Oleh :
Yora Aranda
(171030200027)
STROKE INFARK
A. Stroke Infark
1. Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau
global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata di sebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik
yang berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam
atau lebih pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke
otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.
Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di
dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal. Trombus
yang terlepas dapat menjadi embolus (Widjaja, 2011).
2. Etiologi
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme
patogenik yaitu trombosis serebri atau emboli serebri.
Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau
cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini
sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak
dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa
jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau
cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber
proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari
bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau
ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau
pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri
sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala
berdenyut.
3. Faktor Resiko
a. Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam
waktu lima tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali
sebanyak 35% sampai 42%.
b. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan resiko terjadinya stroke sebanyak empat
sampai enam kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan
risiko utama terjadinya stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7 yang dimaksud
dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah lebih tinggi
dari 140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan
stroke makin besar karena mempermudah terjadinya kerusakan
pada dinding pembuluh darah, sehingga mempermudah terjadinya
penyumbatan atau perdarahan otak.
c. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot
jantung, paska oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang
paling sering menyebabkan stroke adalah fibrilasi atrium, karena
memudahkan terjadinya pengumpulan darah di jantung dan dapat
lepas hingga menyumbat pembuluh darah otak.
d. (DM) Diabetes mellitus
Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
endotel pembuluh darah yang berlangsung secara progresif.
e. TIA
Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak
dan singkat akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik
dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan berfariasi tapi
biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang dewasa di perkirakan akan
mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup mereka, jika
diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini akan
mengalami stroke dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan
sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan
pertama.
f. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam
lemak bebas. Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang
relatif mempunyai makna klinis penting sehubungan dengan
aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma sehingga lipid terikat
dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum, ikatan
ini menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron,
lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas
rendah (LDL), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL). Dari
keempat lipo protein LDL yang paling tinggi kadar kolesterolnya,
VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar protein tertinggi
terdapat pada HDL. Hiperlipidemia menyatakan peningkatan
kolesterol dan atau trigliserida serum di atas batas normal, kondisi
ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko
stroke, merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan
penyakit jantung koroner. Kadar kolesterol total >200mg/dl, LDL
>100mg/dl, HDL <40mg/dl, trigliserida >150mg/dl dan trigliserida
>150mg/dl akan membentuk plak di dalam pembuluh darah baik di
jantung maupun di otak.
g. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan
diabetes melitus. Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya
umur. Obesitas merupakan predisposisi penyakit jantung koroner
dan stroke. Mengukur adanya obesitas dengan cara mencari body
mass index (BMI) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi tinggi
badan dalam meter dikuadratkan. Normal BMI antara 18,50-24,99
kg/m2, overweight BMI antara 25-29,99 kg/m2 selebihnya adalah
obesitas.
h. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali
lipat, dan perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar.
Nikotin dan karbondioksida yang ada pada rokok menyebabkan
kelainan pada dinding pembuluh darah, di samping itu juga
mempengaruhi komposisi darah sehingga mempermudah
terjadinya proses gumpalan darah.
4. Klasifikasi
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
a. Stroke Infark
1) Stroke akibat trombosis serebri
2) Emboli serebri
3) Hipoperfusi sistemik
b. Stroke Hemoragik
Perdarahan intra serebral
Perdarahan ekstra serebral
Berdasarkan waktu terjadinya :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Reversible Ischemic Neuroolgic Defisit (RIND)
c. Stroke in Evolution (SIE) / Progressing Stroke
d. Completed Stroke
5. Gejala Klinis
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, kesadaran
biasanya tidak mengalami penurunan.
Gangguan yang biasanya terjadi yaitu gangguan motorik (hemiparese),
sensorik (anestesia, hiperestesia, parastesia/geringgingan, gerakan
yang canggung serta simpang siur, gangguan nervus kranial, saraf
otonom (gangguan miksi, defekasi, saliva), fungsi luhur (bahasa,
orientasi, memori, emosi) yang merupakan sifat khas manusia, dan
gangguan koordinasi (sidrom cerebelar).
a. Disekuilibrium yaitu keseimbangan tubuh yang terganggu yang
terlihat seseorang akan jatuh ke depan, samping atau belakang
sewaktu berdiri.
b. Diskoordinasi muskular yang diantaranya, asinergia, dismetria dan
seterusnya. Asinergia ialah kesimpangsiuran kontraksi otot-otot
dalam mewujudkan suatu corak gerakan. Dekomposisi gerakan
atau gangguan lokomotorik dimana dalam suatu gerakan urutan
kontraksi otot-otot baik secara volunter atau reflektorik tidak
dilaksanakan lagi. Disdiadokokinesis tidak biasa gerak cepat yang
arahnya berlawanan contohnya pronasi dan supinasi. Dismetria,
terganggunya memulai dan menghentikan gerakan.
c. Tremor (gemetar), bisa diawal gerakan dan bisa juga di akhir
gerakan.
d. Ataksia berjalan dimana kedua tungkai melangkah secara
simpangsiur dan kedua kaki ditelapakkanya secara acak-acakan.
Ataksia seluruh badan dalam hal ini badan yang tidak bersandar
tidak dapat memelihara sikap yang mantap sehingga bergoyang-
goyang.
Trombus / emboli
di cerebral
Vasospasme arteri
cerebral / saraf cerebral
Kerusakan fungsi
Nervus VII dan
Nervus XIII Iskemik/Infark
Defisit neurologi
Hambatan Komunikasi
Verbal
Hemiparese/plegi Hemiparese/plegi
kanan kiri
STROKE INFARK
A. Pengkajian Keperawatan
1. Sistem Respirasi (Breathing) : batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, serta perubahan kecepatan
dan kedalaman pernafasan. Adanya ronchi akibat peningkatan
produksi sekret dan penurunan kemampuan untuk batuk akibat
penurunan kesadaran klien. Pada klien yang sadar baik sering kali
tidak didapati kelainan pada pemeriksaan sistem respirasi.
2. Sistem Cardiovaskuler (Blood) : dapat terjadi hipotensi atau hipertensi,
denyut jantung irreguler, adanya murmur.
3. Sistem neurologi
a. Tingkat kesadaran: bisa sadar baik sampai terjadi koma. Penilaian
GCS untuk menilai tingkat kesadaran klien
b. Refleks Patologis
Refleks babinski positif menunjukan adanya perdarahan di otak/
perdarahan intraserebri dan untuk membedakan jenis stroke yang
ada apakah bleeding atau infark.
c. Pemeriksaan saraf cranial
1) Saraf I: biasanya pada klien dengan stroke tidak ada kelainan
pada fungsi penciuman
2) Saraf II: disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak
sensorik primer diantara sudut mata dan korteks visual.
Gangguan hubungan visula-spasial sering terlihat pada klien
dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III, IV dan VI apabila akibat stroke mengakibatkan
paralisis seisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang sakit
4) Saraf VII persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
5) Saraf XII lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi. Indera pengecapan normal.
4. Sistem perkemihan (Bladder) : terjadi inkontinensia urine
5. Sistem reproduksi: hemiparese dapat menyebabkan gangguan
pemenuhan kebutuhan seksual
6. Sistem endokrin: adanya pembesaran kelejar kelenjar tiroid
7. Sistem Gastrointestinal (Bowel) : adanya keluhan sulit menelan, nafsu
makan menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mungkin
mengalami inkontinensia alvi atau terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
Adanya gangguan pada saraf V yaitu pada beberapa keadaan stroke
menyebabkan paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang
bawah pada sisi ipsilateral dan kelumpuhan seisi otot-otot pterigoideus
dan pada saraf IX dan X yaitu kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut.
8. Sistem muskuloskeletal dan integument : kehilangan kontrol volenter
gerakan motorik. Terdapat hemiplegia atau hemiparesis atau
hemiparese ekstremitas. Kaji adanya dekubitus akibat immobilisasi
fisik.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke
infark yaitu :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular (hemiparase/hemiplagia)
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan
neuromuscular (kerusakan pada area bicara di hemisfer otak)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
suplai darah ke jaringan cerebral tidak adekuat
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
(hemiparese/plagia)
C. Intervensi Keperawatan
1. Identitas
Nama : Ny. O
Umur : 62 tahun (21 Juli 1955)
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Betawi/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Penanggung Biaya : Anak
Alamat : Jl. Aliandong RT 02/07 Bojongsari Depok
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utama : Bicara pelo sejak ±6 jam SMRS, lemah di
ekstremitas dextra, Mual (–), Muntah (–), Nyeri kepala (–), Kejang (–).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal : 12 November 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi
Hematokrit 37 35 – 47 %
Fungsi Ginjal
Ureum 32 13 – 43 mg/dl
5. Terapi
a. RL/12 jam
b. Manitol 4x100 cc
c. Inj.Citicolin 3x500 mg
d. Amlodipin 1x5 g
e. Candesartan 1x8 g
f. Aspilet 1x80 mg
g. Atrovostatin 1x20 mg
ANALISA DATA
DO :
1. Nyeri skala 3 – 4
2. TD : 160/100 mmHg
3. Nadi : 90x/menit
4. Suhu : 36,7oC
5. RR : 20x/menit
2 Senin, DS : Bicara pelo sejak ±6 Hambatan Perubahan
13/11/2017 jam SMRS. komunikasi neuromuscular
verbal (kerusakan pada
DO :
area bicara di
1. Klien tampak pelo hemisfer otak)
saat berbicara, sulit
bicara
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
neuromuscul 3. RR : 22x/menit
ar 4. Suhu : 35,8oC
P : Intervensi dilanjutkan :
neuromuscul 3. RR : 23x/menit
ar 4. Suhu : 36,6oC
P : Intervensi dilanjutkan :
neuromuscul 3. RR : 22x/menit
ar 4. Suhu : 36,2oC
P : Intervensi dilanjutkan :