Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
VOMITUS
A. Definisi
Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
medulla oblongata otak. Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau
seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan
kontraksi lambung dan abdomen.
Observasi Vomiting (mual muntah) adalah pengeluaran isi lambung secarapaksa
melalui mulut disertai kontraksi lambung.Pada anak biasanya sulit untuk
mendeskripsikan mual, mereka lebih sering mengeluh sakit perut atau keluhan umum
lainnya. Muntah pada bayi dan anak dapat terjadi secara regurgitasi (kembalinya
makanan tercernah) dari isi lambung sebagai akibat refluks
B. Etiologi
Usia 0 – 2 Bulan :
1. Kolitis Alergika
Alergi terhadap susu sapi / susu formula berbahan dasar kedelai. Biasanya diikuti
dgn diare, perdarahan rektum, & rewel.
2. Kelainan anatomis dari saluran gastrointestinal
Kelainan kongenital, termasuk stenosis / atresia. Manifestasinya berupa
intoleransi terhadap makanan pada beberapa hari pertama kehidupan.
3. Refluks Esofageal
Regurgitasi yg kerap kali terjadi segera sesudah pemberian susu. Sangat kerap
kali terjadi pada neonatus; secara klinis penting kalau/jika keadann ini
menyebabkan gagal tumbuh kembang, apneu, / bronkospasme.
4. Peningkatan tekanan intrakranial
Rewel / letargi diikuti dgn distensi abdomen, trauma lahir &shaken baby
syndrome.
5. Malrotasi dgn volvulus
80% dari kasus ini diketemukan pada bulan pertama kehidupan, kebanyakan
diikuti emesis biliaris.
6. Ileus mekonium
Inspissated meconium pada kolon distal; bisa dipikirkan diagnosis cystic fibrosis.
7. Necrotizing Enterocolitis
Kerap kali terjadi khususnya pada bayi prematur terutama jika mengalami
hipoksia saat lahir. Bisa diikuti dgn iritabilitas / rewel, distensi abdomen &
hematokezia.
8. Overfeeding
Regurgitasi dari susu yg tak bisa dicerna, wet-burps kerap kali pada bayi dgn
kelebihan berat badan yg diberi air susu secara berlebihan.
9. Stenosis pylorus
Puncaknya pada usia 3-6 minggu kehidupan. Rasio pria banding wanita ialah 5:1
& keadann ini kerap kali terjadi pada anak pria pertama. Manifestasi klinisnya
secara progresif mau semakin memburuk, proyektil, & emesis nonbiliaris.
Usia 2 bulan-5 tahun
1. Tumor otak
Pikirkan terutama jika diketemukan sakit kepala yg progresif, muntah-muntah,
ataksia, & tiada nyeri perut.
2. Ketoasidosis diabetikum
Dehidrasi sedang hingga berat, riwayat polidipsi, poliuri & polifagi.
3. Korpus alienum
Dihubungkan dgn kejadian tersedak berulang, batuk terjadi tiba-tiba / air liur yg
menetes.
4. Gastroenteritis
Sangat kerap kali terjadi; kerap kali adanya riwayat kontak dgn manusia yg sakit,
biasanya diikuti karena diare & panas.
5. Trauma kepala
Muntah kerap kali / progresif menandakan konkusi / perdarahan intrakranial.
6. Hernia inkarserasi
Onset dari menangis, anoreksia & pembengkakan skrotum yg terjadi tiba-tiba.
7. Intussusepsi
Puncaknya terjadi pada bulan ke 6-18 kehidupan; pasien jarang mengalami diare /
panas dibandingkan dgn anak yg mengidap gastroenteritis.
8. Posttusive
Seringkali, anak-anak mau muntah sesudah batuk berulang / batuk yg dipaksakan.
9. Pielonefritis
Panas cukup tinggi, tampak sakit, disuria / polakisuria. Pasien mungkin memiliki
riwayat infeksi traktus urinarius sebelumnya
Usia 6 tahun ke atas
1. Adhesi
Terutama sesudah operasi abdominal / peritonitis.
2. Appendisitis
Manifestasi klinis & lokasi nyeri bervariasi. Gejala-gejala kerap kali terjadi
termasuk nyeri yg semakin berkembang/berubah naik, menjalar ke kuadran kanan
bawah, muntah didahului karena nyeri, anoreksia, panas subfebril, & konstipasi.
3. Kolesistitis
Lebih kerap kali terjadi pada perempuan, terutama dgn penyakit hemolitik
(contohnya, anemia sel sabit). Ditandai dgn nyeri epigastrium / kuadran kanan
atas yg terjadi secara tiba-tiba sesudah makan.
4. Hepatitis
Terutama dikarenakan karena infeksi virus / dampak obat; pasien mungkin
memiliki riwayat buang air besar berwarna seperti dempul / urin berwarna seperti
teh pekat.
5. Inflammatory bowel disease
Berkaitan dgn diare, hematokezia, & nyeri perut. Striktura bisa menyebabkan
terjadinya obstruksi.
6. Intoksikasi
Lebih kerap kali terjadi pada anak yg sedang belajar berjalan & remaja. Dicurigai
jika memiliki riwayat depresi. Bisa jg diikuti karena gangguan status mental.
7. Migrain
Nyeri kepala yg berat; kerap kali terdapatnya aura sebelum serangan seperti
skotoma. Pasien mungkin memiliki riwayat nyeri kepala kronis / riwayat keluarga
dgn migrain.
8. Pankreatitis
Faktor resiko termasuk trauma perut bagian atas, riwayat infeksi sebelumnya /
sedang infeksi, penggunaan kortikosteroid, alkohol & kolelitiasis.
9. Ulkus peptikum
Pada remaja, ratio wanita:pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik / berulang, kerap
kali memburuk pada waktu malam.
C. Manifestasi Klinis
1. Keringat dingin
2. Suhu tubuh yang meningkat
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing
D. Komplikasi
1. Komplikasi metabolik
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit& asam basa,deplesi
kalium,natrium.Dehidrasi terjadi sebagai dampak dari hilangnya cairan lewat
muntah / masukanyg minus karena karena kerap kali muntah.Alkalosis sebagai
dampak dari hilangnya asam lambung,hal ini diperberat karenamasuknya ion
hidrogen kedlm sel karena defisiensi kalium & berkurangnya
natriumekstraseluler.Kalium bisa hilang bersama bahan muntahan & keluar lewat
ginjal bersama-sama bikarbonat. Natriumbisa hilang lewat muntah & urine. Pada
keadann alkalosis yg berat, pH urine bisa 7/ 8, kadar natrium & kalium urine
cukup tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium &Kalium
2. Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang & cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake
menjadi sangat berkurang & kalau/jika hal ini terjadi cukup lama, kian mau
terjadi kegagalan tumbuh kembang.
3. Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan bisa menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan
berulang menyebabkan munculnya infeksi saluran nafas berulang. Hal ini terjadi
sebagai konsekuensi GERD.
4. Mallory Weiss syndrome
Mewujudkan/adalahlaserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus & lambung.
Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan
endoskopi diketemukan kemerahan padamukosa esofagus bagian bawah daerah
LES. Dlm waktusingkat mau sembuh. Kalau/jika anemiaterjadi karena perdarahan
hebat butuhdikerjakan transfusi darah
5. Peptik esofagitis
Dampak refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasimukosa
esophagus karena asam lambung.
E. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip pentalaksanaan meliputi istirahat, menenangkan hati dan restorasi
cairan elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1. Antagonis dopamine
Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk
perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit
refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1
mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4
kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi
obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek ekstra
piramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat
dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang
secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks
esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
2. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara
antihistamin (AH1) lainnya.Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk
perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-
1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4
dosis.
3. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin.Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ.Mempunyai efek kombinasi antikolinergik
dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan
gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis
0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan
<20>
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah
0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg
per dosis.
5. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ
di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran
cerna.Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis
mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit
senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama
diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–
12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang
yang tidak jelas penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama
beberapa hari setelah serangan akut.
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga
bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium
meal.
3. Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak
spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma
menandakan adanya perforasi.
d. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
e. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi.
G. Patoflow

NUTRISI KURANG DARI GANGGUAN KEKESEIMBANGAN


KEBUTUHAN TUBUH CAIRAN DAN ELEKTROLIT
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
VOMITUS
A. Pengkajian
1. Identitas :umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual,
muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak).
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital sign
b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata
cekung, produksi urine berkurang).
c. Tanda- tanda shock
d. Penurunan berat badan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nausea berhubungan dengan iritasi gastric
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan
muntah
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Hipertermia NOC: thermogulation 1. Monitor suhu sesering
berhubungan Kriteria Hasil: mungkin
1. Suhu tubuh dalam rentang 2. Monitor tanda-tanda vital
dengan penyakit
normal 36-37oC 3. Monitor penurunan tingkat
mual dan muntah 2. Tanda-tanda vital dalam kesadaran
rentang normal 4. Anjurkan keluarga kompres
3. Tidak ada perubahan hangat
warna kulit dan tidak ada 5. Kolaborasi pemberian obat
pusing, merasa nyaman antipiretik
6. Anjurkan keluarga selimuti
klien
2 Kekurangan NOC: 1. Monitor tanda-tanda vital.
volume cairan - Fluid balance 2. monitor tanda-tanda
berhubungan - Hydration dehidrasi
dengan Kehilangan - Nutrional status: food 3. Monitor status nutrisi
and fluid intake
cairan aktif 4. Monitor status cairan intake
Kriteria hasil :
dan output
1. Tanda-tanda vital dalam
5. Kolaborasi pemberian cairan
batas normal
IV
2. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
3 Ketidakseimbangan NOC 1. Monitor turgor kulit dan
- Nutrional status: food kulit kering
nutrisi kurang dari
and fluid intake 2. Monitor pucat
kebutuhan tubuh - weight control
3. Monitor mual dan muntah
Kriteria hasil:
berhubungan 4. Monitor adanya penurunan
1. Tidak ada tanda-tanda
dengan faktor berat badan
malnutrisi
5. Kolaborasi pemberian IVFD
biologis mual dan 2. Tidak terjadi penurunan
6. Kolaborasi pemberian obat
muntah berat badan yang berarti
antihistamin
7. Kolaborasi dengan ahli gizi

Anda mungkin juga menyukai