Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN GERONTIK

“Resume Perbedaan Kebutuhan berbagai kelompok khusus (lansia),


Aspek legal, etika, norma dan budaya dalam pengkajian keperawatan
Kelompok khusus (lansia)”

Oleh :

Rezi Gusnita Putri

1831101231

3.B

Dosen Pembimbing :

Ns. Lola Felnanda Amri, M. Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah

memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat

pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan Resume ini adalah untuk

memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan mendukung dalam penyusunan resume ini. Penulis sadar resume

ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Semoga resume ini bisa

bermanfaat untuk semua pihak.

Padang, 15 Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….......... 1


KATA PENGANTAR ……………………………………………………... 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 4
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 6
C. Tujuan ………………………………………………………………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............………………………………… 7


A. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia.........................…....... 7

B. Kebutuhan Gizi Lansia...............................................................………10


C. Legal Etik Keperawatan …………………..........................…........... 20
a. Definisi ……………………………………................................ 20
b. Prinsip Etik ..............................................................……............. 21
c. Pemecahan Masalah Etik………………………......................... 22
d. Prioritas Penelitan Bidang Keperawatan Gerontik ……….......... 22
e. Area Prioritas ……................................................................
D. Prinsip Etika Pelayanan Kesehatan Pada Lansia ……………........... 24
E. Aspek Hukum dan Etika. ............................................................ 26
F. Landasan Hukum di Indoneia…………….…….............................. 27
G. Permsalahan ……………………………………………….............. 30

BAB III PENUTUP ……………………………………………................. 32


A. Kesimpulan ……………………………………………………….....32
B. Saran ………………………………………………………………...33
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia seseorang mengalami
kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga
masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki
masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan
seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata
dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat
dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima
dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua,
manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak
datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada
(Hurlock, 1996 : 439)
Usia lanjut sering punya masalah dalam hal makanan, antara lain
nafsu makan menurun. Padahal meskipun aktivitasnya menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, ia tetap membutuhkan asupan zat gizi lengkap,

4
seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Iapun masih
tetap membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya.
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga
diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan
yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak
terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk
membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang
tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan
yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk
meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien
terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga
pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan
didasarkan pada kewenangan yang diberikan karena keahlian yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Terjadinya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model
medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit
dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen,
2006), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan
ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah
sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 2014), Swansburg dan
Swansburg, 2009) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan
kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Hasil penelitian Direktorat
Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata

5
lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan
keperawatan (Depkes, 2015) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat
yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan
pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama
dengan sistem klien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perbedaan-perbedaan yang terjadi pada lansia?
2. Apa saja kebutuhan gizi pada lansia ?
3. Apa pengertian legal etik ?
4. Apa saja prinsip legal etik keperawatan gerontik?
5. Bagaiman pemecahan masalah etik
6. Bagaimana aspek hukum / landasan hukum lansia di Indonesia?
7. Apa saja permasalahan yang terjadi pada keperawatan gerontik?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui perbadaan-perbedaan yang terjadi pada lansia
2. Dapat mengetahui apa saja kebutuhan gizi pada lansia
3. Dapat mengetahui pengertian legal etik.
4. Dapat mengetahui prinsip legal etik keperawatan gerontik.
5. Dapat mengetahui pemecahan masalah etik
6. Dapat mengetahui aspek hukum / landasan hukum lansia di Indonesia.
7. Dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada keperawatan
gerontik.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi


adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology),
misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit mulai keriput, gigi mulai
rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda. Ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologis maupun social, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu
keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Beberapa kemunduran organ tubuh pada lansia, di antaranya adalah :

1. Kulit : kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastic lagi.
Dengan demikian, fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan
perisai terhadap masuknya kuman terganggu. Tipis dan keriput
disebabkan oleh hilanganya lapisan lemak dibawah kulit, tidak elastic
lagi karena terbentuk jaringan ikat baru dibawahnya.

2. Rambut : rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak megkilat ini
berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.

3. Seks : produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan
bertambahnya umur, selain itu, produksi hormon pada pria dan wanita
yang menurun juga dipengaruhi oleh menopause pada wanita dan
andropause pada pria.

7
4. Otot : jumlah sel otot berkurang, ukurannya atrofi, sementara jumlah
jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut,
fungsinya menurun, dan kekuatannya berkurang.

5. Jantung dan pembuluh darah : pada manusia usia lanjut kekuatan mesin
pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus
yang di jantung dan otot mengalami kekakuan. Lapisan inti menjadi
kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol
tinggi, dan lain-lain. Yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah
dan trombosit.

6. Tulang : ada proses menua kadar kapur atau kalsium dalam tulang
menurun, akibatnya tulang menjadi kropos atau osteoporosis dan mudah
patah. Dengan bertambahnya usia, terdapat peningkatan hilang tulang
secara linear

Adapun perubahan - perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia, antara
lain :

1. Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya

b. Lebih besar ukurannya

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan


intraseluler.

d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.

e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

8
g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem persarafan :

a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam
setiap harinya).

b. Cepatnya menurun hubungan persarafan.

c. Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan


stress.

d. Mengecilnya saraf pancaindra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya


pendengaran, pengecilnya saraf pencium dan rasa, lebih sensitive
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

e. Kurang sensitive terhadap sentuhan.

3. Sistem pendengaran

Presbiakuisis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan


(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada – nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit di menegerti kata – kata,
50 % terjadi pada usia diatas 60 tahun.

a. Membaran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

b. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatkan


keratin.

c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami


ketegangan jiwa atau stres.

4. Sistem penglihatan

9
a. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

b. Kornea lebih berbentuk sferis

c. Lensa lebih suram (kekeruhanpada lensa) menjadi katarak. Jelas


menyebabkan gangguan penglihatan.

d. Meningkatnya amabang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap


kegelapan lebih lamabat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya

g. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

5. Sistem kardiovaskuler

a. Elastisitas didnding aorta menurun.

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun


sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.

d. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektivitas pembuluh


darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak).

e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari


pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal
90 mmHg.

6. Sistem pengaturan temperatur tubuh

10
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu termosta, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain:

a. Temperatur tubuh menurun (hiportemia) secara fisiologik 350 ini


akibat metabolisme yang menurun.

b. Keterbatasan refleks menggil dan tidak dapat memproduksi panas


yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

B. Kebutuhan Gizi Lansia

1. Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi bagi setiap manusia berbeda-beda tergantung dari
jenis kelamin, umur, aktivitas, ukuran dan susunan tubuh,iklim atau suhu
udara,kondisi fisik tertentu (sakit) serta unsure lingkungan. Kecukupan
atau konsumsi gizi manula berbeda dengan kecukupan gizi pada usia
muda. Namun kebutuhan nutrisi manusia sama pada usia 40, 50, 60, dan
sesudahnya seperti ketika masih berusia sedikit muda dengan sedikit
variasi.
a.      Energi
Pada manusia , kebutuhan energi menurun sehubungan dengan
meningkatnya usia. Hal ini disebabkan banyak sel,yang sudah kurang aktif
yang mengakibatkan kegiatan fisik juga menurun. Dalam “Widya Karya
Pangan Dan Gizi Tahun 1988” disebut kecukupan gizi yang dianjurkan
untuk pria manula adalah sebesar 2.100 kalori dan wanita 1.700 kalori.
Kebutuhan kalori akan mulai menurun  pada usia 40-49 tahun sekitar
5%,pada usia 50-59 tahun dan usia 60-69 tahun menurun 10%.
Dengan penurunan ini berarti jumlah makanan yang seharusnya
dikonsumsi  juga menurun.Kebutuhan energy pada usia 40 tahun
sekitar 35 kkal/kg BB ideal. Setiap usia 10          tahun perkembangan

11
usia, kebutuhan energy akan menurun 10 g. Tetapi, pembagian ke
dalam zat-zat gizi tetap berprinsip pada pola gizi seimbang.

b.      Protein
Fungsi protein pada manula tidak lagi untuk pertumbuhan, tetapi
untuk pemeliharaan dan pengganti sel-sel yang rusak,serta pengaturan
fungsi fisiologis tubuh. Pada usia tua tubuh lebih tergantung  pada
asam-asam amino esensial. Dianjurkan kecukupan protein usia lanjut
dipenuhi dari protein yang berkualitas baik seperti susu, telur, daging
karena kecukupan asam amino yang pentingnya pada usia lanjut
meningkat. Jumlah protein pada usia lanjut meningkat. Jumlah protein
yang diperlukan bagi laki-laki lanjut adalah 49 g per hari dan
perempuan sebesar 41 g perhari. Pada usia lanjut tidak diperlukan
jumlah konsumsi protein yang berlebih karena akan memberikan
fungsi ginjal dan hati,sebaiknya konsumsi protein asal hewani atau
nabati adalah 10 % dari total kebutuhan total kalori perhari.

c.       Hidrat Arang
Penggunaan hidrat arang relatif menurun pada manula karena
kecukupan kalori juga menurun. Dianjurkan 50% dari total energy
berasal dari hidrat arang.

d.      Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak yang
berlebih dapat disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga, dan
bila sangat berlebih akan disimpan sebagai lemak tubuh. Konsumsi
yang berlebih pada manula  dihindari karena dapat meningkatkan
kadar lemak tubuh,khususnya kadar kolesterol darah. Dianjurkan
konsumsi lemak hewani dikurangi dan banyak menggunakan lemak
nabati. Jumlah lemak yang dianjurkan diatur tidak melebihi 25 % dari

12
totalkecukupan energy sehari , karena kebutuhan lemak pada lansia
hanya berkisar antara 20-25% dari total kalori/hari.

e.       Vitamin
Kebutuhan vitamin pada manula tidak jauh berbeda dengan
kebutuhan pada waktu muda,kecuali niasin,riboflavin,dan tiamina.
Kecukupan ketiga vitamin itu tergantung dari jumlah yang diperlukan.
Pada manula, konsumsi vitamin seperti riboflavin ,tiamina,vitamin B6
asam folat, Vitamin C dan D, dan vitamin E dari makanan perlu
mendapat perhatian yang khusus terutama bagi mereka yang
menginjak usia menopause (50 tahun ke atas) memerlukan vitamin-
vitamin antioksidan seperti  Vitamin A dan Vitamin E (400-600
unit/hari).

f.       Mineral
Pada prinsipnya, mineral memang dibutuhkan sedikit,tetapi pada
manula sering dijumpai masukan makanan kurang dalam beberapa
jenis mineral seperti zat besi, kalsium. Kalsium yang dibutuhkan pada
usia 19-50 tahun 1.000 mg, sedangkan untuk usia lebih dari 51
tahun,kebutuhan kalsium sebesar 1.200 mg. Organisasi kesehatan
menyarankan bagi manusia yang sudah pasca menopause untuk
mengonsumsi harian, kalsium sebesar 1.500 mg, lebih tinggi dari
kebutuhan biasa sebesar  1.200 mg. suplemen kalsium hingga  1.000
mg/hari juga disarankan bagi mereka yang tidak mendapatkan mineral
yang lebih cukup dari makanan. Adapun kecukupan yodium yang
dianjurkan untuk orang Indonesia untuk usia 10-59 tahun dan lebih
dari 60 tahun baik pria maupun wanita adalah sebanyak 150 mg.

g.      Air dan Serat


Kebutuhan air meningkat dengan bertambahnya usia. Dengan
berkurangnya kemampuan ginjal maka air punya peranan penting

13
sebagai pengangkut sisa pembakaran tubuh dan mendorong peristaltic
usus. Dianjurkan manula mengonsumsi cairan minimum 6-8 gelas
sehari. Serat dalam makanan akan membantu mendorong peristaltic
usus dan dapat mencegah konstipasi pada manula.

2. Angka Kecukupan Gizi Lansia


Kecukupan  gizi usia  lanjut berada dengan usia muda. Kebutuhan
gizi  sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas/kegiatan,
postur tubuh, aktivitas fisik dan mental (termasuk pekerjaan) sehari-
hari, iklim/suhu udara,kondisi fisik tertentu (masa pertumbuhan,sedang
sakit) dan unsure lingkungan (misalnya bekerja dibahan dengan bahan
nuklir). Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan brmanfaat
bagi usia lanjut untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan
penyakit degenerative seperti penyakit jantung,ginjal,diabetes mellitus
arthritis dan lain-lain atau kekurangan  gizi yang seyogianya telah
dilakukan sejak muda. Adapun kebutuhan zat-zat gizi pada usia lanjut:

1.      Kalori
Kebutuhan energy pada usia lanjut menurun sehubungan dengan
penurunan metabolism basal (sel-sel banyak yang inaktif) dan kegitan
fisik cenderung menurun. Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5%
pada usia 40 – 49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 60-69
tahun. Menurut widya karya pangan dan gizi 1993,kecukupan gizi
yang dianjurkan untuk usia lanjut(
2.      Protein
Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel-sel
jaringan-jaringan yang rusak serta mengatur fungsi fisiologi tubuh.
Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein hewani
dan nabati dengan perbandingan 1:3,.Jumlah protein yang diperlukan
untuk laki-laki usia lanjut (60 tahun)adalah 55 g per hari dan wanita
usia lanjut 48 g per hari. Hindarkan konsumsi protein yang berlebih

14
karena akan memberatkan fungsi ginjal dan hati. Protein diperlukan
lebih pada usia lanjut yang menderita penyakit infeksi serta mengalami
setres berat.
3.      Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak
berlebih disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga dan bila
berlebih akan ditimbun sebagai lemak tubuh. Konsumsi lemak yang
berlebih tidak dianjurkan pada usia lanjut karena dapat meningkat
kadar lemak dalam tubuh khususnya kadar kolesterol darah.Kebutuhan
lemak usia lanjut lebih sedikit. Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih
dari seperempat kebutuhan energi. Pada usia lanjut di anjurkan untuk
mengonsumsi asam lemak tak jenuh(berasal dari nabati). Dan
pembatasan konsumsi lemak untuk usia lanjut karena meningkat:
a. Berkurangnya aktivitas tubuh.
b. Berkurangnya produksi enzim sehingga pencernaan lemak
tidak sempurna akan membebani lambung dan usus.
c. Bisa menyebabkan arterosklerosis bila mengonsumsi asam
lemak jenuh yang tinggi.
4.      Vitamin
Untuk usia lanjut dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi
makanan kaya vitamin A,D,E untuk mencegah penyakit
degeneratif(sebagai antioksida).Selain itu,mengonsumsi mkanan yang
banyak mengandung vitamin B12,asam folat dan B1 juga
dianjurkan,untuk menanggulangi resiko penyakit jantung.
Adapun kebutuhan vitamin untuk usia lanjut per orang per hari
Adalah:
a. Vitamin wanita 500 RE dan laki-laki 600 RE.
b. Vitamin B1 1,0 ug.
c. Vitamin B6 wanita 1,6 ug dan laki-laki 2,0 ug.
d. Vitamin B12 1,0 ug.
e. Asam Folat wanita 150 ug dan laki-laki 170 ug.

15
f. Vitamin C60 ug.
g. Vitamin D5 ug.
h. Vitamin E wanita 8 ug dan laki-laki 10 ug.
5.      Mineral
Pada usia lanjut di anjurkan mengonsumsi makanan fe, Zn,
selenium, dan kalsium untuk mencegah anemia dan pengeroposan
tulang terutama pada wanita. Adapun kebutuhan mineral untuk usia
lanjut perhari adalah:
a. Kalsium wanita 500 mg dan laki-laki 600mg.
b. Zat besi wanita 14 ug dan laki-laki 13 ug.
c. Natrium (NaCl)2,8-7,8 g.
d. Seng (Zn) 15 ug.
e. Selenium wanita 55 ug dan laki-laki 70 ug.
Dianjurkan pada usia lanjut dengan tekanan darah tinggi
mengonsumsi NaCl sejumlah 3 g per orang per hari karena dapat
membantu menurunkan tekanan darah.

3. Peranan Gizi Bagi Lansia


Peranan Energi
a. Energi untuk diukut dengan kalori dan menghasilkan dari
karbohidrat,protein, dan lemak.
b. Kelebihan energi dapat memengaruhi terjadinya penyakit
degeneratif,karena energy ini disimpan dalam bentuk jaringan
lemak.
c. Penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya lebih banyak
terdapat pada orang-orang dengan energi yang berlebihan.
d. Kekurangan energi mengakibatkan berat badan rendah yang dapat
mengakibatkan fungsi umum menurun,seperti menurunnya daya
tahan dan kesanggupan kerja.
Peranan Protein

16
a. Pada usia lanjut fungsi protein yang di konsumsi tubuh tidak lagi
untuk pertumbuhan. Peranan protein yang utama adalah
memelihara dan mengganti sel-sel jaringan yang rusak,pengatur
fungsi fisiologi organ tubuh.
b. Kebutuhan protein pada usia lanjut didasarkan kepada kebutuhan
orang dewasa muda pada umur 25 tahun,yaitu pada pria 0,95g/kg
berat badan/hari sedangkan pada wanita 0,87 g/kg berat
badan/hari.
c. Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang indosnesia adalah
50 g/hari untuk pria dengan umur 60 tahun ke atas dan 44g/hari
untuk wanita dengan umur 60 tahun ke atas.
d. Dianjurkan kebutuhan protein pada usia lanjut dipenuhi dari
protein yang bernilai biologi tinggi seperti telut, akan dan lain-lain
karena kebutuhan asam-asam amino esensial meningkat pada usia
lanjut.Tetapi konsumsi protein yang berlebihan tidak bermanfaat
Karena akan dapat memberatkan fungsi ginjal dan hati.

Peranan lemak
a. Lemak merupakan sumber energi yang dapat disimpan di dalam
tubuh sebagai cadangan energy.
b. Konsumsi lemak yang berlebihan pada usia lanjut tidak dianjurkan
karena dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, khususnya
kadar kolesterol darah.
c. Masukan lemak melalui makanan dianjurkan tidak melebihi 30%
dari jumlah total energi yang dibutuhkan.Untuk bangsa Indonesia
konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 25% dari energi yang
di butuhkan.

Peranan Mineral
Mineral dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun peranannya
sangat penting dalam berbagai proses metabolik dalam tubuh,sehingga

17
bila mengonsumsi mineral kurang dari kebutuhan akan dapat
mengganggu kelangsungan proses tersebut.
Kalsium
Pada proses menua terjadi gangguan absorpsi kalsium,karena itu
sangat dianjurkan untuk mengonsumsi susu 1 gelas/hari.Kebutuhan
kalsium yang di anjurkan adalah 500 mg/orang/hari.Untuk yang
menderita osteoporosis dianjurkan pemberian kalsium sejumlah 800
mg/orang/hari.Namun kalsium yang di butuhkan pada usia 19-20 tahun
1.000 mg,sedangkan untuk usia lebih 51 tahun,kebutuhan kalsium
sebesar 1.200 mg.
Fe/Zat besi
Kebutuhan Fe yang dianjurkan sebesar 9 mg/orang/hari untuk
pria,sedangkan 8 mg/orang/hari untuk wanita.Anemia gizi sering
terjadi pada usia lanjut,diakibatkan rendahnya jumlah Fe dalam
makanan yang di konsumsi ataupun adanya penyakit pada lambung
yang dapat mengganggu penyerapan Fe di dalam saluran
pencernaan.Oleh karena itu,sebaiknya dipilih zat besi yang berasal dari
hewani.Konsumsi protein asal hewan antara lain daging perlu di
konsumsi dalam jumlah yang cukup tetapi tidak boleh
berlebihan,karena zat besi asal protein hewani lebih mudah diserap.

Natrium
Kebutuhan NaCl adalah 2,8-7,8 g/orang/hari.Dianjurkan lansia
dengan tekanan darah tinggi mengonsumsi NaCl sejumlah 3
mg/orang /hari karena dapat membantu menurunkan tekanan
darah.Pada keadaan ini menyebabkan nafsu makan usia lanjut
menurun,karena makanannya kurang garam.

Air
     Kebutuhan air meningkat dengan bertambahnya usia
seseorang.Dengan berkurangnya kemampuan ginjal,,maka air

18
mempunyai peranan penting sebagai pengangkut sisa metabolism
dalam tubuh.Dianjurkan meminum air sebanyak 6-8 gelas atau lebih
dalam sehar.Air juga mempunyai peranan mendorong peristaltik usus
sehingga dapat mencegah kontipasi.

Peranan Serat
a. Pada manula serat diperlukan memungkinkan proses buang air
besar menjadi teratur dan menghindari berbagai penyakit.
b. Fungsi serat dalam usaha pencegahan penyakit yaitu mencegah
penyakit jantung koroner,kanker usus besar,penyakit diabetes
melitus,penyakit divertikular (penonjolan bagian luar usus), dan
mencegah kegemukan.

Peranan Vitamin
       Secara umum vitamin mempunyai fungsi yaitu mengatur berbagai
proses metabolisme dalam tubuh,mempertahankan fungsi berbagai
jaringan,memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru dan
membentuk pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh.

Vitamin A
      Penghasilan yang baik,ketahanan jaringan,daya tahan tubuh
terhadap infeksi sangat tergantung kepada kecukupan Vitamin A.Pada
pria maupun wanita usia umur 60 tahun ke atas kecukupan Vitamin A
adalah 3.500-4.000 mikrogram/orang/hari.

Vitamin B1/Tiamina
       Kecukupan Vitamin B1 untuk pria lanjut adalah 1,2 mg/orang/hari
dan 1,0 mg untuk wanita lanjut.

Vitamin B6

19
      Kecukupan  Vitamin B6 yang dianjurkan pria lansia adalah 2,2
mikrogram/hari dan 2,0 mikrogram untuk wanita lanjut.

Folat
     Di dalam tubuh asam folat berfungsi memproduksi sel darah merah
dan di butuhkan untuk sintesis asam amino. Asam folat berfungsi
sebagai kafaktor yang sangat penting dan juga merupakan koenzim
yang berfungsi mengatur proses remetilasi dan transulfurasi
metabolisme homosistein.Asam folat juga merupakan koenzim yang
sangat besar peranannya dalam reaksi di dalam tubuh,seperti sintesis
DNA,pembelahan sel normal,sintetis purin,interkonversi asam
amino,dan berbagai reaksi seluler lainnya.konsumsi asam folat tidak
hanya berperan besar pada pembentukan jaringan otak janin saja,tetapi
juga berpotensi mengatasi kepikunan pada kelompok lanjut usia.Hasil
penelitian membuktikan,mengonsumsi makanan yang lunak yang
banyak mengandung asam folat akan menurunkan risiko terserang
kanker usus besar.

Vitamin B12
      Vitamin B12 merupakan unsur penting untuk meningkatkan
kemampuan daya ingat,bahkan bisa mengatasi persoalan kelainan saraf
di samping itu Vitamin B12 bekerja sama dengan asam folat
memproduksi sel darah merah.
      Vitamin B12 juga berfungsi sebagai kofaktor yang sangat penting
dan juga merupakan koenzim yang berfungsi mengatur proses
remetilasi dan transulfurasi metabolisme homosistem kecukupan yang
dianjurkan untuk B12 adalah 0,3 mikrogram/hari bagi usia lanjut.

Vitamin C
      Vitamin C sangat bermangfaat untuk menghambat berbagai
penyakit pada usia tua,berfungsi antara lain meningkatkan kekebalan

20
tubuh,melindungi dari serangan kanker,melindungi arteri,meremajakan
dan memproduksi sel darah putih,mencegah katarak,memperbaiki
kualitas sperma,dan mencegah penyakit gusi.Kecukupan Vitamin C
adalah 60 mg/hari.

Vitamin D
       Kecukupan Vitamin D yang dianjurkan lansia sebanyak 5 mikro
gram/hari atau 200 IU.Pada umumnya konsumsi Vitamin D wanita
usia lanjut rendah daripada pria usia lanjut.

Vitamin E
       Vitamin E merupakan anti-oksida dan diduga berperan
memperlambat proses ketuaan pada usia lanjut.Kecukupan yang
dianjurkan adalah 8mg alpha tokoferol untuk pria dan 10 mg/hari
untuk wanita.

Vitamin K
Kecukupan Vitamin K adalah 65 mcg/hari bagi wanita lansia dan
80 mgc/hari bagi pria lansia.

C. Aspek Legal dan Etik Keperawatan Gerontik

a. Definisi Aspek Legal dan Etik Keperawatan Gerontik

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.


Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. (WHO, 2009 dalam Kurniati
Azlinda, 2010).

Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi


bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika
keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan. Aspek legal etik

21
keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur
dalam undang-undang keperawatan. (Budi Sampurna, 2006 dalam dalam
Kurniati Azlinda, 2010)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulan bahwa


aspek legal etik keperawatan gerontik adalah suatu aturan yang mendasari
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia sesuai
lingkup wewenang dan tanggung jawab perawat.

b. Prinsip etik
a. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien.
b. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya.
c. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal yang tidak membahayakan
pasien/pasien dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan
kesejahteraan pasien.
d. Non-Maleficence (utamakan tidak mencederai orang lain)
Kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian/cidera.
Prinsip : jangan membunuh, menghilangkan orang lain, jangan
membuat nyeri atau penderitaan pada orang lain, dan jangan melukai
perasaan orang lain.
e. Confidentiality (hak kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang sudah dipercayakan kepada perawat.
f. Justice (keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adilkepada semua orang/pasien/klien. Kata
adil disini yaitu berarti tidak memihak.
g. Fidelity (loyalty/ketaatan)

22
1) Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan
bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah diambil.
2) Era modern, pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab
tidak hanya pada satu profesi). 80% kebutuhan dipenuhi perawat.
3) 1.1.7.3. Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang
berlaku
4) Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan
yang disepakati.
h. Veracity (Truthfullness & honesty)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran
1) Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-
consent
2) Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu
mengutarakan kebenaran
c. Pemecahan masalah etik
a. Identifikasi masalah etik
b. Kumpulkan fakta-fakta
c. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik.
d. Buat keputusan dan uji cobakan
e. Bertindaklah, dan kemudian refleksikan pada keputusan tsb
d. Prioritas Penelitian Bidang Keperawatan Gerontik
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek
pengetahuan dan keterampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam
mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual
lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia kearah
perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada
pemulihan kesehatan, maksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam
kondisi sehat, sakit, maupun kelemahan serta memberikan rasa aman,
nyaman, terutama dalam menghadapi kematian. Penelitian keperawatan
gerontik diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi pengem- bangan teknik maupun mutu pelayanan dengan berbagai

23
pendekatan di atas. Namun, dalam menyusun prioritas penelitian, perlu
diseimbangkan antara kebutuhan untuk menambah ilmu dan wawasan baru
dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
kepatuhan pelayanan. Dalam mengembangkan penelitian tersebut, kita
terlebih dahulu perlu mengetahui aspek- aspek kritis yang ada dalam
keperawatan gerontik.

1) Area Prioritas
a) Pelayanan, evaluasi dan efektivitas intervensi terhadap individu
atau kelompok atau metode baru dalam pelayanan keperawatan.
sub area prioritas: ventilasi dan sirkulasi, nutrisi, ekskresi, aktivitas
dan istirahat, stimulasi mental, tidur, masalah kardiovaskuler,
masalah penyakit vaskularisasi periver, masalah respiratori,
masalah gastrointestinal, 3 masalah diabetes, masalah
muskulusskeletal, masalah genitourinary, masalah neurology,
masalah menurunnya fungsi sensorik, masalah dermatologi,
masalah kesehatan mental, tindakan operatif dan dampaknya,
palliative care, manajemen nyeri, rehabilitasi, perawatan diri dan
higienitas, pengawasan menelan obat.

b) Parameter dan hasil (out come) intervensi klinik yang spesifik. Sub
area prioritas: diagnosis keperawatan yang spesifik, pengembangan
alat ukur geriatrik.

c) Faktor-faktor organisasi yang berdampak pada sistem pelayanan


dan kinerja, sub area prioritas : peran kolaborasi, model
keperawatan di rumah (home care), model perawatan di rumah
sakit (hospital care), model perawatan di panti jompo (institutional
care), model perawatan jangka panjang (long-term care), nursing
agency, team work.

i. Faktor-faktor sosial yang berdampak pada tingkat kesehatan


lansia. Sub area prioritas : aspek legal:kebijakan dan regulasi,

24
kelenturan kesehatan yang berbasis budaya dan kepercayaan,
sosial ekonomi, konsep-konsep gerontologi (aspek kesehatan,
aspek spiritual, aspek etika dan moral, aspek nutrisi, aspek
psikologis, aspek fisiologis dan aspek sosial).
ii. Kualitas hidup (quality of life) dan intervensi kesehatan psiko
social. Sub area prioritas: penilaian status fungsional,
psikologis, senile demensia, olah raga, rekreasi, upaya preventif
terhadap risiko kecelakaan, interaksi sosial, spiritual,
manajemen stress, sakaratul maut, support keluarga, aktivitas
dan disfungsi seksual.
iii. Promosi kesehatan. Sub area prioritas: pesan, teknologi.

D. Prinsip Etika Pelayanan Kesehatan pada Lansia


Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada
penderita usia lanjut adalah (Darmojo, 2009) :
1. Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “Simpati atas dasar
pengertian yang dalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan
geriatri harus memandang seorang lansia yang sakit denagn pengertian,
kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut.
2. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan,
sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas-kasihan. Oleh
karena itu semua petugas geriatrik harus memahami proses fisiologis dan
patologik dari penderita lansia.
3. Yang harus dan yang ”jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai
non- maleficence dan beneficence. Pelayanan geriatri selalu didasarkan
pada keharusan untuka mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus
menghindari tindakan yang menambah penderitaan bagi penderita.
Terdapat adagium primum non nocere (”yang penting jangan membuat
seseorang menderita”). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi
baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian analgesik yang

25
cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang
mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
4. Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak
untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri.
Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri
hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat
putusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran, seringkali hal
ini dibantu oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip
otonomi berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional (sedangkan
non-maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi). Dalam
berbagai hal aspek etik ini seolah-olah memakai prinsip paternalisme,
dimana seseorang menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu
keputusan.
5. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan perlakuan
yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan
seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas
dasar karakteristik yang tidak relevan.
6. Kesungguhan Hati : yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji
yang diberikan pada seorang penderita. Mengenai keharusan untuk berbuat
baik dan otonomi, Meier dan Cassel menulis sebagai berikut :
”..............although the medical community has ferquently been attacked
for its attitude toward patients, it is usually conceded that paternalism can
be justified if certain criteria are met; if the dangers averted or benefits
gained for the person outweigh the loss of autonomy resulting from
intervention; if the person is too ill to choose the same
intervention…………………………”.
Dengan melihat prinsip diatas tersebut, aspek etika pada pelayanan
geriatrik berdasarkan prinsip otonomi kemudian di titik beratkan pada
berbagai hal sebagai berikut :

26
a) Penderita harus ikut berpartisipasi dalam prosea pengambilan keutusan
dan pembuatan keputusan. Pada akhirnya pengambilan keputusan
harus bersifat sukarela.
b) Keputusan harus telah mendapat penjelasan cukup tentang tindakan
atau keputusan yang akan diambil secara lengkap dan jelas.
c) Keputuan yang diambil hanya dianggap sah bial penderita secara
mental dianggap capabel. Atas dasar hal diatas maka aspek etika
tentang otonomi ini kemudian ituangkan dalam bentuk hukum sebagai
persetujuan tindakan meik (pertindik) atau informed consent. Dalam
hal seperti diatas, maka penderita berha menolak tindakan medik yang
disarankan oleh dokter, tetapi tidak berarti boleh memilih tindakan,
apabila berdasarkan pertimbangan dokter yang bersangkutan tindakan
yang dipilih tersebut tidak berguna (useless) atau bahkan berbahaya
(harmful). Kapasitas untuk mengambil keputusan, merupakan aspek
etik dan hukum yang sangat rumit. Dasar dari penilaian kapasitas
pengambilan keputusan penderita tersebut haruslah dari kapasitas
fungsional penderita dan bukan atas dasar label diagnosis, antara lain
terlihat dari :
1) Apakah penderita bisa buat/tunjukan keinginan secara benar?
2) Dapatkah penderita memberi alasan tentang pilihan yang dibuat?
3) Apakah alasan penderita tersebut rasional (artinya setelah penderita
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar)?

E. Aspek Hukum dan Etika


Produk hukum tentang Lanjut Usia dan penerapannya disuatu negara
merupakan gambaran sampai berapa jauh perhatian negara terhadap para
Lanjut Usianya. Baru sejak tahun 1965 di indonesia diletakkan landasan
hukum, yaitu Undang-Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Bantuan bagi
Orang Jompo. Bila dibandingkan dengan keadaan di negara maju, di negara
berkembang perhatian terhadap Lanjut Usia belum begitu besar.

27
Di Australia, misalnya, telah diundangkan Aged Person Home Act (1954),
Home Nursing Subsidy Act (1956), The Home and Community Care Program
(1985), Bureau for the Aged (1986), Outcome Standards of Residential Care
(1992), Charter for Resident’s Right (1992), Community Option Program
(1994), dan Aged Care Reform Strategy (1996).
Di Amerika Serikat diundangkan Social Security Act yang meliputi older
American Act (Title III), Medicaid (Title VII), Medicare (Title XIX, 1965),
Social Service block Plan (Title XX) dan Supplemental Security Income (Title
XVI). Selanjutnya diterbitkan Tax Equity and Fiscal Responsibility Act
(1982), Omnibus Budget Reconcilliation Act (OBRA, 1987), The Continuun
of Long-term Care (1987) dan Program of All Care of the Elderly (PACE,
1990).
Di Inggris di undangkan National Assistence Act, Section 47 (1948) dan telah
ditetapkan standardisasi pelayanan di rumah sakit serta di masyarakat. Juga
telah ditentukan ratio tempat tidur per lanjut usia dan continuing care. Di
Singapura dibentuk Advisory Council on the Aged, Singapore Action Group
of Elders (SAGE) dan The Elders’ Village.

F. Landasan Hukum di Indonesia


Berbagai produk hukum dan perundang-undangan yang langsung
mengenai Lanjut Usia atau yang tidak langsung terkai dengan kesejahteraan
Lanjut Usia telah diterbitkan sejak 1965. beberapa di antaranya adalah :
1. Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi
Orang Jompo (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor
32 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 2747).
2. Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja.
3. Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kesejahteraan Sosial.
4. Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.

28
5. Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.
6. Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.
7. Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
8. Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman.
9. Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.
10. Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
11. Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan.
14. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
(Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti undang-
Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang
jompo.
15. Pasal 27 UUD 45 Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjungnya hukum dan
pemerinahannya itu dengan tidak ada kecualinya. Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaannya dan penghidupannya yang layak bagi
kemanusiaan.
16. Pasal 34 UUD 45 Fakir miskin dan anak–anak yang terlantar dipelihara
oleh negara. Berpedoman pada hukum tersebut, sebagai perawat
kesehatan masyarakat bertanggung jawab dalam mencegah penganiayaan.
Penganiayaan yang dimaksud dapat berupa : penyianyiaan, penganiayaan
yang disengaja dan eksploitasi. Sedangkan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah berupa perlindungan di rumah, perlindungan hukum dan
perawatan di rumah.
Jenis-jenis penyiksaan (Gelles & Straus, 2009)

29
1. Penyiksaan suami-istri
2. Penyiksaan terhadap anak fisik dan seksual
3. Penyiksaan terhadap lansia
4. Peniksaan terhadap orang tua
5. Penyiksaan terhadap sibling
17. Undang-undang No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
18. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19: Kesehatan manusia
usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan agar
tetap produktif dengan bantuan pemerintah dalam upaya
penyelenggaraannya.
19. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut pasal 14 :
Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan
derajad kesehatan dan kemampuan usia lanjut agar kondisi fisik, mental,
dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar melalui upaya penyuluhan,
penyembuhan, dan pengembangan lembaga.
20. Undang-undang No.13 tahun 1998 mengamanatkan bahwa pemerintah
dan masyarakat berkewajiban memberikan pelayanan sosial kepada lanjut
usia. Pemberikan pelayanan berlandaskan pada filosofi dan nilai budaya
masyarakat Indonesia yang berasas Three Generation in One Roof yang
mengandung arti yaitu adanya pertautan yang bernuansa antar 3 generasi,
yaitu: anak, orang tua dan kakek/nenek.
21. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Seseorang yang
telah lulus dan mendapatkan ijasah dari pendidikan kesehatan yang diakui
pemerintah. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan.
22. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. 4.23. UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Kesehatan.

30
G. Permasalahan-permasalahan yang masih terdapat pada Lanjut Usia
Bila ditinjau dari aspek hukum dan etika, dapat disebabkan oleh faktor,
seperti berikut :
1. Produk Hukum
Walaupun telah diterbitkan dalam jumlah banyak, belum semua
produk hukum dan perundang-undangan mempunyai Peraturan
Pelakisanaan. Begitu pula, belum diterbitkan Peraturan Daerah, Petunjuk
Pelaksanaan serta Ptunjuk Teknisnya, sehingga penerapannya di lapangan
sering menimbulkan permasalahan. Undang-undang terakhir yang
diterbitkan yaitu Undang-undang Nomor 13 tahun 1998, baru mengatur
kesejahteraan sosial Lanjut Usia, sehingga perlu dipertimbangkan
diterbitkannya undang-undang lainnya yang dapat mengatasi
permasalahan Lanjut Usia secara spesifik.

2. Keterbatasan prasarana
Prasarana pelayanan terhadap Lanjut Usia yang terbatas di tingkat
masyarakat, pelayanan tingkat dasar, pelayanan rujuikan tingkat I dan
tingkat II, sering menimbulkanpermasalahan bagi para Lanjut Usia.
Demikian pula, lembaga sosial masyarakat dan ortganisasi sosial dan
kemsyarakatan lainnya yang menaruh minat pada permasalahan ini
terbatas jumlahnya. Hal ini mengakibatkan para Lanjut Usia tak dapat
diberi pelayanan sedini mungkin, sehingga persoalannya menjadi berat
pada saat diberikan pelayanan.
3. Keterbatasan sumber daya manusia
Terbatasnya kuantitas dan kualitas tenaga yang dapat memberi
pelayanan serta perawatan kepada Lanjut Usia secara bermutu dan
berkelanjutan mengakibatkan keterlambatan dalam mengetahui tanda-
tanda dini adanya suatu permasalahan hukum dan etika yang sedang
terjadi. Dengan demikian, upaya mengatasinya secara benar oleh tenaga
yang berkompeten sering dilakukan terlambat dan permasalahan sudah

31
berlarut. Tenaga yang dimaksud berasal dari berbagai disiplin ilmu, antara
lain :
a) Tenaga ahli gerontologi.
b) Tenaga kesehatan : dokter spesalis geriatrik, psikogeriatri,
neurogeriatri, dokter spesialis dan dokter umum terlatih,
fisioterapis, perawat terlatih.
c) Tenaga sosisal : sosiolog, petugas yang mengorganisasi kegiatan
(case managers), petugas sosial masyarakat, konselor.
d) Ahli hukum: sarjana hukum terlatih dalam gerontologi, pengacara
terlatih, jaksa penunutut umum, hakim terlatih.
e) Ahli psikolog : psikolog terlatih dalam gerontologi, konselor.
f) Tenaga relawan : kelompok masyarakat terlatih seperti sarjana,
mahasiswa, pramuka, pemuda, ibu rumah tangga, pengurus
lembaga ketahanan masyarakat desa, Rukun Warga/RW, Rukun
Tetangga/RT terlatih.
4. Hubungan Lanjut Usia dengan Keluarga
Menurut Hardiwinoto (2010), berbagai isu hukum dan etika yang
sering terjadi pada hubungan Lanjut Usia dengan keluarganya adalah :
a) Pelecehan dan ditentarkan (abuse and neglect)
b) Tindak kejahatan (crime)
c) Pelayanan perlindungan (protective services)
d) Persetujuan tertulis (informed consent)
e) Kualitas kehidupan dan isu etika (quality of life and related ethical
issues)

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada  usia 65 tahun  seseorang  dianggap telah memasuki masa


lansia atau lanjut usia. Pada lansia biasanya mengalami kemundaran fisik,
mental dan sosia sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukakan
tugasnya sehari hari lagi. Pada lansia terjadi perubahan fisik fisiologis,
yang dapat menyebabkan kemunduran fungsi tubuh akibat proses menua.
Pada lansia terjadi kemunduran fisik, seperti rambut memutih, rontok,
kulit menjadi keriput dan tipis, dan lain-lain.  Kebutuhan gizi bagi setiap
manusia berbeda-beda tergantung dari jenis kelamin, umur, aktivitas,
ukuran dan susunan tubuh, iklim atau suhu udara, kondisi fisik tertentu
(sakit) serta unsur lingkungan.
Beberapa faktor yang harus di perhatikan pada lansia antara lain:
lingkungan social, gizi (suplemen), pola hidup, pola makan, membatasi
minum kopi dan teh.Ada beberapa cara pengkajian status gizi pada lansia,
anta ra lain: anamnes, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, penilaian antropometri, pengkajian asupan
makan perhari, dan pengkajian status gizi biokimia.

Semakin meningkatnya populasi lansia berdampak pula pada


peningkatan permasalahan etik dan legal pada lansia.Penggunaan prinsip
etika dan nilai - nilai etik memberi pengaruh yang besar dalam
keperawatan gerontik. Adanya pengaruh etik dalam perawatan lansia yaitu
tiga kategori diidentifikasi berupa pertimbangan, hubungan, dan
perawatan. Kategori-kategori ini membentuk dasar kategori inti yaitu
''Penguatan'' sehingga hal tersebut dapat meningkatkan etika asuhan
keperawatan dan kenyamanan bagi pasien lansia.

33
Terlepas dari pengaruh etika tersebut, tentunya membutuhkan cara
yang tepat dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan etik
dan legal dalam perawatan lansia. Oleh karena itu, berdasarkan hasil
penelitian beberapa jurnal merekomendasikan cara untuk mengatasi
permasalahan etik berupa pasien lansia harus dianggap sebagai populasi
yang rentang dan memerlukan dukungan hukum terkait hak mereka.
Pasien lansia merupakan fokus utama dalam melakukan asuhan
keperawatan gerontik. Penerapan nilai - nilai etik dan prinsip etik dapat
meningkatkan kepekaan terhadap lansia. Selain itu, mengembangkan
unsur keterbukaan dan musyawarah antara penyedia pelayanan, tenaga
kesehatan, keluarga dan masyarakat akan membentu dalam mengatasi
masalah etis terkait moral yang mucul sehari-hari. Sehingga dapat
diterapkan unsur keadilan pada pasien lansia.

B. Saran
Seorang perawat sudah seharusnya mempertimbangkan aspek legal
etik dalam praktik keperawatan pada lansia sehingga tidak akan ada
kejadian malpraktik yang dapat merugikan. Disamping itu perawat yang
taat terhadap hukum akan terhindar dari jeratan hukum yang dapat
merugikan diri sendiri.

34
DAFTAR PUSTAKA

Amelia Nindy. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: D-Medika.

Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. (2009). Buku Ajar Geriatri (ilmu
Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Gelles, R. J., & Straus, M.A. (2009). Intimate violence : The Causes and
Consequences of Abuse in The American Family. New York : Simon &
Schuster.

Kurnianingsih,dkk.2007. Tugas Mata Kuliah Gizi Daur Gizi pada


Lansia.Surabaya:Universitas Airlangga.

Hardiwinoto, Setiabudi, Toni. (2010). Panduan Gerontologi, Tinjauan dari


Berbagai Aspek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mickey & Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. EGC.
Jakarta:Buku Kedokteran.

35

Anda mungkin juga menyukai