Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM THYPOID PADA ANAK

Disusun Oleh :
Nama : Uswatun Khoirun Nisa
Nim : 40901800099

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019/2020
A. Pengertian
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam thypoid, yang
biasanya banyak terjadi pada anak usia 5 - 19 tahun. Penyakit ini berhubungan erat
dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.Kematian demam thypoid pada
anak lebih rendah bila di banding dengan dewasa. (Dewi, 2011).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran. Pertimbangkan demam thypoid pada anak yang demam dan
memiliki salah satu tanda seperti diare, muntah, nyeri perut, dan sakit kepala. Hal ini
terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih. (Sodikin, 2011).

B. Etiologi
Etiologi dari demam thypoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam dalam
genus salmonella. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk
spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan
beberapa hari/ minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makan kering, bahan
farmasi dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54.4° C dalam 1 jam, atau 60° C dalam
15 menit. (Widagdo, 2011).

C. Anatomi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan
juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu: pankreas,
hati dan kandung empedu.
1) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanandan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepaladan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan
jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih
rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan
enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
2) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faringpada ruas ke-6 tulang belakang.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
3) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
 Kardia
 Fundus
 Antrum
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal,
sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting:
a) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam
klorida(HCl).
b) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalangterhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

4) Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Otot yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan. Lapisan luar : terdiri atas
serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam : merupakan
serabut sirkuler untuk membantu gerakan peristatik. Lapisan sub mukosa :
terdiri atas jaringan penyambung, sedangkan mukosa bagian dalam tebal,
banyak mengandung pembulu darah dan kelenjar. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari(duodenum), usus kosong(jejunum), dan usus
penyerapan(ileum):
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambungdan menghubungkannya ke usus
kosong(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ peritoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. Usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan
ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
c. Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)
dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus Usus Penyerapan (illeum)
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel goblet dan plak peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum, jejunum dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki PH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Dinding
usus terdiri atas 4 lapisan dasar : lapisan paliang luar (lapisan serosa),
dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan
pariental dan lapisan yang terletak antara lapisan ini dinamakan rongga
peritoneu. Nama khusus yang telah diberikan pada lipatan-lipatan
peritoneum, antara lain:
 Mesentrium merupakan lipatan peritoneum yang lebar
mengantung jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen
dan memungkinkan usus bergerak leluasa. Masentrium
menyokong pembulu darah dari limfe yang mensuplai usus.
 Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum yang
menggantung dari kurvatura mayor lambung dan berjalan turun
di depan visera abdomen omentum biasanya mengandung
banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu rongga
peritoneum (melindungi) dari infeksi.
 Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang
terbentang dari kurvatura minor lambungdan bagian atas
duodenum menuju kehati. Salah satu fungsi penting peritoneum
adalah mencegah pergerakan antara organ-organ yang
berdekatan dengan mensekresi cairan serosa sebagai pelumas.
D. Tanda dan Gejala
 Perasaan tidak enak badan.
 Lesu
 Nyeri kepala dan pusing
 Diare
 Anoreksia
 Bradikardi relatif

E. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke jaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman masuk ke
peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati,
limpa dan organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat
sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa
jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan kandung empedu. (Suriadi &Yuliani,
2006, hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga
terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang
dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai
perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainanpada usus halus. (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).

F. Komplikasi
 Perdarahan dan perforasi usus(terutama pada minggu ketiga)
 Miokarditis
 Neuropsikiatrik : Psikosis, ensefalomielitis
 Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pneumonia, pancreatitis
 Takikardi
 Insufisiensi jantung
 Insufisiensi pulmonal
 Kejang demam

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal: 256) pemeriksaan penunjang demam thypoid
adalah:
a) Pemeriksaan darah tepi Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia,
trombositopenia
b) Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang
c) Biarkan empedu terdapat hasil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika
pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul
sembuh.
d) Pemeriksaan widal didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,
sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak
bermakna untuk menegakkan diagnosis karema titer H dapat tetap tinggi
setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

H. Penatalaksanaan Teraupetik
 Perawatan
 Diet yang cukup kalori
 Hindari kompres alkohol atau es
 Obat-obatan
- Klorampenikol
- Triampenikol
- Kotrimoxazol
- Amoxilin dan ampicillin

I. Pengkajian
 Pengkajian menurut Nursalam (2008, hal: 154-155) adalah sebagai berikut:
1. Identitas klien
a. Keluhan utama : perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing, dan kurang bersemangat serta nafsu makan berkurang
(terutama selama masa inkubasi).
b. Suhu tubuh : pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3
minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali.
Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap
harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada
dalam keadaan demam. Pada 17 minggu ketiga, suhu berangsur-
angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
c. Kesadaran : umumnya kesadaran pasien menurun walaupun berapa
dalam, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma,
atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota
gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli
basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu pertama
demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis
pada anak besar.
2. Pemeriksaan fisik
a. Mulut : terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering
dan pecah-pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara
ujung dan tepinya bewarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.
b. Abdomen : dapat ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus), bisaterjadi konstipasi atau mungkin diare atau
normal.
c. Hati dan Limfe : membesar disertai nyeri pada perabaan.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis,
relatif pada permukaan sakit.
b. Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal3) : biakan empedu
hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan dalam
feces dan urine.
4. Pemeriksaan widal
a. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer
zat anti terhadap antigen 0, titer yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif.

J. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia b.d proses infeksi salmonella typhi d.d suhu tubuh diatas nilai normal
dan kulit terasa panas
2) Defisit nutrisi b.d faktor psikologis d.d nafsu makan berkurang
3) Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur

K. Intervensi ( Rencana Keperawatan )

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
proses infeksi keperawatan selama 3x24 jam o Monitor suhu
salmonella typhi d.d diharapkan suhu tubuh kembali tubuh
suhu tubuh diatas normal dengan kriteria hasil: o Longgarkan atau
nilai normal dan 1. Suhu tubuh membaik lepaskan pakaian
kulit tersa panas 2. Suhu kulit membaik o Lakukan kompres
3. Pucat menurun dengan
menggunakan air
hangat
o Sediakan
lingkungan yang
dingin
o Anjurkan tirah
baring

Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


faktor psikologis d.d keperawatan selama 3x24 jam o Identifikasi status
nafsu makan diharapkan kebutuhan nutrisi nutrisi
berkurang membaik dengan kriteria hasil: o Monitor asupan
1. Nafsu makan membaik makan
2. Frekuensi makan o Monitor berat
membaik badan
3. Nyeri abdomen menurun o Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur


b.d hambatan keperawatan selama 3x24 jam o Identifikasi pola
lingkungan d.d diharapkan gangguan pola tidur aktivitas dan tidur
mengeluh sulit tidur membaik dengan kriteria hasil: o Identifikasi faktor
1. Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
menurun o Anjurkan menepati
2. Keluhan istirahat tidak kebiasaan waktu
cukup enurun tidur
3. Keluhan pola tidur o Identifikasi
berubah menurun makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
Daftar Pustaka
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier.Jakarta: Salemba Medika
Widagdo. 2011. Masalah Dan Tata Laksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto
Carpenito, L. J. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika
Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan Klasifikasi (2012-2014).
Jakarta : EGC
Maharani, Sabrina. 2012. Hingga Pertengahan Februari 485 Warga Jepara Terkena Demam
Tifoid. Diakses pada Tanggal 23 Februari 2015
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( SDKI )
Standar Luaran Keperawatan Indonesia ( SLKI )
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI )

Anda mungkin juga menyukai