Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD HAJI MAKASSAR

OLEH
DWI SASTRA ANDAYANI
PO714201171066

CI LAHAN CI
INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


JURUSAN D.IV KEPERAWATAN
2019/2020
KONSEP DASAR

A. DEFINISI BBLR

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).

Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah
melahirkan).

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).

B. KLASIFIKASI BBLR

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.

2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.

3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.

Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :

1. Preterm : Kurang dari 37 minggu lengkap.

2. Aterm : Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.

3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.

Ada dua macam BBLR yaitu :

1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan dengan
umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.

2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu.

C. ETIOLOGI

Faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR menurut Proverawati (2010: 5 - 6) yaitu:


a. Faktor ibu

1. Penyakit, Ibu mengalami komplikasi kehamilan seperti anemia sel berat, perdarahan
antepartum, hipertensi, preeklamsi berat, eklamsia, infeksi selama kehamilan (IMS,
TORCH, Infeksi Kandung Kemih dan ginjal).

2. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

3. Kehamilan ganda (multi gravida).

4. Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).

5. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

6. Ibu perokok, peminum alkohol, pecandu obat- obatan, dan penggunaan obat
antimetabolik.

7. Keadaan sosial ibu yang rendah.

8. Keadaan gizi ibu yang kurang baik.

9. Ibu mengerjakan aktifitas beberapa jam tanpa istirahat.

10. Pengawasan antenatal yang kurang.

b. Faktor janin

1. Kelainan kromosom (trysomi autosomal).

2. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan).

3. Disautonomia familial.

4. Kehamilan ganda (gemelli).

5. Aplasia pancreas.

c. Faktor Plasenta

1. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion).

2. Luas permukaan berkurang.

3. Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit).

4. Infark.

5. Tumor (kuriongioma, mola hidatidosa).

6. Plasenta yang lepas.


7. Sindrom plasenta yang lepas.

8. Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).

d. Faktor lingkungan

1. Bertempat tinggal didataran tinggi.

2. Terkena radiasi.

3. Terpapar zat beracun.

D. PATOFISIOLOGI BBLR

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau
diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit
menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.

BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan
berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih
besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah,
pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37
minggu.

Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm
terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus
arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan
pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal.

E. MANIFESTASI KLINIS BBLR

Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah adalah:

1. Sebelum bayi lahir

a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir
mati.

b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering
dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.

2. Setelah bayi lahir

a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin

b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.

d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

1. Berat kurang dari 2500 gram.

2. Panjang kurang dari 45 cm.

3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

6. Kepala lebih besar.

7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

8. Otot hipotonik lemah.

9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.

10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.

11. Kepala tidak mampu tegak.

12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.

13. Nadi 100 – 140 kali / menit.

F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI

Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayanti, 2009 yaitu :

1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).

2. Hipoglikemia simtomatik, terutama pada laki-laki.

3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna,sehingga


alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam
alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.

5. Hiperbulirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinenia, hal ini mungkin


disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi

a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat
dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim
dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung .

b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2
hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan
memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka.

2. Laboratorium

a. Darah Rutin

1) Hematokrit (HCT)

 Bayi usia 1 hari 48-69%

 Bayi usia 2 hari 48-75%

 Bayi usia 3 hari 44-72%.

2) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.

3) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.

4) Hb F

 Bayi usia 1 hari 63-92%

 Bayi usia 5 hari 65-88%

 Bayi usia 3 minggu 55-85%

 Usia 6-9 minggu 31-75%.

5) Jumlah leukosit

 Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( mL)


 Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( mL)

 Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( mL).

b. Bilirubin

1) Total (serum)

 Tali pusat < 2,0 mg/dl

 0-1 hari 8,0 mg/dl

 1-2 hari 12,0 mg/dl

 2-5 hari 16,0 mg/dl

 Kemudian 2,0 mg/dl.

2) Direk (terkonjugasi)

 0,0-0,2 mg/dl

c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50
mg/dl.

3) Serum

 Tali pusat 45-96 mg/dl

 Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl

 Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.

d. Analisa gas darah

1) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg

2) Tekanan parsial O2 (PO2)

 Lahir 8-24 mmHg

 5-10 menit 33-75 mmHg

 30 menit 31-85 mmHg

 > 1 jam 55-80 mmHg

 1 hari 54-95 mmHg

 Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.


3) Saturasi oksigen (SaO2)

 Bayi baru lahir 85-90%

 Kemudian 95-99%.

4) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.

e. Elektrolit darah (k/p)

1) Natrium

a. Serum atau plasma

 Bayi baru lahir 136-146 mEq/L

 Bayi 139-146 mEq/L.

b. Urine 24 jam 40-220 mEq/L.

2) Kalium

 Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L

 Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L

 Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).

3) Klorida

a. Serum/plasma

 Tali pusat 96-104 mEq/L

 Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.

f. Tes kocok/shake test

Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5
cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam
tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap
berdiri.

Interpretasi hasil:

1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya


surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.

2) (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan


artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.

Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.

I. PENATALAKSANAAN

1. Medis

a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen.

b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus).

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup.

d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat.

2. Penanganan secara umum:

a. Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.

b. Mempertahankan suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan


suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,5˚c s/d 37˚c. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk bayi dengan berat kurang dari
2000 gram.

c. Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju “. Sebelum memasukkan
bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat
dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

d. Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35
% dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan.

e. Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi.

f. Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah


terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin. Biodata
penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
BBLR yaitu:

a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.

b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,


kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.

c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).

e) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat


dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

f) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.

g) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat


penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

2) Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain :

a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

c) Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi


gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi,
asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.

d) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah

e) Latar belakang sosial budaya

Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,


ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.

f) Hubungan psikologis

Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan
perawatan yang intensif

g) Keadaan umum

Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.


Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

h) Tanda-tanda Vital

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan


asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur .

i) Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada


bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.

j) Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,


ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.

k) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap
cahaya.

l) Hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

m) Mulut

Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

n) Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

o) Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

p) Thorax

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing


dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

q) Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costae


pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum
sempurna.

r) Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.

s) Genitalia

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia
minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

t) Anus

Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari feses.

u) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

v) Refleks

Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang

2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru.

b. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan.

c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi.

e. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di dalam


system gastrointestinal.

f. Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat.

g. Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Pola nafas yang
efektif

Kriteria hasil :

1. Kebutuhan oksigen menurun

2. Nafas spontan, adekuat

3. Tidak sesak.

4. Tidak ada retraksi

Rencana Tindakan :

a. Kaji TTV bayi

R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien


b. Beri posisi semifowler

R/ : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.

c. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi
pernapasan pada bayi

R/: mengetahui obat-obatan yang memperberat depresi pernapasan pada bayi

d. Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

R/ :Mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernapasan

e. Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai.

R/:memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh

2. DX : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam suhu bayi stabil

Kreteria hasil: Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Akral hangat

Rencana Tindakan :

a. Kaji TTV bayi

R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

b. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.

R/: Menurunkan risiko hipotermi / hipertermi.

c. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.

R/: Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.

d. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu.

R/: Memantau terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh.

e. Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi : fenobarbital

R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia.

3. DX : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Integritas kulit baik
Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada iritasi,Tidak phlebitis

Rencana tindakan :

a. Kaji TTV bayi

R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

b. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah
yang tertekan.

R/: Memantau adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet.

c. Lakukan perawatan tali pusat.

R/: Menjaga tali pusat dalam keadaan baik.

d. Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin

R/: Menurunkan terjadinya gangguan integritas kulit

e. Kolaborasi pemeriksaan darah rutin

R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium.

f. Kolaborasi pemberian antibiotika.

R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses penyembuhan.

4. DX : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi adekuat

Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema, Protein dan albumin
darah dalam batas normal

Rencana Tindakan :

a. Kaji TTV bayi

R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

b. Catat intake dan output

R/: Memantau jumlah cairan masuk dan keluar.

c. Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat.

R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

d. Timbang berat badan setiap hari


R/: Timbang berat badan setiap hari

e. Kolaborasi dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu

R/: Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.

5. DX : Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di


dalam system gastrointestinal

Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam system


gastrointestinal berfungsi dengan baik

Kriteria hasil : tidak ada kram abdomen, tidak ada nyeri abdomen, tidak ada diare, nafsu
makan meningkat, peristaltic usus dalam batas normal 15-30x/menit

Rencana tindakan :

a. Kaji TTV bayi

R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

b. Monitor bising usus

R/: Mengetahui frekuensi bising usus yang normal

c. Monitor status cairan dan elektrolit

R/: Mengetahui banyaknya ciaran dan elektrolit dalam tubuh

d. Catat intake dan output secara akurat

R/:Mengetahui intake dan output dalam tubuh secara adekuat

e. Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit(membran mukoso


kering, sianosis)

R/: mengetahui adanya tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

f. Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan

R/:Terpenuhinya kalori dalam tubuh

6. DX : Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat

Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam pasien tidak


memperlihatkan adanya tanda infeksi

Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Darah rutin normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi

Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi

R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

b. Kaji adanya tanda – tanda infeksi

R/:Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi

c. Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi

R/: Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi yang lebih luas

d. Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan

R/:Untuk mencegah adanya infeksi

e. Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril

R/:untuk mencegah infeksi

f. Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung dengan
bayi.

R/:untuk mencegah infeksi lebih lanjut pada bayi

g. Kolaborasi pemberian antibiotic

R/: untuk mencegah infeksi menyebar luas ketempat lain

7. DX : Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal, status nutrisi
adekuat, tidak ada respon alergi sistemik.

Rencana Tindakan :

a. Kaji TTV bayi

R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

b. Amati tanda-tanda icterus

R/:Mengrtahui tanda-tanda ikterus yang abnormal

c. Kaji tanda-tanda dehidrasi

R/: untuk mengetahui adanya tnda-tnada dehidrasi

d. Obsevasi peningkatan bilirubin serum


R/:Mengetahui adanya peningkatan bilirubin serum atau tidak

e. Timbang BB setiap hari

R/: mengetahui adanya peningkatan BB atau tidak

f. Kolaborasi dalam pemberian fototerapi

R/: untuk memberikan tindakan lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor,T.


Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA
NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

NANDA NIC NOC. 2016.Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 1.Jogjakarta:Mediaction.

Notoatmodjo, S.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku .Jakarta :Rineka Cipta.

Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji
Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Saifudin Bari ,Abdul. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi
1.Jakarta: ybp-sp.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid 1 &
2. Jakarta: EGC

Tim adaptasi Indonesia.2009.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.Jakarta :Depkes.

Anda mungkin juga menyukai