Oleh:
Pembimbing:
dr. Hj. Lily Runtuwene, Sp. S
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
nomor tiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker baik di negara maju
juga menimbulkan beban biaya yang tinggi baik oleh penderita, keluarga,
masyarakat dan negara. Penelitian di amerika serikat selama tahun 2008, biaya
menghabiskan dana 65,5 milyar dollar dalam waktu 1 tahun. Data penelitian di
amerika tahun 2011 menemukan angka insidensi 795.000 kasus baru, prevalensi
diabetes melitus, hipertensi, dan stroke bedasarkan hasil riskesdas tahun 2018
penduduk umur ≥15 tahun sebesar 10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362
provinsi dengan prevalensi tertinggi stroke di Indonesia, sementara itu, papua dan
ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat barupa defisit neurologis fokal dan
1
2
global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan
atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. Selain itu, penyakit stroke juga merupakan faktor penyebab demensia
dan depresi.1,2,3
pecah yang mengakibatkan sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang
otak, sehingga pada saat terjadinya gangguan aliran darah ini, maka penyediaan
glukosa dan oksigen ke otak akan berkurang bahkan sampai terhenti sama sekali.
Gangguan aliran darah ini disebabkan oleh berbagai macam penyebab dengan
disebabkan oleh trombus dan 20% dikarenakan oleh terjadinya emboli, dan
penyebabnya.2,3
jauh dari otak dan berasal dari berbagai sumber. Mikroemboli (emboli yang kecil)
berasal dari sklerotik plaque pada arteri karotis atau dari jantung dengan atrial
fibrilasi. Patent foramen ovale, atau dari ventrikel kiri yang hipokinetik.1,2,3
Faktor risiko penyakit stroke hampir sama dengan faktor risiko penyakit
jantung koroner dan penyakit pebuluh darah lainnya. Strategi pencegahan yang
peningkatan kadar lemak dan diabetes. Risiko akibat gaya hidup juga dapat
diintervensi, yaitu merokok, tingkat aktivitas fisik rendah, diet tidak sehat dan
Pada laporan kasus ini, penulis ingin melaporkan sebuah kasus Stroke
Iskemik Tipe Embolik dari Ny. F yang berusia 75 tahun dengan klinis penurunan
kesadaran yang dirawat di Ruang Stroke center RSUD Ulin Banjarmasin sejak 26
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah kematian jaringan otak
karena gangguan aliran darah ke daerah otak, yang disebabkan oleh tersumbatnya
arteri serebral atau servikal atau yang kurang mungkin tersumbat, vena serebral.
B. Epidemiologi
kematian nomor 3 setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) di
Cina prevalensi stroke berkisar antara 1,8% (pedesaan) dan 9,4% (perkotaan). Di
seluruh dunia, Cina merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi
akibat stroke (19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan
Amerika Utara. Insiden stroke di seluruh dunia sebesar 15 juta orang setiap
permanen. Sekitar 795.000 pasien stroke baru atau berulang terjadi setiap
tahunnya. Sekitar 610.000 adalah serangan pertama dan 185.000 adalah serangan
4
5
Amerika Serikat. Kurun waktu 5 tahun, lebi dari setengah pasien stroke berusia >
sebesar 7,9 % dari seluruh jumlah kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke.
[4] Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda, 2013) bahwa prevalensi
penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per
gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9 ‰), DI Yogyakarta (16,9 ‰),
Tengah pada penduduk berusia diatas 75 tahun (84,6‰) dan jenis kelamin laki-
laki (17,3‰).4,5
Pada tahun 2019 terdapat 6,6 juta kematian akibat stroke diseluruh dunia
(3,3 juta karena stroke iskemik. Beberapa daerah seperti Eropa Timur, Asia
Tengah dan Asia Tenggara memiliki angka kematian tertinggi akibat stroke.
Mortalitas stroke iskemik tertinggi pada Eropa Timur dan Asia Tengah.5
C. Etiologi
jauh dari otak dan berasal dari berbagai sumber. Mikroemboli (emboli yang kecil)
berasal dari sklerotik plaque pada arteri karotis atau dari jantung dengan atrial
6
fibrilasi, patent foramen ovale, atau dari ventrikel kiri yang hipokinetik. Emboli
udara, air atau darah seringkali dapat bersal dari tindakan pembedahan terutama
pembedahan jantung, dan dapat pula berasal dari pembedahan tulang panjang.
Bahan lain yang bisa menjadi sumber emboli adalah tumor atau metastase,
kolonisasi bakteri dan benda asing. Daerah yang paling sering menjadi tempat
emboli adalah cabang superfisial arteri serebralis dan arteri serebelaris. Pada
umumnya emboli tersangkut di arteri cerebri media, karena 80% darah yang
dibawa oleh arteri besar daerah leher mengalir melalui arteri ini.6
Sumber emboli yang paling sering adalah bilik jantung kiri dan arteri besar
(emboli dari arteri ke arteri yang disebabkan oleh lepasnya trombus dari arteri
karotis interna).6
D. Faktor Risiko
Faktor risiko stroke iskemik tipe embolik secara umum dibagi menjadi dua
Usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga adalah faktor risiko yang tidak
pada usia 69,9 tahun. Prevalensi stroke lebih tinggi pada pria sebesar 59,8%
bahwa prevalensi stroke di Indonesia pada laki – laki adalah di atas 75 tahun
berusia diatas 75 tahun (84,6‰) dan jenis kelamin laki-laki (17,3‰) lebih tinggi
diabetes melitus, obesitas, alkohol dan atrial fibrillation adalah faktor risiko yang
diabetes mellitus (45,4%), obesitas (23,7%), dan atrial fibrillation (16,5%). Hal ini
memiliki kadar LDL yang tinggi (15,9%), masyarakat menderita penyakit jantung
koroner (1,5%), masyarakat berusia > 15 tahun yang merokok (36,3%), dan
masyarakat berusia > 10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur (93,5%).5,6,7
E. Klasifikasi
jantung. Lakuner merupakan sumbatan plak pada pembuluh darah yang berbentuk
lubang. Penyebab lain yaitu semua hal yang mengakibatkan tekanan darah turun
menjadi 4, yaitu:8
8
berkembang lagi.
a. Cerebral infarction
F. Patofisiologi
Sehingga pada saat terjadinya gangguan aliran darah ini, maka penyediaan
glukosa dan oksigen ke otak akan berkurang bahkan sampai terhenti sama sekali.8
mempertahankaan metabolisme dasar sel, bahkan kadang aliran darah sampai nol.
9
Apabila dalam batas waktu tertentu tidak terjadi aliran kembali, maka kerusakan
yang terjadi disini akan bersifat menetap, pada tingkat seluler kerusakan yang
irreversibel ini disebabkan berkurangnya energi yang dihasilkan dan kegagalan sel
untuk mempertahankan gradien fisiologis dari elektrolot dan homeostatis air, serta
banjirnya Na+, air dan Ca++ dengan akibat terjadinya depolarisasi anoksik dan
kematian sel.8,9
biasanya aliran darah otak di daerah ini hanya berkisar 10-20 ml/100 g/menit atau
sekitar 25-50% dari normal. Pada area ini aktivitas listrik akan mendatar, dan juga
pada daerah ini kemampuan untuk melakukan otoregulasi menjadi hilang. Sel-sel
neuron di daerah penumbra ini berada diantara hidup dan mati, sehingga dengan
adanya aliran darah kembali baik karena perbaikan daerah yang tersumbat atau
dikarenakan adanya aliran melalui jaringan kolateral pembuluh darah, maka sel-
sel ini akan hidup kembali. Walaupun terjadi penurunan aliran darah otak, akan
menyebabkan fungsi dan integritas sel masih dapat dipertahankan, akan tetapi
aktivitas sel sudah menurun sekali. Aktivitas di daerah ini terutama dipergunakan
untuk mempertahankan diri, sehingga aktivitas listrik di daerah ini amat menurun,
gelombang spontan yang dapat berasal dari fokus yang multiple, beberapa berasal
10
dari inti iskemia dan yang lain berasal dari zona peri infark. Peningkatan yang
terus menerus dari neurotransmiter glutamat dan ion kalium ektrasel sangat
Pada akhirnya hipoksia atau depolarisasi yang cepat akan terjadi sebelum
kematian sel.8,9
setempat. Pada area dengan aktivitas tinggi, maka daerah ini akan mendapatkan
aliran darah yang lebih tinggi daripada daerah lain. Disni juga tampak adanya
paerubahan aliran darah pada saat adanya perubahan tekanan darah sistemik dan
ini yang disebut sebagai kemampuan otak untuk melakukan otoregulasi tekanan
darahnya. Kemampuan otoregulasi ini relatif konstan pada tekanan darah arteriol
rata-rata diantara 50-150 mmHg. Pada saat tekanan darah naik secara perlahan,
makan batas dan bawah otoregulasi ini juga akan bergeser, sehingga menjadi lebih
tinggi dan dapat mentoleransi kenaikan tekanan darah, akan tetapi hal ini
neuron hanya dapat bertahan beberapa saat saja, dimana pada saat ini mulai terjadi
yang ada, terutama neurotransmiter glutamat dan aspartat. Proses ini dipicu oleh
berkurangnya energi sel yang tersedia dan seharusnya ada pada saat tidak
menurun akan menyebabkan masuknya ion kalsium, natrium dan klorida ke dalam
sel, serta keluarnya ion kalium dari sel. Dengan banjirnya kalsium intraselular
akan terjadi aktivasi enzim protease, lipase dan endonuklease yang akan
masuknya ion klorida dan air akan menyebabkan terjadinya pembengkakan sel
terbentuknya radikal bebas oksigen di mana radikal bebas ini akan menyebabkan
peroksidasi asam lemak di dalam oragnella sel dan membran plasma yang
menyebabkan disfungsi berat. Akibat kerusakan jaringan pada daerah iskemik ini
akan berlanjut. Leukosit akan segara berada di area ini dalam waktu 30 menit
setelah proses iskemik dan reperfusi terjadi. Pada daerah penyumbatan leukosit ini
merupakan salah satu dari sel yang memberikan reaksi terhadap adanya hipoksia.
Respon yang terjadi menimbulkan efek fisiologis dan farmakologis. Pada saat
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada penderita stroke non hemoragik sangat
bervariasi tergantung letak dan berat ringannya lesi. Tanda dan gejala umum yang
a. Gangguan Motorik
- gangguan koordinasi
- hilang keseimbangan
- gangguan ketahanan
b. Gangguan Sensorik
- gangguan propioseptik
- gangguan kinestetik
- gangguan diskriminatif
c. Gangguan Kognitif
- gangguan atensi
- gangguan memori
- gangguan inisiatif
- gangguan dalam melakukan aktivitas sehari – hari seperti makan, minum, mandi,
tabel 2.2.
Tabel 2.2. Manifestasi klinis stroke berdasarkan pembuluh darah yang terkena8
Arteri yang Terdampak Manifestasi Klinis
Arteri serebri media sinistra Afasia, hemiparesis kontralateral, hemisensory
(Lobus Mid-Frontal dan Parietal) loss
kontralateral, hemianopsia homonim, dan
disfagia.
Arteri serebri media dekstra Hemiparesis kontralateral, hemisensory loss
(Lobus Mid-Frontal dan kontralateral, hemianopsia homonim, disfagia
parietal) dan apraksia.
Arteri serebri anterior Kelemahan kaki kontralateral dan
(lobus Frontal dan kehilangan sensorik.
Parietal)
Wallenberg syndrome dari Vertigo, nistagmus, disfagia dan disartria
arteri serebellar posterior dengan horner sign ipsilateral (miosis, ptosis
inferior (medulla dan serebelum) dan keringat berkurang pada wajah), nyeri dan
persepsi suhu di wajah berkurang, ataksia, dan
berkurangnnya nyeri dan suhu pada toraks dan
anggota gerak.
Arteri Mid Basilar Kelemahan wajah, quadriparesis, disarthria,
(pons dan disfagia, nistagmus vertikal dan horizontal,
serebelum) ptosis, ataksia, penurunan kesadara. locked-in
syndrome dengan hilanganya gerakan volunter
14
H. Diagnosis
Anamnesis:
Perubahan tingkat kesadaran secara mendadak lebih sering terjadi pada pasien
stroke hemoragik. Pada stroke non hemoragik, gejala umum yang terjadi meliputi
nyeri kepala, dan reflek Babinski positif atau negatif. Beberapa faktor
15
a. Banyak stroke terjadi saat penderita sedang tidur dan tidak ditemukan kelainan
d. Terdapat kelainan yang gejalanya mirip dengan stroke seperti kejang, infeksi
Pemeriksaan fisik:
yang dapat diobati. Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:12
akan datang.
d. Melokalisasi lesi.
e. Mengidentifikasi komorbiditas.
juga tidak boleh ditinggalkan pada pemeriksaan untuk mendiagnosis stroke non
hemoragik.
Pemeriksaan neurologis:
16
pemeriksaan motorik dibandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah guna
menentukan luas dan lokasi lesi. Selanjutnya, pemeriksaan sensorik dan otonom
(terutama yang berkaitan dengan inkontinensia atau retensi urin dan alvi). Dokter
harus mampu melakukan pemeriksaan neurologis secara singkat tapi akurat pada
serebellum, cara berjalan, refleks tendon, bahasa (ekspresi), serta status mental
pencitraan otak yang dapat membedakan secara jelas patologi penyebab stroke.
Namun, sistem patologi penyebab stroke tidak dapat dipastikan pada patologi
stroke yang terjadi. Hal ini disebabkan karena manifestasi klinis pada stroke
iskemik. Demikian pula, stroke iskemik yang luas dengan peningkatan TIK dapat
menyerupai stroke hemoragik. Sistem skor yang dapat digunakan, seperti skor
Interpretasi skor Siriraj, yaitu <-1 = stroke iskemik, skor > +1 = perdarahan
Gawat Darurat) dan keterangan gejala klinis digali sejak di tempat kejadian:13
kali kemudian diambil reratanya. Nilai ≥200/100 mmHg diberi skor 7,5;
2. Aktivitas menjelang saat serangan: jika ada aktivitas diberi skor 6,5,
bila tidak beraktivitas sama sekali, yaitu belum bangun dari tempat tidur,
diberi skor 1.
dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 15, dan pemeriksaan kualitatif disetarakan
skor 0 -Nyeri Ringan: skala 1–3, diberi skor 1 -Nyeri Sedang: skala 4–6, diberi
onset stroke dan disetarakan ke NPRS: -Tidak Nyeri, yaitu apabila sama sekali
tidak ada keluhan nyeri yang dilontarkan oleh pasien, nilai NPRS 0, diberi skor
18
0. -Nyeri Ringan, yaitu mengeluh nyeri tanpa ada ekspresi nyeri, nilai NPRS
1-3, diberi skor 1. - Nyeri Sedang, yaitu mengeluh nyeri kepala mengatakan
menahan sakit, nilai NPRS 4–6, diberi skor 7,5.-Nyeri Hebat, yaitu mendengar
sampai ≤1 jam diberi skor 10, muntah setelah >1 jam sampai 24 jam diberi skor
7,5, muntah terjadi >24 jam diberi skor 1, tidak muntah diberi 0.
onset diberi skor 10, hilang kesadaran >1 jam sampai 24 jam setelah onset
diberi skor 7,5, hilang kesadaran >24 jam setelah onset diberi skor 1, tidak
Hasil uji lima variabel menghasilkan titik potong terbaik 17, yaitu
jika jumlah skor ≥17 maka diagnosis cenderung SH dengan odds ratio 76,53,
dan jika jumlah skor <17 diagnosisnya cenderung SI. Nilai sensitivitas
90,3%, spesifisitas 89,1%, nilai prediksi positif 89,4%, nilai prediksi negatif
Pencitraan:
pencitraan otak juga dapat diperoleh informasi mengenai ukuran dan lokasi dari
intrakranial, CT scan relatif kurang sensitif untuk mendeteksi infark dalam ukuran
kecil atau infark awal. Tanda – tanda awal infark biasanya halus sehingga seolah –
olah terlihat normal pada 80% penderita. Beberapa teknik neuroimaging yang juga
sering dilakukan adalah magnetic resonance imaging (MRI) dan Duplex Doppler
• MRA Otak.
• EKG.
• Transcranial Doppler.
(PT), INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive
protein (CRP), laju endap darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti:
pemeriksaan elektrolit.
20
• Thorax foto.
• Urinalisa.
• Echocardiografi (TTE/TEE).
• DSA Serebral.
I. Tata Laksana
• Manajemen nutrisi
b. Tatalaksana Spesifik.14
dengan oklusi karotis interna atau pembuluh darah intrakranial, onset <8
jam
• Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
c. Tindakan Intervensi/Operatif.14
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
b. Penatalaksanaan komplikasi,
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga2
J. Prognosis
Ada prediktor tertentu dari prognosis stroke embolik pada fase akut
termasuk usia pasien dan komorbiditas terkait, selain ukuran stroke dan lokasi
22
pada neuroimaging. Namun, penilaian klinis tetap menjadi prediktor yang paling
penting dari hasil jangka panjang. Stroke emboli besar dengan gangguan mental,
motorik berat, bahasa, dan defisit visual berhubungan dengan prognosis yang
buruk.16
Ada bukti bahwa pemulihan awal ekstensi jari, abduksi bahu, dan pelepasan
prediktor pemulihan yang buruk dan terkait dengan prognosis yang buruk.16
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. F
Umur : 75 tahun
Alamat : Jl. Prona 1, Pemurus Baru, Kec. Banjarmasin Selatan.
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Masuk RS : 26 Oktober 2021
No RM : 1-15-67-51
B. Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan terhadap anak kandung pasien pada tanggal 27
Oktober 2021 pukul 06.30 WITA.
C. Keluhan Utama
Penurunan Kesadaran.
sejak pukul 16.00 WITA. keluhan disertai muntah berak, demam (37, 8oC) dan
tidak mau makan. Pasien pada pagi harinya makan dan BAB seperti biasa.
Pada siang harinya pukul 15.00 WITA, diketahui oleh orang yang
membantu di rumah. Muntah pasien berupa cairan tanpa ampas, banyak, sering,
seperti biasa, tidak ada berdarah, dan volume sedang. Anak pasien datang jam 4
sore.
23
24
WITA dan Pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Sebelumnya pasien
dibawa ke mantri dan tensi 200. Pasien minum obat PCT untuk menurunkan
panas.
97%. Pasien masuk ruang Stroke Center pukul 23.00. Keluhan Tambahan di
rumah sakit, batuk (+) saat difollow up pagi, sakit kepala (+) VAS Score 3.
diketahui sudah 1 tahun lalu, minum obat dari mantri. Namun, sudah sekitar 4
bulan tidak berobat lagi. DM (-), Penyakit jantung(-), dan saat ini pertama kali
Pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kiri sejak 1 1/2 bulan
lalu pasien, diketahui saat bangun tidur siang. Namun, pasien masih bisa bicara
seperti biasa, lalu diurut dan tidak ada perbaikan, kemudian dibawa ke mantri,
diberikan obat amlodipin, namun, keluhan masih menetap, lalu tetap diurut. Tapi
pasien bicara masih bagus, dan makan masih seperti biasa sehingga pasien tidak
Pasien suka makanan asin, manis, dan pola makan teratur 3x sehari.
25
Status Generalis
Nadi : 66 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : 36,5°C
Ronki - - Wheezing - -
- - - -
- -
- -
Ekstremitas
Akral hangat edema atrofi
Status Neurologis
Meningeal Sign :
Brudzinski 1 (-/-)
Brudzinski 2 (-/-)
Brudzinski 3 (-/-)
Brudzinski 4 (-/-)
Reflex fisiologis :
Biceps +2/+3
Triceps +2/+2
Achilles +2/+2
27
Patella +2/+2
Klonus :
Reflex patologis :
Babinski (-/-)
Chaddock (-/-)
Gonda (-/-)
Oppenheim (-/-)
Hoffman (-/-)
Tromner (-/-)
Gordon (-/-)
Schaeffer (-/-)
Motorik : 5 1
5 1
Tonus : eutonus/eutonus
eutonus/eutonus
Atrofi :
Gerak : B T
B T
Pemeriksaan sensorik : + +
+ +
28
a. Fungsi vegetatif:
Miksi (+)
Anuria (-)
Poliuria (-)
I. Pemeriksaan penunjang
a. Lab. Darah ( 26 Oktober 2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.8 12,0-16,0 g/dl
Leukosit 8.7 4,0-10,5 ribu/uL
Eritrosit 4.05 4,0-5,3 juta/Ul
Hematokrit 34.5 37,0-47,0 vol%
Trombosit 214 150 – 450 rb/ul
MCV, MCH, MCHC
MCV 85.2 75,0 - 96,0 Fl
MCH 29.1 28,0 - 32,0 Pg
MCHC 34.2 33,0 - 37,0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0,3 0,0 – 1,0 %
Eosinofil% 0,0 1,0 – 3,0 %
Neutrofil% 83.6 50,0 – 81,0 %
Limfosit% 6.1 20,0 – 40,0 %
Monosit% 10.0 2,0 – 8,0 %
Basofil# 0,03 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0,00 <3.00 ribu/ul
Neutrofil# 7.24 2.50 ribu/ul
Limfosit# 0.53 1.25 ribu/ul
Monosit# 0.87 0.30-1.0 ribu/ul
DIABETES
30
b. EKG
Interpretasi:
Sinus rhytm, frekuensi 93x/menit, normoaxis, T invesi (+) di
V2,V3,V4,V5,V6.
c. Rontgen Thorax
31
Interpretasi:
CTR: 58% AP
Kesan: kardiomegali
d. CT-scan Kepala
Interpretasi:
32
Lesi hipodens pada korteks lobus parietooksipital dextra dan ganglia basalis
dextra.
J. Diagnosis
Diagnosis Klinis :
hipokalsemia + diare
Diagnosis Topis :
Lesi hipodens pada korteks lobus parietooksipital dextra dan ganglia basalis
dextra. sesuai dengan vaskularisasi arteri serebri media dextra dan arteri
Diagnosis Etiologi :
K. Penatalaksanaan
6. Inj. Cefoperazone 3 x 1 gr
7. Inj. Omeprazole 2 x 40 mg
9. Po. Atorvastatin 1 x 20 mg
L. Prognosis
Skor Siriraj
Gejala dan Tanda Penilaian Indeks Skor
0: compos mentis
Kesadaran 1: somnolen x 2.5 2.5
2: stupor/koma
Muntah 0: tidak x2 2
1: ya
Nyeri Kepala (dalam 2 jam) 0: tidak x2 0
1: ya
Tekanan darah (diastol) 60 mmHg x 0.1 6
Ateroma: 0: tidak x (-3) -3
o Diabetes Melitus 1: ya
o Angina pektoris
o Klaudikasio intermiten
o Riwayat stroke sebelumnya
o Hipertensi
Konstanta -12 -12
Total skor SSS -4.5
Kesimpulan:
Stroke Non-Hemoragik
Skor Hasanuddin
No Kriteria Skor
.
1. Tekanan darah
Sistol ≥200 : Diastol ≥110 7,5
Sistol ≤200 : Diastol ≤110 1
2. Waktu serangan
Sedang bergiat 6,5
Tidak sedang bergiat 1
3. Sakit kepala
Sangat hebat 10
Hebat 7,5
Ringan 1
Tidak ada 0
4. Penurunan kesadaran
Langsung hilang saat serangan s/d <1 jam onset 10
1 jam s/d ≤24 jam 7,5
38
PEMBAHASAN
diketahui sejak pukul 16.00 WITA. Keluhan disertai mutanh berak, dan sakit
kepala. Pasien memiliki riwayat kelemahan sebelah kiri sejak 1 ½ bulan lalu.
Keluhan berlanjut sampai pasien merasa melayang sampai pukul 18.00 WITA dan
Pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Gambaran paling umum dari
stroke iskemik tipe emboli adalah defisit neurologis fokal dan onset yang
mendadak, serta gejala yang khas sesuai lokasi infark dan edema. Hasil
pemeriksaan klinis neurologis mengarah pada diagnosis stroke infark luas dengan
patologis unilateral, tidak adanya nyeri kepala, dan penurunan kesadaran). Klinis
ini tidak sesuai dengan skor Siriraj sebelumnya dikarenakan karena lesi infark
kemungkinan karena adanya dehidrasi akibat muntah dan berak yang berlebihan
atau dikarenakan peningkatan tekanan intrakranial, dan nyeri kepala dengan skala
39
40
VAS 3. Kesadaran pasien secara kuantitatif GCS E3V4M5 dan kualitatif apatis.
skor siriraj, pasien mendapatkan penilaian secara klinis dengan skor -4,5,
klinis dengan skor 10,5, sehingga dianggap mengalami stroke non- hemoragik.17,18
Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dengan
mantri, namun sudah sekitae 4 bulan tidak berobat lagi. Riwayat penyakit
keluarga tidak diketahui. Pasien tidak membatasi makan. Hal ini sesuai dengan
pustaka yang mengatakan bahwa kejadian stroke iskemik tipe emboli meningkat
secara signifikan setelah usia 55 tahun. Pasien berusia >55 tahun, yaitu 75 tahun.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada pasien adalah riwayat hipertensi yang
yang buruk dan terjadilah penebalan pembuluh darah serta hipertrofi dari otot
akan memicu timbulnya stroke. Hipertensi dapat menyerang siapa saja dari
berbagai kelompok usia. Ketika pembuluh darah menebal disertai tekanan darah
yang meningkat, kolesterol dan substansi lemak yang lainnya dapat menyebabkan
yang terjadi pada pembuluh darah otak juga dapat menyebabkan dinding
menunjukkan adanya sisi anggota gerak yang lebih lemah dibandingkan dengan
sisi lainnya. Lateralisasi ke arah sinistra dan kelemahan ekstremitas sebelah kiri
diagnosis stroke iskemik tipe emboli dengan adanya Sulkus dan girus menyempit
parietooksipital dextra dan ganglia basalis dextra, dan edema cerebri fokal. Hal ini
terjadi akibat efek desak ruang, yaitu penekanan dari lesi dan edema cerebri fokal
V2,V3,V4,V5,V6.
lpm, IVFD NS 0,9% 20 tpm, PCT Flash (k/p), Inj. Citicoline 2 x 250 mg, Inj.
mg, Po. KSR 2 x 1 gr. Jalan nafas harus dalam keadaan bersih dan longgar dan
42
bahwa fungsi paru-paru cukup baik. Oksigenasi harus adekuat terutama pada
pada pasien ini diberikan guna menjaga sirkulasi aliran darah ke otak dengan
pemberian normal saline 0,9%. Antipiretik untuk menurunkan demam pada pasien
dengan pemberian paracetamol flash, Terapi jangka pendek untuk demam, jika
untuk mengobati hipertermia atau kondisi dimana rute pemberian lain tidak
fosfolipase A2, dan untuk mempercepat reabsorpsi edema serebral dalam berbagai
mengarah pada perbaikan sel. Pada level vaskuler, citikolin berperan dalam
golongan obat yang berfungsi sebagai pemacu kerja otak serta dapat membantu
melancarkan fungsi otak akibat penurunan kesadaran dimana obat golongan ini
vitamin B12 dengan gugus metil aktif yang berperan dalam reaksi transmetilasi
43
dan merupakan bentuk paling aktif dibandingkan dengan homolog vitamin B12
dalam hal ini kaitannya dengan metabolisme asam nukleat, protein dan lemak
reseptor LDL pada permukaan sel hati, sehingga terjadi peningkatan ambilan dan
generasi III bekerja dengan cara mengganggu pembentukan dinding sel bakteri,
guna menurnkan kadar trigliserida serum dan menigkatkan HDL pada penderita
terjadinya agregasi platelet dimana obat antiplatelet yang sering digunakan adalah
pencegahan ulkus stres dan memiliki efek yang sama terhadap terjadinya
pneumonia, dan keduanya tidak berpengaruh pada hasil akhir pasien stroke akut.
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus Ny. F, usia 75 tahun, dengan diagnosis Stroke
diketahui sejak pukul 16.00 WITA. Keluhan berlanjut sampai pasien merasa
melayang sampai pukul 18.00 WITA dan Pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin
Oktober-1 November 2021. Pasien pulang pada tanggal 1 November 2021 dengan skala
NIHSS 2 yaitu terdapat defisit neurologis ringan dan skala MRS 1 yaitu tidak ada
kecacatan yang signifikan meskipun ada gejala dan mampu melaksanakan aktivitas seperti
biasa.
45
DAFTAR PUSTAKA
4. Dinata. CA., Safrita Y, Sastri S., Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke
pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012, Jurnal Kesehatan Andalas,
2013; 2 (2): 57–61.
5. Jauch. EC, Saver JL., Adams. HP, Bruno A, et al, Guidelines for the Early
Management of Patients with Acute Ischemic Stroke, American Heart
Association, 2013; 44 (3): 870–947.
6. Boehme AK, Esenwa C, Elkind MSV. Stroke risk factors, genetics, and
prevention. Circ Res. 2017;120(3):472-95.
17. Setyopranoto, I. Oedem Otak pada Pasien Stroke Iskemik Akut. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2015.
47
20. Kelompok Studi Neurointensif Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Advance neurologi life support. Jakarta: Kelompok Studi
Neurointensif Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2017.
48