Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh

wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney

et al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong

kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari

petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering

terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006).

Petugas kesehatan harus memiliki sikap empati dan kesabaran

untuk mendukung calon ibu yang melahirkan dan keluarga. Petugas

kesehatan sebagai pemberi perawatan dalam persalinan juga harus mampu

memenuhi tugas diantaranya mendukung wanita; pasangan dan keluarga

selama proses persalinan, mengobservasi saat persalinan berlangsung;

memantau kondisi janin dan kondisi bayi setelah lahir; mengkaji faktor

resiko; mendeteksi masalah sedini mungkin, melakukan intervensi minor

jika diperlukan seperti amniotomi dan episiotomi; perawatan bayi baru

lahir, merujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika terjadi

komplikasi (Tasnim et al, 2011).

1
B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Jelaskan asuhan keperawatan intranatal kala III?

2. Jelaskan asuhan keperawatan intranatal kala IV?

C. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan intranatal kala III?

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan intranatal kala IV?

D. Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan intranatal kala

III?

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui mengetahui asuhan keperawatan

intranatal kala IV?

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Intranatal Kala III

1. Definisi

Kala III persalinan adalah peristiwa yang ditandai dan diawali

lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta (ari-ari)

2. Tujuan dan Teori Lepasnya Plasenta dari Insersinya

Tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan

ekspulsi segera plasenta dengan cara yang paling mudah dan paling

aman. Lahirnya plasenta maka dapat menghindari perdarahan. Plasenta

melekat pada lapisan desidua basal tipis endometrium oleh banyak fili-

fibrosa. Setelah janin dilahirkan, dengan adanya kontraksi uterus yang

kuat sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vilikorialis

akan pecah dan plasenta akan terlepas dari perlekatannya.

Menurut Schultze, lepasnya plasenta dari insersinya dimulai dari

tengah terjadi hematom terlebih dahulu kemudia dengan kontraksi kuat

dan berulang plasenta lepas dari inserinya sehingga mengakibatkan

perdarahan yang tiba-tiba.

Menurut Matthews-Duncan, lepasnya plasenta dari tepi (marginal)

sehingga perdarahan terjadi sedikit-sedikit dan terus menerus setelah

plasenta terlepas dari insersinya maka perdarahan justru berhenti.

Dalam keadaan normal, beberapa kontraksi kuat -7 menit setelah

kelahiran bayi plasenta akan lepas dari lapisan basal. Sumber lain

3
mengatakan bahwa pelepasan plasenta dari insersinya normal dalam

waktu 5-1 menit setelah bayi lahir.

3. Tanda dan Gejala Lepasnya Plasenta

Setelah plasenta lepas dari insersinya, maka akan muncul tanda-

tanda sebagai berikut :

a. Fundus uteri berkontraksi kuat

b. Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi oval bulat

sewaktu plasenta bergerak ke segmen bawah uterus.

c. Darah berwarna gelap keluar secara tiba-tiba dari introitus

d. Tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati

introitus.

Saat ditegangkan dn dilepaskan, tali pusat tidak tertarik ke dalam

lagi.

4. Masalah Potensial

Meskipun penolong persalinan telah selesai membantu kelahiran

plasenta, perawat harus memantau tanda-tanda penurunan kesadaran

atau perubahan pernapasan, karena tanda adanya perubahan sistem

kardiovaskuler yang cepat (peningkatan tekanan intrakarnial). Sewaktu

mengejan dan bertambahnya curah jantung secara tepat dapat menjadi

tanda pecahnya aneurisma pembuluh darah cerebri atau emboli cairan

amnion. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan masuknya cairan

amnion ke dalam sirkulasi jika kontraksi uterus tidak bagus.

4
5. Pertimbangan Perawat Membantu Kelahiran Plasenta

Untuk membantu ibu melahirkan plasenta, perawat yang menolong

persalinan memberi tahu ke ibu untuk mengejan jika telah ada tanda-

tanda lepasnya plasenta. Namun, dengan adanya pergeseran paradigma

penolong persalinan dari bersifat menunggu menjadi proaktif, maka

setelah bayi lahir, ibu segera diberikan injeksi oxytocin dan segera

dilakukan manajemen kala III untuk melahirkan plasenta.

Pelepasan plasenta dilakukan dengan tangan kiri menekan korpus

uteri dengan arah dorsokranial sedang tangan kanan melakukan

penegangan tali pusat terkendali. Setelah plasenta lahir, lakukan

pemeriksaan keutuhan plasenta termasuk selaput-selaputnya, serta

kondisi jalan lahir.

Apabila jalan lahir ditemukan adanya laserasi, segera lakukan

periniorapi.

6. Analisa Data

Data Fokus Masalah Kemungkinan Etiologi

Data subjektif : Risiko 1. Lepasnya plasenta

 Ibu merasa perutnya mulas perdarahan dari insersinya

Data objektif : 2. Tertinggalnya

 Fundus uteri berkontraksi sebagian jaringan

kuat plasenta

 Perubahan bentuk uterus

dari bentuk cakram menjadi

oval bulat sewaktu plasenta

5
bergerak ke segmen bawah

uterus.

 Darah berwarna gelap

keluar secara tiba-tiba dari

introitus.

 Tali pusat saat ditegangkan

dan dilepaskan tidak

tertarik ke dalam lagi

7. Diagnosa Keperawatan

Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan lepasnya plasenta

dari insersinya, plasenta lahir tidak lengkap, kontraksi uterus lemah

8. Tujuan

Perdarahan kala III tidak terjadi selama dalam perawatan dengan

kriteria hasil sebagai berikut :

a. Plasenta segera lahir lengkap dalam waktu kuranf dari 15 menit

b. Kontraksi uterus baik

c. Tanda-tanda vital ibu dalam rentang normal

d. Perdarahan antara 150 cc - 300 cc

9. Intervensi

Mandiri :

a. Beri ibu posisi dorsal recumbent

b. Kosongkan kandung kemih

c. Periksa kontraksi uterus

6
d. Periksa tanda-tanda vital ibu

e. Anjurkan ibu untuk mengejan saat terjadi kontraksi

f. Lahirkan plasenta dengan metode penegangan tali pusat

terkendali sebagai berikut, tangan kiri menekan korpus uteri

dengan arah dorsokranial dan tangan kanan melakukan

penegangan tali pusat terkendali

g. Tangkap plasenta setelah tampak divulva 2/3 bagian tangkap

dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam tanpa

melakukan ekstraksi

h. Periksa keutuhan, insersi, berat dan panjang tali pusat. Plasenta

diputar searah jarum

i. Beri injeksi metergin 10 IU intramuskuler, segera setelah

plasenta lahir (kolaborasi). Metergin diberikan bila ibu tidak

ada hipertensi, bila ibu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg

dapat diberikan oxitocin

j. Metergin diberikan secara IM pada otot vestus lateralis atau

muskulus gluteusmaksimus.

k. Bersihkan ibu dari darah, ganti pakaian dan pasang pembalut

wanita. Tidurkan ibu dalam posisi miring. Ajarkan ibu cara

melakukan masase fundus uteri yang benar

l. Pantau tanda-tanda vital, kontraksi uterus, dan pengeluaran

pervaginam setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30

menit pada jam kedua.

7
B. Asuhan Keperawatan Intranatal Kala IV

1. Definisi

Kala IV persalinan adalah periode waktu dua jam setelah lahirnya

plasenta secara lengkap. Periode ini sangat kritis, baik untuk ibu dan

bayinya. Periode dua jam setelah kelahiran plasenta sering dikenal

sebagai periode pemulihan.

Selama dua jam pertama, organ-organ ibu mengalami penyesuaian

awal terhadap keadaan tidak hamil dan sistem tubuh mulai stabil.

Selama 2 jam, bayi mengalami adaptasi dari kehidupan intrauteri

ke kehidupan ekstrauteri. Banyak para ibu atau orang tua memilih

pemulangan dini setelah melahirkan dengan berbagai alasan. Penolong

persalinan harus yakin benar bahwa tidak akan terjadi sesuatu pada ibu

dan bayinya setelah menjalani proses persalinan dan kelahiran normal.

2. Tanda Masalah Potensial

Karena perdarahan merupakan komplikasi potensial yang

signitifkan, maka akan dibahas khusus tentang perdarahan postpartum

pada bahan kajian berikut. Perawat harus siaga dalam komplikasi

akibat hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan psikososial,

kehilangan, serta berduka.

3. Pengkajian Pada Kala IV

Pengkajian yang harus dilakukan oleh penolong persalinan selama

2 jam setelah plasenta lahir adalah :

8
a. Kontaksi uterus harus baik

Kontraksi uterus yang baik sangat dibutuhkan meskipun

bayi dan plasenta telah lahir lengkap dengan strukturnya otot

uterus yang sarang lintang bermanfaat untuk menghentikan

perdarahan, karena pada saat uterus kontraksi pembuluh darah,

yang keluar lewat celah otot uterus akan tercepit sehingga

perdarahan berhenti.

Kontraksi uterus pada kala 4, selain dapat menghentikan

pendarahan, jyga berfungsi untuk membersihkan cavum uteri

dari sisa-sisa selaput ketuban, bekuan darah, vernikkasiosa, sisa

cairan amnion dan mempercepat pulihnya kondisi uterus

seperti sebelum hamil, mengingat pentingnya kontraksi pada

kala 4 sehingga keberadannya harus dipantau setiap 15 menit

pada jam pertama dan 30 menit pasa jam ke dua.

b. Perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain.

Perdarahan pervaginam pada kala IV sumbernya dari 2

tempat, yaitu uterus dan rupture jalan lahir. Untuk memprediksi

perdarahan itu berasal dari uterus atau dari robekan jalan lahir

tidak terlalu sulit. Bila kontraksi uterus, baik uterus teraba kerat

dan bulat tetapi terjadi perdarahan ini kemungkinan besar

perdarahan berasal dari robekan jalan lahir.

Untuk memastikan maka perlu dilakukan pemeriksaan

inspekulo menggunakan speculum atau langen bek yang agak

besar supaya dapat menelusuri sepanjang jalan lahir untuk

9
mencari sumber perdarahan. Apabila pemeriksaan uterus teraba

lembek dan terjadi perdarahan, maka dapat dipastikan

perdarahan barasal dari uterus akibat pembuluh darah yang

terbuka khususnya daereh di mana plasenta insersi.

Perdarahan yang terjadi karena inersia hipotonik ini dapat

terjadi sangant hebat sehingga dalam waktu tidak lama klien

akan dapat mengalami shock hipovolemik. Mengingat bahaya

yang mengancam keselamatan ibu akibat perdarahan sangat

tinggi, maka perlu dilakukan observasi secara ketat setiap 15

menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua

setelah plasenta lahir.

c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap

Bila plasenta dan selaput ketuban masih ada yang tertinggal

di dalam kavum uteri dapat mengakibatkan perdarah yang

massif. Akibat lemahnya kontraksi uterus dan sisa plasenta itu

sendiri, sehingga kadang penolong persalinan melakukan

manual kuretase setelah melahirkan plasenta untuk memastikan

bahwa sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban benar-benar

bersih, meskipun tindakan ini tidak dianjurkan karena resiko

infeksi lebih besar dan trauma jalan lahir dapat bertambah

karena tangan penolong masuk ke dalam kavum uteri.

d. Kandung kencing harus kosong

Berdasar anatominya bahwa dinding uterus dan vidika

urinaria berhimpitan dan saraf yang mensyarafi visika urinaria

10
juga cabang dari nervus utrina sehingga ketegangan pada visika

urinaria mengakibatkan lemahnya kontraksi uterus yang

berakibat uterus yang berakibat pada perdarahan post-partum.

Dekatnya dinding uterus dengan dinding visika urinaria

sehingga ketika bayi menuruni jalan lahir dan visika urinaria

dalam kondisi penuh dapar mengakibatkan trauma pada visika

irinaria dan uretra sehingga ibu post partum dapat terjadi

hematuria atau nyeri pada saat miksi akibat trauma urettra.

e. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada hematoma

Tugas pada utama pada kala IV adalah melakukan

perawatan luka jalan lahir. Janin yang menuruni dan melewati

jalan lahir selalu berakibat luka jalan lahir. Biasanya, untuk

menghindari ruprur yang tidak beraturan sehingga sulit untuk

melakukan penjahitan disamping lama dalam proses

penyembuhannya.

Para penolong persalinan melakukan tindakan episiotomy

dengan harapan rekontruksi lebih mudah, bayi segera lahir dan

proses penyembuhan lebih cepat. Setelah plasenta lahir maka

tugas dari pnoling persalinan adalah merekonstruksi dengan

penjahitan, dalam melakukan oenjahitan ini harus dilakukan

lapis demi lapis, tidak boleh ada gep yang dapat mengakibatkan

masalah genekologi dikemudian hari contohnya fistel.

Dalam proses penjahitan jaringan harus diidentifikasi

seteliti mungkin, otot sepingter biasanya jika putus akan

11
tertarik kedalam maka harus di ekplorasi untuk menemukannya

kemudian ditarik dan dijahit dengan bagian distalnya.

Resume keadaan umum bayi : Resume keadaan umum bayi

harus dibuat sebagai infermasi dan bahan pertimbangan dalam

melakukan asuhan keperawatan bayi baru lahir, hal-hal yang

harus diinformasikan melalu resume ini adalah :

1) Cara lahir dapat spontan pervaginam, perabdominal,

vacuum extrasi, atau forcep ekstrasi hal ini dilakukan

karena setiap metode memiliki risiko sendiri-sendiri

2) Nilai APGAR menit pertama, lima menit ke-2 dan lima

menit ke-3 serta resusitasi yang dilakukan

3) Berat badan, panjang badan, lingkat kepala, dan lingkar

dada

4) Obat-obatan yang telah diberikan pada bayi

4. Resume Proses Persalinan dan Keadaan Umum Ibu

Sebelum dipindahkan ke ruang perawatan post-partum, resume

proses persalinan dan keadaan umum ibu perlu dibuat, termasuk hasil

observasi selama kala IV dimasukkan dalam status ibu karena ini akan

bermanfaat untuk melakukan intervensi keperawatan selanjutnya.

5. Analisa Data

Kemungkinan
Data Fokus Masalah
Etiologi

Data Subjektif: Risiko tinggi terjadi 1. Adanya sisa

 Ibu merasa lemah dan perdarahan plasenta di

12
nyeri pada daerah postpartum dini atau kavum uteri.

perineum. lanjut. 2. Trauma jalan

Data Objektif: lahir.

 Pengeluaran pervagianan

lochia rubra darah, sisa

plasenta, vernikkasiosa,

sisa cairan amnion, dan

lanugo.

 Tinggi fundus uteri

setinggi pusat teraba

lunak.

 Tanda-tanda vital ibu

dalam rentang normal.

 Ibu dalam kala empat 15

menit jam pertama.

6. Diagnosa Keperawatan

Beberapa contoh diagnosa yang sering muncul pada kala IV

adalah:

a. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan inersia uteri

hypotonic atau trauma jalan lahir sisa-sisa plasenta.

b. Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jalan lahir.

c. Nyeri buang air kecil berhubungan dengan trauma uretra.

13
d. Risiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan nyeri atau

kekecewaan terhadap jenis kelamin anak.

7. Tujuan

Tujuan disesuaikan dengan tujuan yang diangkat dengan kriteria

hasil:

a. Maternal akan memerlukan tidak lebih dari satu pembalut wanita

dalam satu jam.

b. Ibu akan berkemih dengan spontan dengan jumlah lebih dari 3000

ml dalam waktu enam sampai 8 jam setelah melahirkan.

c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

d. Kontraksi uterus baik.

8. Intervensi

Mandiri : Periksa tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

a. Periksa kontraksi uterus dan pengeluaran pervaginam setiap 15

menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pda 1 jam kedua.

b. Ajarkan cara melakukan masase uterus.

c. Periksa adanya laserasi atau rupture jalan lahir.

 Pegang tangan ibu, taruh di atas perut, di bawah imbilikus dan

di atas simfisis pubis.

 Putar searah jarum jam.

 Anjurkan pada ibu untuk melakukan secara berulang-ulang.

d. Segera susui bayinya jika memungkinkan.

14
 Isapan mulut bayi pada putting susu ibu menstimulasi kelenjar

hipofisis posterior sehingga hormone oxytocin alamiah

disekresikan.

 Oksitoksin merangsang reseptor alfaketomimetik pada

myometrium dan terjadilah kontraksi uterus.

 Bayi akan segera mendapatkan kekebalan alamiah dari

kolostrom.

 Dengan mnyusu dini bayi juga akan terhindar dari bahaya

hipoglikemi dan akan meningkatkan peristaltic usus bayi

sehingga meconium segera keluar.

e. Bila laserasi grade 1 tidak perlu di jahit, bersihkan badan ibu dan

ganti pakaian, pasang pembalut wanita, dan tidurkan dalam posisi

miring.

15
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan adalah proses membuka dan mnutupnya servik uteri

disertai turunnya janin dan plasenta ke jalan lahir sampai keluar secara

lengkap (berikut selaput-selaputnya) yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu) atau janin telah mencapai viabilitas dengan

presentasi kepala, posisi presentasi ubun-ubun kecil atau vertex, lahir

spontan pervaginam dengan kekuatan ibu sendiri tanpa melukai ibu dan

bayi kecuali pisiotomi, berlangsung selama kurang dari 24 jam tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun bayinya.

Kala III persalinan adalah peristiwa yang ditandai dan diawali

lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta (ari-ari). Tujuan

penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi segera

plasenta segera dengan cara yang paling mudah dan paling ama, dengan

lahirnya plasenta maka dapat menghindari perdarahan.

Tanda lepasnya plasenta adalah fundus uteri berkontraksi kuat,

perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi oval bulat sewaktu

plasenta bergerak ke segmen bawah uterus, darah berwarna gelap keluar

secara tiba-tiba dari introitus, tali pusat bertambah panjang dengan

majunya plasenta mendekati introitus. Saat ditegangkan, tali pusat

menjulur dan saat dilepaskan tidak tertarik ke dalam lagi.

Masalah keperawatan yang sering terjadi pada kala III adalah

resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan lepasnya plasenta dari

16
insersinya, plasenta lahir tidak lengkap, kontraksi uterus lemah dan rupture

jalan lahir. Nyeri akut berhubungan dengan rupture jalan lahir, shock

hipovolemik berhungan dengan perdarahan, kurangnya asupan cairan.

Kala IV persalinan adalah periode waktu dua jam setelah lahirnya

plasenta secara lengkap. Periode ini merupakan periode yang sangat kritis

baik pada ibu dan bayinya. Periode dua jam setelah kelahiran plasenta

sering dikenal dengan periode pemulihan.

Tujuan utama asuhan keperawatan kala IV adalah mencegah

terjadinya perdarahan post partum dini maupun perdarahan post partum

lanjut dan mempercepat proses pemulihan kondisi ibu. Masalah

keperawatan yang sering muncul pada kala IV adalah resiko terjadi

perdarahan berhubungan dengan inersia uteri hypotonic atau trauma jalan

lahir atau sisa-sisa plasenta, nyeri akut yang berhubungan dengan trauma

uretra, resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan nyeri akut,

kelelahan atau kekecewaan terhadap jenis kelamin anak.

B. Saran

Semoga makalah tindak asuhan keperawatan intranatal kala III dan


IV ini boleh lebih memahami mengenai proses melahirkan untuk
keselamatan bayi dan anak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Wagiyo, S,Kep., M.Kep. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal,

Intranatal dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta. Andi

18

Anda mungkin juga menyukai