Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori

1. Konsep Dasar Diabetes Melitus

a. Defenisi

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang terjadi akibat

gangguan pada pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin

sesuai dengan kebutuhan tubuh dan atau ketidakmampuan dalam

memecahkan insulin. Penyakit diabetes mellitus juga factor

komplikasi dari beberapa penyakit lain (Maghfuri, 2016).

Menurut Price & Wilson, Diabetes Mellitus adalah gangguan

metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah

berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai

dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan

penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Agussalim &

Rumaseb, 2016).

b. Klasifikasi dan Etiologi

Menurut World Health Organization (WHO) dalam

(Damayanti, 2015) membagi diabetes menjadi empat jenis, antara

lain:
1) Diabetes Melitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM))

IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat

ketidakabsolutan insulin, pengidap penyakit itu harus mendapat

insulin pengganti. IDDM disebabkan oleh destruksi autoimun

secara genetik pada orang yang terkena (Maghfuri, 2016).

Faktor penyebab terjadinya IDDM yaitu :

a) Faktor genetik atau herediter

Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan

antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta

b) Faktor infeksi virus

Infeksi virus coxsakie pada indibidu yang peka secara

genetik

c) Faktor imunologi

Respon autoimun abnormal, antibodi menyerang

jaringan normal yang dianggap jaringan asing (Wijaya &

Putri, 2013).

2) Diabetes Melitus tipe II (Non-Insulin Dependent Diabetes

(NIDDM))

Menurut Julien, Senēcal & Guay DM tipe 2 atau juga

dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes (NIDDM).

Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas

biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup


untuk memenuhi kebutuhan tubuh total (Damayanti 2015).

Jumlahnya mencapai 90 - 95% dari seluruh pasien dengan

diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari

40 tahun serta lebih sering terjadi pada individu obesitas (CDC,

dalam Damayanti 2015). Hasil dari gangguan sekresi insulin

yang progresif yang menjadi latar belakang terjadinya resistensi

insulin (ADA, 2018).

Faktor resiko DM tipe 2, antara lain :

a) Usia diatas 45 tahun, jarang DM tipe 2 pada usia muda;

b) Obesitas, berat badan lebih dari 120% dari berat badan ideal

(kira-kira terjadi 90%);

c) Riwayat keluarga dengan DM tipe II;

d) Riwayat adanya gangguan toleransi glukosa (IGT) atau

gangguan glukosa puasa (IFG);

e) Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau hiperlipidemia,

kolesterol atau trigliserida lebih dari 150 mg/dl;

f) Riwayat DM gestasional atau riwayat melahirkan bayi

diatas 4 kg;

g) Polycystic ovarian syndrome yang diakibatkan resistensi

dari insulin. Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi

(keluarnya sel telur dari ovearium), tidak terjadi menstruasi,

tumbuhnya rambut secara berlebihan, tidak bisa hamil

(Tarwoto, 2016).
3) Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)

Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah

intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui

selama keadaan hamil. Oleh karena terjadi peningkatan sekresi

berbagai hormon disertai pengaruh metabolik terhadap glukosa,

maka kehamilan merupakan keadaan peningkatan metabolik

tubuh dan hal ini berdampak kurang baik bagi janin (Maghfuri,

2016).

4) Diabetes tipe lain (Others Spesific Types)

Menurut Soegando, Soewondo & Subekti dalam

(Damayanti, 2015), DM tipe lain sebelumnya dikenal dengan

istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini menggambarkan

diabetes yang dihubungkan dengan keadaan dan sindrom

tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit

pankreas atau pengangkatan jaringan pankreas dan penyakit

endokrin seperti akromegali, karena zat kimia atau obat,infeksi

dan endokrineopati.

c. Patofisiologi

Menurut Brunner & Suddarth, dalam (Wijaya & Putri, 2013),

patofisiologi dari diabetes melitus adalah:


1) Diabetes Melitus tipe I

Pada Diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah

dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi

akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.Disamping

itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan

dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).Jika

konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria).

Ketika glukosa yang berlebih diekskresikan dalam urin, ekskresi

ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai

akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(polidipsia).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein

dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.Pasien

dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat

menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup

kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan terjadi pemecahan

lemak yang produksi badan keton yang merupakan produk


samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang

mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya

berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat

menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,

muntah, hiperventilasi, napas baerbau aseton dan bila tidak

ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma

bahkan kematian.

2) Diabetes Melitus tipe II

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang

berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada

diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.

Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat

intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka

awitan DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya

dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat

mencakup kelelahan, iritabilitas, poluria, polidipsia, luka yang

lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika

kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat


gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah

di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik.Penyakit ini berjalan

kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah

besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada

pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati.

Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekurangan atau

tanpa insulin :

a) Penurunan penggunaan glukosa;

b) Peningkatan mobilisasi lemak;

c) Peningkatan penggunaan protein;

d. Tanda dan Gejala

Menurut Tarwoto, dkk (2016) tanda dan gejala yang lazim

muncul pada pasien DM, ialah :

1) Sering kencing atau meningkatnya frekuensi buang air kecil

(poliuria)

Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa

dikeluarkan oleh ginjal bersama urine karena keterbatasan

kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorpsi dari

tubulus ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka

diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi menjadi

meningkat.
2) Meningkatnya rasa haus (polidipsia)

Banyaknya pengeluaran urine menyebabkan tubuh

kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus

yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.

3) Meningkatnya rasa lapar (polipagia)

Meningkatkan katabolisme, pemecahan glikogen untuk

energi menyebabkan cadangan energi berkurang, keadaan ini

menstimulasi pusat lapar.

4) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya

kehilangan cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta

massa otot.

5) Kelainan pada mata, penglihatan kabur

Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan

aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar,

termasuk pada mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan

pada lensa.

6) Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina

Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan

pula pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah

menyerang kulit.
7) Ketonuria

Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka

digunakan asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah

menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan

dikeluarkan melalui ginjal.

8) Kelemahan dan keletihan

Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel,

kehilangan potasium menjadi akibat pasien mudah lelah dan

letih.

9) Terkadang tanpa gejala

Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi

dengan peningkatan glukosa darah.

e. Faktor Risiko Diabetes Melitus

Menurut Tarwoto dkk (2016) kemungkinan faktor penyebab dan

faktor risiko penyakit DM diantaranya:

1) Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada DM tipe 1

diturunkan sebagai sifat heterogen, multigenik. Kembar identik

mempunyai resiko 25%-50%, sementara saudara kandung

beresiko 6% dan anak beresiko 5% ;

2) Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, numps, rubella)

yang dapat memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan

sel-sel beta pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti alloxan,

streptozotocin, pentamidine;
3) Usia diatas 45 tahun;

4) Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20% berat

badan ideal;

5) Etnik, banyak terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika

Asia;

6) Hipertensi, tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90

mmHg;

7) HDL kolesterol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau

trigliserida lebih dari 250 mg/dl;

8) Riwayat gestasional DM;

9) Kebiasaan diet;

10) Kurang olahraga;

11) Wanita dengan hirsutisme atau penyakit policistik ovari;

f. Komplikasi

Rumahorbo (2015) menyatakan berbagai komplikasi yang dapat

berkembang pada diabetes, antara lain ;

1) Komplikasi akut

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang menunjukkan

kadar glukosa dalam darah rendah. Kadar glukosa darah

turun dibawah 50 mg/dl. Pada penyandang diabetes,

keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebihan, komsumsi makanan yang


terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang terlalu berat

dan berlebihan. Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan

menjadi dua kategori yaitu gejala adrenergik dan sistem

saraf pusat. Hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi

ringan (glukosa darah 50 mg/dl), sedang (glukosa darah

kurang dari 50 mg/dl) dan berat (glukosa darah kurang dari

40 mg/dl).

b) Diabetes ketoasidosis

Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup

insulin dalam jumlah yang nyata. Keadaan mengakibatkan

gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.Ada

tiga gambaran klinik yang penting pada ketoasidosis yaitu

terjadinya dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

c) Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik

(SHHNK)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh

hiperosmolar dan hiperglikemia yang disertai perubahan

tingkat kesadaran.

2) Komplikasi kronik

a) Komplikasi makrovaskuler

Perubahan pembuluh darah besar akibat aterosklerosis

menimbulkan masalah yang serius pada diabetes.

Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah arteri


koroner maka akan menyebabkan penyakit jantung koroner,

sedangkan aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah

serebral akan menyebabkan stroke infark.

b) Komplikasi mikrovaskuler

(1) Retinopati diabetikum

Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-

pembuluh darah kecil pada retina mata. Retinopati

diabetic dapat menyebabkan kebutaan

(2) Nefropati diabetikum

Bila kadar glukosa darah meninggi maka

mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stres yang

mengakibatkan kerusakan pada membrane filtrasi

sehingga terjadi kebocoran protein darah dalam urin.

Kondisi ini mengakibatkan tekanan dalam pembuluh

darah ginjal meningkat. Nefropati diabetikum dapat

menyebabkan gagal ginjal.

(3) Neuropati diabetikum

Penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan

dan penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat

penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera

dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.(Rumahorbo,

2015).
g. Penatalaksanaan

Ada lima komponen pada penatalaksanaan pasien diabetes

mellitus: meliputi: perencanaan diet, latihan jasmani/fisik, terapi

farmakologi, monitoring kadar gula darah dan edukasi.

Diet

Edukasi DM Latihan
Fisik

Terapi
Farmakologi Monitoring

Gambar 2.1 Lima Penatalaksanaan DM Tipe 2


(Sumber: Smeltzer,et.al.,dalam Nuari 2017)

1) Perencanaan Makan

Tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah membantu

pasien memperbaiki kebiasaan makan dan untuk mendapatkan

control metabolic yang lebih baik dengan syarat tertentu.

a) Prinsip diet DM

Tjokroprawiro 2011, dalam (Nuari, 2017) menyatakan

prinsip diet DM hendaknya diikuti pedoman 3j yaitu.

(1) Jumlah kalori, dalam praktik pedoman jumlah kalori

yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang

bekerja biasa adalah:

(a) Kurus : Berat Badan × 40-60 kalori;

(b) Normal : Berat Badan × 30 kalori;


(c) Gemuk : Berat Badan × 20 kalori;

(d) Obesitas : Berat Badan × 15 kalori;

(2) Jadwal makan, pada dasarnya diet diabetes diberikan

dengan cara tiga kali makanan utama dan tiga kali

makanan antara = kudapan (Snacks) dengan jarak

(interval) tiga jam.

(3) Jenis makanan buah-buahan yang dianjurkan adalah

buah kurang manis disebut buah golongan B, misalnya:

papaya, kedondong, pisang, apel, tomat, dan semangka

yang kurang manis. Sedangkan buah golongan A yang

sering kali mengacaukan perawatan dan harus dilarang

diberikan kepada penderita DM, misalnya sawo,

manga, jeruk, rambutan, durian, dan anggur.

2) Latihan Fisik

Tujuan dari latihan bagi pasien DM:

a) Memberikan lebih banyak tenaga;

b) Membuat jantung lebih kuat dan meningkatkan sirkulasi;

c) Memperkuat otot dan kelenturan otot;

d) Meningkatkan kemampuan bernapas;

e) Membantu mengatur berat badan dan memperbaiki

kolestrol serta lemak;

f) Mengurangi stress dan memperlambat penuaan;


3) Medikasi Diabetes Mellitus

a) Jenis obat antidiabetik oral

Tjokroprawiro dalam Nuari (2017) menyatakan jenis-

jenis obat antidiabetik oral, yaitu:

(1) Insulin Secretagogeus (pemicu sekresi insulin) :

Sulfonilurea dan Glinid.

Sulfonilurea mempunyai efek utama meningkatkan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Sedangkan

Glinid yang cara kerjanya menekan pada peningkatan

sekresi insulin fase pertama.

(2) Insulin sensitizer (penambah sensitivitas terhadap

insulin)

Jenis ada Tiazolidindion, non Tiazolidindion,

Biguanide (metformin). Golongan ini mempunyai efek

menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan

jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga

meningkatkan ambilan glukosa di perifer.

(3) Intestinal enzyme inhibitor : alfa glucosidase inhibitor

(acarbose).

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi

glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek

menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.


(4) Incretin Enhancers, obat ini mempunyai sifat

meningkatkan incretin.

(5) Fixed dose combination types, contohnya adalah

Glukovance, Avandaryl, Avandamet, Amaryl-M,

Janumet, ACT Oplusmet.

b) Insulin

Insulin merupakan obat penurun kadar gula darah

yang dilakukan dengan cara disuntikkan. Biasanya

penyuntikan dilakukan dengan cara disuntikkan. Biasanya

penyuntikan dilakukan di bawah kulit. Pada diabetes tipe 2

insulin diberikan jika :

(1) Gula darah tidak terkendali atau tetap tinggi dengan

OHO;

(2) Penurunan berat badan yang cepat;

(3) Ada infeksi, operasi besar;

(4) Pada komplikasi, misal gagal ginjal dan gagal jantung,

OHO akan dihentikan dan langsung diganti insulin;

3) Pemantauan kadar gula darah

Pemantauan kadar gula darah bertujuan untuk mendeteksi

dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia sehingga

mengurangi komplikasi penyakit DM baik makrovaskuler

maupun mikrovaskuler. Kadar gula darah meningkat setelah

makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari,
sebelum orang makan. Kadar glukosa didalam darah dimonitor

oleh pankreas.

Faktor yang mempengaruhi gula darah

a) Faktor yang meningkatkan kadar gula darah

(1) Penggunaan obat antidiabetik yang jarang;

(2) Terlalu banyak makan karbohidrat;

(3) Penurunan aktivitas fisik;

(4) Obat-obatan : corticosteroid, thyroid supplement,

diuretic, kafein (dosis tinggi), niacin (dosis tinggi);

(5) Hormone : adrenalin, growth hormone, cortisol,

kehamilan (trimester 2 dan 3), estrogen;

(6) Emosi : marah, depresi, takut, panik;

(7) Lainnya : terlalu banyak tidur;

b) Factor yang menurunkan kadar gula darah

(1) Penggunaan obat antidiabetik yang berlebihan;

(2) Jarang makan karbohidrat setelah minum obat

antidiabetik;

(3) Peningkatan aktivitas fisik;

(4) Obat-obatan : beta blockers, MAO, inhibitor, Nicotin,

Ritalin;

(5) Kehamilan (trimester 1)

(6) Alkohol

(7) lingkungan
4) Edukasi

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan

memberikan edukasi, antara lain:

a) Pasien DM dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan,

karena kualitas hidup sudah merupakan kebutuhan bagi

seseorang;

b) Pasien DM dapat merawat dirinya sendiri, sehingga

komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi, selain itu

jumlah hari sakit dapat ditekan;

c) Pasien DM tetap produktif, sehingga dapat berfungsi dan

berperan sebaik-baiknya didalam masyarakat;

d) Menekan biaya perawatan baik dikeluarkan secara pribadi,

asuransi ataupun secara nasional;


2. Konsep Dasar Kadar Gula Darah

a. Defenisi

Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat

glukosa di dalam darah. Glukosa dalam tubuh berfungsi sebagai

sumber energi atau kalori. Glukosa dalam darah berasal dari

penyerapan usus dari makanan yang mengandung karbohidrat dan

sebagian dari pemecahan simpanan energi dalam jaringan (glikogen).

Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum, diatur dengan

ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada

batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini

meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah

pada pagi hari, sebelum makan (Kurnia & Prawesti, 2017).

Pengaturan kadar glukosa darah pada keadaan normal glukosa

dipertahankan antara 70-110mg/dl. Selama periode puasa pankreas

secara terus menerus mensekresi insulin dalam jumlah sedikit,

sementara glukagon dilepaskan ketika kadar glukosa menurun

menstimulasi hati untuk melepaskan cadangan glukosanya. Sehingga

insulin dan glukagon bersama-sama berperan dalam

mempertahankan kadar glukosa darah. Setelah 8-12 jam tanpa

makanan, hati akan memecah glikogen dari non karbohidrat,

termasuk asam amino menjadi glukosa, yang kemudian

dimanfaatkan sel untuk metabolisme dan energi sel (Tarwoto, 2016).


Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai

kadar yang diharapkan, serta kadar lipid dan A1C juga mencapai

kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah

Perkeni dalam (Soegondo, 2015).

Tabel 2.1

Kriteria Pengendalian DM

No Kriteria Baik Sedang Buruk


1 GDP (mg/dl) 80 – 109 110 – 125 ≥ 126
2 2 JPP (mg/dl) 110 – 144 145 – 179 ≥ 180
3 A1C < 6,5 6,5 – 8 >8
4 Kol. Total (mg/dl) < 200 200 – 239 ≥ 240
5 LDL (mg/dl) < 100 100 – 129 ≥ 130
6 HDL (mg/dl) < 45
7 Trigliserida (mg/dl) < 150 150 – 199 ≥ 200
8 IMT (kg/m2) 18,5 - 22,9 22 – 25 > 25
130-140 /
9 Tekanan darah < 130/80 > 140/90
80/90
(Sumber: Perkeni dalam soegondo 2015)

b. Pemeriksaan kadar gula darah

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita DM diperlukan

pemeriksaan gula darah, dalam pemeriksaan kadar gula darah

dikenal beberapa jenis pemeriksaan yaitu :

1) Gula darah puasa (GDP)

Gula darah puasa adalah kadar gula yang diukur setelah

melakukan puasa selama kurang lebi 10-12 jam. Kadar gula

darah. Kadar gula darah puasa normal biasanya di kisaran 80 –

120 mg/dl.
2) Gula darah sewaktu (GDS)

Dilakukan setiap waktu pada pasien dalam keadaan tanpa

puasa, yang diukur menggunakan spesimen plasma vena dan

darah kapiler, kriteria dari pemeriksaan GDS dikategorikan DM

apabila ≥ 200mg/dL.

3) Pemeriksaan HbA1C

Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1c) yang disebut

glikohemoglobin atau disingkat A1C merupakan cara yang

digunakan untuk menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu

sebelumnya. Tes ini tidak dapat digunakan untuk menilai hasil

pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan A1C dianjurkan

dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam setahun.


3. Konsep Dasar Dukungan Keluarga

a. Definisi Dukungan Keluarga

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat

penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga

inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk

membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari

keluarga (Harnilawati, 2013).

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan

oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada

situasi stress. Walaupun demikian, dalam semua tahap siklus

kehidupan, dukungan sosial keluarga memungkinkan keluarga

berfungsi secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi dalam

kesehatan keluarga.

b. Dimensi dukungan keluarga

Kaplan dan Friedman dalam (Harnilawati, 2013) menjelaskan

bahwa keluarga memiliki 4 jenis dukungan, yaitu :

1) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator

informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena

informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti


yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini

adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

2) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber

validator identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan

support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.

3) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis

dan konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang

diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan

ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan

semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih

ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap

seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan.

4) Dukungan emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai

untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara

emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun

wanita) akan selalu terjaga kerahasiannya dari keingintahuan

orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi


dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.

Penderita diabetes mellitus sangat membutuhkan keempat

jenis dukungan yang berasal dari keluarga sehingga diharapkan

dapat mempercepat proses penyembuhan.

c. Pengukuran Dukungan keluarga

Dukungan keluarga telah didefenisikan sebagai faktor penting

dalam kepatuhan manajemen penyakit untuk remaja dan dewasa

dengan penyakit kronik. Dukungan keluarga terkait dengan

kesejahteraan dan kesehatan dimana lingkungan keluarga menjadi

tempat individu belajar seumur hidup. Dukungan keluarga

merupakan indikator yang paling kuat memberikan dampak positif

terhadap motivasi dalam perawatan diri pasien diabetes melitus.

d. Tugas keluarga dalam kesehatan

Sesuai fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai

tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.

Friedman dalam (Harnilawati, 2013) membagi 5 tugas keluarga

dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya;

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga;
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu

muda;

4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga;

5) Mempertahakan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas yang ada);

e. Fungsi perawatan kesehatan keluarga

Fungsi perawatan kesehatan bukan hanya fungsi esensial dan

dasar keluarga untuk fungsi yang mengembang fokus sentral dalam

keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat. Pemenuhan fungsi

kesehatan keluarga dapat menjadi sulit, yang bias dipengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal seperti struktur keluarga dan sistem

pelayanan kesehatan. Agar dapat menjadi sumber kesehatan primer

dan efektif maka keluarga harus ditingkatkan keterlibatannya dalam

tim kesehatan dan proses terapi. Peran partisipasi keluarga ini sangat

di butuhkan baik pada kebutuhan kesehatan promotif, preventif, dan

kuratif.

f. Penatalaksaan DM dengan pendekataan keluarga

Paradigma sehat untuk DM adalah suatu konsep atau cara

pandang tentang kesehatan dimana pelaksanaanya memetingkan

peran serta dari keluarga untuk hidup sehat terutama pada keluarga

dengan resiko tinggi penderita DM sehingga mampu untuk mandiri,


memelihara dan meningkatkan serta waspada akan munculnya

diabetes melitus. Hal yang paling mendasar adalah pada upaya

pencegahan. Upaya pencegahan yang melibatkan peran penting

keluarga menitikberatkan pada periode prapatogenesis (sebelum

sakit) dalam semua tahapan kehidupan, dari lahir sampai meninggal,

upaya tersebut adalah :

1) Tindakan terhadap instrinsik (imunisasi/kekebalan,

keseimbangan jasmani dan mental psikologial).

2) Upaya terhadap resiko DM dan komplikasinya.

3) Upaya untuk memantapkan, meningkatkan keseimbangan sosial

dalam keluarga.

4) Upaya terhadap lingkungan rumah tangga.

Karena DM merupakan salah satu penyakit kronik, timbul

kejenuhan dan kebosan pada pasien mengenai jadwal pengobatan

terdahulu, oleh karena itu untuk mengatasi hal yang perlu tindakan

tehadap faktor psikologis dalam penyelesaian masalah diabetes

melitus. Keikutsertaan anggota keluarga lainnya dalam memandu

pengobatan, diet, latihan jasmani dan pengisian waktu luang yang

positif bagi kesehatan keluarga merupakan bentuk peran serta aktif

bagi keberhasilan penatalaksaan DM.


4. Konsep Dasar Motivasi

a. Defenisi Motivasi

Menurut Dimyanti dan Mudjiono dalam (Donsu, 2017) Motivasi

dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan

mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Seorang

yang mempunyai motivasi berarti ia mempunyai kekuatan untuk

memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Sukses bertumpu pada

pada kemampuan dan kemauan. Tingkat kemauan (atau motivasi)

orang berbeda-beda, karena alasan (motif) yang berkait dengan

kebutuhan untuk kegiatan yang sama dapat berbeda-beda. Motivasi

memang berhubungan dengan upaya memenuhi kebutuhan.

b. Macam - Macam Motivasi

Ditinjau dari pihak yang menggerakkan motivasi digolongkan

menjadi 2 golongan yaitu:

1) Motivasi intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berfungsi dengan

sendirinya yang berasal dari dalam diri orang tersebut tanpa

adanya dorongan atau rangsangan dari pihak luar. Misalnya,

seorang mahasiswa belajar dengan kesadaran sendiri tanpa

suruhan orang lain. Individu yang bersangkutan memperoleh

kepuasan dengan proses belajar itu sendiri (Saam & Wahyuni,

2014).
2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karena

adanya dorongan dari pihak luar atau orang lain. Misalnya

seseorang belajar karena didorong oleh orang tua, teman

ataupun kakaknya. Misalnya seseorang selalu diperhatikan dan

disiapkan agar minum obat secara teratur. Motivasi dari orang

lain dapat dilakukan dengan harapan pada suatu saat orang yang

bersangkutan tanpa dorongan orang lain sudah bisa belajar

minum obat secara teratur (Saam & Wahyuni, 2014).

c. Tujuan motivasi

Secara individual motivasi seseorang sangatlah personal, satu

dengan yang lainnya berbeda. Mendapatkan sesuatu tentu saja

cenderung konteksnya positif, dan terhindar sesuatu cenderung

konteksnya negatif seperti hukuman.

d. Fungsi motivasi

Menurut Sadirman dalam (Donsu, 2017) fungsi motivasi ada 3

yaitu :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, dimana motivasi dalam hal

ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang

dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak

dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan kegiatan.


3) Sebagai seleksi perbuatan yaitu perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi

tujuan tersebut.

e. Metode Motivasi

Menurut Donsu (2017), ada 2 cara untuk membangun motivasi

yang baik yaitu:

1) Sebagai motivasi langsung (Direct Motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi (materil dan nonmateril)

yang diberikan secara langsung kepada setiap individu untuk

memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus,

seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya dan sebagainya.

2) Sebagai motivasi tidak langsung (Indirect Motivation)

Motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas

yang mendukung serta menunjang gairah kerja, sehingga lebih

bersemangat dalam bekerja.

f. Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi

Orang-orang tidak hanya berbeda dalam kemampuan untuk

berbuat, akan tetapi juga berbeda dalam kemauan untuk berbuat atau

motivasi. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motif

mereka. Motif kadang-kadang didefinisikan sebagai kebutuhan,

keinginan, dorongan atau gerak hati dalam individu (Sujana, 2012).


Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi manusia untuk

berperilaku sesuai klasifikasi internal dan eksternal yang saling

mendukung adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, antara lain :

(a) Sikap

Sikap merupakan penilaian terhadap stimulus atau

obyek, sehingga seseorang tersebut akan menilai atau

bersikap enggan terhadap stimulus tersebut. Sikap sering

diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain.

(b) Harapan

Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk

memenuhi kebutuhan tertentu dari seorang individu yang di

dasarkan atas pengalaman yang telah lampau, baik

pengalaman dari sendiri maupun dari orang lain.

(c) Pengetahuan

Besar kecilnya pengetahuan yang dimiliki seseorang

akan berpengaruh pada tingkah lakunya.

(d) Jenis kelamin

Tingkah laku antara pria dan wanita mempunyai

perbedaan, hal ini terjadi karena pengaruh hormonal,

struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Oleh karena

itu pria cenderung lebih termotivasi melakukan sesuatu


karena fisik yang kuat. Jenis kelamin merupakan aspek

identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai

pengalaman yang berbeda tentang pembentukan identitas

jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terbentuk sekitar usia

tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal

tingkah laku dan ciri-ciri kepribadian yaang sesuai bagi

masing-masing jenis kelaminnya.

2) Faktor Ekternal

Faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang karena

adanya dorongan dari pihak luar , antara lain :

(a) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga itu merupakan dukungan-dukungan

sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai

sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga (dukungan sosial

bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).

(b) Pendidikan

Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan

segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya,

baik secara formal maupun informal. Hasil dari proses

belajar adalah seperangkat perubahan tingkah laku.


Seseorang yang berpendidikan tinggi tingkah lakunya akan

berbeda.

(c) Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun

lingkungan sosial. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap

tingkah laku manusia.

(d) Kebudayaan

Kebudayaan antar daerah berbeda-beda dan ini sangat

berpengaruh pada tingkah lakunya.

(e) Sosial ekonomi

Lingkungan sosial ekonomi sangat berpengaruh

terhadap tingkah laku seseorang. Keadaaan ekonomi

keluarga yang relatif mencukupi akan mampu manyediakan

fasilitas dan kebutuhan untuk keluarganya. (Sujana, 2012)


5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh

anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik

dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stress.

Sedangkan Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang

menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku

belajar. Faktor komponen yang menggerakkan motivasi yaitu motivasi

internal dan eksternal. Motivasi eksternal merupakan motivasi yang

terjadi karena adanya dorongan dari pihak luar atau orang lain, misalnya

adanya dorongan dari keluarga.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan dari

keluarga mempunyai hubungan yang erat dengan untuk meningkatkan

motivasi seseorang, karena salah satu yang dapat mengerakkan motivasi

yaitu adanya dorongan dari keluarga. Dukungan keluarga akan

membantu memberikan kenyamanan psikologis serta dorongan mental

dalam menyelesaikan masalah.


B. Kerangka Teori

Penyakit DM merupakan penyakit kronis yang bersifat progresif yang

tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol kadar gula darahnya,

sehingga resiko terjadinya komplikasi dapat dicegah. Salah satu pencegahan

komplikasi DM yaitu dengan mengontrol kadar gula darah. Apabila

diabetisimemiliki keinginan yang kuat dalam upaya mengontrol kadar gula

darah maka kualitas kesehatan diabetesi pula akan baik. Motivasi diabetisi

salah satunya dipengaruhi oleh dukungan dari orang terdekat, dalam hal ini

keluarga memiliki peran dalam memberikan dukungan yang dilandasi

kebutuhan yang dirasakan oleh diabetisi.

Dukungan keluarga merupakan bentuk perhatian keluarga kepada

diabetesi, baik berupa dukungan informasi, penilaian, emosional serta

penyediaan fasilitas (instrumen). Sedangkan motivasi mengontrol kadar gula

darah merupakan suatu dorongan mental yang menggerakkan diabetisi dalam

upaya mengontrol kadar gula darah.

Diabetes Mellitus Faktor - Faktor yang


mempengaruhi Motivasi
Faktor Internal:
Dukungan Keluarga 1. Sikap
1. Dukungan Informasional 2. Harapan
2. Dukungan Penilaian 3. Pengetahuan
3. Dukungan Emosional 4. Jenis Kelamin
4. Dukungan instrument Faktor Eksternal :
1. Dukungan keluarga
Motivasi 2. Pendidikan
3. Lingkungan
4. Kebudayaan
Mengontrol Gula Darah 5. Sosial Ekonomi

(Gambar 2.2 Kerangka Teori)


C. Kerangka Konsep

Salah satu pencegahan komplikasi DM yaitu dengan mengontrol kadar

gula darah. Keinginan yang kuat untuk mengontrolkadar gula darah terjadi

karena adanya dorongan motivasi dalam diri diabatesi. Salah satu

variabelfaktor yang mempengaruhi motivasi yang ingin dilakukan penelitian

yaitu dukungan dari orang terdekat (keluarga). Terdapat 4 jenis

dukunganyaitu dukungan informasi, penilaian, emosional serta penyediaan

fasilitas (instrumen) yang akan memberikan dorongan mental sesuai yang

kebutuhan diabetisi dalam mengontrol kadar gula darah.

Independen Dependen

Sikap
Harapan

Pengetahuan

Jenis Kelamin

Dukungan
Keluarga Motivasi Mengontrol
 Informasi Gula Darah
 Penilaian
 Emosional

Pendidikan

Lingkungan

Kebudayaan

Sosial Ekonomi

(Gambar 2.3 kerangka Konsep)


Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


D. Hipotesis

HI : Ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi mengontrol kadar

gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mamajang

Kecamatan Mamajang Kota Makassar.

H0 : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan motivasi mengontrol

kadar gula darahpada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas

Mamajang Kecamatan Mamajang Kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai