Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

PADA PASIEN DENGAN DEMAM THYPOID

Oleh :

REVINA AGUSTINA

(183110230)

2B

Dosen pembimbing :

Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG


2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demam thypoid merupakan penyakit yang terjadi akibat infeksi dari bakteri
golongan Salmonella dan menyerang saluran pencernaan. Dengan gejala demam yang
lebih satu minggu, sakit kepala dan tidak enak bagian perut atau gangguan pencernaan.
Demam thypoid pada masyarakat dengan standar atau gaya hidup dan kebersihan
rendah cenderung akan lebih meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan di daerah berhawa dingin. Sumber
penularan penyakit demam thypoid ini adalah penderita yang aktif , penderita dalam fase
konvalesen dan kronik carier/pembawa.
Demam thypoid ini juga dikenal dengan nama Thypus Abdominalis, Thypus Fever
dan Entericfever.

1.2. Rumusan Masalah


a) Bagaimana definisi dari Demam thypoid ?
b) Bagaimana tanda dan gejala yang ditunjukkan Demam thypoid ?
c) Apa saja penyebab demam thypoid
d) Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan demam thypoid?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Demam
Thypoid
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian dari demam thyfoid
- Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan etiologi dari demam thypoid
- Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan tanda dan gejala klinik demam
thypoid
- Mahasiswa mampu mendiagnosis kasus dari demam thypoid
- Mahasiswa mampu menetapkan perencanaan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan pada pasien dengan demam thypoid
- Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan demam
thypoid
- Mahasiswa mampu mengevaluasi pasien dengan demam thypoid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Demam Thypoid


Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran. (Nursalam, dkk, 2005:152).
Pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa dengan masa inkubasi 10-20
hari dan paling singkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan. (Ngastiyah, 2008).
Thypoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh salmonella
thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi bakteri salmonella ini. (Bruner and
Sudart, 2013).
Demam thypoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi manusia
yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
salmonella thypi. Ada 2 sumber penularan salmonella thypi ini, yaitu penderita demam
thypoid dab karier, dimana karier/pembawa ini adalah orang yang pernah menderita
demam tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa waktu. (Nadyah, 2014).

2.2 Etiologi Demam Thypoid


Demam thypoid ini disebabkan oleh infeksi bakteri golongan Salmonella yaitu
Salmonella thypi, Salmonella parathypi A, B dan C. Bakteri ini memasuki tubuh penderita
melalui saluran pencernaan. (Inawati,2009).

2.3 Manifestasi Klinis Demam Thypoid


a. Prodmoral : perasaan tidak enak badan dan demam
b. Pusing, nyeri kepala
c. Nafsu makan berkurang
d. Bibir kering dan pecah-pecah
e. Sulit BAB
f. Pada minggu I : pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam
hari. Dengan keluhan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, diare, serta perasaan tidak enak diperut.
g. Pada minggu II : gejala sudah jelas dpat berupa demam, bradikardi, liidah kotor dan
putih, hepatomegali sampai penurunan kesadaran. (Nurarif, 2015).

2.4 Patofisiologi Demam Thypoid


Bakteri golongan Salmonella ini menjadi penyebab demam thypoid yang masuk
melalui saluran cerna. Saat berada di saluran pencernaan sebagian diantaranya akan
dimusnahkan dalam asam lambung, namun sebagian lainnya akan masuk kedalam usus
halus dan membentuk lipoid peyeri.
Ketika masuk, bakteri ini ada yang hidup, bertahan dan ada juga yang menembus
lamina propia dan masuk ke saluran limfe serta masuk ke kelenjar limfe, kemudian akan
menembus aliran darah sehingga bersarang di hati dan limfa. Dari hal ini maka akan
terjadi hepatomegali yang akan menimbulkan nyeri tekan dan infeksi dan ini yang
menyebabkan demam thyfoid sehingga terjadi peningkatan suhu badan.
Penularan salmonella thypi ini melalui makanan, jari tangan, muntah, lalat dan feses.
Dimana feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan bakteri ini kepada
orang lain melalui perantara lalat, lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. (Mansjoer et al, 2008).
2.5 WOC Demam Thypoid
2.6 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam thypoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum
yang mentah.
b. Istirahat dan perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring
dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi dan
BAB/BAK.
c. Diet dan Terapi Penunjang
1. Mempertahankan asupan kalori dan intake cairan yang adekuat.
2. Memberikan diet bebas rendah serat pada penderita tanpa gejala perut kembung,
dan diet bubur saring pada penderita dengan metorismus. Hal ini dilakukan untuk
menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan porforasi usus.
d. Pemberian Antimikroba
Obat-obatan yang sering digunakan :
1. Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan 4x500 mg/hari, diberikan secara oral ataupun iv
2. Tiamfenikol.
3. Kortimoksazol
4. Ampisilin dan Amoksilin
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5. Kombinasi antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu, ex: tifoid
toksik, peritonitis, syok septik, karena telah tebrukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain bakteri Salmonella Thypi. (Widiastuti S,
2001).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Klien : mencakup nama, usia, jenis kelamin, agama, no.Hp, dan alamat.
b. Pengkajian Penanggung jawab : mencakup nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat
dan hubungan dengan klien
c. Riwayat Kesehatan :
1) Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluhkan sakit kepala, demam, nyeri dan pusing.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluhkan kepala terasa sakit, demam, nyeri dan pusing, BB
berkurang, mual dan muntah, klien merasa sakit perut dan diare, klien mengeluh
nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit menular, seperti DM, TBC,dll.

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : biasanya Compos Mentis, Apatis, Samnolen, Stupor dan Coma
b. Keadaan Umum : biasanya sakit ringan, sedang, dan berat
c. TTV : Suhu, Nadi, Pernapasan, Tekanan Darah
d. Posture : BB , TB
e. Kepala : biasanya kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada edema, klien merasakan nyeri
dan pusing
f. Rambut : biasanya rambut klien bersih, tidak ada kerontokan rambut
g. Kulit : biasanya turgor kulit baik
h. Mata : biasanya mata normal, penglihatan tidak terganggu
i. Hidung : hidung normal, kemungkinan adanya pernapasan cuping hidung
j. Mulut : biasanya bibir klien pecah-pecah dan kering, lidah kotor, berawarna putih
k. Leher : tidak ada pembesaran KGB ataupun thyroid
l. Dada
1) Paru-Paru
I : biasanya simetris, gerak diafragma normal
P : biasanya taktil fremitus simetris
P : biasanya terdengar suara paru tambahan (pekak, redup, sonor, hipersonor dan
timpani)
2) Jantung
I : amati iktus cordis
P : raba letak ictus cordis
P : raba batas-batas jantung
m. Abdomen
I : biasanya kulit abdomen normal, simetris
P : biasanya hati/limfe tidak teraba, adanya nyeri tekan
P : biasanya terdapat suara peristaltik usus
A : frekuensi bising usus
n. Ekstermitas : biasanya warna kulit normal, turgor kulit, tidak ada edema, kaji
kemampuan gerak dan penggunaan alat bantu gerak.
o. Genitalia : kaji kebersihan genitalia
p. Tanda rangsangan Mengineal : kaku kuduk (+/-) , Kernig sign (+/-), Brudzinsky (+/-)
dan Refleks babyski (+/-)

3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Hipertermia
b. Diare
c. Nyeri akut
d. Risiko Defisit Nutrisi
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan

Hipertermia Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi penyebab


keperawatan, diharapkan hipertermia
Hipertermia dapat diatasi b. Observasi intake dan
dengan Termoregulasi, iutput cairan
dengan KH: c. Berikan cairan bila
a. Suhu membaik tidak ada indikasi
b. Bibir kering membaik d. Anjurkan klien untuk
c. Turgor kulit membaik mengurangi aktivitas
d. Aktivitas membaik yang dapat
meningkatkan suhu
e. Berikan kompres
f. Anjurkan klien
menggunakan pakaian
yang dapat menyerap
keringat
g. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
h. Kolaborasi pemberian
antipiretik
i. Kolaborasi pemberian
antibiotic
Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare :
keperawatan diharapkan diare a. Identifikasi penyebab
dapat diatasi dengan diare (infeksi)
Eliminasi Fekal, dengan KH : b. Identifikasi riwayat
1. Kontrol pengeluaran pemberian makan
feses meningkat c. Monitor warna,
2. Distensi abdomen volume, frekuensi dan
menurun konsistensi tinja
3. Nyeri abdomen d. Monitor tanda dan
menurun gejala hipovolemi
4. Konsistensi feses (takikardia, nadi teraba
membaik lemah, TD turun,
5. Frekuensi defekasi turgor kulit menurun,
membaik mukosa ekering, BB
6. Peristaltik usus menurun)
membaik e. Monitor pengeluaran
diare
f. Berikan asupan cairan
oral
g. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitis
( mis.loperamide,
difenoksilat)
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan, diharapkan a. Identifikasi lokasi,
nyeri akut dapat diatasi karakteristik,
dengan Tingkat Nyeri, dengan frekuensi, kulitas dan
KH : intensitas nyeri
1. Meringis menurun b. Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri c. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
3. Gelisah menurun atau memperingan
4. Anoreksia menurun nyeri
5. Ketegangan otot d. Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
6. Muntah menurun e. Berikan teknik non
7. Mual menurun farmakologis
8. Frekuensi nadi f. Fasilitasi istirahat dan
membaik tidur
9. Tekanan darah g. Ajarkan teknik
membaik nonfarmakologis
10. Nafsu makan h. Kolaborasi pemberiam
membaik analgetik
11. Pola tidur membaik
Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :
keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi status
Risiko Difisit Nutrisi dapat nutrisi
teratasi dengan Status Nutrisi, 2. Identifikasi alergi dan
dengan KH: intoleransi makanan
a. Porsi makanan yang 3. Monitor asupan
dihabiskan meningkat makanan
b. Nyeri abdomen 4. Monitor BB
menurun 5. Kolaborasi pemberian
c. Diare menurun medikasi sebelum
d. BB membaik makan (mis. Pereda
e. Nafsu makan nyeri) jika perlu
membaik
f. Bising usus membaik
g. Membran mukosa
membaik

Anda mungkin juga menyukai