Anda di halaman 1dari 27

A.

Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) adalah


sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. (Sloane Ethel, 2014)
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari
berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2) Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang
3) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring
pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histology, Esofagus dibagi
menjadi tiga bagian:
 Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
4) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
 Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
 Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5) Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding
usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir
(yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal)
dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum).
 Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus
dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa
di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
 Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
 Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
6) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.Usus besar terdiri dari : Kolon asendens
(kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di
dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7) Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam


istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.

8) Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau
dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix)
adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal
atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9) Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan
ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
System pencernaan merupakan suatu saluran jalan
makan/nutrisi dari jalan masuk(input) sampai dengan keluaran
(ekksresi/eliminasi) (Diyono, 2016).
Saluran pencernaan merupakan suatu saluran yang mirip tabung
dengan panjang sekitar 9 m (30 kaki), yang memanjang dari mulut
sampai anus. Jaringan tersusun atas empat lapisan dari dalam keluar,
yaitu mukosa, submucosa, otot, dan serosa. Saluran pencernaan di
kendalikan oleh saraf simpatis melalui saraf otonom dan para simpatis.
Contoh: peristaltic usus meningkat karena rangsang para simpatis
deperti kondisi cemas,takut dan sebagainya.
Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan nutrisi bagi
dan mengeluarkan sisa(eksresi/eliminasi).Fungsi tersebut dapat
berjalan melalui empat proses utama yaitu:
1. Ingesti (memakan/menelan). Yaitu proses memasukkan makanan
ke dalam mulut, mengunyah dan menelannya kedalam lambung
melalui esophagus.
2. Digesti (mencerna). Proses mencerna adalah proses mengubah
bentuk makanan yang kasar menjadi lebih halus atau mengubah
materi makanan dari yang tidak dapat diabsorbsi menjadi matrei
yang d…apat diabsorbsi. Proses mencerna ini dilakukan didalam
mulut maupun lambung. Proses digesti ini secara kimiawi
melibatkan enzim pencernaan.
3. Absorsi(penyerapan). Proses penyerapan(absorbsi) zat-zat gizi
melalui villi-villi usus kedalam vaskuler dan kemudian ditranspor
sampai ke tingkat sel.
4. Eliminasi, proses pengeluaran sisa makanan yang tidak diabsorbsi
melalui mekanisme defekasi atau berak (BAB).

B. Definisi
Diare merupakan kondisi ketika pengidapnya melakukan buang
air besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Di samping itu, feses
pengidap diare lebih encer dari biasanya. Hal yang perlu diwaspadai,
meski diare bisa berlangsung singkat, tapi bisa pula berlangsung
selama beberapa hari. Bahkan dalam beberapa kasus bisa terjadi
hingga berminggu-minggu. Diare merupakan salah satu mekanisme
pertahanan tubuh, yang dengan adanya diare, cairan yang tercurah
kelumen saluran pencernaan akan membersihkan saluran pencernaan
dari bahan-bahan patogen (cleansing effect) (Indah Wasliah dkk,
2020).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekwensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001). Diare adalah
peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare mungkin dalam
volume besar atau sedikit dan dapat disertai atau tanpa darah. Diare
dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di
dalam feses, yang di sebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran
cerna. Penyebab tersering diare dalam volume besar akibat iritasi
adalah infeksi atau bakteri di usus halus distal atau usus besar.di
dalam jurnal (Darmi Arda dkk, 2020)
Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai
dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair,
dapat disertai dengan darah, ada beberapa faktor yang meningkatkan
resiko balita mengalami diare seperti faktor lingkungan yang meliputi
pengolahan sampah, saluran limbah maupun sumber air. Pengolahan
sampah dan saluran limbah yang tidak tepat dapat menyebabkan
terjadinya diare pada balita. (Susi Hartati dkk. 2018)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan definisi dari
Diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali (sering) dan konsitensi
tinja menjadi cair.

C. Etiologi
1. Diare disebabkan oleh kuman E.coli.salmonella, vibrio cholera
(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlanya berlebihan dan
patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah)
seperti pseudomonas (Jastria pusmarani, 2019).
2. Infeksi basil (disentri)
3. Inveksi virus enterovirus dan adenovirus
4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris)
5. Infeksi jamur (candidiasis)
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, broncbitis, dan
radang tenggorokan.
7. Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang
tercemar basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah(sayuran),
dan kurang matang.
8. Diare bisa disebabkan faktor psikologis yaitu rasa takut, cemas,
dan tegang jika terjadi pada anak dapat disebabkan diare kronis.
Untuk etiologi yang paling sering menjadi penyebab diare
adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. berdasarkan kelainan
usus, diare dibagi menjadi invasif dan non- invasif. Bakteri non-
invasif menyebabkan diare karena memiliki toksin (Rahmat
Febriawan, 2020)
Shigella merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang,
tunggal, tidak memiliki flagel, aerobik ataupun aerobik fakultatif dan
tidak membentuk spora. Suhu optimum pertumbuhan yakni 37oC
dimana habitatnya berada pada saluran pencernaan dengan
infeksinya melalui fase oral. Bakteri ini mampu mengeluarkan LT
toksik yang akan menginvasi ke epitel sel mukosa usus halus dan
berkembang dengan baik pada daerah invasi tersebut. Shigella
akan mengeluarkan toksik yang akan merangsang terjadinya
perubahan sistematik pada mukosa usus yang dapat
menyebabkan sel-sel akan mati pada jaringan epitel usus halus
sehingga terjadi tuak kecil didaerah invasi ( Fitratul Aini, 2018).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terjadi pada kasus diare, antara lain:
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, pada diare didapatkan lender kental dan kadang-
kadang darah.
a. Dehidrasi
b. Asidosismetabolik
c. Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak
d. Hipogelemi
e. Gangguan sirkulasi darah akibat yang keluar banyak sehingga
terjadi syok
3. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kadang disertai wial dan wiata.
E. Patofisiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan diare adalah faktor infeksi
dan malabsorbsi makanan. Penyebab lainnya adalah disentri, kurang
gizi, dan infeksi (Atik Pramesti W, 2017).
Diare sekretori biasanya disebabkan karena enterotoksin pada
infeksi Vibrio cholerae, atau Eschericia coli, penyakit yang
menghasilkan horon (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorpsi
garam empedu), efek obat laxatif diotyl sodium sulfosuksinat dll). Diare
osmosis terjadi pada malabsorpsi, penggunaan obat-obat seperti
magnesium sulfat, magnesium hidroksida, defek dalam absorpsi
mukosa usus misal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa. Adanya substansi yang tidak terserap menarik air
dari plasma menuju ke lumen usus mengikuti gradien konsentrasi.
Sedangkan pada diare sekretori terjadi akibat peningkatan sekresi
secara langsung atau yang lebih dominan akibat penurunan absorbsi.
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2) Infeksi parenteral adalah merupakan infeksi di luar sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media
akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat adalah disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di
samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi
makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa
takut dan cemas) (Magdalena Simanjuntak, 2017).

E. Pathway

Faktor infeksi faktor malabsorbsi fakto makanan faktor


psikologi
Masuk dan ber KH. Lemak ,protein toksin cemas
Kembang dlm usus tek. Osmotic meningkat
Hipersekresi air pergeseran air dan elektrolit hiperpertaltik
Dan elektrolit ke rongga usus menurunnya kesempatan
usus
Isi rongga usus menyerap makanan

Diare
DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi


abdomen
Kehilangan cairan dan mual, muntah
Elektrolit Berlebihan nafsu makan
Gangguan
menurun
integritas
Gangguan keseimbangan Devisit nutrisi
Cairan dan eletrolit Asidosis metabolik

Risiko Sesa Sesak


hipovolemi
Gangguan
oksigenasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerisan darah rutin, digunakan untuk mendeteksi kadar berat
jenis plasma dan adanya kelainan pada peningkatan kadar leojosit
2. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium
dan fosfat
3. Pemeriksaan Analisa gas darah,untuk mengidentifikasi gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin. Digunakan untuk
mengetahi faal ginjal.
5. Pemeriksaan enzim,untuk menilai keterlibatan rotavirus dengan
ELISA (Enzme linked immunosorbent Assay)
6. Pemeriksaan fases untuk mendeteksi agen penyebab
7. Pemeriksaan endoskopi walaupun jarang di lakukan,dengan
sigmoidoskopi dapat mendetksi penyakit kolitis pseudomembran

Menurut (Zuraida Sukma Abdillah, 2019), pemeriksaan


laboratorium dan diagnostic untuk diare yaitu :

1. Kultur feses: dapat mengindikasikan adanya bakteri.


2. Feses untuk adanya ovum dan parasit: dapat mengindikasikan
adanya parasite.
3. Feses untuk panel atau kultur virus: untuk menentukan adanya
rotavirus atau virus lain.
4. Feses untuk darah samar: dapat positif jika inflamasi atau ulserasi
terdapat di saluran GI.
5. Feses untuk leukosit: dapat positif pada kasus inflamasi atau
infeksi.
6. pH feses/mengurangi zat: untuk melihat apakah diare disebabkan
oleh intoleransi karbohidrat.
7. Panel elektrolit: dapat mengindikasikan dehidrasi.
8. Radiografi abdomen (KUB): adanya feses di usus dapat
mengindikasikan konstipasi atau impaksi feses (massa feses yang
imobil dan mengeras); tingkat cairan-udara dapat mengindikasikan
obstruksi usus.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya yaitu dengan cara pengeluaran diet dan
pemberian cairan.
1. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa
apapun
misalnya air putih, sari buah segar ,air teh, kuah sup ,air tajin
2. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang
mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan
dehidrasi oral. Dibuat dengan mencampurkan garam rehidrasi
kedalam satu liter air besar
3. Nutrisi
Pemberian makan harus dipenuhi yaitu setelah dehidrasi 24 jam
pertama segera memberikan oral, pemberian makan dimulai
dengan makanan yang mudah di cerna dan porsi kecil tapi sering
serta hindari makanan yang merangsang seperti asam dan peda
(Rinik Eko, 2017).
Menurut (Zuraida Sukma Abdilla, 2019), penanganan diare akut
sebagai berikut :
1. Rehidrasi Cairan Pada keadaan awal dapat diberikan sediaan
cairan/bubuk hidrasi peroral setiap kali diare. Pemberian hidrasi
melalui cairan infus dapat meggunakan sediaan berupa Ringer
Lactat ataupun NaCl isotonis.
2. Pengaturan Asupan Makanan Pemberian asupan makanan
diberikan secara normal, sebaiknya dalam porsi kecil namun
dengan frrekuensi yang lebih sering. Pilih makanan yang
mengandung mikronutrien dan energy (pemenuhan kebutuhan
kalori dapat diberikan bertahap sesuai toleransi pasien).
Menghindari makanan atau minuman yang mengandung susu
karena dapat terjadinya toleransi laktosa, demikian juga makanan
yang pedas ataupun mengandung lemak yang tinggi.

H. Komplikasi
1. Dehidrasi merupakan komplikasi dari kejadian diare yang
disebabkan karena tubuh mengalami kehilangan cairan 40-50
ml/kg berat badan, dimana banyaknya kehilangan cairan
menentukan derajat dehidrasi, dan menyebabkan gangguan pada
termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga terjadi
demam.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akan
menyebabkan perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
sehingga terjadi ketidakseimbangan potensial membrane ATP
ASE, difusi Na+, K+ kedalam sel, depolarisasi neuron dan lepas
muatan listrik dengan cepat melalui neurotransmitter sehingga
timbul kejang (Doni Wibowo, 2019).
2. Disritmia jantung
3. Enterokolitis
4. Gangguan elektrolit
5. Kerusakan kulit
6. Malnutrisi
7. Pendarahan GI
8. Sindrom malabsorpsi
9. Sindrom zollinger-ellison
Menurut (Zuraida Sukma Abdillah, 2019). komplikasi utama dari
diare adalah dehidrasi dan gangguan fungsi kardiovaskular akibat
hipovolemia berat. Kejang dapat terjadi dengan adanya demam tinggi,
terutama pada infeksi Shigella. Abses intestine dapat terjadi pada
infeksi Shigella dan Salmonella, terutama pada demam tifoid, yang
dapat memicu terjadinya perforasi usus, suatu komplikasi yang dapat
mengancam jiwa. Muntah hebat akibat diare dapat menyebabkan
rupture esofagus atau aspirasi.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Primary Survey

Airway 1) pantikan kepatenan jalan napas


2) siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika
perlu
3) jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli
anestesi dan bawa ke ICU

Breathing 1) kaji respiratory rate


2) kaji saturasi oksigen
3) berikan oksigen jika ada hypoksia untuk
mempertahankan saturasi > 92%
4) auskultasi dada
5) lakukan pemeriksaan rontgent
Circulation 1) kaji denyut jantung
2) monitor tekanan darah
3) kaji lama pengisian kapiller
4) pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
5) periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
6) catat temperature
7) lakukan kultur jika pyreksia
8) lakukan monitoring ketat
9) berikan cairan per oral
10)jika ada mual muntah, berikan antiemetik IV
Disability Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU atau
GCS
Pengkajian kesadaran menggunakan AVPU
A : Alert
V : Verbal
P : Pain
U : Unresponsive
Pemeriksaan GCS
Eye (respon membuka mata)
(4) : spontan membuka mata
(3) : membuka mata dengan perintah (suara,
sentuhan)
(2) : membuka mata dengan rangsang nyeri
(1) : tidak membuka mata dengan rangsang apa pun
Verbal (respon verbal)
(5) : berorientasi baik
(4) : bingung, disorientasi tempat dan waktu
(3) : berbicara tidak jelas
(2) : bisa mengeluarkan suara mengerang
(1) : tidak bersuara
Motor (respon motorik)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : (menghindar/menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : menjauhi rangsang nyeri
(2) : extensi spontan
(1) : tidak ada gerakan

Derajat kesadaran
14-15 Composmentis
12-13 Apatis
10-11 Somnolen
9-7 Delirium
4-6 Stupor
3 coma
Exposure 1) kaji riwayat sedetail mungkin
2) kaji stress dan pola makan, serta gaya hidup pasien
3) kaji tentang waktu sampai adanya gejala
4) kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang
terkena
5) apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
6) Lakukan pemeriksaan abdomen
7) Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal

b. Secondary Survey
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah dialami, Alergi (obat, makanan, dll),
Obat-obatan yang digunakan
c) Pemeriksaan Fisik Fokus
Keadaan Umum : Kesadaran
TTV :
Berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantun dan
pernapasan serta tekanan darah.
Hidung :
Terdaat secret ada hidung, tidak terlihat pernafasan cuing
hidung.
Ekstremitas :
Akral hangat, CRT <2 detik, tidak ada gangguan gerak kuaat,
tidak odema, tidak ada lesi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan d.d nasu
makan menurun, diare.
2. Diare b.d malabsorpsi b.d defekasi lebih dari tia kali dalam 24jam.
3. Ganggan Integritas kulit b.d perubahan nutrisi (kelebihan atau
kekurangan d.d nyeri
4. Resiko Hemofelemi Syok
5. Gangguan oksigenasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna
makanan.
 Manajemen Nutrisi
Observasi
o Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Terapeutik
o Berikan makanan tinggi serat untuk mecegah konstipasi
Edukasi
o Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Pemantauan Nutrisi
Observasi
o Identifikasi pola makan
o Monitor mual muntah
Terapeutik
o Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
o Informasikan hasil pemantauan
2. Diare b.d malabsorpsi b.d defekasi lebih dari tia kali dalam 24jam
 Manajemen Diare
Observasi
o Identifikasi penyebab diare
Terapeutik
o Berikan cairan intravena
Edukasi
o Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
o Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
 Manajemen Eliminasi fekal
Observasi
o Monitor buang air besar (mis. Warna, frekuensi, konsistensi,
volume).
o Monitor tanda dan gejala diare
Terapeutik
o Berikan air hangat setelah makan
o Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
o Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
serat
DAFTAR PUSTAKA

Atik Pramesti W.2017. Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku


Ibu Dalam Penanganan Diare Pada Anak Usia 0-5 Tahun. Adi
Husada Nursing. Vol. 3 No. 2

Darmi Arda, Hartaty, Hasriani.2020. Studi Kasus Pasien dengan Diare


Rumah Sakit di Kota Makassar. lIlmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol
11, No,1.

Diyono, sri mulyanti.2016. keperawatan medical bedah system pencernaan.


Jakarta. Kencana.

Doni Wibowo,Hardiyanti.2019. Hubungan Dehidrasi Dengan Komplikasi


Kejang Pada Pasien Diare Usia 0-5 Tahun Di RSD Idaman
Banjarbaru. Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1

Fitratul Aini.2018.Isolation And Identification Of Shigella Sp. Causes Of


Diarrhea In Toddlers. Vol. 04 No. 1
Indah Wasliah, Syamdarniati Syamdarniati, Danul Aristiawan . 2020.
Pemberian Edukasi Kesehatan Tentang Pencegahan Diare Pada Anak
Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung Kota Mataram,
NT. Abdimas Kesehatan Perintis.
Jastria Pusmarani.2019. Farmakoterapi Penyakit Sistem Gastrointestinal.
Yayasan kita menulis.
Magdalena Simanjuntak.2017. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Diare
(Gastroentritis) Dengan Menggunakan Forward Chaining.Ilmiah
Maksitek. Vol.2,No.3, Agustus

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran


Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Rahmat Febriawan.2020. Manfaat Senyawa Kurkumin Dalam Kunyit


Pada Pasien Diare.Medika Hutama Vol 2. No. 1

Rinik eko, Nurona Azizah.2017. perawatan anak sakit di rumah.


Malang. UBPress

Sloane Ethel. 2014. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Susi Hartati, Nurazila. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
Endurance.

Zuraida Sukma Abdillah.2019. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan


Diare.Akademi Keperawatan Pasar Rebo
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME
“STRUMA MULTINODUSA” DI RUANG OK
RS ELIZABETH

Disusun Oleh:
Deli Indah Lestari
Nim : 14201.10.18004
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2022
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME
“DIARE” DI RUANG IGD
RS ELIZABETH

Disusun Oleh:
Deli Indah Lestari
Nim : 14201.10.18004
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2022

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME
“DIARE” DI RS ELIZABETH

Situbondo, Januari 2022

Mahasiswa

CI Akademik CI Klinik
Kepala Ruagan

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : Deli Indah Lestari


NIM :14201.10.18004
No Tanggal pembimbing Evaluasi/Saran Paraf

Anda mungkin juga menyukai