Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran ALLAH SWT karena atas
karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu di limpahkan kepada panutan kita Nabi
Muhammad SAW.
Laporan studi kasus ini berjudul: ”Asuhan keperawatan pada An.D dengan
Tuberkulosis Paru di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas Profesi Ners Siklus
Keperawatan Anak Stikes Syedza Saintika Padang
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusun studi kasus ini tidak terlepas dari
bantuan, motivasi dan do’a dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
perkenankanlah penyusun dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati
meyampaikan rasa terimakasih kepada Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinis
serta semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan lapran studi kasus ini
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan penyusunan laporan studi kasus ini
sehingga masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan di terima sebagai suatu masukan yang berharga. Mudah-mudahan
laporan studi kasus ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi yang membaca.

Solok, 25 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................1
DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Tujuan penelitian .........................................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................................
2.1 Pengertian ...................................................................................................................
2.2 Anatomi ......................................................................................................................
2.3 Etiologi .........................................................................................................................
2.4 Patofisiologi .................................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Diagnostik ...............................................................................................
2.7 Komplikasi ..................................................................................................................
2.8 Penatalaksanaan ...........................................................................................................
2.9 WOC .............................................................................................................................
BAB III ASKEP TEORITIS .............................................................................................
3.1 Pengkajian ....................................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................................
3.3 Rencana Keperawatan ..................................................................................................
BAB IV LAPORAN KASUS ..........................................................................................
4.1 Pengkajian ....................................................................................................................
4.2 Analisa Data .................................................................................................................
4.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................................................
4.4 Intervensi Keperawatan ...............................................................................................
4.5 Implementasi Keperawatan .........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyebar melalui droplet yang telah terinfeksi
basil TB.Penyakit menular Tuberkulosis sampai sekarang masih menjadi masalah
kesehatan yang utama dan merupakan masalah kesehatan global sebagai penyebab
utama kematian pada jutaan orang setiap tahun di seluruh dunia setelah Human
Immunodeviciency Virus (HIV). Sebagian besar kuman tuberkulosis (TB)menyerang
paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa TB
masihmenjadi topik utama dalam masalah kesehatan di dunia. Hal ini ditunjukkan
dengan TB menjadi salah satu penyakit menular 10 terbanyak di dunia. Pada tahun 2017
total jumlah kasus TB di dunia 10,4 juta kasus TB baru termasuk. Dihitung dari segi
persentase dapat dinilai bahwa jumlah kasus TB sebesar 90% pada orang dewasa dan
10% pada anak-anak.Menurut WHO dalam Global Tuberculosis Report tahun 2017,
sebaran kasus TB pada tahun 2016 banyak terjadi di wilayah Asia Tenggara (45%),
Afrika (25%), Timur Mediternia (7%), Eropa (3%), dan yang terakhir adalah di wilayah
Amerika (3%). Laporan dari WHO juga menyatakan bahwa terdapat 30 negara di dunia
yang mempunyai status angka TB tertinggi didunia yang menyumbang 87% dari semua
perkiraan kasus insiden diseluruh dunia. Berdasarkan tingkat insidensinya terdapat tujuh
negara yang menonjol memiliki kasus insiden TB tertinggi pada tahun 2016 yaitu India,
Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Tuberkulosis di Indonesia mengalami peningkatan kasus dari tahun 2014 sampai
tahun 2016. Merujuk pada Profil kesehatan Indonesia pada tahun 2016 ditemukan
jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 351.893 kasus.Laporan Dinas Kesehatan di
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 melaporkan bahwa jumlah kasus baru TB BTA (+)
sebanyak 5.846 kasus. Sedangkan untuk wilayah kabupaten solok sebanyak 197 kasus
dengan TB BTA (+) . Dilaporkan 16 kasus anak usia 0 – 14 tahun menderita TB baru
pada tahun 2017.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menjadikan kasus tersebut sebagai tugas
seminar kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. D dengan masalah
utama Tuberculosis Paru di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Aro Suka ”.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan keperawatan kepada An. D dengan TB Paru

3
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada masalah tuberkulosis
paru.
b. Mengidentifikasi masalah yang muncul pada kasus tuberkulosis paru.
c. Menganalisa intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga mengenai masalah kesehatan tuberkulosis paru.
d. Menerapkan implementasi tindakan keperawatan keluarga mengenai

masalah kesehatan tuberkulosis paru.


e. Melaksananakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan
organ di luar paru seperti kulit, tulang,persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang
sering disebut dengan ekstra pulmonal TBC (Chandra,2012).

2.2 Anatomi

4
2.3 Etiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberkulosis).


Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam ( BTA), kuman TB
cepat mati karena sinar matahari langsusng, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat gelap dan lembab. Di dalam tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tesebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah , sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita di tentukan oleh banyakknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan negatif (tidak terlihat

5
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang terinfeksi Mycobaterium Tuberculosis:
a. Herediter
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan
terinfeksi tinggi karena diit yang tidak adekuat
e. Keadaan stress
f. Meningkatnya sekresi streoid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
g. Anak yang mendapat terapi kortikostroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah
h. Nutrisi : status nutrisi kurang
i. Infeksi berulang: HIV, Measles, Pertusis
j. Tidak mematuhi aturan pengobatan.

2.4 Patofisiologi

Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorangmenghirup basil


Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkausampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melaluisistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dankorteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksi fagositosis (menelanbakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan(melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awalinfeksi membentuk sebuah
massa jaringan baru yang disebut granuloma.Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa
tersebutdisebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
yangmenjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentukseperti keju
(necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk
jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.

6
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistemimun tidak
adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat
timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi
aktif, Pada kasus ini, ghontubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosadi dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi
sembuhdan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuktuberkel, dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengansendirinya. Proses ini berjalan terus dan
basil terus difagosit atauberkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasimenjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkelepiteloid
yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).Daerah yang mengalami
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingisel epiteloid dan fibroblas akan
memberikan respons berbeda kemudianpada akhirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.

2.5 Manifestasi Klinis

Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:


a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-minggu sampai
berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat
badan

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis adalah
a. Sputum Culture
b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
d. Chest X-ray

7
e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacteriumtuberculosis
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang
mengindikasikan nekrosis
g. LED : meningkat karena adanya peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA
h. Bronkografi
i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

2.7 Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan


menimbulkankomplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut:
a. Komplikasi dini: pleurutis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncet’sarthropathy.
b. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi
PascaTuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT/fibrosis paru, kor
pulmonal,amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering
terjadipada TBC milier dan kavitas TBC (Sudoyo, 2007). Komplikasi penderita
stadiumlanjut adalah hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang
dapatmengakibatkan kematian karena syok, kolaps spontan karena kerusakan
jaringanparu, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya (Zulkoni, 2010).

2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu:


a. Fase intensif (2-3 bulan)
Tujuan tahap awal adalh membunuh kuman secepat-cepatnya dengan obat yang
berifat bacterisidal. Selam fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi
pengurangan jumlah kumandisertai perbaikan klinis. Pasien terinfeksi menjadi non
infeksi dalam waktu 2 mingggu. Sebagian pasien BTA (+) menjadi negatif dalam
waktu 2 bulan. Obat yang diberikan yaitu INH 5mg/kgBB, rifampisin 10mg/kgBB,
pitazinamid 35mg/kgBB, dan etambutol 15mg/kgBB.
b. Fase lanjutan (4-7 bulan)
Selain fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih
panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selam fase lanjutan akan
mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut The Joint Tuberculosis

8
Committee of the british Thoracic society fase lanjytan selama 4 bulan dengan INH
dan Rifampisin untuk Tbpatu dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien
dengan rseistensi INH. Pada pasien yang pernah diobati ada resiko tejadinya
resistensi. Panduan pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat
untukfase lanjutan.selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di anatara obat yang
diberikan haruslah yang masih efektif

Faktor resiko:
Sistem imun tidak adekuat
Mendapat obat imunosupresan
Pendeita HIV
Malnutrisi
2.9 WOC
Droplet

Basil tuberkulosis memasuki sal. nafas

Menembus mekanisme pertahanan tubuh

Berkoloni di saluran nafas bawah

Mengaktifasi respon imun

Inflamasi Memicu
Peningkatan sekret
pembentukan
serotonin

MK: Sel T dan jarinagn fibrosa


Ketidakefektifan membungkus mikrifag
bersihan jalan nafas dan basil tuberkulosis Merangsangmel Peningkatan
anocortin di triptofan
hipotalamus
Fibrosis
Masuk ke SSP
Anorexia
Timbul jaringan parut
Fatigue,
kelethinan
Alveolus tidak kembali Asupan
saat ekspirasi Nutrisi kurang
MK:
Intoleransi
aktivitas
Terjadi gangguan difusi MK:
Ketidakseimbangan
nutris kurang dari 9
MK: kebutuhan tubuh
Gangguan
pertukaran gas
BAB III
ASKEP TEORITIS

3.1 Pengkajian

Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada tuberkulosis adalah:


1. Data pasien
2. Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggaldi
daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke
dalam rumah sangat minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa
pun, namun usia paling umum adalah 1– 4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan
perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama
ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada
usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana
TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).
3. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
a. Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.
b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.

10
c. Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
d. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
f. Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis.
g. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya. Penyakit
ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi
interkostal dan fibrosa.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Sputum Kultur, Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan Mycrobacterium
Tuberculosse pada stadium aktif.
b. Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif mengindikasi
infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan infeksi lam dan adanya
antibody, tetapi tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
c. Darah: leukositosis, LED meningkat.
d. rontgen thorax

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas


2. Gangguan pertukaran gas
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Intoleransi aktifitas

3.3 Rencana Keperawatan

DIAGNOSA INTERVENSI
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NIC
b/d sekresi mukus dalam jumlah yang Airway Suction:
berlebihan.  Pastikan kebutuhan oral/ trakeal

11
NOC suctioning
 Status respiratory: ventilasi  auskultasi suara nafas sebelum dan
 Status respirasi : jalan nafas sesudah suctioning
Kriteria hasil  Informasikan pada klien dan keluarga
Dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan tentang suctioning
intervensi bersihan jalan nafas kembali  Minta kline nafas dalam sebelum
efektif suction dilakukan
Airway Management:
 Posisikan pasien dengan posisi
semifowler untuk memaksimalkan
ventilasi
 Lakukan fisiotherapi daad jika
diperlukan
 Lakukan nebulizer untuk
mengencerkan sekret
 Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
suara tambahan
 Ajarkan klien untuk batuk efektif
 Monitor respirasi dan status O2
Tindakan Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antibiotik,
agen mukolitik dan bronkodilator.
Gangguan pertukaran gas NIC
berhubungan dengan perubahan Airway Management:
membran alveolar  Posisikan pasien untuk
NOC memaksimalkan ventilasi
 Status respirasi: pertukaran gas  Auskultasi suara nafas dan catat suara
 Status respirasi: ventilasi tambahan
Kriteria Hasil  Monitor respirasi dan status O2
Setelah diberikan intervensi klien ( oksimentry)
perbaikan ventilasi dan oksigenasi Respiratory Monitoring:
jaringan yang adekuat  Monitor rata-rata kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
 Monitor pola nafas
 Monitor kelelahan otot digfragma
Tindakan Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan tim medis
pemeberian oksigen
 Kolaborasi pemeriksaan AGD

Ketidakseimbangan nutrisi kurang NIC


dari kebutuhan tubuh berhubungan Managemen Nutrisi
dengan anorexia  Kaji adanya alergi makanan
NOC  Berikan informasi tentang kebutuhan
 Status Nutrisi: intake makanan dan nutrisi
cairan  Anjurkan klien untuk mengkonusmsi
 Status nutrisi : intake nutrisi makanan dalam jumlah sedikit namun

12
 Kontrol berat badan sering
Kriteria Hasil:  Anjukan klien untuk mengkonsumsi
Stelah diberikan intervensi klien makanan dalam keadaan hangat
menunjukkan peningkatan berat badan  Berikan makanan yang disenangi oleh
yang ideal klien namun memiliki kadar kalori
dan nutrisi yang sesuai dengan klien
Monitoring Nutrisi:
 Monitoring adanya penuruna BB
 Monitoring mual dan muntah
 Mnitor kadar albumin, total protein,
kadar hb, dan hematokrit
 Monitor kalori dan intake nutrisi
Tindakan kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memberikan diit yang tepat (jumlah
kalori dan nutrisi yang sesuai)
Intoleransi Aktivitas NIC
Activity Therapy
NOC
 Kolaborasikan dengan tenaga
Energy conservation
rehabilitasi medik dalam
Activity tolerance
merencanakan program terapi yang
Self Care : ADLs
tepat
Kriteria Hasil :  Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan  Bantu untuk memilih aktivitas
darah, nadi dan RR konsisten yang sesuai dengan
 Mampu melakukan aktivitas sehari-
kemampuan fisik, psikologi dan
hari (ADLs) secara mandiri social
 Tanda-tanda vital normal  Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
 Energy psikomotor
diperlukan untuk aktivitas yang
 Level kelemahan
diinginkan
 Mampu berpindah: dengan atau tanpa
 Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
 Status kardiopulmunari adekuat krek
 Sirkulasi status baik  Bantu untuk mengidentifikasi
 Status respirasi : pertukaran gas dan aktivitas yang disukai
ventilasi adekuat  Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, social

13
dan spiritual

BAB V
LAPORAN KASUS
5.1 Pengkajian
5.1.1 Identitas Peserta
Nama : An. D
Nomor RM : 013702
Tanggal lahir/Usia : 24 Oktober 2006 / 13 Tahun
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. E
Pekerjaan Ayah : Tani
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Jorong Lubuak Selasih, batang barus, Gunung Talang
Suku : Minang
Agama : Islam
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Diagnosa Medis : TB Paru + ISK + RJB Asianotik + Anemia
Tanggal pengkajian : 20 September 2019

5.1.2 Resume
An. D umur 13 tahun Masuk RS pada tanggal 19 September 2019 dengan
keluhan utama sesak dialami sejak 3 minggu yang lalu, tidak mengganggu aktivitas
namun memberat beberapa hari terakhir dan mengganggu aktivitas pasien, pasien
juga mengeluh batuk berdahak sudah 2 bulan terakhir, dan memberat dalam 2
minggu terakhir, ada lendir (+). Riwayat demam sejak 2 bulan terakhir terus-

14
menerus tidak tinggi tapi setiap hari, nafsu makan menurun, penurunan BB dari 30
kg ke 26 kg. anak juga mengeluh nyeri pada seluruh penis, BAK kemerahan, Pada
pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum sedang, tampak pucat, gizi kurang
( BB < 33kg), kesadaran :composmentis, suhu 380C. konjungtiva anemis, TD 95/58
mm/hg, P: 48x/i, N: 1230x/i Pada pemeriksaan thorax didapatkan noda keras dan
perbercakan di perihiler (sugestif suatu TB Paru) . Pada USG Abdomen ditemukan
pasien Asites, dan pada pemeriksaan BNO didapatkan Ileus di abdomen. Hasil
pemeriksaan lab Hb: 10 gr/dl, LED 56 mm/jam, leukosit 20.000 mm³, trombosit
69.000 mm³, hematokrit 29%

5.1.3 Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Ibu

 Prenatal :
- selama hamil ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan.
- saat hamil ibu mengeluh sering sakit kepala, mual (-), muntah (+)
 Natal : BB An.D waktu lahir 3.6 kg, tinggi badan 47. tidak ada masalah
saat persalinan dan pasca persalinan
 Postnatal:
- ibu tidak pernah melakukan postnatal care
- ibu tidak punya masalah saat pasca persalinan
5.1.4 Riwayat Kesehatan Dahulu
 pasien tidak pernah dirawat sebelumnya

 pasien tidak pernah mengalami tindakan operasi

 pasien tidak pernah melakukan imunisasi baik itu dipuskesmas ataupun di


posyandu

5.1.5 Genogram

5.1.6 Riwayat Kesehatan Keluarga

15
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

5.1.7 Riwayat Penyakit Menular

 Pasien tinggal di lingkungan dimana ayah pasien seorang perokok

 Dalam dua minggu terakhir tidak ada kejadian penyakit menular

 sumber air minum : sumur

5.1.7.1 Kebutuhan Nutrisi

 Pasien tidak terlalu suka makanan Lunak yang disediakan Rumah Sakit

 Nafsu makan menurun selama dirawat

 Minum sedikit

 Tidak ada alergi pada makanan

5.1.7.2 Pola Tidur

 pola tidur terganggu selama sakit karena sesak nafas

 jam Tidur malam selama dirawat pukul 21.00 WIB

5.1.7.3 Pola Eliminasi

 pola eliminasi : beberapa kali pasien merasa ingin BAK tetapi tidak ada urin
yg keluar, sesekali urin keluar sedikit dan berwarna kemerahan, pasien
mengeluh sakit saat BAK, selama dirawat pasien BAB sebanyak 1x dengan
konsistensi padat warna kuning.

5.1.8 Keadaan Kesehatan Sekarang

a. Keadaan Umum: Sedang, kesadaran komposmetis

b. Keluhan utama saat pengkajian : sesak nafas (+),batuk berdahak (+), suhu
38ºc, TD 95/58 mm/hg, nyeri pada penis (+), BAK kemerahan, BAB jarang,
P 88 x/i, N 120 x/i, warna kulit pucat (+)

c. Alasan masuk RS : pasien sesak nafas, batuk berdahak sejak 2 bulan yg lalu,
demam sejak 2 bulan yang lalu tidak tinggi tapi setiap hari, pucat sejak 2
bulan yang lalu, nyeri diseluruh penis, nafsu makan menurun, BAK
berwarna kemerahan

d. Diagnosa medis : TB Paru + ISK +PJB Asianotik+anemia

16
e. Obat-obatan yang dipakai saat ini : IVFD Kaen 1B 10 tetes, injeksi
Cefriakson 2x750 mg, Oksigen 2 liter, Paracetamol 3x500 mg, ranitidin 2x1
ampul

f. Aktifitas selama sakit : pasien tetap ditempat tidur karena aktifitas gerak
menyebabkan sesak nafas pada anak.

g. Hasil Laboratorium

HB : 10 g/dl 12-15
LED 56 mm/jam 12-15
Leukosit : 20.000 mm³ 5000-13500
Trombosit : 69000 mm³ 150.000-400.000
Hematokrit 29% 37-47
Basofil 0% 0-1
Eousinofil 1% 1-3
Netrofil batang 9% 2-6
Netrofil semen 80% 23-53
Limfosit 9% 23-53
Monosit 1% 2-8

h. Hasil pemeriksaan penunjang:

 Ronsen Thorax: noda keras dan perbercakan pada perihiler (suatu TB


Paru).

 BNO : asites, Ileus abdomen

i. Pemeriksaan Fisik

 data umum: KU: sedang,Ks: komposmetis

 BB: 26kg, TB 147cm

 mata : cekung, pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

 hidung : nafas cuping hidung (+), sekret (-), Penggunaan Oksigenasi (+),
jenis masker kanul, aliran o2 2 liter

 mulut : membran mukosa mulut kering, sputum (+) warna kuning

 dada :

17
- inspeksi : karakteristik pernafasan kusmaul, pergerakan rongga
torak simetris, retraksi interkosta (+)

- Palpasi :vokal fremitus sinistra meningkta, vokal fremitus sinistra


meningkat

- perkusi : sonor(+)

- auskultasi : wheezing(+)

 abdomen : distensi abdomen (+), asites(+), turgor kulit (jelek)

 integumen: warna kulit (pucat), ikterik (-),kulit teraba panas

 tanda tanda vital: TD 95/58, respirasi rate 88x/i, heart rate 120x/i, suhu
tubuh 38ºC

5.1.9 Keadaan Psikososial Anak Dan Orang Tua

 Orang tua kooperatif, dapat bekerjasama dengan baik dengan perawat

 Anak cemas terhadap tindakan infasif yang diberikan.

18
5.2 Analisa Data

No. Data Fokus Patofisiologi Masalah

1 DS: Ketidakefektifan bersihan


 Ibu mengatakan Terinfeksi tuberculosis bacteria jalan nafas b/d sekresi
anak sesak nafas dan masuk sal. nafas
mukus dalam jumlah
 Ibu mengatakan berlebihan
anak batuk berdahak
DO: inflamasi
 Pasien tampak sesak
 Pernafasan cuping
hidung Peningkatan
 Penggunaan otot sekret
bantu nafas (+)
 Pasien tampak
gelisah
 sputum (+) Ketidak efektifan
 TTV: bersihan jalan nafas
RR: 48x/menit Terinfeksi tuberculosis bacteria
HR : 120x/menit dan masuk sal. nafas
 Ronsen thorax :
noda keras pada
perihiller (sugestif inflamasi
TB Paru)
 LED: 56 mm/jam
2 DS: Memicu pembentukan Ketidakseimbangan nutrisi
 Ibu mengatakan serotonin
kurang dari kebutuhan
anak tidak mau tubuh
makan
Merangsang melano cortin
 Ibu mengatakan
di hipotalamus
anak malas minum
 Ibu mengatakan
makanan yang anorexia
diberikan di RS
tidak habis
Asupan nutrisi kurang

19
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DO:
 Pasien hanya
menghabiskan
makanan 2 sendok
makan
 Pasien tampak pucat
 Mata pasien tampak
cekung
 Penurunan BB dari
30 kg menjadi 26 kg
 Hb: 10 mgdl
3 DS: Intoleransi aktivitas b/d
Terinfeksi tuberculosis bacteria
 Ibu mengatakan dan masuk sal. nafas ketidakseimbangan antara
anak sesak setiap suplai dan kebutuhan
melakukan aktivitas oksigen
 Ibu mengatakanan inflamasi
setelah beraktivitas
anak tampak sangat
letih
Memicu pembentukan
DO:
serotonin
 Pasien tampak sulit
untuk beraktivitas
 Pasien tampak sesak
setelah melakukan Peningkatan triptofan
aktivitas kecil
seperti duduk dan
berjalan Masuk ke SSP
 TTV:
RR: 88x/menit
HR: 120x/ menit Fatigue, kelelahan

Intoleransi akitivitas

20
4 DS: Hipertermi
 Ibu mengatakan Terinfeksi tuberculosis bacteria
anak deman sejak 3 dan masuk sal. nafas
hari yang lalu
 Ibu mengatakan
demam naik turun inflamasi
DO:
 Kulit pasien teraba
hangat
Hipertermi
 TTV:
RR: 88 x/menit
HR: 120x/menit
T: 38° C
Hasil laboratorium:
WBC: 20.000

21

Anda mungkin juga menyukai