VERTIGO
Disusun Oleh:
Pendamping:
dr. Ladingan V. Sianipar, M.Kes
Telah dipresentasikan
dr. Ladingan V. Sianipar, M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu, stroke iskemik terbagi
5
menjadi:
RIND terjadi lebih lama dari TIA, gejala hilang lebih dari 24 jam
tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
Stroke In Evolution
Complete Stroke
1. Usia
Insiden stroke meningkat dengan usia. Data dari studi
Framingham menunjukan bahwa resiko stroke meningat dua kali
7
lipat tiap tahunnya pada usia 35 hingga 95 tahun.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung memiliki insidensi sroke yang lebih
tinggi pada usia yang lebih muda. Pada usia tua ( ≥ 85 tahun),
wanita memilik insidensi stroke yang lebih tinggi, mungkin
karena wanita memiliki usia harapan hidup yang lebih panjang.
Pada tahun 2005 jenis kelamin wanita berkontribusi pada > 50%
7
kasus kematian akibat stroke.
3. Ras
Ras Afrika-Amerika memiliki resiko stroke yang lebih
tinggi, diikuti ras Hispanik dan Kaukasia. Ras Afrika-Amerika
memiliki resiko stroke hampir dua kali lipat dari ras Kaukasia.
Disparitas ini paling menonjol pada usia dibawah 55 tahun. Ras
Asia –Amerika memiliki resiko stroke iskemik yang rendah
7
namun dengan resiko strok hemoragik yang lebih tinggi.
4. Genetik
Studi pada saudara kembar dan keluarga dengan stroke
7
menunjukan adanya resiko stroke.
Penyakit Jantung
Diabetes Mellitus
Dislipidemia
Hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau trigliserida
serum di atas batas normal. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl, LDL > 100
MG/DL, HDL < 40 ,mg/dl, dan trigliserida > 150 mg/dl akan membentuk plak di
pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. AHA merekomendasikan target
7
LDL < 100 mg/dL atau < 70 mg/dL pada pasien dengan resiko vascular multiple.
Obesitas
Alkohol
Merokok
2.5 Patofisiologi
2.5.1 Mekanisme Infark
Proses ini diawali oleh adanya cedera endotel dan inflamasi yang
mengakibatkan terbentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini berkembang
semakin tebal dan sklerotik. Tempat tersering terjadinya plak ini adalah pada
percabangan arteri karotis, pangkal arteri vertebralis dan arteri serebri media. Plak
dapat pecah karena sarung fibrosa yang tipis ataupun karena shear stress karena
aliran darah yang tinggi, trombosit kemudian akan melekat pada plak dan memicu
kaskade pembekuan dan terbentuklah trombus. Trombus dapat lepas menjadi
emboli atau tetap pada lokasi asal dan menyebabkan oklusi dalam pembuluh
darah. Emboli yang terlepas ini kemudian menyumbat aliran darah yang lebih
distal dan menyebabkan iskemia di daerah tersebut.8
Kardioemboli
Muncul sebagai akibat bekuan darah yang terbentuk di jantung yang lepas
dan terbawa ke sirkulasi dan menyumbat aliran darah arteri serebral. Bekuan bisa
akibat stasis aliran darah di jantung (oleh atrial fibrilasi), infark miokard atau oleh
8
perlengketan di katup prostetik.
- Defisit motorik murni (umunya wajah dan tangan, atau tangan dan kaki)
- Defisit sensorik murni
- Sensorimotorik campuran
- Ataxic hemiparesis (kelemahan sebelah dengan kaku di daerah
ipsilateral) Kekakuan tangan, disartria, tanpa disertai dengan kelemahan
ekstremitas.
8
Gambar 1. Pembentukan plak aterosklerosis
8
Gambar 2. Arteri normal dan Aterosklerosis
Jika iskemia yang terjadi luas, akan tampak daerah yang tidak homogeny
akibat perbedaan tingkat iskemia. Daerah ini terdiri dari 3 lapisan yaitu:
- Ischemic Core
Lapisan inti yang mengalami iskemia, daerah ini lalu akan
mengalami nekrosis dalam hitungan menit hingga jam. Daerah ini
sangat pucat karena aliran darah yang paling rendah.Terjadi
degenerasi neuron. Kadar asam laktat daerah ini tinggi deng PO2
9
rendah.
- Ischemic Penumbra
Daerah disekitar ischaemic core.Aliran darah masih lebih tinggi
dari ischaemic core.Neuron didalamnya tidak mati namun tidak
berfungsi. Neuron mengalami edema jaringan.Daerah ini tampak
pucat namun masih bisa diselamatkan bila di reperfusi. Tujuan terapi
9
stroke adalah menyelamatkan daerah ini.
Pada sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+
dari asidosis laktat.K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia
disertai rentensi air yang timbul dalam empat hari pertama sesudah
stroke. Dengan adanya sirkulasi kolateral maka sel-sel belum mati, tetapi
metabolisme oksidatif dan proses depolarisasi neuronal oleh pompa ion
akan berkurang. Edem ini menyebabkan daerah sekitar. nekrosis
mengalami gangguan perfusi dan timbul iskemi ringan tetapi jaringan
otak masih hidup.Daerah ini adalah iskemik penumbra. Bila proses
tersebut berlangsung terus menerus akan terjadi kematian sel yang
9
akut dapat timbul melalui proses apoptosis.
- Luxury Perfusion
Daerah disekeliling ischaemic penumbra dengan aliran darah yang
sangat meningkat, berwarna kemerahan dan mengalami edema. Terjadi
dilatasi maksimal pembuluh darah dan aliran kolateral yang
9
maksimal.
2.6 Gejala Klinis
e. Sistem Vertebrobasiler
- Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstrimitas
- Meningkatnya reflek tendon
- Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh
- Gejala – gejala serebelum seperti gemetar pada tangan (
tremor), kepala berputar (vertigo)
- Ketidakmampuan untuk menelan
- Gangguan motorik pada lidah, mulut, rahang dan pita suara
sehingga pasien sulit berbicara (disartria)
- Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran
secara lengkap (stupor), koma, pusing, gangguan daya ingat,
kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi)
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia),
nistagmus, ptosis,kurangnya daya gerak mata, kebutaan
setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua
mata (hemianopsia homonim)
- Gangguan pendengaran
- Rasa kaku di wajah mulut dan lidah.
-
2.7 Diagnosis
a. Penemuan Klinis
- Anamnesis:
Terutama terjadi keluhan/ gejala defisit neurologis yang
mendadak. Tanpa trauma kepala dan adanya faktor risiko stroke.
- Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologis fokal, ditemukan faktor risiko seperti
hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah
lainnnya.
b. Pemeriksaan tambahan
Nilai Poin
Kesadaran Sadar 0
Ya 1
2.9 Komplikasi
2.10 Tatalaksana
2. Stabilisasi hemodinamik
- Pemberian cairan kristaloid atau koloid intravena, dan hindari cairan
hipotonik seperti glukosa.
- Bila TDS dibawah 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, berikan
vasopresor secara titrasi, seperti dopamine dosis sedang/tinggi,
norepeinferin atau epinefrin dengan target TDS berkisar 140 mmHg
- Pemantauan jantung harus dilakukan 24 jam pertama setelah awitan
serangan stroke.
- Bila terdapat penyakit jantung segera atasi (konsul jantung).
6. Terapi cairan
- Pemberian cairan isotonis NaCl 0.9%, ringer laktat, dan ringer
asetat, dengan tujuan menjaga euvolemia. CVP dipertahankan
antara 5-12 mmHg.
- Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hindari,
kecuali pada keadaan hipoglikemia.
7. Nutrisi
- Nutrisi enteral paling lambar harus segera diberikan dalam 48
jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan bila hasil tes fungsi
menelan baik.
- Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun
makanan diberikan melalui pipa nasogastrik.
- Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30kkal/kg/hari dengan
komposisi:
2) Terapi endovaskular
Trombektomi mekanik, pada stroke iskemik dengan oklusi karotis
1
interna, atau pembuluh darah intrakranial, onset < 8 jam.
3) Manajemen hipertensi
- Tekanan darah meningkat pada 73.9% kasus stroke, biasanya
menurun dalam 24 jam.
- Obat antihipertensi diberikan bila TD >220/120 mmHg.
- Tekanan darah diturunkan perlahan-lahan, sehingga tidak
menurunkan aliran darah otak.
- Nikardipin 5mg/jam IV.
1
- Atau ARB, ACEI, BB, diuretik.
4) Manajemen gula darah
Sesuai tatalaksana DM, menggunakan obat hipoglikemia oral dan
insulinPemberian antiplatelet
- Pemberian aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai
48 jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke
iskemik akut.
- Aspirin tidak boleh digunakan tidak boleh digunakan sebagai
pengganti tindakan intervensi akut pada stroke, seperti pemberian
rTPA intravena.
- Pemberian klopidogrel saja atau kombinasi dengan aspirin, pada
stroke iskemik akut tidak dianjurkan, kecuali pada pasien
indikasi spesifik misalnya, angina pektoris tidak stabil, no Q
wave MI atau recent stenting.
- Pemberian antiplatelet intravena yang menghambat reseptor
glikoprotein IIb/IIIa tidak dianjurkan.
5) Pemberian neuroprotektor belum menunjukan hasil yang efektif,
sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun citicolin
sampai saat ini masih memberimanfaat pada stroke akut.
Penggunaaan citicolin pada stroke iskemik akut dengan dosis 2 x
1000 mg intravena 3 haridan dilanjutkan dengan oral 2 x 1000
selama 3 minggu. Penelitian yang dilakukan PERDOSSI
menunjukan pemberian plasmin oral 3 x 500 mg pada 66 pasien di
1
6 rumah sakit pendidikan di Indonesia memberi manfaat.
2.11 Prognosis
IDENTITAS PASIEN:
Nama : Ny. Hurhayati Silitonga
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 83 tahun
Pekerjaan : Pensiunan Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Siborong-borong
Keluhan Utama: Lemah anggota gerak sebelah kanan sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Lemah anggota gerak sebelah kanan sejak 1 SMRS, terjadi secara tiba-tiba
saat pasien sedang duduk. Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan
terjadi secara bersamaan. Menurut pasien kelemahan di awal sampai sekarang
masih sama, sehingga aktivitas pasien dibantu oleh keluarga.
- Keluhan juga disertai dengan bicara pelo dan mulut mencong.
- Pasien juga merasakan nyeri kepala sejak 2 hari SMRS, dirasakan berdenyut,
terasa pada kepala sebelah kiri, dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala berkurang
dengan istirahat.
- Kejang ada.
- Muntah tidak ada
- Pandangan kabur dan ganda, pusing berputar, dan telinga berdenging tidak ada
- BAK tidak ada keluhan.
- BAB tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat HT (+) sejak 5 tahun yang lalu dengan TD sistolik tertinggi 170
mmHg, pasien tidak rutin minum obat.
- Riwayat DM (+) sejak 10 tahun yang lalu dengan GDS tertinggi 400 mg/dl,
pasien tidak teratur minum obat.
- Riwayat penyakit jantung ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada keluarga mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Pribadi dan Sosial:
- Pasien seorang pedagang dengan aktivitas harian ringan-sedang.
- Pasien jarang berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit, irama reguler, pulsus defisit negatif
Pernafasan : 18 x/menit, kiri sama dengan kanan, abdominotorakal
Suhu : 36,9oC
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan 6/6 6/6
Lapaagan pandang Baik Baik
Melihat warna Buta warna (-) Buta warna (-)
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis - -
Gerakan bulbus Bebas Bebas
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso / endopthalmus - -
Pupil Bentuk Bulat, tepi regular, Bulat, tepi regular,
isokor isokor
Refleks cahaya + +
Refleks akomodasi + +
Refleks konvergensi + +
N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi oftalmika
Refleks kornea + +
Sensibilitas + +
Divisi maksila
Refleks masseter + +
Sensibilitas + +
Divisi mandibula
Sensibilitas + +
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Plica nasolabialis Plica nasolabialis
mendatar jelas
Sekresi air mata (+) (+)
Fisura palpebra Ukuran 1 cm Ukuran 1 cm
Menggerakkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Mencibir / bersiul (-)
Memperihatkan gigi (-) (+)
Sensasi lidah 2/3 Baik Baik
Hiperakusis (-) (-)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berisik + +
Detik arloji + +
Rinne test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Swabach test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Memanjang Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Memendek Tidak dapat diperiksa Tidak dapat diperiksa
Nistagmus - -
Pengaruh posisi kepala - -
N. IX (Glossopharingeus)
Sensasi lidah 1/3 belakang Baik
Refleks muntah /gag reflex +
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris kiri dan kanan
Uvula Di tengah
Menelan Baik
Artikulasi Jelas
Suara Baik
Nadi Regular
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
Mengangkat bahu + +
N. XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah dalam Deviasi ke kiri
Kedudukan lidah Deviasi ke kanan
dijulurkan
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -
Tremor - -
Atetosis - -
Mioklonik - -
Khorea - -
C. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Tertinggal Aktif Tertinggal Aktif
Kekuatan 444 555 444 555
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
G. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil +
Sensibilitas nyeri +
Sensibilitas termis +
Sensibilitas sendi dan posisi +
Sensibilitas getar +
Sensibilitas kortikal +
Stereognosis +
Pengenalan titik +
Pengenalan rabaan +
H. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Kesan : Kardiomegali
- Brain CT-Scan tanpa kontras :
TERAPI
Umum : Elevasi kepala 30 derajat
IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf
Diet MB RG DD 1700 kkal
Balance cairan: kateter urin
Khusus : Aspilet 1x80 mg po
Clopidogrel 1x75 mg po
Ranitidin 2x50 mg iv
Sucralfat syrup 3x10 cc po
RENCANA
- Cek faktor risiko vaskular (asam urat, kolesterol, LDL, HDL, GDS GD2PP,
HbA1C
- Konsul interne untuk DM
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda
klinis yang berkembang dengan cepat yang berupagangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam
yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler.