Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT
A. DEFINISI
Diare akut diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan/setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya berlangsung kurang dari 7 hari terjadi secara mendadak
(Soebagyo, 2008).
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja, 2005).
Salah satu komplikasi dan gastroenteritis adalah dehidrasi, klasifikasi tingkat
dehidrasi menurut Hidayat (2006) adalah:
1. Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh
pada keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara jelek, penderita jatuh syok, nadi
cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 mm/kg BB,
pada lambia (trichomonas hominis)
B. ETIOLOGI
1. Faktor Infeksi
a. Virus
b. Bakteri
Infeksi bakteri menyebabkan 10% – 20 % kasus gastroenteritis. Bakteri yang
paling sering menjadi penyebab gastroenteritis adalah :
1) Salmonella species

198
Infeksi salmonella kebanyakan melalui makanan atau minuman yang
tercemar kuman salmonella. Pasien dengan gastrektomi atau sedang
mengkonsumsi bahan yang menghambat pengeluaran asam lambung lebih
cenderung mengalami infeksi salmonella. Salmonella dapat menembus
lapisan epitel sampai ke lamina propria dan mencetuskan respon leukosit.
Beberapa spesies seperti Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhi
dapat mencapai sirkulasi melalui sistem limfatik.
2) Campylobacter species
Campylobacter memanfaatkan mobilitas dan kemotaksis untuk menelusuri
permukaan epitel saluran cerna, tampak menghasilkan adhesin dan
sitotoksin dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada makrofag,
monosit dan sel epitel terutama dalam vakuola.
3) Shigella species
Shigella tertentu melekat pada tempat perlekatan pada permukaan sel
mukosa usus. Organisme ini menembus sel dan berproliferasi. Multiplikasi
intraepitel merusak sel dan mengakibatkan ulserasi mukosa usus. Invasi
epitelium menyebabkan respon inflamasi. Pada dasar lesi ulserasi, erosi
pembuluh darah mungkin menyebabkan perdarahan. Spesies Shigella yang
lain menghasilkan exotoksin yang dapat menyebabkan diare (Harper dan
Fleisher, 2010).
c. Parasit dan protozoa
1) Giardia Lamblia
Giardia adalah protozoa yang memiliki flagel, ditransmisikan melalui
jalur fekal-oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi feses.
Setelah ditelan dalam bentuk kista eksitasi melepaskan organisme di
bagian atas usus halus. Protozoa ini menyebabkan lesi sehingga terjadi
defisiensi laktosa dan malabsorbsi.
2) Cryptosporidium
Organisme ini ditransmisikan melalui berbagai cara yang mencakup fekal-
oral, tangan ke mulut, dan orang ke orang melalui makanan, air, atau
hewan peliharaan yang terkontaminasi terutama kucing.

199
3) Entamoeba Histolytica
Protozoa ini ditransmisikan melalui jalur fekal-oral. Infeksi protozoa ini
dimulai dengan tertelannya dalam bentuk kista. Eksitasi terjadi pada kolon
kemudian dilepaskan dalam bentuk trofozoid yang selanjutnya menginvasi
mukosa mengakibatkan peradangan dan ulserasi mukosa.
2. Makanan
a. Malabsorpsi karbohidrat, lemak (terutama Long Chain Triglyceride), protein
(asam amino, B laktoglobulin), vitamin dan mineral.
b. Keracunan makanan
Makanan yang beracun (mengandung toksin bakteri) merupakan salah satu
penyebab terjadinya diare. Ketika enterotoksin terdapat pada makanan yang
dimakan, masa inkubasi sekitar satu sampai enam jam. Ada dua bakteri yang
sering menyebabkan keracunan makanan yang disebabkan adanya toksin
yaitu:
1) Staphylococcus
1. Hampir selalu S. Aureus, bakteri ini menghasilkan enterotoksin yang
tahan panas. Kebanyakan pasien mengalami mual dan muntah yang berat
2) Bacillus cereus
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Defekasi cair lebih dari 3 kali
2. Anak menjadi rewel dan gelisah
3. Tonus otot menurun
4. Mual, Muntah
5. Demam sub febris
6. Nyeri abdomen
7. Membran mukosa mulut kering
8. Kehilangan berat badan
9. Lemah
10. Diare
11. Demam
12. Nafsu makan berkurang

200
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi
inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang
menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus
menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit
ke usus, sehingga juga meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor
makanan, dimana faktor makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun
alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus.
Keempat, faktor psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan
adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan
motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas.
Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air & elektrolit,
sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya
peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan
bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan & elektrolit tubuh
dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi
penurunan cairan interstesial yang menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam
hal ini timbul masalah yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya.
Gejala yang kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita
merasakan nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang
menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah
terjadinya peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal
terjadi ketidakseimbangan nutrisi.

201
E. Pathway

202
F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
3. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
4. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
5. Hipoglikemia
Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
6. Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa syok hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan
kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali, pemeriksaan kadar ureum
H. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut
dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada
anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L,
formula lengkap sering disebut : oralit.

203
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan kebutuhan
pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan stempat. Pada
umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan tergantung berat / rignan
dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan BB-nya.
1) Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml / kg BB /
hari
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde) selanjutnya 125 ml /
kg BB / hari
4) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam
pertama : 40 ml/kg BB/jam : 10 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml : 15
tetes atau 13 tetes/kg BB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/jam : 3
tetes/kg BB/menit (infuse set 1ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125 ml/kg
BB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A intra vena 2
tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit.
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg, 1 jam
pertama 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infuse set 1 ml : 15
tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml : 20 tetes), 7 jam kemudian 127
ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit.
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama 20
ml/kg BB/jam atau 5 tetes /kg BB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam
berikutnya 105 ml/kg BB oralit per oral.

204
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7
kg jenis makanan :
a. Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu dengan
tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa /
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
a. Obat anti sekresi
1) Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
2) Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak
beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.
c. Antibiotik
1) Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas
bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari.
2) Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis,
bronkitis / bronkopneumonia.

205
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia
kemudian timbul diare lebih dari 4x cair dengan lender dan darah atau hanya
lender
b. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadigejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibirkering,frekwensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu: pernah riwayat masuk rumah sakit atau tidak
4. Riwayat penyakit keluarga: ada riwayat penyakit keluarga atau tidak
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasiensehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan pen
urunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikitatau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensiabdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkanrasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasikarena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena
kebutuhanfisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai
pada fase sakit.

206
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-
angsur dapatmenjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang
karena gejala penyakit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, parasit, dan malabsorpsi
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare, defisiensi volume
cairan, dan muntah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan dan mengabsorpsi nutrien
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
5. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit, dan
gangguan sirkulasi
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

207
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor
dengan inflamasi, keperawatan selama 3x24 penyebab dari diare
iritasi, parasit, dan jam diharapkan diare 2. Monitor tanda dan gejala
malabsorpsi berkurang dengan kriteria diare
hasil: 3. Ajarkan pasien untuk
1. Tidak diare menggunakan obat diare
2. Menjaga daerah 4. Observasi turgor kulit
sekitar rectal dari secara rutin
iritasi 5. Ukur diare atau keluaran
BAB
6. Hubungi dokter bila ada
kenaikan bising usus
7. Instruksikan pasien untuk
amakan rendah serat,
tinggi protein, dan tinggi
kalori jika
memungkinkan
8. Intruksikan untuk
menghindari laksatif

208
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
2 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Catat intake dan
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam output
elektrolit diharapkan elektrolit 2. Monitor status hidrasi
berhubungan dengan seimbang dengan kriteria (kelembaban,
diare, defisiensi hasil: membrane mukosa,
volume cairan, dan 1. Mempertahankan urine nadi adekuat, tekanan
muntah output sesuai dengan usia darah ortostatik)
dan BB, BJ urine urine 3. Monitor TTV
normal, HT normal 4. Monitor masukan
2. TTV dalam batas normal makanan, cairan
3. Tidak ada tanda – tanda 5. Monitor hemoglobin
dehidrasi, elastisitas dan hematokrit
turgor kulit baik, 6. Kolaborasikan
membrane mukosa pemberian cairan IV
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor turgor kulit
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam dan kulit kering
kebutuhan tubuh diharapkan nutrisi adekuat 2. Monitor pucat
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: 3. Monitor intake nutrisi
ketidakmampuan 1. Tidak ada tanda-tanda dan kalori
mengabsorpsi malnutrisi 4. Anjurkan pasien untuk
nutrien meningkatkan intake
Fe
5. Kolaborasi pemberian
IVFD
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi

209
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2006. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta:
EGC

Nanda Internasional. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. 2012. Jakarta :
EGC

Nurarif, A.H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC NOC. Jogjakarta : MediAction

Smeltzer, S.C.& Bare, B.G., 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth,
vol:3,EGC, Jakarta.

210
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. Pengkajian

Pengkajian tanggal : selasa, 16/10/2018 Jam : 15.00

Tanggal masuk RS : 15/10/2018 No.RM : 1329273

Ruang/Kelas : perawatan utama 4 Dx.Masuk :Gastroentritis Akut

Dokter yang merawat : dr. Lisa Safira Sp.A BB : 9,9 kg

1. Identitas
Nama : An. Sharleta
Umur : 3 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : belum menikah
Penanggung Biaya : orang tua
Alamat : Taman Cibodas
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama: keluarga klien mengatakan BAB cair 5x/hari tidak ada lendir,
tidak ada darah, demam naik turun, mual, tidak ada muntah, tidak nafsu makan
b. Riwayat penyakit saat ini: keluarga klien mengatakan demam sejak 2 minggu
SMRS naik turun, batuk kering, BAB cair 4x/hari tidak ada lendir, tidak ada
darah, mual dan muntah setiap makan
c. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada riwayat masuk rumah sakit
d. Riwayat pengobatan: tidak ada riwayat pengobatan
e. Riwayat penyakit keluarga: klien tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat
diabetes melitus, tidak ada riwayat penyakit paru, tidak ada riwayat penyakit
menahun
f. Riwayat alergi:Tidak ada alergi obat, tidak alergi makanan, tidak alergi debu

211
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : (–)Baik (+)Sedang(–)Lemah
Kesadaran : Composmentis, GCS (E4V5M6)
Tanda vital :
TD : tidak diperiksa Nadi : 118x/mnt
Suhu : 38,9ºC RR : 26x/mnt
4. Pengkajiam Fisik
a. Kepala
- Inspeksi: simetris, tidak ada oedema
- Palpasi: tidak ada massa dikepala, tidak ada nyeri tekan
b. Rambut
- Inspeksi: rambut berminyak, warna hitam
c. Mata
- Inspeksi: mata simetris, tidak memakai kontak lensa, pupil isokor diameter
3mm, sclera normal, konjungtiva tidak anemi, tidak ada oedema pada kantung
mata
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada kantung mata
d. Telinga
- Inspeksi: daun telinga simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada bekas luka,
ada sedikit sekret, gendang telinga utuh, tidak ada infeksi
- Palpasi: tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi: rinne test positif
e. Hidung
- Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada oedema, cuping hidung tidak ada, tidak
ada luka, tidak ada perdarahan dihidung, tidak ada secret.
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
f. Mulut: lidah sedikit kotor, tidak ada luka
1. Gigi
- Inspeksi: simetris, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu

212
2. Bibir
- Inspeksi: simetris, mukosa lembab, tidak ada sariawan
g. Leher
- Inspeksi: simetris, , tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada luka
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran tyroid
h. Thoraks
1. Jantung
- Inspeksi: bentuk dada simetris
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
- Perkusi: tidak ada kelaianan
- Auskultasi: irama jantung teratur, S1/S2 normal, bunyi jantung normal
2. Paru
- Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada otot pernafasan bantuan
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan
- Perkusi: sonor
- Auskultasi: irama nafas teratur, suara nafaas vesikuler
i. Abdomen
- Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada oedema, tidak ada tanda
infeksi
- Palpasi: ada nyeri tekan dibagian perut atas
- Perkusi: timpani
- Auskultasi: bising usus 24x/menit
j. Genitalia
- Inspeksi: normal, tidak ada luka, tidak ada infeksi, tidak ada oedema,
- Palpasi: tidakada nyeri tekan
k. Ekstermitas
1. Tangan
- Inspeksi: warna kulit pucat, akral hangat, turgor kulit baik, pergerakan
sendi bebas, tidak ada luka, tidak ada oedema
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, CRT < 3 detik

213
2. kaki
- Inspeksi: warna kulit pucat, akral hangat, turgor kulit baik, pergerakan sendi
bebas, tidak ada luka, tidak ada oedema
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, CRT < 3 detik, refleksi fisiologis patella, reflek
patologi babinsky
- Tonus otot 555 555
555 555

l. Personal Hygiene
- Mandi: selama dirawat hanya dilap oleh keluarga setiap pagi
- Keramas: selama dirawat tidak pernah keramas
- Sikat gigi: selama dirawat tidak pernah sikat gigi
- Memotong kuku: selama dirawat tidak pernah memotong kuku
- Ganti pakaian: selama dirawat 1x/hari
m. Nutrisi
1. Makan
- Frekuensin: 3x/hari
- Jenis: makanan lunak,
- Porsi: habis 5 sendok makan
- Diet: tidak ada diet
2. Minum
- Frekuensi: 800cc

214
- Jenis: air putih
n. Eliminasi
1. BAK:
- Alat bantu: tidak ada
- Frekuensi: urin 1200cc/hari
- Warna:kuning cerah
- Bau: khas
- kandung kemih tidak ada nyeri tekan, tidak ada gangguan eliminasi
2. BAB:
- Frekuensi:5x/hari
- Konsistensi: cair
- Warna:kecoklatan
- Bau: normal
o. Aktivitas/tidur
- Tidur: durasi 10 jam/hari
- Gangguan: tidak ada gangguan
p. Psiko-Sosio-Spiritual
- Orang yang paling dekat : Ibu
- Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : Baik
- Kegiatan ibadah
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Labroratorium (dalam tabel)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin 10.0 12-16 g/dl
Leukosit 16170 4000-11000 Sel/uL
Eritrosit 4,25 4,5-6,5 10˄6/uL
Trombosit 487 150-450 10˄3/uL
Hematokrit 33 32-45 %
Eosinofil 3 1-3 %
Basofil 0 0-1 %

215
Netrofil batang 0 2-6 %
Netrofil segment 59 50-70 %
Limfosit 29 20-40 %
Monosit 9 2-6 %

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan


Normal
Serologi
Widal
Sallmonela Typhi H - Negative -
Sallmonela Typhi O - Negative -
Sallmonela Paratyphi AH - Negative -
Sallmonela Paratyphi BH - Negative -
Sallmonela Paratyphi CH - Negative -
Sallmonela Paratyphi AO +1/160 Negative -
Sallmonela Paratyphi BH - Negative -
Sallmonela Paratyphi CH - Negative -

6. Terapi
a. Sanmol (paracetamol) 4x2,5 ml obat antipiretik, untuk menurunkan demam
b. Lacbon 2x1 tablet, untuk membuat Gastro intestinal menjadi baik,dengan cara
Meningkatkan jumlah bakteri positif dan menekan jumlah bakteri negatif dan
mengatasi diare
c. Zink 1x20 mg, untuk membantu mengatasi diare pada balita dan mencegah
terulangnya diare pada anak
d. Ranitidin 2x10 mg injeksi, obat antihistamin, fungsinya untuk mengobati asam
lambung
e. Cefotaxime 3x2 mg injeksi, obat antibiotik, fungsinya untuk mengobati berbagai
macam bakteri
f. Paracetamol drip 4x100 mg, obat antipiretik, untuk menurunkan demam

216
ANALISA DATA

No Tanggal Data Penunjang Masalah Etiologi


1 Selasa DS : Klien mengeluh sakit Faktor infeksi Proses infeksi
16/10/18 perut, Mual (+), Muntah (–), (bakteri, virus) dan parasit
Diare 5x/hari konsistensi cair ↓
DO : Infeksi usus halus
1. RR : 26x/menit ↓
2. N: 118x/menit Malabsorpsi
3. S: 38,9° makanan dan cairan
4. Klien tampak lemas ↓
5. Mukosa bibir terlihat Hiperperistaltik
pucat ↓
6. Keringat dingin Muntah dan sering
defeksi

Diare
2 Selasa DS: keluarga klien mengatakan Diare Penyakit
16/10/18 demam ↑↓, mual. Tidak ada ↓
muntah Infeksi saluran
DO: pencernaan
1. RR : 26x/menit ↓
2. N: 118x/menit Agen pirogenic
3. S: 38,9° ↓
4. Akral hangat Suhu tubuh
meningkat

Hipertemia

217
No Tanggal Data Penunjang Masalah Etiologi
3 Selasa DS: keluarga klien mengatakan Diare Faktor
16/10/18 diare 5x/hari konsistensi cair, ↓ biologis
mual, tidak ada muntah, tidak Infeksi saluran
nafsu makan pencernaan
Mual dan muntah

Anoreksia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
4 Selasa DS: keluarga klien mengatakan Diare Diare,
16/10/18 diare 5x/hari konsistensi cair, ↓ defisiensi
mual, tidak ada muntah, tidak BAB sering dengan volume cairan
nafsu makan konsistensi cair
DO : ↓
1. RR : 26x/menit Cairan banyak
2. N: 118x/menit keluar
3. S: 38,9° ↓
4. Membran mukosa bibir Risiko
tampak pucat ketidakseimbangan
5. Keringatan elektrolit

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan Proses infeksi dan parasit
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan Diare, defisiensi volume
cairan
218
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor
dengan inflamasi, keperawatan selama 3x24 penyebab dari diare
iritasi, parasit, dan jam diharapkan diare 2. Monitor tanda dan gejala
malabsorpsi berkurang dengan kriteria diare
hasil: 3. Intruksikan
1. Tidak mengalami pasien/keluarga untuk
diare mencatat frekuensi,
2. Menjaga daerah warna, konsistensi dari
sekitar rectal dari feses
iritasi 4. Observasi turgor kulit
secara rutin
5. Evaluasi intake makanan
yang masuk
6. Berikan makanan lunak
7. Kolaborasi pemberian
obat diare
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 mungkin
Proses inflamasi jam diharapkan suhu tubuh 2. Monitor tanda-tanda vital
penyakit : diare dalam rentang normal 3. Monitor penurunan
dengan kriteria hasil : tingkat kesadaran
1. Suhu tubuh dalam 4. Berikan kompres hangat
rentang normal 36-37oC 5. Kolaborasi pemberian
2. Tanda-tanda vital dalam obat antipiretik
rentang normal 6. Berikan selimut pada klien
3. Tidak ada perubahan jika menggigil
warna kulit dan tidak
ada pusing, merasa
nyaman

219
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor turgor kulit dan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 2x24 kulit kering
jam diharapkan nutrisi 2. Monitor pucat
kebutuhan tubuh
adekuat dengan kriteria 3. Monitor mual dan
berhubungan dengan hasil: muntah
faktor biologis 1. Tidak ada tanda-tanda 4. Monitor adanya
malnutrisi penurunan berat badan
2. Tidak terjadi penurunan 5. Kolaborasi pemberian
berat badan yang berarti IVFD
6. Kolaborasi pemberian
obat antihistamin
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi
4 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Catat intake dan output
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 2. Monitor status hidrasi
elektrolit jam diharapkan elektrolit (kelembaban, membrane
berhubungan dengan seimbang dengan kriteria mukosa, nadi adekuat,
Diare, defisiensi hasil: tekanan darah ortostatik)
volume cairan 1. TTV dalam batas 3. Monitor TTV
normal 4. Monitor masukan
2. Tidak ada tanda – makanan, cairan
tanda dehidrasi, 5. Monitor hemoglobin dan
elastisitas turgor kulit hematokrit
baik, membran 6. Kolaborasikan pemberian
mukosa lembab, tidak cairan IVFD
ada rasa haus yang
berlebihan

220
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. Sharleta Ruang : Perawatan Utama IV


Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut

No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan

1 rabu Diare 1. mengidentifikasi S : keluarga pasien


berhubungan faktor penyebab mengatakan masih diare
17/10/18
dengan dari diare 3x/hari konsistensi cair
inflamasi, 2. Memonitor tanda sedikit ampas, warna
iritasi, dan gejala diare kecoklatan tidak ada lender
parasit, dan 3. Mengintruksikan dan darah
malabsorpsi pasien/keluarga O:
untuk mencatat 1. Klien tampak lemas, dan
frekuensi, warna, pucat
konsistensi dari 2. Turgor kulit baik
feses 3. CRT < 2 detik
4. mengobservasi 4. Pasien makan makanan
turgor kulit lunak
secara rutin 5. Pasien diberikan obat
5. Mengevaluasi lacbon 2x1 tablet dan zink
intake makanan 1x1 20 mg
yang masuk A : Masalah belum teratasi
6. Memberikan P : Intervensi dilanjutkan :
makanan lunak 1. Intruksikan
7. Berkolaborasi pasien/keluarga untuk
pemberian obat mencatat frekuensi,
diare warna, konsistensi dari
feses
2. Observasi turgor kulit
secara rutin
3. Evaluasi intake makanan
yang masuk
4. Berikan makanan lunak
5. Kolaborasi pemberian
obat diare

221
No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan

2 rabu Hipertermia 1. Memonitor suhu S : keluarga klien mengatakan


berhubungan sesering mungkin demam sudah turun
17/10/18
dengan 2. Memonitor tanda- O:
Proses tanda vital 1. Nadi : 102x/menit
inflamasi 3. Memonitor 2. RR : 26x/menit
penyakit : penurunan tingkat 3. S: 37,5°
Thypoid kesadaran 4. Akral terasa hangat
4. memberikan 5. Pasien diberikan obat sanmol
kompres hangat 4x2,5 ml dan paracetamol drip
5. berkolaborasi 4x250 mg
pemberian obat A : Masalah sebagian teratasi
antipiretik P : Intervensi dilanjutkan :
6. memberikan 1. Monitor suhu
selimut pada klien 2. Monitor tanda-tanda vital
3. Kolaborasi pemberian obat
antipiretik jika terjadi
kenaikan suhu
3 rabu Ketidakseimb 1. Memonitor S : keluarga pasien mengatakan
angan nutrisi turgor kulit dan perutnya masih mual, nafsu
17/10/18
kulit kering makan meningkat
kurang dari
2. Memonitor pucat O :
kebutuhan 3. Memonitor mual 1. makanan habis 7 sendok
tubuh dan muntah makan
4. Memonitor 2. turgor kulit baik
berhubungan
adanya 3. mual (+) muntah (-)
dengan faktor penurunan berat 4. terapi IVFD RL/12 jam
biologis badan 5. pasien makan makanan lunak
5. berkolaborasi 6. pasien diberikan obat injeksi
pemberian IVFD ranitidine 2x10mg
6. berkolaborasi A : Masalah belum teratasi
pemberian obat P : Intervensi dilanjutkan
antihistamin 1. Monitor pucat
7. berkolaborasi 2. Monitor mual dan muntah
dengan ahli gizi 3. Monitor adanya penurunan
berat badan
4. Kolaborasi pemberian IVFD
5. Kolaborasi pemberian obat
antihistamin

222
No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan

4 rabu Risiko 1. Mencatat intake S : Keluarga klien mengatakan


17/10/18 ketidakseimb 2. Memonitor status masih diare 3x/hari, minum 800
angan hidrasi cc, dan makan habis 7 sendok
elektrolit (kelembaban, makan
berhubungan membran O:
dengan mukosa, nadi 1. Mukosa bibir klien lembab
Diare, adekuat) 2. Turgor kulit baik
defisiensi 3. Memonitor TTV 3. Akral terasa hangat
volume 4. Memonitor 4. Nadi : 102x/menit
cairan masukan 5. RR : 26x/menit
makanan, cairan 6. S: 37,5°
5. berkolaborasikan 7. terapi IVFD RL/12 jam
pemberian cairan A : Masalah belum teratasi
IVFD P : Intervensi dilanjutkan :
1. Catat intake dan output
2. Monitor status hidrasi
(kelembaban, membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik)
3. Monitor TTV
4. Monitor masukan makanan,
cairan
5. Kolaborasikan pemberian
cairan IVFD

223
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. Sharleta Ruang : Perawatan Utama IV


Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut

No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan

1 kamis Diare 1. Mengintruksikan S : keluarga pasien


berhubungan pasien/keluarga mengatakan masih diare
18/10/18
dengan untuk mencatat 2x/hari konsistensi cair
inflamasi, frekuensi, warna, sedikit ampas, warna
iritasi, konsistensi dari kecoklatan tidak ada lendir
parasit, dan feses dan darah
malabsorpsi 2. mengobservasi O:
turgor kulit 1. Klien sudah terlihat ceria
secara rutin 2. Turgor kulit baik
3. Mengevaluasi 3. CRT < 2 detik
intake makanan 4. Pasien makan makanan
yang masuk lunak
4. Memberikan 5. Pasien diberikan obat
makanan lunak lacbon 2x1 tablet dan zink
5. Berkolaborasi 1x1 20 mg
pemberian obat A : Masalah belum teratasi
diare P : Intervensi dilanjutkan :
1. Intruksikan
pasien/keluarga untuk
mencatat frekuensi, warna,
konsistensi dari feses
2. Observasi turgor kulit
secara rutin
3. Evaluasi intake makanan
yang masuk
4. Berikan makanan lunak
5. Kolaborasi pemberian obat
diare

224
No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan

2 kamis Hipertermia 1. Memonitor suhu S : keluarga klien mengatakan


berhubungan 2. Memonitor sudah tidak demam
18/10/18
dengan tanda-tanda vital O:
Proses 3. berkolaborasi 1. Nadi : 110x/menit
inflamasi pemberian obat 2. RR : 26x/menit
penyakit : antipiretik 3. S: 36,4°
Thypoid 4. Pasien diberikan obat sanmol
4x2,5 ml
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 kamis Ketidakseimb 1. Memonitor pucat S : keluarga pasien mengatakan
18/10/18 angan nutrisi 2. Memonitor mual sudah tidak mual, nafsu makan
dan muntah meningkat
kurang dari
3. Memonitor adanya O:
kebutuhan penurunan berat 1. makanan habis 1 porsi
tubuh badan 2. turgor kulit baik
4. berkolaborasi 3. mual (-) muntah (-)
berhubungan
pemberian IVFD 4. terapi IVFD RL/12 jam
dengan faktor 5. berkolaborasi 5. pasien makan makanan lunak
biologis pemberian obat 6. pasien diberikan obat injeksi
antihistamin ranitidine 2x10mg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

225
No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan

4 kamis Risiko 1. Mencatat intake S : Keluarga klien mengatakan


18/10/18 ketidakseimb 2. Memonitor status masih diare 2x/hari, minum 600
angan hidrasi cc, dan makan habis 1 porsi
elektrolit (kelembaban, O:
berhubungan membran 1. Mukosa bibir klien lembab
dengan mukosa, nadi 2. Turgor kulit baik
Diare, adekuat) 3. Akral terasa hangat
defisiensi 3. Memonitor TTV 4. Nadi : 110x/menit
volume 4. Memonitor 5. RR : 26x/menit
6. S: 36,4°
cairan masukan
7. terapi IVFD RL/12 jam
makanan, cairan
A : Masalah teratasi
5. berkolaborasikan
P : Intervensi dihentikan
pemberian cairan
IVFD

226
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. Sharleta Ruang : Perawatan Utama IV


Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut

No Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan

1 Jum,at Diare 1. Mengintruksikan S : keluarga pasien


berhubungan pasien/keluarga mengatakan BAB normal
19/10/18
dengan untuk mencatat 1x/hari konsistensi ampas,
inflamasi, frekuensi, warna, warna kecoklatan tidak ada
iritasi, konsistensi dari lendir dan darah
parasit, dan feses O:
malabsorpsi 2. mengobservasi 1. Klien sudah terlihat ceria
turgor kulit 2. Turgor kulit baik
secara rutin 3. CRT < 2 detik
3. Mengevaluasi 4. Pasien makan makanan
intake makanan lunak
yang masuk 5. Pasien diberikan obat
4. Memberikan lacbon 2x1 tablet
makanan lunak A : Masalah teratasi
5. Berkolaborasi P : Intervensi dihentikan
pemberian obat Klien rencara pulan
diare 1. Instruksikan makan
makanan yang bernutrisi
2. Instruksikan jaga
kebersihan
3. Kontrol tepat waktu

227

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep KMB 1 Apendisitis
    Askep KMB 1 Apendisitis
    Dokumen29 halaman
    Askep KMB 1 Apendisitis
    ShintariAriestya
    100% (1)
  • Askep KMB 2 Gastroenteritis
    Askep KMB 2 Gastroenteritis
    Dokumen32 halaman
    Askep KMB 2 Gastroenteritis
    ShintariAriestya
    100% (1)
  • LP Vomitus
    LP Vomitus
    Dokumen11 halaman
    LP Vomitus
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Mekanika Tubuh Body Mechanic
    Mekanika Tubuh Body Mechanic
    Dokumen11 halaman
    Mekanika Tubuh Body Mechanic
    Firman
    Belum ada peringkat
  • Askep BBLR
    Askep BBLR
    Dokumen24 halaman
    Askep BBLR
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Masalah Yang Sering Muncul Dalam Persalinan
    Masalah Yang Sering Muncul Dalam Persalinan
    Dokumen27 halaman
    Masalah Yang Sering Muncul Dalam Persalinan
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • LP Inc
    LP Inc
    Dokumen37 halaman
    LP Inc
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • LP Sepsis
    LP Sepsis
    Dokumen17 halaman
    LP Sepsis
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Pathway Sepsis
    Pathway Sepsis
    Dokumen2 halaman
    Pathway Sepsis
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • LP Post Partum
    LP Post Partum
    Dokumen16 halaman
    LP Post Partum
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Keperawatan Anak
    Pengkajian Keperawatan Anak
    Dokumen20 halaman
    Pengkajian Keperawatan Anak
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • LP Ispa
    LP Ispa
    Dokumen17 halaman
    LP Ispa
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • LP Ispa
    LP Ispa
    Dokumen12 halaman
    LP Ispa
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen13 halaman
    DHF
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen13 halaman
    DHF
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • LP Ispa
    LP Ispa
    Dokumen17 halaman
    LP Ispa
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • DF
    DF
    Dokumen27 halaman
    DF
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • LP Koletiasis
    LP Koletiasis
    Dokumen15 halaman
    LP Koletiasis
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • DISLOKASI
    DISLOKASI
    Dokumen26 halaman
    DISLOKASI
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Sap PHBS
    Sap PHBS
    Dokumen5 halaman
    Sap PHBS
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen28 halaman
    Pneumonia
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • APENDIKS
    APENDIKS
    Dokumen24 halaman
    APENDIKS
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Askep KMB 3 Stroke Hemiparese
    Askep KMB 3 Stroke Hemiparese
    Dokumen28 halaman
    Askep KMB 3 Stroke Hemiparese
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Dokumen5 halaman
    Glaukoma
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Swot Conference
    Swot Conference
    Dokumen12 halaman
    Swot Conference
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Dokumen4 halaman
    Glaukoma
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • BAB I Glaukoma
    BAB I Glaukoma
    Dokumen6 halaman
    BAB I Glaukoma
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Komunitas
    Pengkajian Komunitas
    Dokumen1 halaman
    Pengkajian Komunitas
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat
  • Masalah Yang Sering Muncul Dalam Persalinan
    Masalah Yang Sering Muncul Dalam Persalinan
    Dokumen27 halaman
    Masalah Yang Sering Muncul Dalam Persalinan
    ShintariAriestya
    Belum ada peringkat