Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N HIPERTENSI EMERGENCY
DI BANGSAL AKAR WANGI
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Disusun Oleh :

1. RAHMADANI DEA PUTRI U. (S17145)


2. SEPTYAN EGA RATRIANA (S17100)
3. SEPTIYAN BERLIANA DAMAYANTI (S17045)
4. ROSIT DANI SETYAWAN (S17149)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019/2020
Laporan Pendahuluan Hipertensi

A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan
volume aliran darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah
salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis. (Hani, 2010)

B. Klasifikasi
No Klasifikasi Sistolik Diastolik
1 Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
2 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
6 Hipertensi berat > 180 mmHg > 110 mmHg
(Hani, 2010)
C. Etiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan
penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi
hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi
dalam keluarga.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu, yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik,
lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan Na
dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan
esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan dan lain-lain.
3. Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma
yaitu tumor pada kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin
(adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang
tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress cenderung
menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu, maka
tekanan darah biasanya akan kembali normal (Jong, 2009).

D. Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi
(konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya
akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara
masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada
jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding
ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung sertapenuruna
efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam
jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner
juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi
seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran
hemodinamik ini Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Reeves, 2011)

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi di bedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyaan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala,pusing
2. Lemas,kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Epistaksis
8. Kesadaran menurun
(Wilkinson, 2009)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb / Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengidentifikasi factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencetur hipertensi )dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal da nada
DM.
2. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukan pola rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal
(Nanda, 2015)
G. Penatalaksanaan
Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,
pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap
penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular
semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan
isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf
simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator.
(Nanda, 2015)

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Riwayat
b. Riwayat keluarga : penyakit hipertensi, cardiovascular dan DM
c. Catatan tekanan hipertensi meliputi umur saat kejadian dan obat nya.
d. Riwayat adanya penyakit atau trauma pada organ target.
e. Hasil dan efek samping terapi antihipertensi.
f. Manifestasi klinik gangguan cardiovascular seperti angina, sesak nafas
g. Riwayat berat badan bertambah, aktifitas olah raga, intake garam, intake lemak dan
alkohol.
h. Faktor lingkungan dan psikososial (stres emosional, budaya makanan, status
ekonomi) yang memungkinkan mempengaruhi tekanan darah.
i. Adanya faktor resiko penyakit cardiovascular lain : merokok, obesitas, hyperlidemia.
j. Riwayat penggunaan obat: kortikosteroid dl.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Menentukan TD & mengevaluasi organ target.
b. PX funduscopy : penyempitan arteri retina, perdarahan, papiledem.
c. Leher : distensi vena, suara bising arteri , pembesaran thyroid.
d. Jantung : HR, irama, pembesaran, murmur, S3 dan S4.
e. Abdomen : suara bruit & pembesaran ginjal.
f. Ekstermitas : penurunan atau hilangnya denyut perifer, edema.
g. Neurologic : adanya tanda trombosis atau perdarahan cerebral.
h. Waspada kemungkinan hipertensi sekunder:
i. sakit kepala, palpitasi dan keringat berlebihan : pada penyakit peochromocytoma,
j. Kaki pucat, penurunan/hilangnya denyut nadi ekstremitas bawah : aortic coarctation
k. Obesitas leher belakang dan pigment striae : cushing syndrom
C. Pemeriksaan Diadnostik
a. Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengetahui beratnya penyakit vaskular,
luasnya kerusakan target organ dan kemungkinan penyebab hypertensi Umumnya:
b. Darah rutin, serum potasium & sodium, gula darah, kolesterol, BUN, creatini,
serum, Urinalisis.
c. ECG, RO Thorax

D. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko penurunan curah jantung b/d peningkatan kontraksi myocardium
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d agen pencedera fisiologis
c. Intoleransi Aktivitas b/d kelemahan umum
d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d sekresi asam lambung
E. Intervensi
D Tujuan Intervensi Rasional
x & KH
1 Setelah a.Monitor TTV dan KU a.Mengetahui KU dan
. dilakuk pasien perkembangan pasien
an b.Mengetahui adanya nyeri pada
tindaka b.Evaluasi adanya nyeri dada dada
n c.Mengetahui perkembangan
kepera c.Monitor kesadaran pasien kesadaran pasien
watan d.Proses penyembuhan pasien
3x24 d.Kolaborasi dengan tim
jam medis
diharap
kan
penurun
an
curahja
ntung
pasien
dapat
berkura
ng
dengan
K.H :
1. TTV
dbn
2.Tidak
ada
penurun
an
kesadar
an
3.Tidak
ada
edema
paru
dan
perifer
2 Setelah a. Monitor TTV dan kaji KU a. Mengetahui KU dan
. dilakuk pasien perkembangan pasien
an b. Mengetahui skala nyeri pasien
tindaka b. Mengkaji skala nyeri c. Membantu pasien dalam
n pasien mengontrol nyeri dan membantu
kepera c. Ajarkan teknik relaksasi mengurangi nyeri
watan d. Agar pasien rileks dan nyaman
3x24 e. Mempercepat proses
jam penyembuhan pasien
diharap d. Memberi posisi nyaman
kan e. Kolaborasi dengan dokter
nyeri dalam pemberian obat.
paisen
berkura
ng
dengan
K.H:
1. TTV
dbn
2.
Mampu
mengon
trol
nyeri
3.
Mengat
akan
nyeri
berkura
ng
4. Skala
nyeri 1-
3
(ringan)
3 Setelah a. Intruksi a) Tekni
. dilakuk kan k
an pasien mengh
tindaka tentang emat
n penghe energy
kepera matan mengu
watan energy, rangi
3x24 misal juga
jam menggu memb
diharap nakan antu
kan kursi kesei
pasien saat mbang
dapat mandi, an
aktivita duduk suplay
s saat dan
dengan menyisi kebutu
K.H: r han
1.Melap rambut/ oksige
orkan menyik n
peningk at gigi, b.Kemajuan aktivitas bertahap
atan melaku mencegah peningkatan kerja
dalam kan jantung tiba-tiba memberikan
tolerans aktivita bantuan hanya sebatas kebutuhan
i s c.Pasien mampu melakukan
aktivita dengan aktivitas secara mandiri.
s yang perlaha
dapat n.
diukur. b. Kaji
2. sejauh
Menunj mana
ukan aktivita
penurun s yang
an dapat di
dalam tolerans
tanda- i.
tanda
intolera
nsi
fisiologi
.
c.Mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
4 Setelah a. Beri edukasi makanan a.Meningkatkan selera makan
. dilakuk dalam porsi sedikit tapi klien
an sering.
tindaka b.Motivasi pasien untuk b.Untuk meningkatkan nafsu
n menghabiskan makanannya. makan dan memudahkan proses
kepera makan
watan c.Agar dapat dilakukan intervensi
3x24ja c. Kaji ulang pola makan dalam pemberian makanan.
m d.Mempercepat proses
pasien penyembuhan
diharap
kan d. Kolaborasi dengan tim
kebutuh medis
an
nutrisi
pasien
dapat
terpenu
hi
dengan
K.H:
1.Muko
sa bibir
lembab
tidak
terjadi
penurun
an berat
badan
2.Penin
gkatan
nafsu
makan
3.Diet
dari
rumah
sakit
bisa
habis

(Nanda, 2015)

F. Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan secara optimal.

G. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
Pathway

Factor genetic, merokok, kegemukan, pecandu alcohol

Tekanan darah meningkat

Arteriesklerosis

Pembuluh darah menyempit

Peningkatan kontraksi Peningkatan tekanan Suplay O2


myocardium vascular serebral Menurun

hipertropi ventrikel Nyeri kepala Kelemahan


Kiri Umum
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)

Resiko Penurunan
Curah Jantung Intoleransi aktivitas
saluran cerna

Merangsang saraf simpatik

Sekresi asam lambung

Mual muntah

(Corwin, 2010) Resiko nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. L DENGAN DYSPNEA


DI BANGSAL AKAR WANGI
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Tgl / jam MRS : 13 November 2019 / 10.10 WIB


Tgl / jam pengkajian : 13 November 2019 / 11.45 WIB
Metode pengkajian : Autonamnesa
Diagnose medis : Hipertensi Emergency
No registrasi : 196xxxxx

I. BI ODATA
1. IDENTITAS KLI EN
Nama klien : Ny. N
Alamat : Rejosari Rt 2/Rw. 6 Seboto, Gladagsari, Boyolali
Umur : 75 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 50 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Rejosari Rt 2/Rw. 6 Seboto, Gladagsari, Boyolali
Hub. Dengan klien : Anak
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan pusing berputar-putar
2. Riwayat penyakit sekarang
Sejak dirumah pasien mengatakan muntah ± 5 kali, pusing,mual,muntah dan lemas.
Kemudian pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Pandan Arang. Di IGD pasien
mendapat terapi NaCl 20 tpm, injeksi santagesik, injeksi ondancentron. Hasil TD:
200/100 mmHg, N: 93x/menit, RR:22x/menit, S: 36,5ºC. Setelah itu pasien
dipindahkan ke bangsal Akar Wangi untuk di rawat inap.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi ± 2 tahun yang lalu dan
pasien sering memeriksakan penyakitnya ke pelayanan kesehatan terdekat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menurun
dan menular
Genogram

Ny. N

KET:
Laki-laki

Perempuan
Pasien
Menikah
Keturunan
Tinggal serumah
5. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan dilingkungan sekitar tempat tinggalnya bersih, nyaman, dan
tidak kotor

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting. Jika ada keluarga sakit maka akan
di bawa ke klinik kesehatan terdekat .
2. Pola nutrisi /metabolic
Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur Diit yang diberikan dari rs
Porsi Dapat menghabiskan 1 porsi 5-6 sendok
Keluhan Tidak ada Mual, muntah tidak ada

3. Pola eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning Kuning
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK
Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi 3-4x sehari 2-3x sehari
Jumlah urine Kurang lebih 250 cc Kurang lebih 200 cc
Warna Kuning/ putih Kuning pekat
Keluhan Tidak ada Tidak ada

4. Pola aktifitas dan latihan ( sebelum dan selama sakit )


Kemampuan Sebelum sakit Selama
perawatan diri 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan/ minum √ √
Mandi √ √
Toileting √ √
Berpakaian √ √
Mobilitas ditempat √ √
tidur
Berpakaian √ √

Ambulasi/ ROM √ √

Ket:
0: Mandiri
1: Dengan alat bantu
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung total

5. Pola istirahat tidur


a. Sebelum sakit : sebelum sakit pasien mengatakan tidur nyenyak dan teratur tidak
ada gangguan, pasien mengatakan jarang tidur siang, tetapi malam tidur kurang
lebih 8 jam.
b. Selama sakit :selama sakit pasien mengatakan tidur siang 2-3 jam, tidur Malam 4-
5 jam kurang bias tidur karena dadanya terasa sesek
6. Pola kognitif – perseptual
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit pasien bias bekerja dan menjadi
kepala rumah tangga yang baik
b. Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit tidak bisa bekerja dan menjadi
kepala rumah tangga yang baik

7. Pola persepsi konsep diri


a. Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa ia dulu kurang memperhatikan pola
hidupnya
b. Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit dia harus tetap bersyukur karena
dengan sakit ini pasien dapat lebih menjaga kesehatan karena sehat mahal
harganya.

8. Pola peran dan hubungan


a. Sebelum sakit : pasien mengatakan hubungan dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya harmonis
b. Selama sakit : pasien mengatakan hubungan dengan pasien lain juga baik dan
tampak juga tetangga datang menjenguk

9. Pola seksualitas reproduksi


a. Sebelum sakit : pasien mengatakan seorang kepala rumah tangga
b. Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sebagai ibu yang baik

10. Pola mekanisme koping


Pasien mengatakan dalam menyelesaikan masalah maupun dalam mengambi
keputusan selalu bermusyawarah dengan anggota keluarga

11. Pola nilai dan keyakinan


Pasien mengatakan bahwa dirinya seorang muslim dan beribadah sholat 5 waktu

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/ penampilan umum
a. Kesadaran: composmentis
b. Tanda – tanda vital:
1) TD: 200/100 mmHg
2) Nadi
a) Frekuensi: 90x/mnit
b) Irama: teratur
c) Kekuatan: kuat
3) Pernafasan
b) Frekuensi: 22x/mnit
c) Irama: teratur
4) Suhu: 36,5˚C
2. Kepala
a. Bentuk kepala: mesochepal
b. Kulit kepala: kotor, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan
c. Rambut: rambut beruban, pendek
3. Muka
a. Mata
1) Palpebra: tidak ada edema kanan kiri
2) Konjungtiva: anemis
3) Sclera: anikterik
4) Pupil: isokor
5) Diameter ki/ka: simetris
6) Reflek terhadap cahaya ki/ka: positif
7) Penggunaan alat bantu penglihatan: tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
b. Hidung: bersih, simetris, tidak ada sekret
c. Mulut: simetris, mukosa bibir kering, tidak ada keluhan
d. Gigi: kotor, tdak ada sariawan
e. Telinga: terdapat serumen, simetris,tidak ada nyeri tekan, tidak ada gangguan
pendengaran
Analisa: tidak ada gangguan fungsi indra
4. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Analisa: normal
5. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
1) Inspeksi: simetris, tidak ada jejas
2) Palpasi: terdapat nyeri dada
3) Perkusi: suara paru sonor
4) Auskultasi: suara nafas vesikuler
Analisa: terdapat gangguan pada thorax
b. Jantung
1) Inspeksi: ics tidak tampak, tidak ada benjolan
2) Palpasi: tidak ada pembesaran ictus cordis
3) Perkusi: pekak
4) Auskultasi: lup dup
Analisa: tidak ada gangguan
6. Abdomen
c. Inspeksi: sawo matang, simetris, tidak ada lesi
d. Auskultasi: bising usus 15x/mnit
e. Perkusi: suara timpany
f. Palpasi: terdapat nyeri tekan dibagian pinggang kiri
7. Genetalia: terpasang kateter
8. Rektum: tidak ada hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
1) Kekuatan otot kanan kiri: skala 5/5
2) Rom kanan dan kiri: aktif
3) Perubahan bentuk tulang: tidak ada kelainan
4) Perabaan akral: hangat
5) Pitting edema: tidak ada
b. Bawah
1) Kekuatan otot kanan kiri: skala 5/5
2) Rom kanan dan kiri: aktif
3) Perubahan bentuk tulang: tidak ada kelainan
4) Perabaan akral: hangat
5) Pitting edema: tidak ada
Keterangan:
1. Skala 0: tidak ada pergerakan otot
2. Skala 1: pergerakan otot yang dapat terlihat, namun tidak ada pergerakan
sndi
3. Skala 2: pergerakan sendi, namun tidak ada melawan gravitasi
4. Skala 3: pergerakan melawan gravitasi, namun tidak melawan tahanan
5. Skala 4: pergerakan melawan tahanan, namun kurang dari normal
6. Skala 5: kekuatan normal

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Metode Ket
Rujukan
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP

Hemoglobin 13.6 g/dl 14-18 Autocounter


Leokosit 6650 /uL 4500-12500 Autocounter
LED /mm <10 Standart
Hitung Jenis Sel
Eosinofil % 1.0 % 1-5 Giemsa
Basofil % 0.0 % 0-1 Giemsa
Neutrofil Batang % % Giemsa
Neutrofil Segmen % 76.9 % 50-60 Giemsa
Limfosit % 16.8 L % 20-40 Giemsa
Monosit % 5.3 % 2-8 Giemsa
Hematokrit 40.3L % 42-52 Autocounter
Protein Plasma g/dl 6-8 Standart
Trombosit 257 10^3/uL 140-392 Autocounter
Eritrosit 5.17 L 10^6/uL 4.7-6.1 Immunodiag
n
MCV 77.9 fL 69-93 Standart
MCH 26.4 L Pg 27-32 Standart
MCHC 33.9 g/dl 32-36 Standart
RDW 13.9 % Standart
KIMIA
Ureum 27 mg/dl 10-50 Urease – UV
Creatinin 0.91 mg/dl 0.6-1.1 Jaffe
SGOT 22 U/L <31 IFCC
SGPT 16 U/L <31 IFCC
Troponin I 0.01 - 0-0.02 Standart
IMMUNOSEROLOGI
HBsAG Non - Non Reaktif Rapid
Reaktif

IV. TERAPI MEDIS


Hari/ Jenis terapi Dosis Golongan Fungsi & Efek
tgl/jam & farmakologi samping
kandungan
Rabu, 13 NaCl 20 Natrium Mengganti cairan
November tpm Cloride tubuh yang
2019 hilang karena
beberapa faktor

12.00 Inj.Omeprazole 2x4 Obat maag Mengurangi


WIB mg jenis kadar asam
penghambat lambung
pompa
proton

Inj. Santagesik 2x100 Obat anti


mg inflamasi Meredakan nyeri
non steroid dan demam
Inj. 3x4 Antiemic Mencegah dan
Ondancentron mg mengobati mual

Inj. Piracetam 1x500 Obat resep Memperbaiki


mg fungsi kognitif
pada pasien
demensia.

VII. ANALISA DATA


Nama : Ny. N No. cm : 196xxx
Umur: 75 Tahun Diagnosa medis : HT Emergency
No Hr/ tgl/ Data focus Problem Etiologi Symptom
jam
1. Rabu, 13 Ds: Mual Peningkatan Sensasi
November Pasien mengatakan (00134) tekanan muntah
2019 mual dan pusing intrakranial
11.45 WIB berputar-putar
Do:
Pasien tampak lesu
dan pucat
TD: 200/100 mmHg
N : 90x/mnit
RR : 22x/mnit
S:36,5˚C
2. Rabu, 13 Ds: Nyeri akut Agen cidera Pusing
November Pasien mengatakan (00132) biologis
2019 nyeri di bagian kepala
11.52 WIB P = saat bergerak
Q = cekot-cekot
R = nyeri di kepala
S=6
T = hilang timbul
DO:
Klien tampak
menahan nyeri

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Mual berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan
sensasi muntah (00134)
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis ditandai dengan pusing
(00132)

IX. RENCANA KEPERAWATAN


Nama: Ny. N No. cm : 196xxx
Umur: 75 th Diagnosa medis: HT Emergency

No. Tujuan dan kritria hasil Intervensi


dx
1. NOC : Kontrol Mual Dan Muntah NIC : Terapi Intravena (4200)
(1618) 1. Monitor tanda vital
Setelah dilakukan tindakan 2.Instruksikan pasien tentang
keperawatan selama 3x24 jam prosedur
diharapkan masalah mual dapat 3. Identifikasi apakah pasien yang
teratasi dengan KH : mendapatkan pengobatan cocok
1. Mengenali onset mual dengan instruksi medis
2. Menggunakan obat ansiemetik 4. Berikan cairan IV pada suhu
seperti yang direkomendasikan ruang, kecuai jika diperintahkan
3. Melaporkan mual, muntah-muntah 5. Lakukan prinsip 5 benar sebelum
dan muntah yang terkontrol memulai infus atau pemberian
pengobatan

2. NOC : Kontrol Nyeri (1605) NIC : Pemberian Analgesik (2210)


setelah dilakukan tindakan 1. Cek perintah pengobatan meliputi
keperawatan selama 3x24 jam obat, dosis, dan frekuensi obat
diharapkan masalah nyeri akut analgesik yang diesepkan
teratasi dengan KH: 2. Berikan analgesik sesuai waktu
1. Mengenali kapan nyeri terjadi paruhnya, terutama pada nyeri yang
2. Menggambarkan faktor penyebab berat
3. Menggunakan analgesik yang 3. Informasikan pasien yang
direkomendasikan mendapatkan narkotika bahwa rasa
mengantuk kadang terjadi selama 2-3
hari pertama pemberian dan
selanjutnya akan menghilang
4. Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping.
X. IMPLEMENTASI
Nama: Ny. N No. cm: 196xxx
Umur: 75 th Diagnosa medis: HT Emergency
Hari/ Tgl/ No Implementasi Respon TTD
Jam Dx
Rabu, 1. Memonitor tanda-tanda S : Pasien mengatakan
13/11/2019 vital bersedia untuk dilakukan
11.45 WIB TTV
TD: 200/100 mmHg
N : 90x/menit
RR:22x/menit
S: 36,5ºC
O : pasien tampak lemas
dan pucat

2. Memberikan analgesik S: Pasien mengatakan nyeri


sesuai waktu paruhnya belum berkurang
terutama pada nyeri berat O : Pasien menahan nyeri
P = saat bergerak
Q = cekot-cekot
R = nyeri di kepala
S=6
T = hilang timbul

1. Memberikan injeksi IV S : Pasien mengatakan


bersedia untuk diinjeksi
O : pasien tampak meringis
kesakitan saat obat
dimasukkan

2. Memberikan analgesik S: Pasien mengatakan nyeri


sesuai waktu paruhnya
sudah sedikit berkurang
terutama pada nyeri berat
O : Pasien menahan nyeri
P = saat bergerak
Q = cekot-cekot
R = nyeri di kepala
S=5
T = hilang timbul

Memberikan bantuan terapi


2. S : setelah diberikan terapi,
nafas jika diperlukan
pasien mengatakan sesak
nafas berkurang
O : pasien tampak lebih
segar

Memonitor tanda-tanda
1. S : Pasien mengatakan
vital
bersedia untuk dilakukan
TTV
TD: 180/90 mmHg
N : 90x/menit
RR:20x/menit
S: 36ºC
O : pasien tampak sedikit
nyaman
XI. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama: Tn. N No. cm : 196xxx
Umur: 75 Tahun Diagnosa medis: HT Emergency
No. Hri/ tgl/ Evaluasi Ttd
dx jam
1 S : pasien mengatakan masih mual dan pusing
O : pasien tampak gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan kecuali
jika diperintahkan

2. S : pasien mengatakan nyeri kepala


P = saat bergerak
Q = cekot-cekot
R = nyeri di kepala
S=6
T = hilang timbul
O : klien terlihat menahan nyeri
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya
terutama pada nyeri berat
1. S : pasien mengatakan mual dan pusing berkurang
O : pasien tampak lebih nyaman
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan kecuali
jika diperintahkan

2. S : pasien mengatakan nyeri kepala sedikit berkurang


P = saat bergerak
Q = cekot-cekot
R = nyeri di kepala
S=4
T = hilang timbul
O : klien terlihat menahan nyeri
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya
terutama pada nyeri berat

1.
S : pasien mengatakan sudah tidak mual dan pusing
O : pasien tampak lebih nyaman
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

2.
S : pasien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang
P = saat bergerak
Q = cekot-cekot
R = nyeri di kepala
S=3
T = hilang timbul
O : klien terlihat lebih membaik
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian dan diagnose


1. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 17 oktober 2019 pada Tn.L dengan dyspnea di ruang
akar wangi RSUD PANDAN ARANG Boyolali, didapatkan data subjektif pasien mengatakan
sesak nafas. Tanda klinis yang tampak pada klien adalah pasien tampak kesulitan bernafas.
Data objektif: : klien terlihat tidak bisa bernafas dengan leluasa karena dadanya terasa sesak.
Rr: 28x/mnit, dari data tersebut masalah keperawatan yang muncul adalah. Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
Kemudian data subjektif pasien mengatakan nyeri dada menjalar ke punggung, data objektif
pasien tampakmeringis kesakitan, muka pucat, dan dari data tersebut masalah keperawatan
yang muncul adalah Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis
B. Penatalaksanaan dan evaluasi
Pada masalah prioritas yang pertama yaitu dilakukan adalah Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru tindakan yang harus dilakukan adalah
Memberikan bantuan terapi nafas
Evaluasi tindakan keperawatan pada hari ke dua S: pasien mengatakan sesak nafas sudah
berkurang, O: klien terlihat masih sesak nafas, Rr: 25x/mnit, A: masalah belum teratasi, P:
lanjutkan intervnsi: - berikan bantuan terapi nafas
Pada masalah prioritas ke dua yaitu Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri Evaluasi
tindakan keperawatan pada hari ke dua adalah S: pasien mengatakanmasih nyeri, O: skala
nyeri 5 A: masalah belum teratasi, P: lanjutkan intervensi : Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan temuan kasus dalam karya tulis ilmiah ini, maka penulis dapat
menyampaikan saran kepada :
a) Perawat
Setiap melakukan tindakan diharapkan perawat sesuai dengan teori yang ada agar
tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu sehingga tingkat pelayanan meningkat
dengan bukti kesembuhan dan kepuasan pasien maupun keluarga.
c) Pembaca
Disarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penyakit dyspnea
sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk menghindari kasus
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman . 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Handayani, W., Andi, S. H. (2010). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Price, Sylvia A (2010) Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, Jakarta,
EGC. .

Smeltzer. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung Waluyo,
dkk

Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (
Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Medical Book

Anda mungkin juga menyukai