Anda di halaman 1dari 22

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA PERTANIAN

Oleh:

TIM PENGAMPU

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. TATA TERTIB LABORATORIUM (LAB RULES)

Laboratorium merupakan tempat dimana mahasiswa akan memperoleh


kesempatan dan pengalaman langsung untuk mempraktekkan prinsip-prinsip dasar
kimia. Inti dari bekerja di Laboratorium adalah understanding and respect, not
fear. Sebelum melakukan kegiatan di laboratorium mahasiswa harus benar-benar
mengerti tantang peraturan/tata tertib laboratorium dan bagaimana bekerja di lab
secara aman. Tanyakan atau diskusikan dengan asisten/teknisi lab kalau
peraturan/tata tertib laboratorium tersebut belum jelas dont turn your shoulder
unless you understand.
1. Pelajari eksperimen yang akan dilakukan sebelum datang ke laboratorium,
seperti membuat ringkasan, mengerjakan latihan dalam eksperimen (kalau
ada).
2. Buat outline (ringkasan singkat) eksperimen yang akan dilakukan, sedemikian
rupa sehingga kalau terjadi perubahan prosedur, maka akan mudah dilakukan.
3. Persiapkan tabel data yang akan diamati.
4. Catat data dengan rapi dan teliti, usahakan tidak mencatat data pada kertas
lembaran.
5. Perhatikan data pengamatan yang diperoleh, apakah sudah logik/reasonable?
Jika data terlihat membingungkan, there is no better teacher than finding your
own mistake.
6. Bersihkan semua peralatan setelah selesai praktikum.
7. Terakhir yang paling penting, ikuti safety rules laboratorium.

Lab Safety Rules


1. Tidak diperkenankan bekerja sendiri di laboratorium. Mahasiswa hanya
boleh bekerja di lab pada hari kerja dan harus didampingi oleh asisten atau
teknisi yang bertanggung jawab.
2. Cermati semua peraturan di laboratorium, bekerjalah dengan bahan-bahan
kimia secara aman. Jangan mencium atau mencicipi bahan kimia. Bahan kimia
harus dibuang pada tempat yang telah disediakan.
3. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia. Pakaian harus menutup lutut,
pakai sepatu yang tertutup bukan sandal.
4. Tidak diperkenankan makan atau minum di laboratorium. Sebelum dan setelah
praktikum semua peralatan dan area kerja harus bersih.
LAPORAN PRAKTIKUM (LAB REPORT)

Semua eksperimen yang dilakukan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan


Praktikum. Kunci utama pada penyusunan Laporan Praktikum adalah adanya
catatan data observasi yang ditulis dengan cermat dan teliti.
Sistematika laporan disusun sebagai berikut :

Judul
Topik dari eksperimen yang dilakukan.

Dasar/Landasan Teori
Deskripsi singkat tentang prinsip ilmiah dari eksperimen yang akan dilakukan,
merupakan latar belakang informasi yang mendasari eksperimen.

Tujuan (Purpose)

Prosedur
Outline (ringkasan singkat) eksperimen yang akan dilakukan. Biasanya
ditampilkan dalam bentuk diagram yang disusun secara skematik.

Data dan perhitungan

Ini merupakan bagian yang terpenting dalam laporan praktikum karena disini data
ditampilkan dalam bentuk yang mudah dimengerti (tabel), sehingga memudahkan
interpretasi dalam pembahasan.

Diskusi atau Pembahasan


Interpretasi data yang diperoleh dalam eksperimen. Interpretasi data dibahas
dengan berdasarkan landasan teori dan literatur, membandingkan hasil yang
didapat dengan hasil dari ekperimen lain yang serupa.

Kesimpulan
Menjawab tentang tujuan eksperimen yang dilakukan.
Pustaka/Literatur
Cantumkan semua pustaka dan literatur yang dipakai dalam membuat laporan
praktikum

Contoh penulisan pustaka :


Apriyantono, A., D. Ferdiaz, N. L. Puspitasari., Sedarwati dan S. Budiyanto.
1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. IPB Press. 229 hal
Purwanti, IGK Artawan dan J. Banzir. 2003. Karakteristik Minyak Kelapa Hasil
Olahan Melalui Penguapan dan Fermentasi. Jurnal Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Vol 8(1):31-35.
II. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA

A. Pengenalan Alat
Sebagian besar alat yang dipakai dalam analisis kimia terbuat dari gelas.
Selain itu ada pula yang terbuat dari porselin, besi dan karet. Alat-alat yang
terbuat dari gelas antara lain :
1. Alat-alat yang terbuat dari gelas
a. Buret, adalah pipet ukur panjang yang dilengkapi dengan kran untuk
mengukur volume cairan yang akan dikeluarkan atau dipindahkan secara
akurat sesuai dengan keinginan. Biasanya digunakan dalam titrasi. Ukuran
buret bervariasi dari 10 sampai 50 ml terbagi ke dalam skala kecil 1/10 ml.
b. Pipet seukuran, adalah pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan
atau zat cair dalam satu ukuran volume tertentu. Besarnya volume pipet
bervariasi dari 1 ml sampai 100 ml. Tingkat kesalahannya kurang dari 0,01
ml.
c. Pipet tetes, pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan atau zat cair
tanpa memperhatikan volumenya.
d. Volumetrik Flask (Labu ukur) adalah labu gelas yang mempunyai volume
tertentu, serta mempunyai leher dan mulut yang sangat kecil dibandingkan
dengan labunya. Labu takar digunakan untuk : a) mengencerkan larutan; b)
menampung larutan atau zat cair dengan volume yang tepat; c) membuat
larutan standar dengan tepat dan teliti.
e. Gelas ukur, adalah tabung gelas berskala untuk mengukur volume larutan
atau zat cair dengan tepat. Gelas ukur bermulut bermulut lebar dan
bercucuk, lebar mulut sama dengan lebar alasnya. Standar deviasinya kira-
kira 1 persen dari volume yang sebenarnya.
f. Labu erlenmeyer, adalah labu gelas untuk menampung larutan. Labu
erlenmeyer ada yang berskala ada yang tidak, ada yang bertutup dan ada
yang tidak bertutup. Digunakan untuk menampung larutan pada saat titrasi
atau menampung larutan hasil destilasi.
g. Labu didih (Labu Kjeldahl), adalah labu gelas yang digunakan untuk
mendidihkan larutan. Biasanya digunakan untuk destruksi jaringan.
h. Labu destilasi, adalah labu gelas untuk penyulingan (destilasi), misalnya
penyulingan amoniak ( ) pada analisis nitrogen.
i. Kuvet (cuvet), adalah tabung gelas yang digunakan untuk menampung
larutan yang akan diukur dengan spektrofotometer. Kuvet mirip dengan
tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil.
j. Eksikator atau desikator, adalah alat untuk menyimpan bahan atau benda
supaya tetap kering, terutama untuk bahan yang higroskopis.
k. Tabung reaksi, adalah tabung gelas yang dipakai untuk mereaksikan zat.
l. Gelas arloji, adalah cawan gelas berbentuk irisan bola yang digunakan
sebagai alas untuk penguapan atau pengeringan zat yang terlarut.
Alat- alat gelas yang dipakai dalam analisis kimia harus dibuat dari bahan
gelas yang tahan panas dan korosi. Biasanya alat- alat gelas yang memenuhi
kualifikasi tersebut bermerek : Pyrex, Scott, Assisten, Corning dan Leerdam.

2. Alat- alat yang terbuat dari porselen


a. Cawan porselen, cawan bercucuk yang dipakai untuk penguapan atau
pengeringan padatan dalam bentuk tepung.
b. Mortir adalah alat tumbuk yang terbuat dari porselen tebal untuk
menghancurkan zat dalam bentuk padatan.
c. Sendok porselen atau spatula, digunakan untuk mengaduk dan mengambil
bahan kimia berbentuk tepung dan padatan.

3. Alat- alat yang terbuat dari karet


a. Filler, adalah alat penyedot pipet yang terdiri dari bola karet yang
dilengkapi dengan tiga cabang leher. Filler digunakan untuk menyedot dan
mengeluarkan lautan berbahaya.
b. Prop atau tutup karet adalah tutup botol atau labu yang terbuat dari karet,
kacang- kadang dilubangi untuk pipa destilasi.
4. Alat-alat yang terbuat dari logam
a. Statif, adalah tiang besi yang digunakan digunakan untuk memegang buret
atau gelas lainnya. Statif dilengkapi dengan manice dan klem.
b. Oven listrik, digunakan untuk menghilangkan atau menguapkan air.
c. Waterbath (penangas air), digunakan untuk memanaskan larutan tanpa
kontak langsung dengan sumber panas.
d. pH- meter, digunakan untuk mengukur tingkat kemasaman atau kebasaan
larutan.
Selain itu masih banyak alat lain yang terbuat dari logam misalnya:
timbangan analitik, DHL-meter, muffle furnace, spectrofotometer, flamefotometer,
shaker dan centrifuge.

Gambar 1. Alat yang terbuat dari kaca

Gambar 2. Alat yang terbuat dari porselen

Gambar 3. Alat yang terbuat dari karet

Gambar 4. Alat yang terbuat dari logam


B. Pengenalan bahan kimia
Bahan kimia atau kemikalia yang sering digunakan dalam analisis kimia
tersedia dalam bentuk padat atau cair dan dikemas dalam botol gelas atau botol
plastik berwarna gelap. Bahan kimia yang dibuat oleh pabrik umumnya
mempunyai kemurnian yang berbeda- beda. Derajat kemurnian bahan kimia yang
dibuat di pabrik harus dicantumkan pada label botol kemasan bahan kimia
tersebut. Beberapa derajat kemurnian kemikalia yang terkenal antara lain:
1. Commercial Grade atau kemikalia teknik, umumnya tidak digunakan di
laboratorium untuk analisis kimia tetapi secara besar-besaran dalam
industri.
2. USP Grade (United State Pharmacope) adalah bahan kimia yang
dimurnikan agar lulus dari tes-tes tertentu atau tidak mengandung
beberapa zat tertentu. Umumnya derajat kemurnian USP Grade tak
setinggi CP-grade, tetapi dapat dipakai untuk keperluan laboratorium.
3. CP Grade (Chemical pare Grade), bahan kimia ini mempunyai derajat
kemurnian lebih tinggi daripada USP Grade.
4. Reagent Grade atau analyzed Grande, bahan kimia ini dihasilkan oleh
pabrik dan tidak dimurnikan dan telah diuji untuk meyakinkan bahwa
kandungan zat-zat tertentu dibawah batas maksimum sesuai ketetapan
Comitte an analytical reagent of The American Chemical society.
5. Primary standard Grade atau sering disebut PA (pro analisis) merupakan
bahan kimia yang memenuh semua persyaratan untuk membuat pereaksi
atau standar analisis kimia. Kemurniannya mendekati 100%.
Selain itu masih ada derajat kemurnian yang lain, misalnya :
BP : British Pharmacopoeia (Inggris)
DAB : Deutsche Arzneibuch (Jerman)
IP : Pharmacopoeia of India (India)
JP : Japanese Pharmacopoeia (Jerman)
Ph Eur : European Pharmacopoeia (Eropa)
Ph Franc. : Pharmacopoee Francaise (Prancis)
Ph Ned : Deutch Pharmacopoeia (Belanda)
Dalam analisis kimia, air digunakan dalam jumlah relatif banyak. Oleh karena
itu adanya zat terlarut dalam air dapat menimbulkan kesalahan relatif besar dalam
analisis kimia. Ada tiga macam derajat kemurnian air:
1. Aqua-DM, yaitu air yang dihilangkan kandungan mineralnya dengan
menggunakan absorben.
2. Aquades, yaitu air hasil destilasi.
3. Aquabides, yaitu air yang didestilasi 2 kali.

Dalam analisis kimia yang banyak digunakan adalah aquades, walaupun


demikian aquades pun masih mengandung kotoran-kotoran:
a. Pengotor yang berasal dari pipa distilasi dan tabung penampung air.
b. Gas-gas dari udara yang dapat larut dalam air, misalnya
c. Zat organik yang tersebar di udara atau sumber-sumber lain.

Untuk membuat larutan standar asam atau basa, biasanya digunakan aquades
bebas . Gas yang larut dalam air dapat diusir dengan merebus aquades
tersebut beberapa menit. Untuk mengukur kemurnian aquades dapat dideteksi
dengan meneteskan larutan 1% perak nitrat ke dalam aquades. Jika tampak keruh
maka air tersebut diragukan kemurniannya. Aquades umumnya mempunyai pH
6,5 yang diukur dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan
larutan buffer pH 7,01.

Percobaan : PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA

Tujuan:
Mahasiswa dapat mengenal bermacam- macam alat dan bahan kimia yang sering
dipakai dalam analisis atau percobaan serta penggunaannya.

Prosedur:
a. Amati alat-alat dan bahan kimia yang ada di laboratorium.
b. Tulislah nama alat dan kegunaannya sesuai dengan nomornya.
c. Tulislah nama bahan kimia, rumus kimia, bobot molekul, derajat
kemurniannya dan keterangan lain yang ada pada label kemasan.
d. Tuliskan hasil pengamatan dalam bentuk tabel.

Tabel 1. Hasil pengamatan alat-alat laboratorium


No Nama alat Merk Kegunaan Gambar

1 Labu erlenmeyer Pyrex Menampung larutan pada


saat titrasi atau menampung
larutan hasil destilasi

Tabel 2. Hasil pengamatan bahan kimia


No Nama Bahan Rumus Bobot Derajat Keterangan
Kimia Kimia Molekul Kemurnian Lain
1. Magnesium Sulfat MgSO4
2. Asam Chlorida
3. Natrium Padat,
Hidroksida berwarna
putih,
higroskopis
III. ANALISA QUALITATIF DAN VOLUMETRI

A. Analisa Qualitatif Anion


Tujuan
Eksperimen ini bertujuan untuk mengamati reaksi bahan kimia sederhana
yang banyak dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari dan mengidentifikasi
unknown melalui test reaktivitasnya.

1. Test CO2 gas


Baking soda adalah sodium hydrogen carbonate atau sodium bicarbonate.
Baking soda bereaksi dengan asam sama dengan ion karbonat menghasilkan
gas CO2.

H+ (aq) + HCO3-(aq) H2O(l) + CO2(g)

Kapur tulis adalah calcium carbonate, CaCO3.


2 H+(aq) + CO32-(aq) H2O (l) + CO2(g)

Reaksi dengan ion Ba2+ adalah test untuk gas CO2.


CO2(g) + Ba2+(aq) + H2O (I) BaCa3(s) + 2 H+(aq)

The barium carbonate precipitate in visible in the drop of Ba(OH)2


solution,running down the side of the test tube.

Prosedur:
1. Masukan 1 mL larutan 10% baking soda ke dalam tabung reksi
2. Tutup tabung reaksi sambil dikocok, lalu masukan kertas pH basah dekat
permukaan cairan dalam tabung
3. Teteskan beberapa tetes Ba(OH)2 ke dalam tabung reaksi
4. Amati apa yang terjadi
5. Lakukan prosedur 1-4 untuk larutan kapur tulis
2. Test untuk ion Chloride
Sumber ion chloride dalam percobaan ini adalah garam dapur NaCl
Cl- (aq) + H+ (aq) HCl (g)

Untuk menguji adanya gas HCl, masukan kertas pH basah ke dalam


tabung reaksi dan jangan sampai jatuh ke dalam larutannya. Adanya gas
HCl yang dibebaskan akan mengubah warna kertas pH.
Adanya ion chloride juga dapat diuji dengan mereaksikannya dengan
AgNO3-.Tambahkan asam nitrat untuk membantu terjadinya pengendapan
Cl- (aq) + Ag+ (aq) AgCl (s)

Prosedur :
1. Masukan 1 mL larutan 10% garam dapur ke dalam tabung reaksi
2. Tutup tabung reaksi sambil dikocok , lalu masukan kertas pH basah dekat
permukaan cairan dalam tabung
3. Tambahkan 1 mL AgNO3 ke dalam tabung rekasi dan teteskan beberapa
tetes HNO3
4. Amati apa yang terjadi

3. Test untuk sulfat SO42-


Pada percobaan berikut digunakan magnesium sulfat MgSO4.7H2O, atau
disebut juga garam Epson

Ion sulfat dengan asam sulfat


SO42- (aq) + H+ (aq) ?

Tambahkan asam nitrat (HNO3) dan barium chloride (BaCl2)


SO42- (aq) + Ba2+ (aq) BaSO4 (s)
Prosedur
1. Masukan 1 mL larutan 0,1 M MgSO4 ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 mL barium chloride (BaCl2) dan beberapa tetes HNO3
3. Amati apa yang terjadi

4. Test untuk Iodida, I -


Iodida, I- bereaksi dengan pemutih / bleach dalam tiga tahap berikut.
Terbentuknya warna coklat menunjukkan adanya ion I3.

Ion Hypochlorit akan membebaskan chlorine Cl2


OCl- (aq) + Cl- (aq) + H2O Cl2 (aq) + 2 OH-

Chlorine Cl2 bereaksi dengan ion iodida


Cl2 (aq) + 2 I- (aq) I2 (aq) + 2 Cl- (aq)

Selanjutnya akan terjadi reaksi


I2 (aq) + I- (aq) I3 - (aq)

Larutan kanji / amylum akan bereaksi dengan iodine dan iodide


menghasilkan kompleks berwarna biru/ hitam.

Prosedur :
1. Masukkan 1 mL larutan 0,1 M KI ke dalam tabung reaksi
2. Tambakan 1 mL larutan pemutih , kocok amati apa yang terjadi
3. Tambahkan beberapa tetes larutan kanji, amati apa yang terjadi

B. VOLUMETRI
Volumetri adalah metode pengukuran dalam analisis kimia kuantitatif
berdasarkan volume larutan yang akan ditetapkan konsentrasinya dengan cara
mereaksikannya dengan sejumlah volume larutan standard. Larutan standard atau
larutan baku merupakan larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
teliti. Larutan baku biasanya berupa larutan asam atau basa yang mantap
(konsentrasinya tidak cepat berubah). Contoh larutan baku adalah larutan asam
oksalat.
Umumnya larutan yang akan ditetapkan konsentrasinya dimasukkan ke
dalam buret, sedangkan larutan standard dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
ditambah dengan indikator warna. Larutan dalam buret dikeluarkan dengan hati-
hati sampai terjadi perubahan warna larutan (titik ekivalen). Indikator yang akan
dipilih harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga pH pada titik ekivalen terjadi
pada daerah perubahan warna indikator.
Titik akhir titrasi terjadi saat timbulnya perubahan warna indikator yang
dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan
selisihnya disebut dengan kesalahan titrasi. Dengan demikian pemilihan indikator
yang tepat dapat memperkecil kesalahan titrasi. Indikator yang digunakan dapat
berupa asam atau basa lemah.

Tabel 3. Indikator titrasi asam-basa


No Jenis titrasi Nama indikator
1. Asam kuat basa kuat Metil jingga, metil merah, fenolftalein
2. Asam lemah basa lemah Metil jingga
3. Asam lemah basa kuat Fenolftalein

Cara menghitung konsentrasi dalam titrasi asam kuat-basa kuat, misalnya titrasi
antara asam oksalat dengan natrium hidroksida:
Reaksi :
2 NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2 H2O

Jika M1 adalah kemolaran NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2


adalah kemolaran (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2 maka :
V1.M1 / V2.M2 =2/1
V1.M1.1 = V2.M2.2 atau
V(NaOH) X M(NaOH)X 1 = V (As. Oksalat) X M (As. Oksalat) X 2
1. Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat
Tujuan :
Mahasiswa dapat membuat larutan baku asam oksalat 0,1 M secara teliti
sebanyak 250 mL

Prosedur :
a. Hitung berapa gram asam oksalat yang harus ditimbang untuk membuat
larutan 0,1 M asam oksalat sebanyak 250 mL
b. Menimbang sejumlah asam oksalat dengan gelas piala 100 mL,
encerkan dengan aquades secukupnya, aduk dengan batang pengaduk
sampai homogen
c. Sediakan labu takar 250 mL, pasanglah corong pada mulut labu takar
dan diganjal dengan gulungan kertas saring
d. Pindahkan larutan asam oksalat dengan bantuan batang pengaduk ke
dalam labu takar 250 mL dengan hati-hati
e. Bilaslah gelas piala dan batang pengaduk dengan botol semprot
minimal 5 kali sampai yakin betul semua larutan asam oksalat tidak ada
yang tertinggal dalam gelas piala.
f. Tambahkan aquades ke dalam labu takar dengan gelas ukur sampai
volume mendekati 250 mL.
g. Ambil gulungan kertas saring yang dipakai sebagai ganjal, angkatlah
corong, sambil dibilas aquades dengan botol semprot kedalam labu.
h. Bilaslah mulut dan leher labu takar dengan botol semprot, mendekati
tanda miniskus.
i. Keringkan dinding leher labu dengan kertas saring dan jangan sampai
menyentuh larutan.
j. Tambahakan tetes demi tetes aquades kedalam labu takar dengan
bantuan pipet tetes sampai permukaan air tepat pada miniskus.
k. Tutuplah labu takar, peganglah mulut dengan tangan kanan dan labu
diletakkan diatas lengan sambil dibolak-balikkan 25 kali supaya
diperoleh larutan yang homogen.
l. Berilah label molaritas larutan asam oksalat 0,1M.

2. Titrasi Asam Basa


Tujuan :
Mahasiswa dapat : (1) menetapkan konsentrasi larutan NaOH dengan
larutan standar asam oksalat; (2) menetapkan konsentrasi larutan HCl.

Prosedur :

a. Bilas buret dengan larutan NaOH yang akan dipakai sebanyak dua kali,
setiap pembilasan dengan 5 mL.
b. Memasukkan larutan NaOH yang akan dicari konsentrasinya ke dalam
buret dengan hati-hati.
c. Ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL diisi dengan 10 mL larutan standar
asam oksalat 0,1 M dengan menggunakan pipet seukuran. Pipet tidak
boleh ditiup, tetapi cukup digesekkan ujungnya pada bibir labu
erlenmeyer.
d. Tambahkan 2 tetes larutan indikator fenolftalein ke dalam labu
erlenmeyer. Dengan hati-hati bukalah kran buret dan mulailah titrasi
sambil menggojok labu Erlenmeyer.
e. Jika larutan sudah menjadi merah muda, tirasi dihentikan karena sudah
mencapai titik ekivalen.
f. Catat volume larutan NaOH yang diperlukan untuk menetralkan 10 mL
0,1 M asam oksalat. Titrasi dilakukan dua kali, hasilnya dirata-rata,
g. Perhitungan konsentrasi larutan NaOH.

Reaksi : 2 NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + H2O


Misal : volume asam oksalat (V2) = 10 mL, konsentrasi (M2) = 0,1 M dan
volume NaOH rata-rata = 21,5 mL maka konsentrasi NaOH (M1) adalah :
V1 x M1 x 1 = V2 x M2 x 2
21,5 x M-NaOH x 1 = 10 x 0,1 x 2
M-NaOH = 10 x 0,1x 2/20 x 1
= 0,093 M
h. Konsentrasi HCl ditentukan dengan cara yang sama dengan prosedur
untuk NaOH, yaitu memipet 10 mL larutan HCl dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer 250 mL, ditambah 2 tetes larutan indikator
fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang telah
diketahui konsentrasinya (0,093 M).
i. Perhitungan konsentrasi larutan NaOH :

Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O


Misal : volume NaOH rata-rata yang digunakan dalam titrasi (V2) = 10,5
mL, konsentrasi NaOH (M2) = 0,093 M, volume HCl (V1) = 10 mL maka
konsentrasi HCl (M1) adalah :
V1 x M1 x 1 = V2 x M2 x 1
10 x M1x 1 = 10,5 x 0,093 x 1
M-HCl = 10,5 x 0,093 x 1/10
= 0,098 M
IV. SPEKTROFOTOMETRI

A. Interaksi antara radiasi elektromagnet dan zat


Menurut Bohr elektron dalam atom atau molekul bergerak mengelilingi
inti pada tingkat energi tertentu. Apabila elektron berpindah ke tingkat energi
yang lebih rendah, akan terjadi pelepasan energi (emisi). Sebaliknya, elektron
akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi apabila menyerap energi
(absorpsi). Besarnya energi ini dinyatakan dengan persamaan :
= h. = h. /
h = tetapan Planck (6,624x10-34 Joule.detik)
= frekuensi, jumlah siklus/detik atau Hertz (Hz)
c = kecepatan cahaya dalam hampa ( 3x 1010 cm.detik-1)
= panjang gelombang (cm)

Interaksi radiaso elektromagnet dengan zat kimia yang penting dalam


spektroskopi adalah proses absorpsi dan emisi, karena itu dikenal spektroskopi
absorpsi dan emisi. Radiasi elektromagnet meliputi banyak panjang gelombang
mulai dari radiasi yang mempunyai frekuensi sangat rendah sampai sangat tinggi
dan disebut spectrum elektromagnetik. Radiasi yang dapat dilihat oleh manusia
disebut cahaya tampak yang meliputi daerah panjang gelombang dari 400 700
nm, dan merupakan campuran warna-warna seperti yang terihat pada pelangi.
Apabila suatu larutan disinari dengan sinar polikhromatik yaitu sinar yang
terdiri dari beberapa macam warna, maka ada suatu sinar dengan panjang
gelombang tertentu yang diserap (absorpsi), sedang yang lainnya diteruskan
(transmisi) melalui larutan tersebut. Sinar yang mempunyai warna sama dengan
warna larutan tidak diserap oleh larutan tersebut, tetapi akan diteruskan. Warna
yang diteruskan yang sebenarnya merupakan warna dari larutan tersebut adalah
merupakan warna komplementer dari warna yang diteruskan. Sebagai contoh,
apabila suatu larutan menyerap bagian sinar biru dari spectrum ( = 475 nm),
maka larutan kelihatan berwarna kuning, yaitu komplementer dari warna biru.
Beberapa warna dan warna komplementer dalam spectrum cahaya disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 . Warna dan warna komplementer dalam spektrum cahaya tempak

Panjang gelombang nm Warna Warna komplementer


400 435 Ungu Hijau kekuningan
435 480 Biru Kuning
480 490 Biru kehijauan Jingga
490 600 Hijau kebiruan Merah
500 560 Hijau Ungu kemerahan
560 595 Hijau kekuningan Ungu
595 610 Jingga Biru kehijauan
610 680 Merah Hijau kebiruan
680 - 700 Ungu kemerahan Hijau

B. Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode pengukuran dalam analisis kimia
kuantitatif berdasarkan Hukum Lamberr-Beer, yang menyetakan bahwa jumlah
sinar yang diserap (absorbsi) akan diteruskan (transmisi) oleh suatu larutan
merupakan fungsi eksponensial dari konsentrasi larutan dan tebal larutan yang
dilalui sinar tersebut. Hubungan yang diturunkan oleh Lamberr-Beer.
A = a. b .c
A = Absorbans
a = tetapan (absorptivitas)
b = tebal larutan yang dilewati sinar
c = konsentraisi larutan
Jika diperinci lebih lanjut, ternyata A memenuhi hubungan A=log Io/It
Io= intensitas sinar yang masuk
It = intensitas sinar yang diteruskan ( setelah melewati larutan)
Besaran lain yang sering digunakan adalah T (Transmitan) yaitu perbandingan
antara Io/It. Jadi, A = log Io/It = -log Io/It = -log T.
Hukum Lamberr-Beer berlaku jika larutan tidak terlalu pekat dan sinar yang
digunakan adalah sinar monokromatik. Untuk mengukur absorbans atau
transmitans digunkan spektofotometer.
C. Percobaan Spektrofotometri
Tujuan :
Mahasiswa dapat (1) membuat kurva kalibrasi; (2) menetapkan konsentrasi
larutan CuSO4 secara spektrofotometri.

Prosedur :
a. Mengencerkan larutan CuSO4 1 M menjadi 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; dan 0,08
M;
b. Cara pengenceran : V1. M1 = V2 . M2
V1 = volume CuSO4 1 M yang dicari
M1 = konsentrasi CuSO4 1 M
V2 = volume CuSO4 0,02 M = 10 mL
M2 = konsentrasi CuSO4 0,02 M

V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 1 = 10 . 0,02
V1 = 0,2 mL
Jadi untuk membuat larutan 0,02 M CuSO4 dipipet 0,2 mL larutan CuSO4 1
M, diencerkan dengan aquades sampai mencapai volume 10 mL. Untuk
konsentrasi 0,04 M dipipet 0,4 mL larutan CuSO4 1 M diencerkan dengan
aquades sampai mencapai volume 10 mL dan seterusnya untuk 0,06 M dan
0,08 M dipipet 0,6 mL dan 0,8 mL larutan CuSO4 1 M diencerkan dengan
aquades sampai 10 mL.
c. Mengukur absorbans masing-masing larutan baku dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang sekitar 600 nm.
d. Membuat kurva kalibraasi hubungan antara konsentrasi CuSO 4 dengan
Absorbans.

Persamaan regresi linier : Y = a + bX


Y = absorbans
X = konsentrasi larutan
a = konstanta
b = koefisien regresi
A

Y = a + bX

a b

a
Konsentrasi CuSO4 (M)

0 0,02 0,04 0,06 0,08

Gambar 2. Kurva kalibrasi

e. Mengukur absorbans larutan sampel.


f. Berdasarkan persamaan regresi Y = a + bX, masukkan absorbans sample ke
dalam persamaan tersebut, sehingga diperoleh konsentrasi sampel.
g. Contoh Perhitungan

No. Konsentrasi CuSO4 (M) Absorbans


1. 0 0
2. 0,02 0,109
3. 0,04 0,214
4. 0,06 0,300
5. 0,08 0,399
6. Sampel 0,250

Persamaan garis regresi : a= 0,0066 ; b = 4,945 ; r = 0,9991


Y = 0,0066 + 4,945 X
0,250 = 0,0066 + 4,945 X
4,945 X = 0,250 0,0066
X = 0,0492 M
Jadi konsentrasi CuSO4 dalam larutan sampel = 0,0492 M

Anda mungkin juga menyukai