Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE NON HEMORAGIK

Pembimbing Akademik : Marwanti, S.Kep, Ns, M.Kep.


Pembimbing Klinik : Kusniyah jamil, Amd.Kep

Disusun Oleh :

NAMA : Dina Nurcahya


NIM : 2002053
RS : RSUD Wonosari
RUANG : Teratai

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga didunia setelah penyakit jantung koroner
dan kanker baik dinegara maju maupun negara berkembang satu dari 10 kematian disebabkan
oleh stroke (Ennen, 2004; Marsh & Keyrouz, 2010; American Heart Association, 2014,
Stroke Forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu
pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke Forum, 2015). Stroke
merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (American Heart Association,
2014).
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini.
Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.
Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang mendadak dapat mengakibatkan kematian,
kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit yang menyerang usia produktif,
karena generasi muda sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat, Selain banyak
mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan
menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya penumpukan energi dalam tubuh
(Dourman, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar
51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar
16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya
kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi
glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah
yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena
terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak
jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Menurut hasil Riskesdas Indonesia, penyebab kematian utama pada semua umur adalah
stroke (15,4%), TB (7,5%), hipertensi (6,8%) dan cedera (6,5%) (Depkes, 2008). Bila
dibandingkan dengan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menurut
empat kelompok penyebab kematian tersebut dapat dilihat bahwa selama 12 tahun telah
terjadi transisi epidemiologi dimana proporsi penyakit tidak menular semakin meningkat,
sedangkan proporsi penyakit menular sudah mulai menurun walaupun tetap terbilang tinggi.
Proporsi penyakit menular di Indonesia dalam 12 tahun telah menurun sepertiganya dari 44%
menjadi 28%.Sedangkan, proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan yang
cukup tinggi dari 42% menjadi 60%. Apabila di kelompok penyakit menular tuberculosis
yang memiliki proporsi morbiditas paling tinggi pada semua umur (27,8%), maka di
kelompok penyakit tidak menular stroke yang memiliki proporsi morbiditas paling tinggi
(26,9%) (Depkes, 2008).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggali Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Stroke non Hemoragik.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali pengkajian keperawatan pada pasien Stroke non Hemoragik.
b. Menggali diagnosa keperawatan pada pasien Stroke non Hemoragik.
c. Menggali perencanaan keperawatan pada pasien Stroke non Hemoragik.
d. Menggali pelaksanaan keperawatan pada pasien Stroke non Hemoragik.
e. Menggali evaluasi keperawatan pada pasien Stroke non Hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Stroke adalah gangguan perderahan darah otak yang menyebabkan deficit nueorologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemorogi sirkulasi saraf otak (sudoyo Aru). Istilah
stroke biasanya digunakan seacara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. (Nuratif dan
Kusuma, 2015).
Stroke didefisinikan sebagai defisit (gangguan) fungsi soistem saraf yang terjadi
mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredarahan darah otak.Stroke terjadi akibat
gangguan pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen ke otak
akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguam fungsi otak ini akan
menimbulkan gejala stroke (Pinzon Rizaldy & Asanti Laksmi, 2010).

B. Klasifikasi
Menurut Indrawati, dkk. (2016), mekanisme stroke dibagi menjadi dua kategori yaitu
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik atau stroke iskemik.
1. Stroke hemoragik
Stroke yang disebabkan karena adanya perdarahan akibat bocor atau pecahnya
pembuluh darah ke otak. Aneurisma atau pembengkakan pembuluh darah di
otak.Aneuarisme atau pembengkakan pembuluh darah adalah salah satu penyebab yang
umum dialami penderita stroke hemoragik. Seiring bertambahnya usia, maka ada satu
beberapa bagian dari dinding pembuluh darah yang lemah bisa mengakibatkan pembuluh
darah tersebut pecah. Selain usia, faktor yang berisiko untuk terjadinya stroke hemoragik
adalah faktor keturunan dan secara umum terjadi karena penderita memiliki tekanan
darah yang tinggi atau hipertensi.
Hipertensi kronis yang diderita pasien juga dapat menyebabkan perubahan
struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis (radang pada pembuluh darah)
atau nekrosis fibrinoid (nekrosis/kematian sel karena kerusakan pembuluh darah yang
termediasi imun). Selain mengakibatkan gangguan aliran darah ke bagian otak, pecahnya
pembuluh darah arteri juga akan menekan otak dan menyebabkan jaringan otak
membengkak. Ada dua jenis stroke hemoragik antara lain :
a. Perdarahan intraserbral yang merupakan jenis paling umum dari stroke hemoragik.
Hal ini terjadi saat arteri di otak pecah dan membanjiri jaringan sekitarnya dengan
darah, pendarahan yang sering dijumpai berada didaerah putamen, thalamus,
subkrotikel, nucleus, kaudatus, dan cerebellum.
b. Pendarahan subarachnoid adalah perdarahan di daerah antara lapisan dalam
(piameter) dan lapisan tengah (aracnoid mater) dan jaringan tipis pelindung otak
(meninges).
2. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik
Terjadi karena pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian
atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan
kolestrol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat
pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke
otak.
Stroke iskemik dbagi menjadi 3 jenis yaitu : (1) stroke trombotik (proses
terbentuknya thrombus hingga menjadi gumpalan); (2) stroke embolik (tertutupnya
pembuluh arteri oleh bekuan darah); (3) hipoperfusion sistemik (aliran darah ke seluruh
bagian tubuh berkurang karena adanya gangguan denyut jantung).

C. Etiologi
Menurut Adam dan Victor (2013), penyebab kelainan pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan stroke, antara lain :
1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli, Perdarahan hipertensi, Arteritis
4. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
5. Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus paranasal, dan wajah.
6. Kelaianan hematologi : antikoagulan dan thrombolitik, kelainan faktor pembekuan
darah, polisitemia, sickle cell disease, trombotik trombositopenia purpura, trombositosis,
limpoma intravaskular.
7. Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
8. Angiopati amiloid
9. Kerusakan aneuriisma aorta
10. Komplikasi angiografi

D. Manifetasi klinis
1. Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
2. Tiba – tiba hilangnya rasa peka
3. Bicara cedal atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan pengelihatan
6. Mulut moncong atau tidak simetris ketika menyeringai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
(Nurarif dan Kuksuma 2015)

E. Faktor Resiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke. Beberapa faktor juga dapat
meningkatkan kemungkinan anda terkena serangan jantung. Faktor resiko stroke antara lain :
a. Faktor Resiko Gaya Hidup
a. Kelebihan berat badan dan obesitas
b. Aktivitas fisik
c. Konsumsi alkohol
d. Pengguanaan obat – obatan terlarang, seperti kokain dan methamphetamine
b. Faktor Resiko Medis
a. Tekanan darah tinggi. Risiko stroke meningkat jika tekanan darah lebih tinggi dari
120 / 80 mmHg
b. Merokok atau menjadi perokok pasif
c. Kolestrol tinggi
d. Diabetes
e. Sllep apnea atau gangguan tidur
f. Penyakit kardiovaskuler
c. Faktor –Faktor Lain :
a. Riwayat keluarga stroke, serangan jantung atau TIA
b. Berusia 55 ke atas
c. Suku bangsa. Orang afrika – amerika memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dari
pada ras lain.
d. Jenis kelamin. Pria memiliki risiko stroke lebih tinggi dari pada wanita, namun
wanita lebih mungkin untuk meninggal karena stroke dari pada pria. wanita juga
memiliki risiko terkena stroke dari penggunaan pil KB atau terapi hormone, serta
dari kehamilan dan persalinan (Safitri, 2016).

F. Patofisiologi
1. Patofisiologi Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak atau bagian otak
sehingga terjadi kekurangan oksigen dan glukosa serta zat-zat lain yang penting dan
diperlukan untuk kehidupan sel-sel, otak dan pembuangan CO2 dan asam laktat. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak, antara lain:
a) Keadaan pembuluh darah dapat menyempit akibat aterosklerosis atau tersumbat oleh
thrombus atau embolus
b) Keadaan darah : viskositas darah yang meningkat dan hematokrit yang meningkat
menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat menyebabkan
oksigenasi otak menurun
c) Tekanan darah sistematik memgang peranan terhadap tekanan perfusi otak
d) Kelainan jantung menyebbakan menurunnya curah jantung serta lepasnya embolus
yang menimbulkan iskemai otak.
Sebagai akibat dari menurunnya aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka akan
terjadi seragkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai
ditingkat selular, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan
kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan
berakhir dengan kematian neuron.
2. Patofisiologi Stroke Hemoragik
a. Patofisiologi Perdarahan Intraserebral
Penyebab perdarahan intraserebral dapat bersifat primer akibat hipertensi kronik
dan sekunder akibat anomaly vaskuler congenital, koagulopati, tumor otak,
vaskulitis, post stroke iskemik dan penggunaan obat anti koagulan.
b. Patofisiologi perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid jumlahnya realtif kecil yaitu sekitar 4,2%. Perdarahan
subarachnoid terjadi karena pecahnya anuerisme sakuler 80% kasus perdarahan
subarachnoid non traumatic. Anuerisme sakuler merupakan proses degenerasi
vaskler akibat didapat proses hemodinamika pada bifurcation pembuluh arteri otak
terutama di daerah sirkulus willisi. Darah masuk ke subarachnoid pada sebagian
besar kasus menyebabkan sakit kepala hebat diikuti penurunan kesadaran dan
rangsangan meningeal.

G. Pathways
Aterosklerosis Trombos dan Emboli

Perubahan Menyumbat pembuluh darah otak


perfusi
Suplai darah ke otak menurun
jaringan
serebral Iskemia dan hipoksia jaringan otak

Resiko Kematian jaringan dan sel-sel otak


kerusakan
integritas kulit
Penurunan kesadaran dan tirah baring Defisit neurologis

mucus berlebihan Kerusakan system motorik dan sensorik

Bersihan Hambatan
Kelemahan dan kelumpuhan komunikasi verbal
jalan nafas
tidak efektif

Hambatan
mobilitas fisik

Defisit perawatan
diri

(Hariyanto dan Sulistyowati, 2015)


H. Pemeriksaan Diagnostik
- Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti pendarahan
arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari perdarahan seperti aneurisma
malformasi vaskuler.
- Lumbal pungsi, CT scan , EEG,Magnetic Imaging Resnance (MRI)
- USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis)
(Mutaqqin, 2008).

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis pada pasien stroke adalah :
a. Diueretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikogulan untuk mencegah terjadihnya thrombosis embolisasi dari tempat lain
dalam system kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.
(Smetlezer & Bare, 2010).
2. Penatalaksanaan stroke menurut Wijaya dan Putri (2013) adalah:
a. Penatalaksanaan umum
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai
muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen
1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah.
3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.
4) Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal.
5) Suhu tubuh harus dipertahankan.
6) Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun dianjurkan pipi
NGT.
7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.
b. Penatalaksanaan medis
1) Trombolitik (streptokinase).
a) Anti platelet (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol).
b) Antikoagulan (heparin).
c) Hemorrhage (pentoxyfilin).
d) Antagonis serotonin (noftidrofurly).
e) Antagonis calsium (nomodipin, piracetam).
2) Penatalaksanaan khusus atau komplikasi
a) Atasi kejang (antikonvulsan).
b) Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitol, gliserol, furosemid,
intubasi, steroid dll).
c) Atasi dekompresi (kraniotomi).
3) Untuk penatalaksanaan faktor resiko : atasi hipertensi (anti hipertensi), atasi
hiperglikemia (anti hiperglikemia), atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)

J. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat terjadi masalah
fisik dan emosional diantaranya:
1) Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme paru yaitu
sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.
2) Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi ulkus
dekubitus dan infeksi.
3) Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paruparu dan selanjutnya menimbulkan pneumoni.
4) Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
5) Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi emosional
dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan kehilangan fungsi tubuh.

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
4) Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung
lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan
yang mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,
bagaimana nafsu makan klien.
2) Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol.
3) Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK
apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke
mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
2) Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata
kelateral (nervus VI).
3) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
4) Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.
5) Dada
a) Inspeksi : Bentuk simetris
b) Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
c) Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
d) Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I
dan II murmur atau gallop.
6) Abdomen
a) Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
b) Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
c) Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
7) Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa
atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran
kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
a) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
b) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
c) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi.
d) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
e) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
f) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
otak
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebihan
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis (misalnya:
tumor otak, penurunan sirkulasi ke otak, sistem muskuluskoletal melemah).
f. Resiko integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (misalnya daya gesek,
tekanan imobiltas fisik)

3. Perencanaan Keperawatan
No Dx. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan a. Monitor status a. Untuk
nafas tidak tindakan keperawatan pernafasan dan mengetahui
efektif selama 3 x 24 jam di oksigenasi, TTV klien
berhubungan harapkan klien mampu sebagaimana b. Untuk
dengan mucus meningkatkan dan mestinya mengeluarka
berlebihan memepertahankan b. Lakukan fisioterapi n secret yang
keefektifan jalan nafas dada, sebagimana tertahan
dengan criteria hasil: semestinya c. Memberikan
a. Frekuensi c. Posisikan pasien rasa nyaman
pernafasan (3) untuk pada pasien
b. Akumulasi sputum memaksimalkan d. Untuk
(3) ventilasi melonggarka
c. Irama pernafasan d. Kolaborasi n pernafasan
(3) pemberian nebulizer klien

2 Perubahan Setelah dilakukan a. Monitor TTV dan a. Untuk


perfusi tindakan keperawatan tingkat kesadaran mengetahui
jaringan selamu 3 x 24jam b. Baringkan klien TTV klien
berhubungan diharapkan klien (bedrest) total b. Agar pasien
dengan perubahan perfusi dengan posisi tidur nyaman
penurunan jaringan dapat diatasi terlentang tanpa c. Untuk
aliran darah ke dengan criteria hasil : bantal menghindari
otak a. Sakit kepala (4) c. Ajarkan klien untuk terjadinya
b. Kegelisahan (4) menghindari batuk perdarahan di
c. Refleks saraf dan mengejan otak
terggangu (4) berlebihan d. Agar TD
d. Tekanan darah klien turun
sistolik (4) d. Pemberian terapi
e. Tekanan darah sesuai instruksi
diastolik (4) dokter seperti
steroid, aminofel,
antibiotika
3 Hambatan Setelah di lakukan a. Kaji kekuatan otot a. Untuk
mobilitas fisik tindakan keperawatan b. Ajarkan klien Room mengetahui
berhubungan selama 3 x 24 jam pasif kekuatan otot
dengan mobilitas fisik teratasi, c. Instrusikan klien klien
gangguan ne dengan kriteria hasil : mengenai b. Agar ototnya
uromuskular a. Kecepatan berjalan pemindahan dan tidak kaku
(3) teknik ambulasi yang c. Agar posisi
b. Kekuatan tubuh aman klien nyaman
bagian atas (3) d. Konsultasikan pada d. Mempertahan
c. Kekuatan tubuh ahli terapi fisik kan mobilitas
bagian bawah (3) mengenai rencana sendi
d. Tekanan darah ambulasi, sesuai e. Agar
sistolik ketika kebutuhan keluarga bisa
beraktivitas (3) e. Libatkan keluarga merawat
e. Tekanan darah dalam mobilitas fisik klien secara
diastolic ketika klien mandiri
beraktivitas (3)

4 Defisit Setelah di lakukan a. Monitor integritas a. Untuk


perawatan diri tindakan keperawatan kulit klien mengetahui
berhubungan selama 3 x 24 jam b. Letakan handuk, kulit klien
dengan terjadi perilaku sabun, deodoran, alat b. Agar kulit
gangguan peningkatan perawatan bercukur, dan tetap lembab
neuromuskular diri dengan kriteria asesoris lain yang c. Agar tidak
hasil : diperlukan disisi terjadi
a. klien menunjukan tempat tidur atau integritas
perubahan gaya kamar mandi kulit
hidup untuk c. Jaga ritual d. Agar klien
kebutuhan merawat kebersihan dapat
diri. d. Berikan bantuan merawat diri
b. klien mampu sampai klien benar- secara
melakukan benar mampu mandiri
aktivitas perawatna merawat diri secara
diri sesuai dengan mandiri
tingkat
kemampuan.
c. Mempertahankan
kebersihan mulut
(4)
d. Menyisir rambut
(3)
e. Mempertahankan
kebersihan tubuh
(3)
5 Hambatan Setelah di lakukan a. Monitor klien terkait a. Untuk
komunikasi tindakan keperawatan dengan perasaan mengetahui
verbal selama 3 x 24 jam frustasi, kemerahan, hanbatan
berhubungan Hambatan komunikasi depresi atau respon – komunikasi
dengan verbal teratasi dengan respon lain verbal klien
Gangguan kriteria hasil : disebabkan karena b. Untuk
fisiologis a. Klien berbicara adanya gangguan melatih
(mis : tumor dengan jelas (4) kemampuan bicara pasien
otak, b. Klien memastikan berbicara c. Agar
penurunan bahwa informasi b. Instrusikan klien keluarga
sirkulasi ke dipahami (4) untuk berbicara dapat melatih
otak, sistem c. Metode komunikasi pelan klien
musculoskelet alternatif c. Instrusikan klien d. Agar klien
al melemah) digunakan jika atau keluarga untuk bisa bicara
dibutuhkan (4) menggunakan proses dengan lancer
kognitif, anatomis,
dan fisiologi, yang
terlibat dalam
kemampuan
berbicara
d. Sediakan metode
alternative untuk
berkomunikasi
dengan berbicara
( misalnya menulis
dimeja,
menggunakan kartu
kedipan mata, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf,
tanda dengan tangan
atau postur, dan
menggunakan
computer)

6 Resiko Setelah di lakukan a. Monitor penggunaan a. Agar


kerusakan tindakan keperawatan alat bantu misal mencegah
integritas kulit selama 3 x 24 jam (kruk, kursi roda) terjadinya
berhubungan resiko kerusakan b. Jelaskan pada klien resiko
dengan faktor integritas kulit teratasi dan keluarga intgritas kulit
mekanik dengan kriteria hasil : manfaat dan tujuan b. Untuk
(misalnya a. Tidak terdapat melakukan latihan melatih otot
daya gesek, penekanan (4) sendi klien
tekanan, b. Tidak menunjukan c. Konsultasikan c. Agar Otot
imobilitas f adanya kelainan kepada ahli terapi klien tidak
isik) pada status nutrisi fisik mengenai kaku
(4) rencana ambulasi,
c. Tidak menunjukan sesuai kebutuhan
adanya kelainan
pada kekuatan otot
(4)
d. Tidak menunjukan
adanya kelainan
pada persendian (4)

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Rio Nurdiansyah. 2013. Penyebab Mortalitas Pada Pasien Stroke Fase Akut di RSUP
Haji Adam Malik Medan Januari 2011-Desember 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37942/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
tanggal 11 Oktober 2016.
Dosen keperawatan Medikal bedah Indonesia. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal –
Bedah : Diagnosa NANDA – 12015 Intervensi NIC hasil NOC. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi Dan
klasifikasi 2015 – 2017. Jakarta : EGC
Simangunsong, Dedy Kristofer. 2011. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Stroke di RSU
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30235/3/Chapter%20II.pdf diakses pada
tanggal 11 Oktober 2016.
Stroke Association. 2010. Converging Risk Factors. 10 September 2016.
www.strokeassosiation.org diakses pada tanggal 8 Oktober 2016.
WHO. 2010. Fact Sheet: The Top Ten Causes of Death. 12 September 2016.
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf diakses pada tanggal 8 Oktober
2016.

Anda mungkin juga menyukai