Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN ABORTUS IMINEN

Di susun oleh :

SRI LESTARI

21221010

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ABORTUS IMMINENS

A. Pengertian

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia
kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama
kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim. Manuaba,
2007:683).

Abortus imminens adalah perdarahan pervagina yang terjadi pada awal kehamilan diikuti nyeri perut seperti
kram beberapa jam hingga beberapa hari (Leveno, 2015). Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang
menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan, dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan (Padila, 2015).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus imminens adalah bercak perdarahan yang
berlangsung pada awal kehamilan diikuti keluhan nyeri perut seperti kram beberapa jam hingga beberapa
hari, dalam kondisi seperti ini kehamilan masih dapat dilanjutkan atau dipertahankan.

B. Etiologi

Menurut (Padila, 2015) pada umumnya abortus imminens disebabkan oleh kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah : kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma x, lingkungan sekitar tempat
implatasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alkohol,
kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun, faktor maternal seperti
pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis, kelainan traktus genetalia, seperti serviks
inkompetensi, retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. dalam keadaan masih hidup. Hal-hal
yang menyebabkan abortus dapat dibagi

sebagai berikut.

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat
biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil mudah. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan
dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks.

b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

2. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu

Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat
menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa,
toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

4. Kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat
bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak
dijahit.

5. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)

6. Trauma

7. Gangguan nutrisi

8. Stress psikologis

C. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal.
Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga
abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii),
rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora
dan sepasang labium minora.
Gambar 1. Organ Interna Wanita

1. Ovarium.

Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui mesentrium ke uterus.
Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin
perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak
mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak
ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan
ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi)
hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan
ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian. Selama
mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan
ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron.

Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak
dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus
berikutnya.

2. Tuba falopii/oviduct (saluran telur)

Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi untuk menangkap
ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong
ovum untuk bergerak menuju uterus.

3. Uterus (rahim)

Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil disebut cervix.
Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama
kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak
mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada
saat menstruasi.

4. Vagina

Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang disebut hymen
menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi
hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran.
Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina
bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.

5. Mons veneris

Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling atas dari
vulva.

6. Labium mayora

Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan

ditumbuhi rambut

Gambar 2. Organ Eksterna Wanita


7. Labium minora

Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak mengandung
pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris. Labium minora
mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di
bagian bawah.

8. Clitoris

Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena banyak
mengandung saraf (Bobak, 2000).

D. Manifestasi Klinis

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang setelah beberapa jam sampai
beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen. Nyeri pada abortus dapat terletak di sebelah anterior dan
berirama seperti nyeri pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang
persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa pegal
di garis tengah pada daerah suprasimpisis yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun
bentuk nyeri yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan
prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian wanita yang menderita nyeri dan terancam
mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi. Pada
mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah banyak. Kadang-kadang perdarahan
berulang dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih
banyak merah segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan.

Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau pinggang mulanya belum ada
atau ringan saja.
Tanda dan gejala pada abortus Imminen:

1. Terdapat keterlambatan datang bulan

2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules

3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot Rahim

4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat
dirasakan kontraksi otot Rahim

5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.

E. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan
disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

F. Klasifikasi

Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis atau
medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi:

a. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi
nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa
nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau
nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadangkadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.

b. Abortus insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah.

c. Abortus inkompletus

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan
kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.

d. Abortus kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan
lengkap.

e. Abortus Servikalis

Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang
tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar,
kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas
ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan
untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.

f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh
hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.

g. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya
penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa
bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :

a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).Biasanya perlu mendapat
persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli

b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal

atau tidak berdasarkan indikasi medis.

G. Komplikasi

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
tranfusidarah .Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada
waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi
peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomie, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomie.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atau usus. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk menentukan
luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

3. Infeksi

Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia. Diagnosis ditentukan dengan adanya
abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam
yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena infeksi berat (syok
Endoseptik).

H. Pemeriksaan Diagnostic

1. Pemeriksaan penunjang

a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati

b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion

2. Data laboratorium

a. Tes urine

b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan hematokrit terjadi Penurunan
(< 35 mg%)

c. menghitung trombosit

d. kultur darah dan urine

I. Penatalaksanaan

Penanganan abortus imminens terdiri atas:

1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada persesuaian faham. Sebagian
besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu
adanya kekurangan hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh
kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon
progesteron memang tidak banyak manfaatnya.

3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.

4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600 / 1.000 mg

5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat

7. Bila perdarahan

a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.

b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ektopik atau mola).
J. PATWAY

Gangguan Gangguan Gangguan faal


Infeksi akut Trauma
endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Spontan
Abortus Retensi Janin Abortus Resiko
Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus
Imminens Perdarahan, bercak ada
ancaman kehamilan

Kurang
Perdarahan Nyeri abdomen
pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi
Kekurangan
volume cairan
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :
a. Data dasar yang meliputi :
- Aspek biologi
- Aspek psikologis
- Aspek sosial kultural
- Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang
meliputi :
- Riwayat kehamilan
- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat
kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang
meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :
 Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
 Perhatian pendarahan yang terjadi
 Adanya infeksi
 Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
 Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
- Masalah psikologis
- Adanya dukungan dari keluarga
- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan
muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
d. Risiko Infeksi f.r perdarahan, dan kondisi vulva lembab
e. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan
dengan kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional
Tujuan
1. Nyeri akut berhubungan Pain Management Pain Management
dengan adanya kontraksi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk memberikan
uterus dalam kehamilan muda
komprehensif termasuk lokasi, tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas yang sesuai
keperawatan selama 2 jam
dan faktor presipitasi,.
diharapkan nyeri akan
2. Kaji kontraksi uterus dan
berkurang
ketidaknyamanan (awitan, frekuensi,
NOC:
durasi, intensitas, dan gambaran
1. Pain level
ketidaknyamanan)
2. Pain control 2. Untuk mengetahui
3. Observasi reaksi nonverbal dari reaksi
3. Comfort level kemajuan persalinan dan
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil: ketidaknyamanan yang
4. Kontrol lingkungan yang dapat
1. Mampu mengontrol nyeri dirasakan ibu
mempengaruhi nyeri seperti suhu
2. Menyatakan rasa nyaman
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
3. Mengungkapkan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
penurunan nyeri
4. Menggunakan tehnik yang 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada 3. Respon dari nyeri yang
tepat untuk keluhan dan tindakan penanganan nyeri dirasakan ibu.
mempertahankan kontrol yang tidak berhasil
nyeri. 4. Dapat mengurangi
Analgesic administration
faktor yang
1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, memperparah tingkat
dosis dan frekuensi nyeri

2. Kolaborasi dengan dokter pemberian


obat analgesik pada klien
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah diberikan analgesik 5. Membantu mengurangi
nyeri

6. Untuk diberikan
tindakan selanjutnya
dalam mengatasi nyeri
yang tidak berhasil
tersebut
Analgesic administration
1. Verifikasi dalam
pemberian obat,
menghindari kesalahan
dalam pemberian obat

2. Menurunkan tingkat
nyeri dengan teknik
farmakologi

Penurunan sirkulasi darah


dapat terjadi peningkatan
kehilangan cairan
mengakibatkan hipotensi
dan takikardi
2. Kekurangan volume cairan NIC :
berhubungan dengan adanya Fluid Management
pendarahan 1. Monitor vital sign 1. mengetahui keadaan
NOC: Fluid Balance, 2. Monitor status hydrasi (kelembaban umum pasien
Hydration, Intake membrane mukosa, nadi adekuat, 2. mengetahui
Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika diperlukan perkembangan rehidrasi
selama 1x24 jam, masalah 3. Monitor masukan makanan/ cairan dan
teratasi dengan kriteria hasil: hitung intake kalori harian
 Mempertahankan urin 4. Kolaborasi pemberian cairan IV
output dalam batas normal 5. Dorong masukan oral
sesuai dengan usia, dan 6. Berikan penggantian nasogastric sesuai 3. rehidrasi optimal
BB, output evaluasi intervensi
 TD, nadi, suhu tubuh 7. Atur kemungkinan transfusi
dalam batas normal 8. Persiapan untuk transfuse 4. mengurangi risiko
 Tidak ada tanda dehidrasi kekurangan voume
 Elastisitas turgor kulit cairan semakin
baik. Membrane mukosa Hypovolemia Management bertambah
lembab, tidak ada rasa haus 1. Monitor intake dan output cairan 5. mengurangi risiko

tambahan. 2. Pelihara IV line kekurangan voume


3. Monitor adanya kelebihan cairan cairan semakin
bertambah
4. Monitor BB 6. mengurangi risiko
5. Monitor tingkat HB dan hemtokrit kekurangan voume
6. Pasang urin kateter jika diperlukan cairan semakin
7. Kolaborasikan pemberian diuretic sesuai bertambah
interuksi 7. mengurangi risiko
kekurangan voume
cairan semakin
bertambah
8. mengurangi risiko
kekurangan voume
cairan semakin
bertambah

1. mengetahui
perkembangan rehidrasi
2. mencegah infeksi dan
mempertahankan input
cairan yang adekuat
3. mencegah masuknya
cairan berlebihan
4. mengetahui BB dan
membandingkan BB
pasien sebelum dan
sesudah diberikan
intervensi
5. memonitor status
kebutuhan cairan pasien
6. mengetahui jumlah
output cairan
7. membantu
mempermudah output
cairan, menjaga
keseimbangan cairan

3. Ansietas berhubungan dengan NIC:


kemungkinan akan Anxiety Reduction
kehilangan janin 9. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi 1. mengidentifikasi
NOC: kecemasan. perhatian pada bagian
Anxiety self-control, anxiety 10. Berikan informasi tentang khusus dan menentukan
level, coping. penyimpangan genetic khusus, resiko arah dan kemungkinan
Setelah dilakukan tindakan yang dalam reproduksi dan ketersediaan pilihan/ intervensi.
keperawatan selama (1x30 tindakan/pilihan diagnosa 2. dapat menghilangkan
menit) Ansietas klien teratasi 11. Kembangkan sikap berbagi rasa secara ansietas berkenaan
dengan kriteria hasil : terus menerus. dengan ketidaktahuan
1. Klien mampu 12. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal dan membantu keluarga
mengidentifikasi dan perubahan fisik/psikologis. mengenai stress,
mengungkapkan membuat keputusan, dan
gejala cemas beradaptasi secara
2. Mengidentifikasi, positif terhadap pilihan.
mengungkapkan dan 3. kesempatan bagi klien
menunjukkan tekhnik untuk mencari
untuk mengontrol pemecahan situasi.
cemas 4. dapat menghilangkan
3. Vital sign dalam kecemasan/ depresi pada
batas normal
4. Postur tubuh, pasangan.
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko Infeksi f.r perdarahan, NIC:


dan kondisi vulva lembab 1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang 1. Perubahan yang terjadi
NOC: keluar ; jumlah, warna, dan bau pada dishart dikaji setiap
1. Imune Status 2. Terangkan pada klien pentingnya saat dischart keluar.
2. Knowledge: Infection perawatan vulva selama masa Adanya warna yang lebih
Control perdarahan gelap disertai bau tidak
3. Risk Control 3. Lakukan perawatan vulva enak mungkin
4. Amati luka dari tanda infeksi (flebitis) merupakan tanda infeksi
Setelah dilakukan tindakan
5. Anjurkan pada ps untuk melaporkan 2. Infeksi dapat timbul
keperawatan selama 4 jam
dan mengenali tanda-tanda infeksi akibat kurangnya
diharapkan diharapkan tidak 6. Anjurkan pada suami untuk tidak kebersihan genital yang
terjadi infeksi melakukan hubungan senggama lebih luar
se;ama masa perdarahan 3. Inkubasi kuman pada
Kriteria Hasil
area genital yang relatif
1. Tidak ditemukan tanda- cepat dapat
Infection Control
tanda adanya infeksi. menyebabkan infeksi.
1. monitor tanda dan gejala infeksi
2. Jumlah Leukosit dalam 4. Daerah ini merupakan
2. Pantau hasil laboratorium
batas normal port de entry kuman
3. Amati faktor-faktor yang bisa
Penanda proses infeksi
meningkatkan infeksi
4. monitor Vital Sign
5. Kontrol infeksi 5. Mencegah infeksi
6. Ajarkan tehnik mencuci tangan
7. Ajarkan tanda-tanda infeksi 6. Pengertian pada keluarga
sangat penting artinya
8. Batasi pengunjung
untuk kebaikan ibu;
9. Cuci tangan sebelum dan sesudah
senggama dalam kondisi
merawat ps
perdarahan dapat
10. Tingkatkan masukan gizi yang cukup memperburuk kondisi
11. Anjurkan istirahat cukup system reproduksi ibu dan
12. Pastikan penanganan aseptic daerah sekaligus meningkatkan
IV resiko infeksi pada

13. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi pasangan.

1. Proteksi diri dari infeksi

2. Mengetahui hasil
laboratorium status
imunitas terhadap
kemungkinan infeksi
3. Mencegah infeksi
sekunder
Mengetahui keadaan
umum pasien
4. Meningkatkan daya
tahan tubuh
5. Mencegah terjadinya
perpindahan infeksi

6. membantu proteksi
infeksi
7. Mencegah terjadinya
infeksi
8. Mencegah terjadinya
infeksi
10. Meningkatkan asupan
nutrisi pasien agar
meningkatkan status
imunisasi
11. Meningkatkan relaksasi
12. Mencegah terjadinya
infeksi melalui IV
13. Meningkatkan
pengetahuan pasien
terhadap risiko infeksi

4. Defisiensi pengetahuan sebab NIC: teaching disease process 1. Untuk mengetahui


– sebab terjadinya keguguran pengetahuan pasien
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
berhubungan dengan kurang tentang penyakitnya
2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab
informasi. 2. Agar pasien mengetahui
dari gangguan kehamilan, misalnya
Setelah di berikan asuhan sebab adanya gangguan
adanya penyakit ibu, kelainan traktur
keperawatan selama 1×1 jam dari kehamilan
genitalis, trauma, gizi
diharapkan terjadi 3. Untuk mengetahui
peningkatan pengetahuan 3. Anjurkan untuk memeriksakan perkembangan
pasien dan keluarga dengan kehamilan secara teratur kehamilan pasien
kriteria hasil :

Knowledge : disease process,


health behavior

1. Pasien/Keluarga
dapat menyebutkan
penyebab abortus
2. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali tanda gejala
abortus
3. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali efek samping
abortus
4. Pasien/keluarga dapat
menyebutkan
kembali penanganan
terhadap efek
samping yang timbul
akibat abortus
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


2. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
4. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
5. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis
kontrasepsi pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
7. Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards
of medical care in diabetes. Diabetes Care 2011: 34(1); S11-61.
8. American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S685-
S705.
9. American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations:
2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation
2010;122:S829-S861.

Anda mungkin juga menyukai