DISUSUN OLEH :
Moh.Dandi
14210.10.18021
NAMA : Moh.Dandi
NIM :14201.10.18021
N Tanggal Pembimbing Evaluasi/Saran Paraf
o
.
1. DEFINISI
CVA (Cerebro Vascular Accident) atau cedera serebrovaskular CVA
(Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-
gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat
berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya
ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian
(Muttaqin, 2008).
Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang timbul secara mendadak dan akut dalam
beberapa detik atau secara tepat dalam beberapa jam yang berlangsung lebih
dari 24 jam dengan gejala atau tanda tanda sesuai daerah yang terganggu
(Irfan, 2012). Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan
neurologis yang disebabkan oleh sumbatan atau interupsi sirkulasi darah
normal ke otak. Dua tipe stroke yaitu stroke iskemik (non hemoragik) dan
stroke hemoragik. (Weaver & Terry, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009). Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak
dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
80% stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik penyebab infark yang paling
sering terjadi, merupakan keadaan aliran darah tersumbat atau berkurang di
dalam arteri yang memperdarahi daerah otak tersebut (Kowalak, 2011).
2. ETIOLOGI
1. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik 6-7 % terjadi akibat adanya perdarahan
subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan
masuk ke ruang subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya
aneurisma otak atau AVM (malformasi arteriovenosa). Hipertensi,
merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor resiko dari penyakit ini.
Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau kematian.
Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa
terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan
merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry & Weaver, 2013).
2. Stroke non hemoragik
Stroke iskemik (non hemoragik) biasanya disebabkan adanya
gumpalan yang menyumbat pembuluh darah dan menimbulkan
hilangnya suplai darah ke otak. Gumpalan dapat berkembang dari
akumulasi lemak atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah.
Faktor resikonya antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan
kadar lipid darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung dan vaskular
dalam keluarga.
Faktor resiko terjadinya CVA
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang beresiko
terhadap stroke adalah sebagai berikut (Farida & Amalia , 2009)
1) Usia
Lebih tua umur lebih mungkin terjadinya stroke (Irfan,
2012). Resiko semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia
terbanyak terkena serangan stroke adalah usia 65 tahun ke
atas (Indrawati, Sari, & Dewi, 2008). Namun stroke tidak
hanya diderita oleh orang lanjut usia saja, melainkan golongan
remaja akhir dan dewasa juga beresiko terkena stroke. Stroke
juga dapat terjadi pada usia muda, bahkan anak anak. Anak-
anak biasanya sangat senang bermain dan dapat beresiko
jatuh serta mengalami benturan dikepala.Apabila terjadi
benturan di kepala, maka ini dapat mengakibatkan stroke.Hal
ini dapat mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik yaitu
stroke yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak(Farida & Amalia, 2009).
2) jenis kelamin
Stroke menyerang laki-laki 19% lebih banyak
dibandingkan perempuan (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008). Hal
ini dikarenakan perempuan memiliki hormon esterogen yang
berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh sampai
menopause dan sebagai proteksi atau pelindung pada proses
ateroskerosis. Namun setelah perempuan tersebut mengalami
13 menopouse , besar risiko terkena stroke antara laki-laki
dan perempuan menjadi sama(Farida & Amalia, 2009).
3) Ras dan Etnis
Stroke lebih banyak menyerang dan menyebabkan
kematian pada ras kulit hitam, Asia dan Kepulauan Pasifik,
serta Hispanik dibandingkan kulit putih (Indarwati , Sari, &
Dewi, 2008).Menurut Price dan Wilson (2006) bahwa orang
Amerika keturunan Afrika memiliki angka resiko yang lebih
tinggi daripada orang Kaukasia. Dengan kata lain, orang
berkulit hitam lebih beresiko terkena stroke. Orang kulit hitam
lebih banyak terkena hipertensi daripada orang berkulit putih
karena berkaitan dengan konsumsi garam(Farida & Amalia,
2009)
4) Riwayat Stroke dalam Keluarga
Dari sekian banyak kasus stroke yang terjadi, sebagian
besar penderita stroke memiliki faktor riwayat stroke dalam
keluarganya. Keturunan dari penderita stroke diketahui
menyebabkan perubahan penanda aterosklerosis awal, yaitu
proses terjadinya timbunan zat lemak dibawah lapisan dinding
pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya stroke.
Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan mengesankan
bahwa riwayat stroke dalam keluarga mencerminkan suatu
hubungan antara faktor genetis dengan 14 tidak berfungsinya
lapisan dinding pembuluh darah dalam arteri koronaria(Farida
& Amalia, 2009).
5) Stres
Pada umumnya, stroke diawali oleh stres. Karena, orang
yang stres umumnya mudah marah,mudah tersinggung,
susah tidur dan tekanan darahnya tidak stabil. Marah
menyebabkan pencarian listrik yang sangat tinggi dalam urat
syaraf. Marah yang berlebihan akan melemahkan bahkan
mematikan fungsi sensoris dan motorik serta dapat
mematikan sel otak. Stres juga dapat meningkatkan
kekentalan darah yang akan berakibatkan pada tidak stabilnya
tekanan darah. Jika darah tersebut menuju pembuluh darah
halus diotak untuk memasok oksigen ke otak , dan pembuluh
darah tidak lentur dan tersumbat, maka hal ini dapat
mengakibatkan resiko terkena serangan stroke. (Farida &
Amalia , 2009)
6) Life style
Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai
pemicu berbagai penyakit yang menyerang, baik pada usia
produktif maupun usia lanjut. Salah satu contoh life style yaitu
berkaitan dengan pola makan.Generasi muda biasanya sering
menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya
mengkonsumsi makanan siap saji yang serat lemak dan
kolesterol namun rendah sehat. Kemudian, seringnya
mengonsumsi makanan yang digoreng atau makanan dengan
kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah
zat pewarna/penyedap/pemanis dan lain-lain. Faktor gaya 16
hidup lain yang dapat beresiko terkena stroke yaitu sedentary
life style atau kebiasaan hidup santai dan malas berolah raga.
Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan
metabolisme tubuh dalam pembakaran zat-zat makanan yang
dikonsumsi. Sehingga, beresiko membentuk terjadinya
tumpukan kadar lemak dan kolestrol dalam darah yang
beresiko membentuk ateroskelorosis (plak) yang dapat
menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat pada
munculnya serangan jantung dan stroke(Farida & Amalia,
2009)
3. ANATOMI FISIOLOG
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh.Bagia dari saraf sentral yang yang terletak
didalam rongga tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak yang
kuat.Otak terletak dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung
yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal (Pearce,
2013).
b) Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
c) Otak tengah, trigeminus, korpus callosum, korpus kuadrigeminus.
d) Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebellum.
Fisura dan sulkus membagi hemifer otak menjadi beberapa
daerah.Korteks serebri terlibat secara tidur teratur.Lekukan diantara
gulungan serebri disebut sulkus.Sulkus yang paling dalam membentuk
fisura longitudinal dan lateralis. Daerah atau lobus letaknya sesuai
dengan tulang yang berada di atasnya (lobus frontalis,
temporalis,oarientalisdan oksipitalis) (Pearce, 2013).
Fisura longitudinalis merupakan celah dalam pada bidang media
laterali memisahkan lobus temparalis dari lobus frontalis sebelah anterior
dan lobus parientalis sebelah posterior.Sulkus sentralis juga memisahkan
lobus frontalis juga memisahkan lobus frontalis dan lobus
parientalis.Adapun bagian-bagian otak meluputi (Pearce, 2013). :
1. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Masing-masing disebut fosakranialis anterior atas dan media.Kedua
permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian
korteks serebral dan zat putig terdapat pada bagian dalam yang
mengndung serabut syaraf (Pearce, 2013).Pada otak besar ditemukan
beberapa lobus yaitu (Pearce, 2013) :
a. Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak dibagian
sulkus sentralis.
b. Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan dibelakang
oleh korako oksipitalis.
c. Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan
didepan lobus oksipitalis.
d. Oksipitalisyang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang
merupakan.ubstansi kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun
dalam banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan
dengan demikian menambah daerah permukaan korteks serebri, persis
sama seperti melipat sebuah benda yang justru memperpanjang jarak
sampai titik ujung yang sebenarnya. Korteks serebri selain dibagi
dalam lobus juga dibagi menurut fungsi dan banyaknya area.
Secara umum korteks dibagi menjadi empat bagian (Pearce, 2013) :
1. Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat
atau bagian tubuh tergantung ada fungsi alat yang bersangkutan. Korteks
sensori bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih
dominan.
2. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir,
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
data yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mmpunyai hubungan
dengan fungsi luhur dan disebut psikokortek.
3. Kortekes motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada taktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral.
4. Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap
mental dan kepribadian.
2. Batang Otak
c. Medula Oblongata
Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang
paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula
spinalis.Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan
medulla spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang melebar
disebut kanalis sentralis di daerag tengah bagian ventral medulla
oblongata (Pearce, 2013).
Medulla oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari
berbagai saraf otak yang penting.Selain itu medulla mengandung
“pusat-pusat vital” yang berfungsimengendalikan pernafasan dan
sistem kardiovaskuler.Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada
bagian ini dalam batang otak dapat membawa akibat yang sangat
serius (Pearce, 2013).
3. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan
cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas
medulla oblongata.Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang
kecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral
disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui
pundunkulus serebri inferior.Permukaan luar serebelum berlipat-lipat
menyerupai serebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih
teratur.Permukaan serebellum ini mengandung zat kelabu.Korteks
serebellum dibentuk oleh substansia grisia, terdiri dari tiga lapisan yaitu
granular luar, lapisan purkinye dan lapisan granular dalam.Serabut saraf
yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebellum
(Pearce, 2013).
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral yang terkena,
fungsi otak dikendalikan atau diperantarai oleh bagian otak yang terkena,
keparahan kerusakan serta ukuran daerah otak yang terkena selain
bergantung pula pada derajat sirkulasi kolateral (Hartono, 2009). Menurut
Oktavianus (2014) manifestasi klinis stroke sebagai berikut :
a. Stroke iskemik
Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:
1. Transient ischemic attack (TIA) Timbul hanya
sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi
dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2. Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND) Gejala
timbul lebih dari 24 jam.
3. Progressing stroke atau stroke inevolution Gejala
makin lama makin berat (progresif) disebabkan gangguan aliran
darah makin lama makin berat
4. Sudah menetap atau permanen
b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak
yang terkena.
1. Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk
sensasi somatik, kesadaran menempatkan posisi.
2. Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk
mempengaruhi indra dan memori
3. Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk
penglihatan
4. Lobus frontal, fungsinya untuk
mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik, intelektual.
Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa
gangguanyang dialami pasien yaitu :
a) Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse
b) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia,
gangguansentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan,
hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
c) Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan
bahasa), disartria (bicara tidak jelas). 20 Pasien stroke
hemoragik dapat mengalami trias TIK yang
mengindikasikan adanya peningkatan volume di dalam
kepala.Trias TIK yaitu muntah proyektil, pusing dan pupil
edem.
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1) Stroke Hemoragik (SH)
Stroke Hemoragik Stroke hemoragik di sebabkan oleh
perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum
atau hematom intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid yaitu
ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke
yang paling mematikan, tetapi relative hanya menyusun sebgian kecil
dari stroke total, 10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan 5%
untuk perdarahan subaraknoid(Irfan, 2012). Biasanya kejadianya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat kesadaran pasien umumnya menurun. ( Wijaya & Putri, 2013).
2) Stroke Non Hemoragik (SNH)
Hampir 85% stroke di sebabkan oleh, sumbatan bekuan darah,
penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke
otak, atau embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri
ekstrakranial (arteri yang berada di luar tengkorak). Ini di sebut sebagai
infark otak atau stroke iskemik.Pada orang berusia lanjut lebih dari 65
tahun, 4 penyumbatan atau penyempitan dapat disebabkan oleh
aterosklerosis (mengerasnya arteri).
Dapat berupa iskemia, emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari.Tidak
terjadi iskemi yang menyebabkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder, kesadaran pasien umumnya baik.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut AHA/ASA Guideline (2013):
a. NECT and Contrast-Enhanced CT Scans of the Brain
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
b. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya perdarahan otak,mendeteksi aterosklerosi (penyempitan atau
pengerasan pembuluh darah). Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
c. CT Angiography
Tindakan evaluasi non invasive untuk melihat pembuluh yang terjadi
oklusi atau stenosis yang diakibatkan oleh iskemik stroke.
d. MR Angiography
Merupakan kombinasi MRI untuk melihat pembuluh intra kranial
e. Laboraturium
8. PENATALAKSANAAN
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa
terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk stroke
iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah keotak, membantu
lisis bekuan darah dan mencegah trombosi lanjutan, melindungi jaringan otak
yang masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain. Pada stroke
hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah kerusakan sekunder dengan
mengendalikan tekanan intrakranial dan vasospasme, serta mencegah
perdarahan lebih lanjut (Hartono, 2010).
a) Farmakologis
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intraarterial.
3. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena
trombositmemainkan peran sangat penting dalam pembentukan
trombus dan ambolisasi. Antiagresi trombosis seperti aspirin
digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskuler (Mutaqin, 2011)
b) Non Farmakologis
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait
proses pemulihan kondisi pasca stroke :
1. Terapi Wicara
Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara,
maupun mengerti kembali kata – kata (Farida & Amalia, 2009).
2. Fisioterapi
Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk menangani
kondisi stroke stadium akut bertujuan untuk :
a. Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring yang
lama
b. Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada peningkatan
tonus
c. Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi
sakit
d. Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan
koordinasi gerak
e. Meningkatkan kemampuanaktivitas fungsional (Farida &
Amalia, 2009).
3. Akupuntur
Akupuntur merupakan metode penyembuhan dengan
cara memasukkan jarum dititik-titk tertentupada tubuh penderita
stroke. Akupuntur dapat mempersingkat waktu penyembuhan
dan pemulihan gerak motorik serta ketrampilan sehari-hari
(Farida & Amalia, 2009).
4. Terapi Ozon
Terapi ozon bermanfaat untuk melancarkan peredaran
darah ke otak, membuka dan mencegah penyempitan pembuluh
darah otak, mencegah kerusakan sel-sel otak akibat kekurangan
oksigen, merehabilitasi pasien pasca serangan stroke agar
fungsi organ tubuh yang terganggu dapat pulih kembali,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta mengendalikan
kadar kolestrol dan tekanan darah (Farida & Amalia, 2009)
5. Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy)
Terapi ini bertujuan untuk memecahkan sumbatan pada
pembuluh darah agar menjadi partikel-partikel kecil yang sangat
halus sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-
sumbatan baru ditempat lain. Terapi sonolisis ini dilakukan
dengan teknik ultrasound dan tanpa menggunakan obat-obatan
(Wiwit, 2010).
6. Hidroterapi
Kolam hidroterapi digunakan untuk merehabilitasi
gangguan saraf motorik pasien pascastroke. Kolam hidroterapi
berisi air hangat yang membuat tubuh bisa bergerak lancar,
memperlancar peredaran darah dengan melebarnya pembuluh
darah, dan memberikan ketenangan.kolam hidroterapi
memungkinkan pasien untuk berlatih menggerakan anggota
tubuh tanpa resiko cedera akibat terjatuh (Farida & Amalia,
2009).
1. Pengobatan
a. Anti koagulan
Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.
b. Obat anti trombotik
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk
mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke
akut.Jenis obat golongan ini adalah alteplase, tenecteplase dan
reteplase, namun yang tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya
alteplase.Obat ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi
plasminogen yang terikat pada fibrin.Boleh dilakukan terapi ini jika
tekanan darah sistol < 185 mmHg, dan diastole <110 mmHg Efek
samping yang sering terjadi adalah risiko pendarahan seperti pada
intrakranial atau saluran cerna; serta Angioedema Pada pasien yang
menggunakan terapi ini usahakan untuk menghindari penggunaan
bersama obat antikoagulan dan antiplatelet dalam 24 jam pertama
setelah terapi untuk menghindari risiko perdarahan
9. KOMPLIKASI
Menurut Pudiastuti (2017) pada pasien stroke yang berbaring lama
dapat terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
1) Thrombosis
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat
menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk
dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
2) Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar akibat tekanan dari
bagian tubuh lain yang paling sering adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi
ulkus dekubitus dan infeksi.
3) Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal
ini menyebabkan akumulasi sekret terkumpul di paru-paru dan selanjutnya
menimbulkan pneumonia.
4) Atrofi otot
Atrofi otot atau pengecilan otot serta kontraktur atau kekauan
sendi dapat disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
5) Depresi dan Ansietas
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan
reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan
dan kehilangan fungsi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo. 2018. Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik Ed. VIII.
Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2019. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Pearce, C. Evelyn. 2018. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Powers, J. William. et. al. 2018. AHA/ASA Guidline : 2018 Guidlines for the Early
Management of Patient With Acute Ischemic Stroke. America : American Heart
Association. Inc.
Smeltzer, S. C. & Bare. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart Ed.
12. Alih bahasa Devi Yulianti, Amelia Kimi. Jakarta : EGC.