Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS

Disusun oleh :

NURWIDYAWATI BAHAR
14420202128

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Gastroenteritis atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare
adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan
frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x [ CITATION Ard15 \l
1033 ].

Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa


lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit [ CITATION And20
\l 1033 ].

B. Etiologi
Etiologi dari GE di sebabkan oleh beberapa Faktor antara lain
[ CITATION Elv19 \l 1033 ]:
1. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis adalah :
a) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
b) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,
Astrovirus
c) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris),
Protozoa (Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia
Lambia), Jamur (Candida Albicans ).
2. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis,
Encefalitis, Broncopneumonia.
3. Faktor Malabsorbsi :
a) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan GE.
Gejalanya berupa GE berat , tinja berbau asam, sakit daerah
perut. Jika sering terkena GE seperti ini, maka bisa
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
b) Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu
yang disebut dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar
lipase, triglyserida mengubah lemak menjadi micelles yang
bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan
c) penyerapan sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak
ada lipase karena kerusakan dinding usus sehingga terjadi GE.
GE pada kasus ini fecesnya berlemak.
d) Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus
tidak dapat menyerap protein
4. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan
tertentu, makanan kurang matang, makanan tercemar atau beracun.

C. Manifestasi Klinis
Gastroenteritis akut sering disertai tanda dan gejala klinis lainnya
seperti gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, dehidrasi, tinja
cair berlendir kadang bercampur darah, turgor kulit jelek, BB menurun, mata
cekung, ubun – ubun kedalam (pada balita) . keadaan ini merupakan gejala
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit [ CITATION Abd20 \l
1033 ].
Sedangkan menurut Suriadi (2011) tanda dan gejala klinis GE antara lain :
1. Sering Bab dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek ,elastisitas kulit
menurun ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan bibir
kering).
3. Kram abdominal.
4. Demam,mual,muntah dan anorxia
5. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat)
6. Urine menurun atau tidak ada pengeluaran (unuria)
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motalitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium,
potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler kedala tinja,
sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi
asidosis metabolik.
GE yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit
dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal sehingga
akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit [ CITATION
Ard15 \l 1033 ].
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GE meliputi hal –
hal berikut yaitu:
1. Gangguan Osmotik.
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
mukosa usus akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotic dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul GE.
2. Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)
Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam usus
dan selanjutnya timbul GE karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul GE. Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
bisa timbul GE juga.
Dari ketiga mekanisme diatas GE dapat menyebabkan :
a) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
berlebihan)
c) Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah [ CITATION And20 \l 1033 ].

E. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Gastroenteritis adalah :
1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah
bradikardi perubahan elektrokardiogram).
2. Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemi
3. Hiponatermi
4. Syok Hipovolemik
5. Asidosis Dehidrasi [ CITATION Elv19 \l 1033 ].

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pununjang gastroenteritis adalah :
1. Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan
2. Pemeriksaan intubasi duodenum.
3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
5. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula
juga ada intoleransi gula, biakkan kuman untuk mencari kuman penyebab
dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
6. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD),
elektrolit terutama Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang
7. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
8. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada GE kronik

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien diaremeliputi: pemberian cairan,
dan pemberian obat-obatan. Pemberian cairan pada pasien diare dan
memperhatikan derajatdehidrasinya dan keadaan umum [ CITATION Abd20 \l
1033 ].

1. Pemberian cairan Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang
di berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3,
KCL danglukosa untuk diare akut.
2. Cairan Parenteral sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan
sesuai dengankebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung
tersedianya cairansetampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di
berikantergantung berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan
dengankehilangancairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
a) Dehidrasi Ringan 1 jam pertama 25 –50 ml / kg BB / hari, kemudian
125 ml / kg BB /oral.
b) Dehidrasi sedang1 jam pertama 50 –100 ml / kg BB / oral kemudian
125 ml / kg BB /hari.
c) Dehidrasi berat1jampertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /
menit(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB
oralit peroral.
3. Obat-obatan. Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang
hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dsb).
a) Obat anti sekresi Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30
mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 –1 mg / kg BB / hari.
b) Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverinekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare
akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal,
tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan
lagi.
c) Antibiotic umumnya tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 –50 mg /kg
BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakitseperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia [ CITATION Ard15 \l
1033 ].
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data
dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
intervensi,observasi, psikal assesment.
1. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan No
telpon.
2. Keluhan utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair (GE
tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka
GE tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari
atau lebih adalah GE persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang
a) Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
menuru atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
e) Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan
a) Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi
atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penurunan kekebalan pada pasien.
b) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
factor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE
c) Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE.
Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan GE.
5. Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
a) Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan
yang tidak biasa dimakannya.
b) Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus
dan ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah
malas minum atau tidak mau minum.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
3) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b. Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan
pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau
tangan menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku). Apabila
turgor kembali dengan cepat (Kurang dari 2 detik), berarti GE
tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat
(cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GE dengan dehidrasi
ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali
lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c. Kepala
Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada
anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
biasanya ubun – ubun cekung kedalam.
d. Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
e. Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
f. Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus
yaitu :
1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak
dan tanda lain
2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit
3) Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
4) Palasi :Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi
distensi perut
g. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
h. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam meningkatkan
diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang
tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang
mengalami GE, yaitu: Pemeriksaan tinja, baik secara
mikroskopis maupun mikroskopi dengan kultur . Test
malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan
lemak.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hipovolemia
3. Defisit nutrisi
4. Hipertermi
5. Risiko gangguan integritas kulit
C. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Mengidentifikasi
intervensi keperawatan Observasi dan mengelola
selama 3x 24 jam - Identifikasi lokasi, pengalaman
dengan karakteristik, sensorik atau
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, emosional yang
- skala nyeri klien 0-2. kualitas, intensitas berkaitan dengan
- Expresi wajah klien nyeri kerusakan
tenang. - Identifikasi skala jaringan atau
- Postur tubuh rileks. nyeri fungsional
- Dapat tidur/istirahat - Identifikasi respon dengan onset
dengan cukup. nyeri non verbal mendadak atau
- Klien menyatakan - Identifikasi faktor lambat dan
nyeri hilang. yang memperberat berintensitas
dan meringankan ringan hingga
nyeri berat dan
Terapeutik konstan
- Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
- Kontrol linkungan
yang memperberat
nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Anjurkan
menggunkaan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Mengidentifikasi
intervensi keperawatan Hipovolemia dan mengelola
selama 3x 24 jam Observasi penurunan volume
dengan kriteria hasil: - Periksa tanda dan cairan
1. Turgor kulit gejala hipovolemia intravaskuler
membaik ( mis frekuensi
2. Bb meningkat nadi meningkat,
3. Membran mukosa nadi teraba lemah,
baik tekanan darah
4. Intake cairan menurun, tekanan
membaik nadi menyempit,
5. Output urin turgor kulit
meningkat menurun,
membran mukosa
kering, volume
urin menurun,
haus, lemah)
- Monitor intake dan
output
Terapeutik
- Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan asupan
airan oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
cairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan
IV
Defisit Setelah dilakukan Manajemen Nurisi : - Memenuhi
Nutrisi intervensi keperawatan - Kaji adanya kebutuhan
selama 3x 24 jam alergi nutrisi yang
dengan kriteria hasil: makanan seimbang
1. Adanya - Kolaborasi
peningkatan dengan ahli
berat badan anak gizi untuk
sesuai dengan menentukan
tujuan jumlah kalori
2. Berat badan ideal dan nutrisi
sesuai dengan yang
tinggi badan dibutuhkan
3. Mampu pasien
mengidentifikasi - Anjurkan
kebutuhan nutrisi pasien untuk
anak meningkatkan
4. Tidak ada tanda itake Fe
– tanda - Anjurkan
malnutrisi pasien untu
5. Menunjukkan meningkatkan
peningkatan protein dan
fungsi Vitamin C
pengecapan dari - Berikan
menelan subtansi gula
6. Tidak terjadi - Yakinkan diet
penurunan berat yang dimakan
badan yang mengandung
berarti tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan
makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasika
n dengan ahli
gizi)
- Ajarkan
keluarga
bagaimana
membuat
catatan
makanan
harian
- Monitor
jumlah nutrisi
dan
kandungan
kalori
- Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
- Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutukan
Monitor Nutrisi
- BB pasien
dalam batas
normal
- Monitor
adanya
penurunan
berat badan
- Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
bisa dilakukan
- Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
- Monitor
lingkungan
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
- Monitor kuli
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor
turgor kulit
- Monitor
kekeringan,
rambut
kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual
dan muntah
- Monitor kadar
albulin, total
protein, Hb,
dan kadar Ht
- Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
- Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori
dan intake
nutrisi
- Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papilla lidah
dan cavitas
oral
- Catat jika
lidah
berwarna
magenta,
scarlet
Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Mengidentifikasi
intervensi keperawatan Hipertermi dan mengelola
selama 3x 24 jam Observasi peningkatan suhu
dengan - Identifikasi tubuh akibat
Kriteria Hasil : penyebab disfungsi
1. Suhu tubuh dalam hipertermia termogulasi
rentang normal - Monitor suhu
2. Nadi dan RR dalam tubuh
rentang normal - Monitor kadar
3. Tidak ada elektrolit
perubahan warna - Monitor haluan
kulit dan tidak ada urin
pusing Terapeutik
- Sediakan
lingkungan yang
di gin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan
oral
- Lakukan kompres
hangat
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring

Risiko Setelah dilakukan Perawatan Integritas - Mengidentifik


gangguan intervensi keperawatan Kulit asi dan
integritas selama 3x 24 jam Observasi merawat kulit
kulit dengan - Identifikasi untuk menjaga
Kriteria Hasil : penyebab keutuhan,
1. Kerusakan integritas gangguan kelembaban
kulit membaik integritas kulit dan mencegah
2. Perdarahan ( mis perubahan perkembangan
berkurang sirkulasi, mikroorganis
3. Kemerahan perubahan status me
berkurang nutrisi, penurunan
4. Hematoma kelembaban, suhu
berkurang lingkungan
ekstrem,
penurunan
mobilitas.
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2
jam jika tirah
baring
Edukasi
- Anjurkan minum
air yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi

D. Implementasi
Dillakukan sesuai intervensi atau perencanaan
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan fase akhir dari asuhan keperawatan, fase evaluasi
perlu menentukan seberapa baik rencana asuhan keperawatan tersebut berjalan
dan bagaimana selama proses terus menerus. Revisi rencana perawatan adalah
komponen penting dari fase evaluasi. (Doenges,1999)
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
1. Evaluasi psoses atau formatif: focus tipe evaluasi adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan.
System penulisan pada tahap evalusi ini biasanya menggunakan system
SOAP atau model dokumentasi lainnya.
2. Evaluasi hasil atau sumatif: focus evaluasi hasil adalah perubahan
perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir tindakan keperawatan.
Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari interview
akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada
pasien dan keluarga.
Pathway
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Almuhardi, I., & Antoni. (2020). Aktivitas Antibakteri Actinomycrtes


Desa Cempaka Kapuas Hulu Kalimantan Barat Terhadap
Enteropatogenik Gastroenteritis. 13 (1).

Ardiansyah. (2015). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press.

Kriswantoro, A., Munawaroh, S., & Ririn. (2020). Studi Literatur Asuhan
Keperawatan Gastroenteritis Pada Anak Dengan Masalah
Hipovolemia. Health Sciences Journal , 5 (1), 30-34.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Defenisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Ramanda, E., Felisitas, & Widi. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Gastroenteritis Dengan Masalah Defisit Volume Cairan Di RS Pantai
Waluya Malang.
6

Anda mungkin juga menyukai