OLEH :
NIM : P27820518004
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat dengan judul “Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat pada klien Tn “Q” dengan Diagnosa CVA BLEEDING ” di Ruang IGD RSUD
Dr. R KOESMA TUBAN. Periode Tanggal 11-15 Mei 2020.
Dosen Pembimbing
NIP:198705242010121006
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 DEFINISI
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma
kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler (Widjaja, 2013).
Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan
perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono,2013).
Stroke adalah sindrom klinis yang awalnya timbulnya mendadak, progresif, cepat, berupa
deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung
menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan perdarahan otak non
traumatik (Mansjoer,2010).
2.2 ETIOLOGI
Menurut Wijaya & Putri, 2013 :
1. Trombosis Serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utamathrombosis serebral yang adalah penyebab paling umum dari stroke (Smeltzer,
2006).
Trombosis ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan
oleh ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan kerusakan lokal dindingpembuluh
darah akibataterosklerosis (Price, 2014).
2. Emboli Serebri
Emboli serebri termasuk urutan kedua dariberbagai penyebab utama stroke.
Penderita embolisme serebri biasanya lebih mudadibandingkan dengan thrombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombusdalam jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit (Price, 2014).
3. Hemoragik
Hemoragik dapat terjadi di luar durameter (hemoragik ekstradural atau epidural),
dibawah durameter (hemoragik subdural), di ruang sub arachnoid (hemoragik intra
serebral) (Price, 2014).
Menurut Brunner & Suddarth, 2006 :
1. Thrombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral yang penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda
thrombosis serebral bervariasi, sakit kepala dalah awitan yang tidak umum. Secara
umum thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia atau parasthesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan
paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Embolisme serebral
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis inefektif. Penyakit
jantung rheumatic dan infark miokard, serta infeksi pulmonal adalah tempat-tempat di
asal emboli.Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang –
cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral.Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-
tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme.
3. Iskemia Serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. Manifestasi yang paling umum
adalah SIS (Serangan Iskemik Sementara)
4. Hemoragi Serebral
Hemoragi dapat terjadi diluar duramater (hemoragi ekstradural) atau epidural di
bawah duramater (hemoragi subdural), di ruang sub arakhnoid (hemoragi sub
arachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
5. Hemoragi Ekstradural
Hemoragi ekstradural biasanya diikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri
tengah atau arteri meninges lain. Pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk
mempertahankan hidup
6. Hemoragi subdural
Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dngan
hemoragi epidural, kecuali bahwa hematom subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenya, periode pembentukan hematoma lebih lama (interval jelas lebih lama) dan
menyebabkan tekanan pada otak.
7. Hemoragi Subarachnoid
Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area Sirkulus Willisi dan
malformasi arteri-vena kongenital pada otak
8. Hemoragi Intraserebral
Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada pasien
dengan hipertensi dan atherosclerosis serebral, karena perubahan degeneratif, karena
penyakit ini biasanya pada usia 40 s/d 70 tahun. Pada orang yang lebih muda dari 40
tahun. Hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri – vena ,
hemongioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh type patologi arteri tertentu,
adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (anti koagulan oral, amfetamin dan
berbagai obat adiktif).
- Faktor-faktor yang menyebabkan stroke
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)
a. Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.
b. Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
c. Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. Faktor yang dapat dirubah (reversible)
a. Hipertensi
b. Penyakit Jantung
c. Kolesterol Tinggi
d. Obesitas
e. Diabetes Melitus
f. Polisetemia
g. Stress Emosional
3. Kebiasaan hidup
a. Merokok
b. Peminum Alkohol
c. Obat-obatan Terlarang
d. Aktivitas yang Tidak Sehat : Kurang olahraga, makanan berkolesterol
2.4 PATOFISIOLOGI
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran
darah kesetiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka mulai terjadi
kekurangan oksigen kejaringan otak. Kurang selama 1 menit dapat mengarah pada gejala
yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu
yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neiron-neuron. Area nekrotik
kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awanya mungkit akibat dari bekuan
darah, udara, plaque, atheroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorhagi maka
faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi
rupture dan dapat menyebabkan hemorhagi.
Pada stroke thrombosis atau metabolic maka otak mengalami iskemia dan infark sulit
ditentuak. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat
terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakanial (TIK) dan kematian pada area
yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulasi Willisi: arteri karotis dan system vertebrobasilar dan semua cabang-
cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah kejaringan otak terputus selama15 samapai 20
menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri
tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut
1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dam
thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan
2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas
darah
3) Gangguan aliran darah akibat bekuan embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstrakranium
4) Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid
(Price,2014)
Hipertensi Aneurisme
Hematoma Cerebral
Vasospasme pembuluh
Peningkatan TIK darah serebral
Iskemik, infark
jaringan cerebral
RESIKO HAMBATAN
ASPIRASI MOBILITAS
Afasia
FISIK
Nama Pengkaji :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Pengkajian :
Jam :
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. BIODATA
BIODATA PASIEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaaan :
Usia :
Status Pernikahan :
No RM :
Diagnosa Medis :
Tanggal Masuk RS :
Alamat :
b. PENGAJIAN PRIMER
1. Airways (jalan nafas)
- Sumbatan:
- Suara nafas:
2. Breathing (pernafasan)
- Sesak dengan: Aktivitas / Tanpa aktivitas / Menggunakan otot tambahan
- Frekuensi: …….x/mnt
- Irama teratur/tidak
- Kedalaman dalam/dangkal
- Reflek batuk ada/tidak
- Bunti nafas ada/tidak
3. Circulation (Sirkulasi)
- Sirkulasi perifer:
Nadi: ……….. x/mnt
Irama: Teratur /Tid
Denyut : Lemah/Kuat/Tdk Kuat
- TD:………….mmHg
- Ekstremitas: Hangat/Dingin
- Warna kulit: Cyanosis/Pucat/Kemerahan
- Nyeri dada: Ada/Tidak
- Karakterisrik nyeri dada: Menetap/Menyebar/Seperti ditusuk-tusuk/Seperti
ditimpa benda berat
- Capillary refill: < 3 detik / > 3 detik
- Edema: ada/tidak
- Lokasi edema: Muka/Tangan/Tungkai/Anasarka
4. Disability
- ( ) Alert/perhatian
- ( ) Voice respons/respon terhadap suara
- ( ) Pain respons/respon terhadap nyeri
- ( ) Unrespons/tidak berespons
- ( ) Reaksi pupil
5. Eksposure/Environment/Event
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh terhadap adanya jejas dan perdarahan
dengan pencegahan hipotermi
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
Event/penyebab kejadian
c. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri = PQRST)
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3. Medikasi/Pengobatan terakhir.
4. Last meal (makan terakhir)
5. Event of injury/penyebab injury
6. Pengalaman pembedahan.
7. Riwayat penyakit sekarang
8. Riwayat penyakit dahulu.
e. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan kekuatan otot
Pemeriksaan kekuatan otot adlah suatu cara yang dilakukan oleh seorang petugas
kesehatan untuk menilai kekuatan otot seseorang yang telah mengalami stroke.
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: pasien disuruh
menggerakkan ekstremitas atau badannya dan petugas menahan gerakan pasien
tersebut, pasien disuruh menggerakkan ekstremitas atau bagian dari badannya dan
pasien disuruh menahannya selama beberapa waktu.
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti pendarahan,
obstruksi, arteri, oklusi/rupture.
3. Elektro encefalograpy
Mengidintifikasi masalah didasarkan pasa gelombang otau taupun mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
4. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan dari
masa yang luas, klasifikasi karotis internal terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi
parsial dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.
5. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri carotid/aliran
darah/muncul plaque/arterosklerosis.
6. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
7. MRI
Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA,
tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragik sub
arachnoris/pendarahan intracranial.
8. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa
yang meluas
3.4 IMPLEMENTASI
Menurut Nursalam (2011), Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi
disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya (Nursalam, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Mansjoer, A, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
KEMENKES RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Amin Widjaja, 2008. Dasar Dasar Customer Relationship. Management. Harvarindo, Jakarta
Haryono dan Setianingsih. 2013. Musuh musuh Anda setelah Usia 40 Tahun. Yogyakarta :
Goeseyen Pusblishing
Price, S A dan Wilson. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&
Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Alih Bahasa H. Y. Kuncara, Monica Ester, Yasmin Asih, Jakarta :
EGC
Widjaja, A. S dan Putri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikat Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Asekp. Yogyakarta : Nuha Medika
Doengoes, Marilyn E. Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa : I Made Kriasa.
Jakarta : EGC
BAB IV
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA KLIEN Tn “Q” DENGAN DIAGNOSA CVA BLEEDING
PERIODE 11-15 MEI 2020
4.1 PENGKAJIAN
I. BIODATA PASIEN
Nama : Tn. “Q”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaaan : PETANI
Usia : 49 Tahun
Status Pernikahan : Kawin
No RM : 0014
Diagnosa Medis : CVA BLEEDING
Tanggal Masuk RS : 12 MEI 2020
Alamat : Cempokorejo, PALANG
Suara nafas:
(√ ) Snowring (-) Gurgling
IV. Disability
Pemeriksan (E : 4,M : 5,V : 4) dan tingkat kesadaran apatis
V. Eksposure/Environment/Event
Tidak terdapat jejas atau perdarahan,
Hasil CT- Scan Kepala : ICH di parietal kiri vol +/- 90cc.
Penderita memiliki riwayat darah tinggi sejat +/- 4 tahun dengan pengobatan yang tidak
rutin
IV. Abdomen :
I : Tidak ada bekas luka, perut datar, warna sawo matang, umbilikus tidak menonjol
A : bising usus normal
P : Thympani
P : Tidak teraba pembesaran hati dan limpa, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
V. Ekstermitas :
Rentang gerak : Ekstermitas kanan seluruhnya tidak dapat di gerakan
Kekuatan otot : kekuatan otot terbatas
Deformitas : Abnormal
Kontraktur (+)
Edema (-)
Nyeri (-)
Krepitasi (-)
VI. Kulit
Turgor Kulit : kulit elastis
4.5 TERAPI
Hasil Laboratorium :
Hb 10 g/dl
Eritrosit 4,72 jt/ul
Leukosit 17,7 ribu/ul
Hematokrit 30%
Trombosit 298 ribu/ul
Natrium 130mmol/l
Kalium 3,4mmol/l
Ureum 24mg/dl
Gds 285 mg/dl
CT Scan Kepala:
- Tampak area hiperdens di parietal kiri ukuran 4,62x3,81 cm.
- Differensiasi grey, white matter jelas.
- Tak tampak deviasi midline structure.
- Sistem ventrikel normal, sulci/gyri normal.
- Pons/cerebellum/CPA normal.
- Sinus paranasal/cavum nasi dan orbita normal.
Kesimpulan: ICH di parietal kiri vol ± 90 cc.
- Infus RL 20tpm
- Urin Cateter
- Inj. Vit B1 : 2x30mg
- Ceftriazone 2x1g
- Ketorolac: 3x30mg
- Diit : sonde 4500kalori.
4.6 ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : Aliran darah ke otak Ketidakefektifan Perfusi
Keluarga klien terhambat jaringan serebra
mengatakan bahwa klien
memiliki riwayat
hipertensi +/- 4 tahun yg
lalu dengan pengobatan
yang tidak teratur
Do :
Klien mengalami nyeri
kepala
TTV :
Nadi : 83x/mnt
TD : 140/100
mmHg
RR : 20x/mnt
Suhu : 36,5 C
Klien mengalami
kesulitan berbicara
menggunakan bibir
Hasil CT Scan ICH di
parietal kiri vol +/- 90cc.
GCS : 454
2 Ds : - Penurunan sirkulasi ke Kerusakan komunikasi
Do : otak verbal
Klien tidak dapat
mengungkapkan isi
fikirannya secara lisan,
tulisan dan isyarat
Saat klien berbicara,
mulutnya mengot ke arah
kanan dan bicaranya pelo
3 Ds : - Kerusakan neurovas-kuler Kerusakan mobilitas fisik
Do :
Klien mengalami
kelemahan pada lengan
dan tungkai sesisi tubuh
sebelah kanan
Kemampuan pergerakan
terbatas
Klien hanya mampu
badrest
4.8 INTERVENSI
Dx 1 : Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan suplai
aliran darah keotak lancar
Kriteria Hasil :
- Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai dengan hilang
- Berfungsinya saraf dengan baik
- Tanda-tanda vital stabil
INTERVENSI :
INTERVENSI :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti spontan tidak tampak memahami kata/ mengalami
kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi
2. Bedakan antara afasia dan disatria
R/ intervensi yang dipilih tergantung tipe kerusakannya
3. Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik)
4. Minta klien untuk mengucap kalimat sederhana
R/ mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponen motorik dan bicara (seperti
lidah, gerakan bibir, kontrol nafas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin
juga tidak disertai afasia motorik
5. Berikan metode alternatif seperti menulis dipapan tulis
R/ memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan defisit yang
mendasarnya
6. Kolaborasi konsultasiskan dengan rujuk kepada ahli terapi wicara
R/ mempercepat proses penyembuhan
Dx 3 : Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan klien dapat
melakukan pergerakan fisik.
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi kontraktur otot dan footdrop
- Pasien berpartisipasi dalam program latihan
- Pasien mencapai keseimbangan saat duduk
- Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk
kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi
Intervensi :
1. Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
R/Untuk mengetahui kekuatan otot
2. Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau mangurangi bengkak
R/Mencapai keseimbangan saat duduk
3. Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien
R/untuk mengetahui kemampuan mobilisasi
4. Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan
R/Mengajarkan klien latihan ROM
5. Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi
R/untuk mempercepat kesembuhan klien
4.9 IMPLEMENTASI
Tanggal DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON TTD
PERAWAT
12 MEI Ketidakefektifan Bina Hubungan Saling KLIEN & ROSIDA
2020 Perfusi jaringan Percaya antar keluarga KELUARGA
serebral b.d dan klien KOOPERATIF
aliran darah ke
otak terhambat. Berikan penjelasan pada
keluarga tentang sebab- KELUARGA KLIEN ROSIDA
sebab peningkatan TIK IKUT
dan akibatnya BERPARTISIPASI
UNTUK
MENGURANGI
SEBAB
Berikan klien bed rest PENINGKATAN TIK
total
Nadi : 85x/mnt
TD : 120/80mmHg ROSIDA
RR : 22x/mnt
Berikan posisi kepala Suhu : 36,5 C
lebih tinggi 15-30 dengan
letak jantung (beri bantal
tipis)
KLIEN KOOPERATIF,
MENGIKUTI
Anjurkan klien untuk ARAHAN PERAWAT
menghindari batuk dan TANPA ADA RASA ROSIDA
mengejan berlebihan TERPAKSA
KELUARGA KLIEN
KOOPERATIF
MEMANTAU KLIEN
DAN ROSIDA
Ciptakan lingkungan MEMBERITAHU
yang tenang dan batasi KLIEN AGAR
pengunjung MENGHINDARI
BATUK DAN
MENGEJAN YANG
Kolaborasi dengan tim BERLEBIHAN
medis dalam pemberian
Terapi
KELUARGA KLIEN
KOOPERATIF
ROSIDA
- Infus RL 20tpm
- Urin Cateter
- Inj. Vit B1 :
2x30mg
- Ceftriazone 2x1g ROSIDA
- Ketorolac: 3x30mg
- Diit : sonde
4500kalori.
12 MEI Kerusakan Kaji tipe/derajat KLIEN TAMPAK ROSIDA
2020 komunikasi disfungsi, seperti spontan DAPAT BERBICARA
verbal b.d tidak tampak memahami
penurunan kata/ mengalami
sirkulasi ke otak kesulitan berbicara atau
membuat pengertian
sendiri
KLIEN &
Kolaborasi KELUARGA ROSIDA
konsultasiskan dengan KOOPERATIF,
rujuk kepada ahli terapi KELUARGA
wicara MEMBANTU KLIEN
ROSIDA
KELUARGA
KOOPERATIF,
MEMBERI
Topang ekstrimitas
BANTALAN PADA ROSIDA
dengan bantal untuk KLIEN
mencegah atau
mangurangi bengkak KLIEN KOOPERATIF
ROSIDA
KELUARGA
Motivasi klien untuk KOOPERATIF,
melakukan latihan sendi KELUARGA
seperti yang disarankan MENDUKUNG
KESEMBUHAN
KLIEN
4.10 EVALUASI
N TANGGAL DIAGNOSA CATATAN EVALUASI (SOAP) TTD
O PERAWAT
1 13 MEI 2020 Ketidakefektifan S: ROSIDA
Perfusi jaringan - Keluarga klien mengatakan bahwa
serebral b.d aliran klien mau memulai pengobatan
darah ke otak untuk hipertensi secara teratur
terhambat O:
- Klien mengatakan nyeri kepala
sudah hilang
- TTV kembali normal
Nadi : 85x/mnt
TD : 120/80mmHg
RR : 22x/mnt
Suhu : 36,5 C
- Klien sudah mulai bisa berbicara
P : Intervensi di hentikan
2 13 MEI 2020 Kerusakan S:- ROSIDA
komunikasi verbal b.d O :
penurunan sirkulasi ke - Klien mampu mengucap kata
otak sederhana
- Klien mampu mengikuti perintah-
perintah sederhana
- Klien mampu untuk menyusun kata
- Klien mampu menulis di papan
yang di sediakan
P : Intervensi di hentikan
3 13 MEI 2020 Kerusakan mobilitas S:- ROSIDA
fisik b.d kerusakan O:
neurovas-kuler -Klien mampu mengikuti latihan
ROM
- Klien mampu latihan sendi-sendi
sendiri
- Anggota gerak sebelah kanan klien
sudah mampu di gerakan
- Klien mampu beraktifitas kembali
P : Intervensi di hentikan