Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

1. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan pada mucosa lambung dan usus halus


( Lewis 2000)
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus
yang di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit
( cecyly, Betz, 2002)
Menurut Ardiansyah (2012) Gastroenteritis adalah radang pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa
disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh.

2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.
a.       Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian
dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b.      Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring, dan
laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang
c.       Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”,
dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu dengan faring pada ruas
ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d.      Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
 Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
 Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e.       Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
 Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum,
yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
 Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)
dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.Usus kosong
dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya berasal dari bahasa
Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
 Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f.       Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus
besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon
desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
g.      Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h.      Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
i.        Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

3. Etiologi
  Menurut Mansjoer (2000) Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1.          Infeksi
a.  Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama pada anak yang disebabkan infeksi bakteri (E. Colli,
Salmonella,Shigella, Vibrio dll) parasit (protozoa:E. hystolitica , G. lamblia;
cacing:Askaris, trikurus; Jamur :kandida ) melalui fecal oral :makanan ,
minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita
b.   Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit :
cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur dibawah
2 tahun.
2.          Malabsorsi
A. Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa). Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering
adalah intoleransi laktosa.
B. Mal absorpsi lemak
C. Mal absorpsi protein
3.          Makanan
  Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan
4.          Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama
pada anak yang telah besar.

         Dan jika ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis
akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:


1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a)  Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.

2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,


makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi.

b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :


1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono
dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011).
4. Manifestasi Klinis
a)      Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara    menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat
badan.
b)      BAB  kadang bercampur dengan darah.
c)      Tinja yang berbuih.
d)     Konsistensi tinja tampak berlendir.
e)      Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
f)       Penderita merasakan sekit perut.
g)      Rasa kembung.
h)      Kadang-kadang demam.
i)        Berat badan menurun
j)        Malaise
k)      Muntah (umumnya tidak lama)
l)        Membran mukosa kering

5. Patofisiologi
Terlampir Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus
(roba virus, adeno virus enterik, norwalk virus serta parasit (blardia lambia)
patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel). Organisme ini
menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel atau melekat pada
dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ yang palilng
banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang.
Beberapa fasilitas perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas
dapat pula merupakan media penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin
bakteri terhadap elektrolit ka dalam usus halus. Sel intestinal mengalami iritasi dan
meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan area permukaan
intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan
elektrolit. Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi
cairan dan elektrolit hal ini terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan
motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan dan elektroli yang
berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler
ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat
terjadi asidosis metebolik.(Suriadi,2004: 83)
   Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus
sehingga terjadi produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motiltas menyebabkan
banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang tersedia untuk penyerapan
zat-zat tersebut di colon berkurang. (Corwin,2000:321)
7. Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan laboratorium.


a)      Pemeriksaan tinja.
b)      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
c)      Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
d)     Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,leukosit)
e)      Pemeriksaan elisa untuk mendeteksi giardiasis
2.      Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
3.      Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
4.      foto X-Ray abdomen

8. Penatalaksanaan
1.      Pemberian cairan.
2.      Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :
a) Memberikan asi.
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.
c) Obat-obatan.
 Racecordil  adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak
menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah
penting, tidak menyebabkan ketergantungan.
 Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus.
 Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal
terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal
pada saluran pencernaan.
 Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur
filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus
dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.
3.      Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare
akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium
50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau
air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
4.      Cairan parenteral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
9. Komplikasi
1. Dehidrasi ketidakseimbangan elektrolit
2. Syok hipovolemik yang terdekompensasi ( hipotensi, asidosis metabolik,
perfusi sistemik buruk).

3.  Kejang demam 

4.   Bakteremia

5. Malnutrisi
Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor pendukung terjadinya


diare, serta bio- psiko- sosio- spiritual.

2. Keluhan dan pemeriksaan fisik

 Nyeri/ kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan usus.
 Malaise.

 Kadang demam.

 Peningkatan pengeluaran tinja.

 Adanya lendir atau pus di dalam tinja.

 Anoreksia.

 Penurunan berat badan.

 Obstruksi intestinal.

 Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah).

 Tinja yang lembek atau cair.

 Flatus.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN


a.       Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare
berat, muntah ), pemasukan terbatas ( mual ).
b.      Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat
c.       Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
d.      Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder
e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen (Doenges,
2001)

3.      INTERVENSI DAN RASIONALISASI


a.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan k
( diare berat, muntah ), pemasukan terbatas ( mual )

 Kriteria Hasil :
a.       Mempertahankan keseimbangan cairan
b.      Turgor kulit baik
c.       Hidrasi adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab

Intervensi dan Rasionalisasi :


 Intervensi : Mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah
feses, perkiraan kehilangan yang tidak terlihat dehidrasi
 Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupan pendoman untuk
penggantian cairan
 Intervensi : Kaji TTV
 Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon
terhadap cairan
 Intervensi : Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa,
penurunan turgor kulit
 Rasional : Menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi
 Intervensi : Ukur BB setiap hari
 Rasional : Indicator cairan dan status nutrisi
 Intervensi : Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
 Rasional : Menurunkan kehilangan cairan
 Intervensi : Awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit
 Rasional : Mendeteksi homeostasis / ketidakseimbangan, membantu
menentukan kebutuhan penggantian.

b.      Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan


denngan intake inadekuat
 Kriteria Hasil :
 Berat badan stabil
 Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan
adekuat.
 Berpartisipasi dalam masukan diet.
Intervensi dan Rasionalisasi:
 Intervensi : Menimbang BB setiap hari
 Rasional : Memberikan informai tentang kebutuhan diet dan keaktifan
terapi
 Intervensi : Memberikan makanan dalam ventilasi yang baik,
lingkungan yang menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru
 Rasional : Lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan
lebih kodusif untuk makan
 Intervensi : Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
 Rasional : Mencegah serangan akut / ekserbasi gejala
 Intervensi : Mencatat masukan dan perubahan simatologi
 Rasional :Memberikan rasa control dan kesempatan yang diinginkan /
dinikmati dapat meningkatkan masukan
 Intervensi : Pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi
 Rasional : Membantu memenuhi kekurangan cairan

c.       Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
 Kriteria Hasil :
a.       Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
b.      Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.

Intervensi dan Rasionalisasi :


 Intervensi : Observasi kemerahan, pucat
 Rasional : Area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan intensif
 Intervensi : Diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk
mempertahankan aktifitas
 Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah
tekan lama pada jaringan
 Intervensi : Gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi
 Rasional : Melicinkan kulit dan menurunkan gatal
 Intervensi : Pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang
 Rasional : Memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit
 Intervensi : Tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat
 Rasional : Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit
d.      Resti terhadap infeksi berhubungan dengan bakteri sekunder
 Kriteria Hasil :
a.       Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
b.      Jaringan tampak bergranulasi
c.       Bebas tanda-tanda infeksi

Intervensi dan Rasionalisasi :


 Intervensi : Tekankan teknik mencuci tangan yang tepat
 Rasional : Mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman
 Intervensi : Pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada
prosedur invasive
 Rasional : Menurunkan resiko infeksi nosokomial
 Intervensi : Kolaborasi berikan antimikroba topical / antibiotic sesuai
indikasi
 Rasional : Dapat menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur yang terjadi
pada kulit dan mencegah infeksi

e.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen


 Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
 Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
 Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman
bagi klien. Beri kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian therapi analgetik sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai