KIMIA PERTANIAN
Oleh:
TIM PENGAMPU
Judul
Topik dari eksperimen yang dilakukan.
Dasar/Landasan Teori
Deskripsi singkat tentang prinsip ilmiah dari eksperimen yang akan dilakukan,
merupakan latar belakang informasi yang mendasari eksperimen.
Tujuan (Purpose)
Prosedur
Outline (ringkasan singkat) eksperimen yang akan dilakukan. Biasanya
ditampilkan dalam bentuk diagram yang disusun secara skematik.
Ini merupakan bagian yang terpenting dalam laporan praktikum karena disini data
ditampilkan dalam bentuk yang mudah dimengerti (tabel), sehingga memudahkan
interpretasi dalam pembahasan.
Kesimpulan
Menjawab tentang tujuan eksperimen yang dilakukan.
Pustaka/Literatur
Cantumkan semua pustaka dan literatur yang dipakai dalam membuat laporan
praktikum
A. Pengenalan Alat
Sebagian besar alat yang dipakai dalam analisis kimia terbuat dari gelas.
Selain itu ada pula yang terbuat dari porselin, besi dan karet. Alat-alat yang
terbuat dari gelas antara lain :
1. Alat-alat yang terbuat dari gelas
a. Buret, adalah pipet ukur panjang yang dilengkapi dengan kran untuk
mengukur volume cairan yang akan dikeluarkan atau dipindahkan secara
akurat sesuai dengan keinginan. Biasanya digunakan dalam titrasi. Ukuran
buret bervariasi dari 10 sampai 50 ml terbagi ke dalam skala kecil 1/10 ml.
b. Pipet seukuran, adalah pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan
atau zat cair dalam satu ukuran volume tertentu. Besarnya volume pipet
bervariasi dari 1 ml sampai 100 ml. Tingkat kesalahannya kurang dari 0,01
ml.
c. Pipet tetes, pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan atau zat cair
tanpa memperhatikan volumenya.
d. Volumetrik Flask (Labu ukur) adalah labu gelas yang mempunyai volume
tertentu, serta mempunyai leher dan mulut yang sangat kecil dibandingkan
dengan labunya. Labu takar digunakan untuk : a) mengencerkan larutan; b)
menampung larutan atau zat cair dengan volume yang tepat; c) membuat
larutan standar dengan tepat dan teliti.
e. Gelas ukur, adalah tabung gelas berskala untuk mengukur volume larutan
atau zat cair dengan tepat. Gelas ukur bermulut bermulut lebar dan
bercucuk, lebar mulut sama dengan lebar alasnya. Standar deviasinya kira-
kira 1 persen dari volume yang sebenarnya.
f. Labu erlenmeyer, adalah labu gelas untuk menampung larutan. Labu
erlenmeyer ada yang berskala ada yang tidak, ada yang bertutup dan ada
yang tidak bertutup. Digunakan untuk menampung larutan pada saat titrasi
atau menampung larutan hasil destilasi.
g. Labu didih (Labu Kjeldahl), adalah labu gelas yang digunakan untuk
mendidihkan larutan. Biasanya digunakan untuk destruksi jaringan.
h. Labu destilasi, adalah labu gelas untuk penyulingan (destilasi), misalnya
penyulingan amoniak ( ) pada analisis nitrogen.
i. Kuvet (cuvet), adalah tabung gelas yang digunakan untuk menampung
larutan yang akan diukur dengan spektrofotometer. Kuvet mirip dengan
tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil.
j. Eksikator atau desikator, adalah alat untuk menyimpan bahan atau benda
supaya tetap kering, terutama untuk bahan yang higroskopis.
k. Tabung reaksi, adalah tabung gelas yang dipakai untuk mereaksikan zat.
l. Gelas arloji, adalah cawan gelas berbentuk irisan bola yang digunakan
sebagai alas untuk penguapan atau pengeringan zat yang terlarut.
Alat- alat gelas yang dipakai dalam analisis kimia harus dibuat dari bahan
gelas yang tahan panas dan korosi. Biasanya alat- alat gelas yang memenuhi
kualifikasi tersebut bermerek : Pyrex, Scott, Assisten, Corning dan Leerdam.
Untuk membuat larutan standar asam atau basa, biasanya digunakan aquades
bebas . Gas yang larut dalam air dapat diusir dengan merebus aquades
tersebut beberapa menit. Untuk mengukur kemurnian aquades dapat dideteksi
dengan meneteskan larutan 1% perak nitrat ke dalam aquades. Jika tampak keruh
maka air tersebut diragukan kemurniannya. Aquades umumnya mempunyai pH
6,5 yang diukur dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan
larutan buffer pH 7,01.
Tujuan:
Mahasiswa dapat mengenal bermacam- macam alat dan bahan kimia yang sering
dipakai dalam analisis atau percobaan serta penggunaannya.
Prosedur:
a. Amati alat-alat dan bahan kimia yang ada di laboratorium.
b. Tulislah nama alat dan kegunaannya sesuai dengan nomornya.
c. Tulislah nama bahan kimia, rumus kimia, bobot molekul, derajat
kemurniannya dan keterangan lain yang ada pada label kemasan.
d. Tuliskan hasil pengamatan dalam bentuk tabel.
Prosedur:
1. Masukan 1 mL larutan 10% baking soda ke dalam tabung reksi
2. Tutup tabung reaksi sambil dikocok, lalu masukan kertas pH basah dekat
permukaan cairan dalam tabung
3. Teteskan beberapa tetes Ba(OH)2 ke dalam tabung reaksi
4. Amati apa yang terjadi
5. Lakukan prosedur 1-4 untuk larutan kapur tulis
2. Test untuk ion Chloride
Sumber ion chloride dalam percobaan ini adalah garam dapur NaCl
Cl- (aq) + H+ (aq) HCl (g)
Prosedur :
1. Masukan 1 mL larutan 10% garam dapur ke dalam tabung reaksi
2. Tutup tabung reaksi sambil dikocok , lalu masukan kertas pH basah dekat
permukaan cairan dalam tabung
3. Tambahkan 1 mL AgNO3 ke dalam tabung rekasi dan teteskan beberapa
tetes HNO3
4. Amati apa yang terjadi
Prosedur :
1. Masukkan 1 mL larutan 0,1 M KI ke dalam tabung reaksi
2. Tambakan 1 mL larutan pemutih , kocok amati apa yang terjadi
3. Tambahkan beberapa tetes larutan kanji, amati apa yang terjadi
B. VOLUMETRI
Volumetri adalah metode pengukuran dalam analisis kimia kuantitatif
berdasarkan volume larutan yang akan ditetapkan konsentrasinya dengan cara
mereaksikannya dengan sejumlah volume larutan standard. Larutan standard atau
larutan baku merupakan larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
teliti. Larutan baku biasanya berupa larutan asam atau basa yang mantap
(konsentrasinya tidak cepat berubah). Contoh larutan baku adalah larutan asam
oksalat.
Umumnya larutan yang akan ditetapkan konsentrasinya dimasukkan ke
dalam buret, sedangkan larutan standard dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
ditambah dengan indikator warna. Larutan dalam buret dikeluarkan dengan hati-
hati sampai terjadi perubahan warna larutan (titik ekivalen). Indikator yang akan
dipilih harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga pH pada titik ekivalen terjadi
pada daerah perubahan warna indikator.
Titik akhir titrasi terjadi saat timbulnya perubahan warna indikator yang
dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan
selisihnya disebut dengan kesalahan titrasi. Dengan demikian pemilihan indikator
yang tepat dapat memperkecil kesalahan titrasi. Indikator yang digunakan dapat
berupa asam atau basa lemah.
Cara menghitung konsentrasi dalam titrasi asam kuat-basa kuat, misalnya titrasi
antara asam oksalat dengan natrium hidroksida:
Reaksi :
2 NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2 H2O
Prosedur :
a. Hitung berapa gram asam oksalat yang harus ditimbang untuk membuat
larutan 0,1 M asam oksalat sebanyak 250 mL
b. Menimbang sejumlah asam oksalat dengan gelas piala 100 mL,
encerkan dengan aquades secukupnya, aduk dengan batang pengaduk
sampai homogen
c. Sediakan labu takar 250 mL, pasanglah corong pada mulut labu takar
dan diganjal dengan gulungan kertas saring
d. Pindahkan larutan asam oksalat dengan bantuan batang pengaduk ke
dalam labu takar 250 mL dengan hati-hati
e. Bilaslah gelas piala dan batang pengaduk dengan botol semprot
minimal 5 kali sampai yakin betul semua larutan asam oksalat tidak ada
yang tertinggal dalam gelas piala.
f. Tambahkan aquades ke dalam labu takar dengan gelas ukur sampai
volume mendekati 250 mL.
g. Ambil gulungan kertas saring yang dipakai sebagai ganjal, angkatlah
corong, sambil dibilas aquades dengan botol semprot kedalam labu.
h. Bilaslah mulut dan leher labu takar dengan botol semprot, mendekati
tanda miniskus.
i. Keringkan dinding leher labu dengan kertas saring dan jangan sampai
menyentuh larutan.
j. Tambahakan tetes demi tetes aquades kedalam labu takar dengan
bantuan pipet tetes sampai permukaan air tepat pada miniskus.
k. Tutuplah labu takar, peganglah mulut dengan tangan kanan dan labu
diletakkan diatas lengan sambil dibolak-balikkan 25 kali supaya
diperoleh larutan yang homogen.
l. Berilah label molaritas larutan asam oksalat 0,1M.
Prosedur :
a. Bilas buret dengan larutan NaOH yang akan dipakai sebanyak dua kali,
setiap pembilasan dengan 5 mL.
b. Memasukkan larutan NaOH yang akan dicari konsentrasinya ke dalam
buret dengan hati-hati.
c. Ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL diisi dengan 10 mL larutan standar
asam oksalat 0,1 M dengan menggunakan pipet seukuran. Pipet tidak
boleh ditiup, tetapi cukup digesekkan ujungnya pada bibir labu
erlenmeyer.
d. Tambahkan 2 tetes larutan indikator fenolftalein ke dalam labu
erlenmeyer. Dengan hati-hati bukalah kran buret dan mulailah titrasi
sambil menggojok labu Erlenmeyer.
e. Jika larutan sudah menjadi merah muda, tirasi dihentikan karena sudah
mencapai titik ekivalen.
f. Catat volume larutan NaOH yang diperlukan untuk menetralkan 10 mL
0,1 M asam oksalat. Titrasi dilakukan dua kali, hasilnya dirata-rata,
g. Perhitungan konsentrasi larutan NaOH.
B. Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode pengukuran dalam analisis kimia
kuantitatif berdasarkan Hukum Lamberr-Beer, yang menyetakan bahwa jumlah
sinar yang diserap (absorbsi) akan diteruskan (transmisi) oleh suatu larutan
merupakan fungsi eksponensial dari konsentrasi larutan dan tebal larutan yang
dilalui sinar tersebut. Hubungan yang diturunkan oleh Lamberr-Beer.
A = a. b .c
A = Absorbans
a = tetapan (absorptivitas)
b = tebal larutan yang dilewati sinar
c = konsentraisi larutan
Jika diperinci lebih lanjut, ternyata A memenuhi hubungan A=log Io/It
Io= intensitas sinar yang masuk
It = intensitas sinar yang diteruskan ( setelah melewati larutan)
Besaran lain yang sering digunakan adalah T (Transmitan) yaitu perbandingan
antara Io/It. Jadi, A = log Io/It = -log Io/It = -log T.
Hukum Lamberr-Beer berlaku jika larutan tidak terlalu pekat dan sinar yang
digunakan adalah sinar monokromatik. Untuk mengukur absorbans atau
transmitans digunkan spektofotometer.
C. Percobaan Spektrofotometri
Tujuan :
Mahasiswa dapat (1) membuat kurva kalibrasi; (2) menetapkan konsentrasi
larutan CuSO4 secara spektrofotometri.
Prosedur :
a. Mengencerkan larutan CuSO4 1 M menjadi 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; dan 0,08
M;
b. Cara pengenceran : V1. M1 = V2 . M2
V1 = volume CuSO4 1 M yang dicari
M1 = konsentrasi CuSO4 1 M
V2 = volume CuSO4 0,02 M = 10 mL
M2 = konsentrasi CuSO4 0,02 M
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1 = 10 . 0,02
V1 = 0,2 mL
Jadi untuk membuat larutan 0,02 M CuSO4 dipipet 0,2 mL larutan CuSO4 1
M, diencerkan dengan aquades sampai mencapai volume 10 mL. Untuk
konsentrasi 0,04 M dipipet 0,4 mL larutan CuSO4 1 M diencerkan dengan
aquades sampai mencapai volume 10 mL dan seterusnya untuk 0,06 M dan
0,08 M dipipet 0,6 mL dan 0,8 mL larutan CuSO4 1 M diencerkan dengan
aquades sampai 10 mL.
c. Mengukur absorbans masing-masing larutan baku dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang sekitar 600 nm.
d. Membuat kurva kalibraasi hubungan antara konsentrasi CuSO 4 dengan
Absorbans.
Y = a + bX
a b
a
Konsentrasi CuSO4 (M)