Disusun Oleh:
IIN GUSTIRA
2130282070
( ) ( )
TP. 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOCARD INFARK (MCI)
A. Definisi
Miokard Infark adalah nekrosis miokard akibat akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu.Miokard Infark adalah kematian sebagian otot jantung (miokard) secara
mendadak akibat terhentinya sirkulasi koroner yang ditandai dengan adanya sakit dada
yang khas lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat dan dengan pemberian
antiangina (nitrogliserin). (Rokhaeni, et. Al. 2001).
Infark miokardium mengacu pada proses Rusaknya jaringan jantung akibat suplai
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Smeltzer & Bare,
2002)
C. Etiologi
1. Coronary Arteri Disease : aterosklerosis, arthritis, trauma pada koroner,
penyempitan arteri koroner karena spasme atau desekting aorta dan arteri koroner.
2. Coronary Arteri Emboli : infective endokarditis, cardia myxoma, cardiopulmona
bypass surgery, arteriography koroner.
3. Kelainan congenital : anomali arteri koronaria.
4. Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miocard : tirotoksikosis,
hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, spenosis atau insufisiensi aorta.
5. Gangguan Hematologi : anemia, polisitemia vera, hypercoagulabity, thrombosis,
trombositosis dan DIC.
(Wajan Juni Udjianti. 2010. Hal 82)
Adapun faktor resiko yang menyebabkan terjadinya Miokard Infark dan dapat
diubah adalah :
1. Mayor
yaitu Merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolemia dan pola
makan (diit tinggi lemak dan tinggi kalori).
2. minor
yaitu Stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) dan inaktifitas
fisik.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu Hereditas/keturunan, Usia lebih dari 40
tahun, Ras, insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam. pria lebih sering terjadi dari
pada wanita.
D. Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 – 45 menit akan menyebabkan kerusakan
seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis.Bagian miokardium yang
mengalami infark akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang
mengalami infark dikelilingi oleh daerah iskemia.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri, infark transmural mengenai
seluruh tebal dinding miokard, sedangkan infark subendokardial nekrosisnya hanya
terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel. Letak infark berkaitan dengan penyakit
pada daerah tertentu dalam sirkulasi koroner, misalnya infark anterior dinding anterior
disebabkan karena lesi pada ramus desendens anterior arteria koronaria sinistra, infark
dinding inferior biasanya disebsbkan oleh lesi pada arteria coronaria kanan.
Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis.,
kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami
gangguan kontraksi.
Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan :
1. Daya kontraksi menurun
2. Gerakkan dinding abnormal
3. Perubahan daya kembang dinding ventrikel
4. Pengurangan curah sekuncup
5. Pengurangan fraksi efeksi
6. Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri
Dengan menurunnya fungsi ventrikel, diperlukan tekanan pengisian diastolik dan
volume ventrikel akan meregangkan serabut miokardium sehingga meningkatkan kekuatan
kontraksi (sesuai hukum starling). Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lewat
retensi natrium dan air oleh ginjal sehingga infark miokardium biasanya disertai
pembesaran ventrikel kiri. Sementara, akibat dilatasi kompensasi kordis jantung dapat
terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya kontraksi
dan pengosongan ventrikel.
E. Pathway
Faktor resiko : perokok, umur, ras, Kelainan metabolism ( lemak, koagulasi darah dan keadaan dinding arteri )
obesitas
Arterisklerosis
Berkurangya aliran darah Mengganggu absorbsi Pembuluh darah nekrotik Tumbuh jaringan parut
nutrisi dan o2
Suplai darah ke jantung tidak adekuat
Aliran darah
tersumbat
iskemia
Intoleransi Aktifitas
Nyeri akut
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri dada retrosternal. Seperti: diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas, atau
ditindih barang besar
2. Mual-muntah, yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.
3. Sesak, dispnoe
4. Pusing, dan lemah
5. Diaphoresis
6. Kulit dingin dan lembab, Pucat
7. Pengeluaran urine berkurang karena penurunan aliran darah gijal serta peningkatan
aldosterol dan ADH.
8. Aritmia Cardiac
9. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung
10. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas
(Elizabeth J.Corwin,2009 hal 496-497).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
Creatin fosfakinase (CPK) . Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena
kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal
0-1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama (kurang lebih 6 jam
sesudah serangan) dan sudah kembali kenilai normal pada hari ke 3.
SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari 12 mU/ml.
Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12-48 jam sesudah serangan dan akan
kembali kenilai normal pada hari ke 4 sampai 7.
LDH (Lactic De-hydroginase). Normal kurang dari 195 mU/ml. Kadar enzim baru
naik biasanya sesudah 48 jam, akan kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan
12
2. EKG: menunjukkan peninggian gelombang S.T. Iskemia berarti menurunnya atau
datarnya gelombang T. menunjukkan cedera.
3. Ronsen Torak: mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung
4. Pemantauan Hemodinamika, hanya selektif atas indikasi.
( Taufan Nugroho, 2011 hal 253 ).
H. Penatalaksanaan
1. Istirahat total
2. Penanganan nyeri, dapat berupa terapi farmakologi yaitu: morfin 2,5-5 mg IV atau
Petidin 25-50 mg IM, bisa diulang-ulang : lain-lain seperti Nitrat, Antagonis,
Kalsium dan beta blocker.
3. Membatasi ukuran infark myocardium
4. Anti koagulan.
5. Anti trombolitik
6. Antilipemik
7. Vasodilator perifer
8. Pemberian Oksigen 2-4 liter/menit
9. Diet jantung bentuk MII
10. Pasang infus RL untuk persiapan pemberian obat intravena
( Arif Muttaqin, 2012 hal. 79 )
I. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark miokardium
mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas,
menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang
jantung tersebut. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untuk
mengosongkan diri, maka besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa
ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat dan
membuat jantung bekerja lebih keras.
2. Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark
yang masif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran
setan hemodinamik progresif hebat yang irreversibel, yaitu :
a) Penurunan perfusi perifer
b) Penurunan perfusi koroner
c) Peningkatan kongesti paru-paru
3. Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi
katub mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik.
Inkompentensi katub mengakibatkan aliran retrograd dari ventrikel kiri ke dalam
atrium kiri dengan dua akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan
kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis. Volume aliran regugitasi
tergantung dari derajat gangguan pada otot papilari bersangkutan.
4. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal
perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum
pembentukkan parut. Dinding nekrotik yang tipis pecah sehingga terjadi
perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang relatif tidak alastis tak dapat
berkembang. Kantong perikardium yang terisi oleh darah menekan jantung ini
akan menimbulkan tanponade jantung. Tanponade jantung ini akan mengurangi
alir balik vena dan curah jantung.
5. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar
yang merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan trombus mural
intrakardia dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang
mempunyai potensi membentuk trombus adalah sistem vena sistenik. Embolisasi
vena akan menyebabkan embolisme pada paru-paru.
6. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan perikardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan
perikardium dan menimbulkan reaksi peradangan, kadang-kadang terjadi efusi
perikardial atau penimbunan cairan antara kedua lapisan.
7. Sindrom Dressler
Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak
yang disertai nyeri pada pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan
suatu reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami nekrosis.
8. Aritmia
Aritmia timbul aibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial
aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
1. Pengkajian
Adapun pengkajian pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskular: Miocard
Infark (MCI) adalah :
A. Pengkajian primer
1) Airway
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan, oksigen,
dll.
2) Breathing
Dyspnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
3) Circulation
Riwayat HT IM akut, CHF sebelumnya, penyakit katub jantung anemia, syok,
dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung irama jantung, nadi apical, bunyi
jantung s3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
jugularis, warna kulit, kuku pucat atau sianosis, pembesaran hepar, nafas
krekles atau ronchi dan edema.
B. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menoton,
jadwal olah raga tidak teratur.
Tanda : Tachikardi, dispnoe pada saat istirahat dan aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat sebelumnya arteri coroner, gagal jantung koroner,
masalah tekanan darah (TD), Dibetes Melitus.
Tanda : Tekanan darah : dapat naik, turun; perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk/berdiri.
a. Nadi : dapat normal; penuh/tak kuat, atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisisan kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
b. Bunyi jantung : Murmur, bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi
otot papilar.
c. Irama jantung : dapat teratur/tidak teratur.
d. Edema : distensi vena jugularis
3) Integritas Ego
Gejala : Menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal Sudah
dekat, marah pada penyakit, khawatir tentang keluarga,
kerja/keuangan
Tanda : Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, Gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri/nyeri.
4) Eliminasi
Tanda : normal atau bunyi usus menurun.
5) Makanan/Cairan.
Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar
Tanda : Penurunan turgor kulit : kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6) Higiene
Tanda/Gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
Gejala : Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun, duduk dan
istirahat
Tanda : Perubahan mental, kelemahan
8) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak, tidak hilang dengan
istirahat, lokasi tipikal pada dada anterior, substernal, dapat menyebar
ke tangan, rahang dan wajah, epigastrium.
Kualitas : Chrusing, menyempit, berat, menetap, tertekan,
Intensistas : Skala 1-10
Tanda : Wajah meringis kesakitan, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, menggeliat, menarik diri.
9) Pernafasan
Gejala : Dispnoe dengan/tampa kerja, dispnoe noktural. Batuk, penyakit
pernafasan kronik.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat pucat/sianosis
Bunyi nafas : bersih atau krekels/mengi
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
b. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
c. Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada orang dengan MCI berdasarkan standar intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI) dan standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI) :
Diagnose
No Tujuan dan criteria hasil (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)
keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
pencedera fisiologis selama… tingkat nyeri menurun, O:
dengan criteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Kemampuan menuntaskan durasi, frekuensi, kualitas dan
aktivitas meningkat intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non
- Sikap protektif menurun verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur kesulitan tidur memperberat dan memperingan
menurun nyeri
- Menarik diri menurun - Identifikasi pengetahuan dan
- Berfokus pada diri sendiri keyakinan tentang nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh budaya
- Diaphoresis menurun terhadap respon nyeri
- Perasaan depresi (tertekan) - Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
- Perasaan takut mengalami - Monitor keberhasilan terapi
cidera berulang menurun komplementer yang sudah
- Anoreksia menurun diberikan
- Perineum terasa tertekan - Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
- Uterus teraba membulat T:
menurun - Berikan teknik non
- Ketegangan otot menurun farmakologis untuk mengurangi
- Pupil dilatasi menurun rasa nyeri
- Muntah menurun - Control lingkungan yang
- Mual menurun memperberat rasa nyeri
- Frekuensi nadi membaik pola - Fasilitasi istirahat dan tidur
nafas membaik - Pertimbangkan jenis dan
- Tekanan darah membaik sumber nyeri dalam pemilihan
- Proses berpikir membaik strategi meredakan nyeri
- Focus membaik E:
- proses berkemih membaik - Jelaskan penyebab, periode, dan
- perilaku membaik pemicu nyeri
- nafsu makan membaik - Jelaskan strategi meredakan
- Pola tidur membaik nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
anlgetik secara tepat
K:
- Kolaborasi pemberian analgetik
bila perlu
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi O:
b.d imobilitas selama… toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi
meningkat, dengan criteria hasil: tubuh yang mengakibatkan
- Frekuensi nadi meningkat kelelahan
- Saturasi oksigen meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
- Kemudahan dalam melakukan emosional
aktivitas sehari-hari meningkat - Monitor pola dan jam tidur
- Kecepatan berjalan meningkat - Monitor lokasi dan
- Jarak berjalan meningkat ketidaknyamanan selama
- Kekuatan tubuh bagian atas melakukan aktivitas
meningkat T:
- Kekuatan tubuh bagian bawah - Sediakan lingkungan nyaman
meningkat dan rendah stimulus
- Toleransi dalam menaiki tangga - Lakukan latihan rentang gerak
meningkat pasif atau aktif
- Keluhan lelah menurun - Berikan aktivitas distraksi yang
- Dispnea saat beraktivitas menenangkan
menurun - Fasilitasi duduk di sisi tempat
- Dispnea saat beraktivitas tidur, jika tidak dapat berpindah
menurun atau berjalan
- Perasaan lemah menurun E:
- Aritmia saat beraktivitas - Anjurkan tirah baring
menurun - Anjurkan melakukan aktivitas
- Aritmia setelah aktivitas bertahap
menurun - Anjurkan menghubungi perawat
- Sianosis menurun jika tanda dan gejala kelelahan
- Warna kulit membaik tidak berkurang
- Tekanan darah membaik - Ajarkan strategi koping untuk
- Frekuensi nafas membaik mengurangi kelelahan
- EKG iskemia membaik K:
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang meningkatkan asupan
3. Risiko penurunan Setelah dilakukan tindakan O:
curah jantung b.d keperawatan selama 2x24 jam - Identifikasi karakteristik nyeri
perubahan diharapkan keadekuatan aliran dada
kontraktilitas darah arteri koronia untuk - Monitor EKG 12 sadapan untuk
mempertahankan fungsi jantung perubahan ST dan T
meningkat. - Monitor aritmia (kelainan irama
Dengan kriteria hasil : dan frekuensi)
- Gambaran EKG aritmia - Monitor elektrolit yang dapat
meningkat meningkatkan risiko aritmia
- Nyeri dada menurun - Monitor enzim jantung
- Mual menurun - Monitor saturasi oksigen
- Muntah menurun - Identifikasi stratifikasi pada
- Arteri apikal membaik sindrom koroner akut
- Tekanan arteri rata-rata T :
membaik - Pertahankan tirah baring
- Takikardi membaik minimal 12 jam
- Bradikardi membaik - Pasang akses intravena
- Denyut nadi radial membaik - Puasakan hingga bebas nyeri
- Tekanan darah membaik - Berikan terapi relaksasi untuk
- Tekanan baji pulmonal menggurangi ansietas dan stress
membaik - Sediakan lingkungan yang
- Fraksi ejeksi membaik kondusif untuk beristirahat dan
- Cardiac index(CI) membaik pemulihan
- Siapkan menjalani intervensi
koroner perkutan, jika perlu
- Berikan dukungan emosional
dan spiritual
E:
- Anjurkan segera melaporkan
nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver
Valsava(misalnya mengedan
saat BAB atau batuk)
- Jelaskan tindakan yang dijalani
pasien
- Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan atau ketakutan
K:
- Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antiangina
- Kolaborasi pemberian morfin,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian inotropik,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah manuver
valsava
- Kolaborasi pencegahan trombus
dengan antikoagulan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian x-ray
dada, jika perlu
3. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang baik dengan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien, faktor – faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhankeperawatan, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi (Dinarti dan Mulyani, 2017).
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang sistematis
dengan tujuan yang telah ditetapkan.. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Wahyuni, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012, Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardivaskular
dan hematologi, Jakarta: Salemba Medika .
Nugroho, Taufan. 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit dalam,
Yogyakarta; Nuha medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI