mekanisme membrane ruffl ing, actinrearrangement, dan internalisasi
dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid
mesenterika dan masuk kedalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia
primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah
biasanyamasih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-
14hari.

Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuhdan berkolonisasi
dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati,limpa, dan sumsum tulang.
Kuman juga dapat melakukan replikasi dalammakrofag. Setelah periode replikasi,
kuman akan disebarkan kembali ke dalam system peredaran darah dan menyebabkan
bakteremia. sekunder sekaligusmenandai berakhirnya periode inkubasi.Bakteremia
sekunder menimbulkangejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri
abdomen.Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ-organ
sistem retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasikembali.
Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman
atau carrier (CDK, 2012).
G. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada klien dengan Demam thypoid yang terdiri dari:

1. Pemeriksaan Darah

Untuk mengidentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang terbatas


malaborpsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan penghancuran sel
darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah leukosit antara 3000-
4000/mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran
leukosit oleh endotoksin aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi.
Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis
umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah
meningkat.

2. Pemeriksaan Urine

Didapatkan proteinuria ringan (<2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan leukosit


dalam urine.

3. Pemeriksaan Feses

Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.

4. Pemeriksaan Bakteriologi

Untuk identifikasi adanya kuman salmonella typhi pada biakan darah tinja, urine,
cairan empedu, atau sumsum tulang.

5. Pemeriksaan Serologis

Untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody (aglutinin). Respon
antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella typhi adalah antibodi
O dan H. Titer widal biasanya angkat kelipatan 1:32, 1:64, 1:160, 1:320, 1:640.
Apabila titer antibodi O pada satu kali pemeriksaan adalah 1:320 atau 1:640, langsung
dinyatakan positif. Apabila peningkatan uji widal empat kali lipat selama 2-3 minggu,
dinyatakan positif. Apabila titer widal 1:160, masih dilihat dahulu dalam 1 minggu
kedepan, apabila ada kenaikan titer maka dinyatakan positif.
6. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat demam typhoid.

7. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen danantibody, aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella terdapat dalamserum pasien demam typoid pada orang
yang pernah ketularan salmonelladan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap
demam typoid.Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonellayang sudah dimatikan dan diolah laboratorium.Maksud uji widal
adalahmenentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangkamenderita
demam typoid.Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien membuatanti bodi (aglutini),yaitu:

 Aglutinin O,yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal daritubuh kuman).

 Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagelakuman).

 Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapikuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yangditentukan titernya untuk
diagnosis. Mungkin tinggi titernya, mungkin besar kemungkinan pasien menderita
demam typoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada
pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.

H. Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi pada usus halus, meskipun jarang terjadi. Akan tetapi, bila
terjadi komplikasi total menyebabkan:

1. Pendarahan usus. Pendarahan dalam jumlah sedikit ditemukan ketika dilakukan


pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika pendarahan banyak terjadi melena, dapat
diserati nyeri perut dengan tanda – tanda renjatan.

2. Perporasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga dan biasanya terjadi pada bagian
distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udra di rongga peritoneum. Dalam kondisi ini pekak hati menghilang dan
terdapat udara di antra hati dan diafragma. Kondisi ini dapat terlihat pada foto
abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3. Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetap[i dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Pemeriksaan mungkin menemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat,
dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.

4. Komplikasi luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis meningitis,
koleistisis, encepalopati, dan lain – lain. Komplikasi lain yang juga mungkin terjadi
karena infeksi sekunder adalah bronkopneumonia.

I. Konsep tumbuh kembang

Sejak konsepsi hingga berakhirnya masa remaja, anak mempunyai ciri khas tersendiri,
yaitu selalu tumbuh dan berkembang. Proses tumbuh kembang tersebut sejak anak
berusia 3 bulan dalam kandungan (tepatnya setelah sel-sel janin terbentuk). Fase ini
terus berlangsung hingga anak berumur 3 tahun yang biasanya disebut golden period
atau periode emas. Setiap tahapan perkembangan anak merupakan masa yang sangat
penting. Namun setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda.
Ketelitian dari orang tua sangat diperlukan untuk mendorong anak supaya mencapai
puncak perkembangan optimal (gain moment).

J. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

Menurut Sodikin (2016) menjabarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan pada anak yaitu:

1. Faktor Herediter/Genetik

Faktor herediter merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan, yaitu suku,
ras, dan jenis kelamin. Faktor genetik atau herediter merupakan faktor yang dapat
diturunkan sebagai dasar dalam mencapai hasil akir proses tumbuh kembang anak.
Yang termasuk faktor genetik meliputi faktor bawaan yang abnormal atau patologis
seperti kelainan kromosom (sindrom down) dan kelainan bibir sumbing, selain itu
faktor genetik lain seperti, jenis kelamin, keluarga, ras, bangsa, dan umur.
2. Faktor eksternal

a) Lingkungan pra-natal

Kondisi lingkungan fetus dalam uterus dapat mempengaruhi pertumbuhan


dan perkembangan janin, antara lain, gangguan gizi, gangguan endokrin pada ibu
(diabetes mellitus), ibu yang mendapat terapi sitostatiska atau mengalami infeksi
rubella, toxoplasmosis, sifilism, dan herpes. Faktor lingkungan yang lain adalah
radiasi yang di dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.

b) Lingkungan post-natal

Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


setelah bayi lahir meliputi gizi, budaya lingkungan, status sosial dan ekonomi
keluarga, iklim atau cuaca, olahraga atau latihan fisik, posisi anak dalam keluarga,
dan status kesehatan.

3. Faktor internal

Disamping faktor genetik dan lingkungan, faktor internal dalam diri anak berikut ini
juga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, yaitu:

a. Kecerdasan (IQ)

Kecerdasan yang didapat sejak lahir, Anak dengan kecerdasan rendah tidak akan
mencapai prestasi yang cemerlang walaupun telah diberikan stimulus yang tinggi,
Anak dengan kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk
berprestasi secara cemerlang.

b. Faktor hormonal

Terdapat tiga hormon utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:

 Hormon Somatotropin (Growth Hormon)

Hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan tinggi badan, karena menstimulasi


terjadinya proliferasi sel, kartilago, dan skeletal. Kelebihan hormone ini dapat
menyebabkan gigantisme (pertumbuhan yang besar), sementara itu kekurangan
hormone ini menyebabkan dwarftisme (kerdil).

 Hormon Tiroid
Hormon ini berfungsi menstimulasi metabolism fungsi ttubuh, yaitu metabolism
protein, karbohidrat, dan lemak. Kekurangan hormon ini disebut hipotiroidisme yang
menyebabkan retardasi fisik dan mental bila berlangsung terlalu lama. Sedangkan
kelebihan hormon ini disebut hipertiroidisme yang dapat mengakibatkan gangguan
pada kardiovaskuler, metabolism, otak, mata, seksual dan lain-lain.

 Hormon Gonadotropin (hormone seks)

Hormon ini mempunyai peranan penting dalam fertilisasi dan reproduksi. Hormon ini
menstimulasi pertumbuhan interstisial dan testis untuk memproduksi testosteron dan
ovarium untuk memproduksi ovum.

c. Pengaruh Emosi

Orang tua adalah model peran bagi anak. Jika orang tua memberikan contoh perilaku
emosional yang baik atau buruk, anak akan belajar untuk meniru perilaku orang tua
tersebut.

d. Proses maturasi atau pematangan kepribadian anak diperoleh melalui proses belajar
dari lingkungan keluarganya.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. pengkajian

Identitas klien: nama, umur, No. rekam medis, alamat

Identitas penanggungjawab: nama, umur, alamat, pekerjaan

Keluhan utama: panas, atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing,
kepala mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran

Riwayat Kesehatan sekarang: dapat dilihat dari suhu tubuh badan, penurunan
trombosit, nyeri perut, dan nyeri di kepala.

Riwayat Kesehatan masa lalu: dapat dilihat dari apakah ada alergi obat dan imunisasi
yang lengkap

Riwayat Kesehatan keluarga: apakah ada riwayat penyakit keturunan dari keluarga.

Genogram: untuk mengetahui adanya faktor genetik atau faktor keturunan yang
timbul dari keluarga klien.

Pemeriksaan fisik: Kesadaran umum meliputi keadaan klien dapat di lihat


pemeriksaan tanda-tanda vital. Kaji bentuk kepala, kadaan rambut, apakah ada
pembesaran pada Ieher, kondisi mata, hidung, mulut, dan apakah ada kelainan pada
pendengaran, kaji warna bibir, bentuk hidung, kaji bentuk dada, kaji ekstremitas atas
dan bawah dan adakah terpasangnya IVFD, kaji bentuk genetalia pada klien jenis
kelamin dan keadaan genetalia bersih atau kotor, dan kaji bentuk anus.

Pola kebiasaan sehari-hari meliputi kaji pola nutrisi kiien sebelum masuk rumah sakit
dan sesudah masuk rumah sakit, kaji pola tidur klien sebelum masuk rumah sakit dan
sesudah masuk rumah sakit, kaji pola eliminasi klien sebelum masuk rumah sakit dan
sesudah masuk rumah sakit, kaji pola aktifnas klien sebelum masuk rumah skait dan
setelah masuk rumah sakit, kaji personal hygine klien sebelum masuk rumah sakit dan
sesudah masuk rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan

 Hipertermi b.d proses infeksi

 Diare b.d proses infeksi

 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mengabsorbsi


nutrien

 Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit

C. Rencana Asuhan Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan intervensi Observasi
infeksi keperawatan didapatkan  Identifikasi
hasil penyebab hipertermi
 Suhu tubuh membaik  Monitor suhu tubuh
 Kejang menurun  Monitor kadar
 Pucat menurun elektrolit
 Monitor haluaran
urine
 Monitor komplikasi
akibat hipertermi
Terapeutik
 Sediakan lingkungan
yang dingin
 Longgarkan pakaian
 Basahi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Berikan oksigen (jika
perlu)
Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
 Pemberian cairan
dan elektrolit
intravena (jika perlu)
Diare b.d proses infeksi Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan didapatkan  Identifikasi
hasil: penyebab diare
 Konsistensi feses  Identifikasi Riwayat
membaik pemberian makan
 Frekuensi defekasi  Identifikasi gejala
membaik invaginasi (tangisan
 Peristaltic usus pada bayi)
membaik  Monitor jumlah
pengeluaran diare
 Monitor keamanan
penyiapan makanan
Terapeutik
 Berikan asupan
cairan oral
 Ambil sempel feses
Edukasi
 Anjurkan
melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi
 Pemberian obat
Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan intervensi Observasi
dari kebutuhan b.d keperawatan didapatkan  Identifikasi status
ketidakmampuan hasil: nutrisi
mengabsorbsi nutrien  Nyeri abdomen  Monitor asupan
menurun makanan
 Diare menurun  Monitor berat badan
 Berat badan Terapeutik
membaik  Sajikan makanan
 Nafsu makan secara menarik
membaik  Berikan makanan
 Bising usus membaik TKTP
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk (jika perlu)
Kolaborasi
 Pemberian medikasi
sebelum makan
Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
gejala penyakit keperawatan didapatkan  Identifikasi lokasi
hasil: nyeri
 Mual menurun  Identifikasi skala
 Pola tidur membaik nyeri
 Kebisingan menurun  Identifikasi pengaruh
 Suhu ruangan nyeri
membaik keluhan Terapeutik
tidak nyaman  Fasilitasi istirahat
menurun tidur
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
 Pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai