Nama Kelompok :
1. Andreas (2016.02.0)
2. Garindra Indrayana (2016.02.0)
3. Rima Ambarwati (2016.02.072)
4. Sintia Taubatul Fitri (2016.02.076)
5. Wahyu Santoso Hidayat (2016.02.081)
Segala puji bagi Allah pencurah kasih sayang tiada batas kepada yang
dikehendaki-Nya. Allah telah mencurahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman judul
Daftar Isi................................................................................................................ ii
1.3 Tujuan.................................................................................................. 3
BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 41
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut data dari WHO diare dengan jumlah korban 1,5 juta
dan disusul kecelakaan lalu lintas yang menempati urutan ke 9 dari sepuluh
penyebab kematian didunia dengan jumlah koban 1,3 juta orang (WHO,
1.654 kasus pada tahun 2012 menjadi 646 kasus pada tahun 2013, akan tetapi
Jawa Tengah menempati peringkat pertama dengan jumlah kasus 294 pada
1
Pada pasien dengan syok hipovolemik dapat di lihat dari status
kurang dari 90 mm/Hg atau nilai MAP (Mean Arterial Pressure) kurang dari
darah keotak, kerusakan dan kematian jaringan yang irreversible dan berakhir
Oleh sebab itu syok hipovolemik harus segera mendapatkan penanganan yang
cepat, cermat, dan tepat untuk dapat mencegah kematian (Hidayatullo, dkk.,
2016).
yang komprehensi dapat meningkatkan status kesehatan klien. Maka dari itu,
2
1.2 Rumusan Masalah
hipovolemik ?
1.3 Tujuan
hipovolemik.
hipovolemik.
hipovolemik.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat (Dewi dan Rahayu,
2017).
dehidrasi berat, edema atau asites, dan kehilangan cairan akibat diare
2002) .
4
2.1.2 Etiologi
dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini dapat
cairan berlebihan juga timbul pada pasien luka bakar yang luas
kelompok yaitu:
1. Pendarahan
b. Internal :
1) Hematom subkapsular
5
2) Aneurisma aorta pecah karena kelainan pembuluh darah
3) Pendarahan gastrointestinal
4) Perlukaan berganda
2. Kehilangan plasma
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom dumping
e. DHF
f. Peritonitis
g. Obstruksi ileus
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
e. Diabetes imsipidus
f. Infusiensi adrenal
(Nugraeni, 2017).
6
2. Pengurangan venous return, yang menyebabkan penurunan preload
urin output kkurang dari 25ml/jam, kulit teraba dingin, clammy skin,
cardiac output.
a. Takikardi ringan.
7
f. Kulit pucat dan dingin.
b. Hipotensi supinasi.
c. Kulit dingin.
e. Sangat kehausan.
f. Penurunan kesadaran.
2.1.4 Patofisiologi
8
melibatkan beberapa reseptor di tubuh. Reseptor tersebut diantaranya
adalah
Reseptor ini terletak di sinus karotikus, arkus aorta, atrium kiri dan
kanan, ventrikel kiri dan kanan serta arteri dan vena pulmonalis.
9
2. Kemoreseptor (Reseptor Kimia) Reseptor ini bekerjasama dengan
ketika aliran darah di otak turun <40 mmHg. Akan terjadi respon
10
kardiologis yaitu takikardi, vasokonstriksi namun terdapat efek
turun.
11
6. Autoperfusi Saat terjadi syok, dapat terjadi mekanisme autoperfusi
12
Proses kompensasi ini juga menyebabkan kondisi metabolisme
influx dan eflux elektrolit yang tidak seimbang, dan pada akhirnya
terjadi kematian sel. Jika kematian sel meluas, maka terjadi banyak
13
Berdasarkan skema diatas, terjadinya syok hipovolemik terjadi
14
Membran sel terganggu, akhirnya terjadi kematian sel. Terjadi juga
habis. Kerusakan pun meluas hingga ke level organ,. Pada fase ini,
Akhirnya terjadi gagal sirkulasi, nadi tidak teraba, dan gagal organ
multipel.
15
2.1.5 Phatway
Phatway
Kehilangan cairan eksternal : O2 CO2
Trauma (Multiple Vehicle Trauma)
Pembedahan Perpindahan cairan internal :
Muntah-muntah Hemoragi internal
Luka bakar Hipoperfusi Alveoli
Diare
Diuresis Asites
Diabetes Insipidus Peritonitis
Nafas Cepat
16
TD Sel Membengkak
Oliguri 20 ml/jam
Gangguan eliminasi
urin
17
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
dilakukan.
5. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi
perdarahan.
18
7. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan
radiologi.
2.1.6 Penatalaksanaan
mungkin.
19
darah jika diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida
perfusi coroner.
20
ventilasi tekanan positif dapat mengurangi aliran balik vena,
kejadian tidak jelas. Namun, infus intravena dan resusitasi cairan harus
kesehatan.
Hipovolemia
2.2.1 Pengkajian
A. Primary Survey
1. Airway
21
c. Gunakan chin lift dan jaw thrust secara manual untuk
2. Breathing
tertutup.
22
seimbang (0, 9 % salin normal atau ringer’s lactate)
biasanya di gunakan.
keadaan normal.
4. Disability
23
5. Exposure/Environment
pasien
kritis.
karena trauma.
24
B. Secondary Survey
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
f. Riwayat Psikososial
g. Riwayat SAMPLE
25
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental,
konstipasi, oliguria.
plester, makanan)
komponen ini)
2. Pemeriksaan fisik
26
menjadi buruk, lidah kering dan kasar, mata cekung, vena
4. Pengukuran Hemodinamik
a. Kehilangan GI abnormal
27
Terapi diuretik, diabetes insipidus, dirusis oemotik,
intersisial
e. Hemoragi
f. Perubahan masukan
28
2.2.3 Intervensi Keperawatan
29
j. Monitor pola nafas:
bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes
k. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
l. Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
m. Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
n. Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
persiapan tindakan
dan tujuan
penggunaan alat
tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
o. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
irama dan denyut
jantung
2. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan a. Evaluasi TTV
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam b. Evaluasi kebutuhan
kehilangan darah diharapkan volume cairan klien cairan
seimbang dengan kriteria hasil: c. Evaluasi kebutuhan
1. Balance cairan baik nutrisi
30
2. TTV normal d. Penuhi kebutuhan
3. Tidak ada tanda tanda cairan dan elektrolit
dehidrasi e. Tingkatkan asupan
4. Elastisitas turgor baik, nutrisi pasien
mukosa bibir lembab f. Kolaborasi
pemberian obat
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor TTV
perfusi jaringan perifer keperawatan selama 2x24 jam b. Gunakan prinsip
berhubungan diharapkan aliran perfusi aseptik untuk
penurunan aliran darah perifer klien efektif yang kontrak dengan
perifer ditandai dengan : pasien
1. Tekanan sistol dan diastol c. Monitor adanya
dalam rentang yang tromboplebitis
diharapkan d. Batasi gerakan pada
2. Mampu menunjukkan ekstremitas
konsentrasi e. Kolaborasi
3. Tidak ada ortostatik pemberian obat
hipertensi
31
BAB 3
TINJAUAN KASUS
kesadaran setelah menjalani operasi sectio cesaria atas indikasi pre eklampsia
berat. Penurunan kesadaran mulai tampak ±3 jam sebelum dibawa ke rumah sakit,
keluarga pasien mengaku pasien terlihat lemas, tampak mengantuk, dan sulit
operasi sectio caesaria ±4 jam sebelum dirujuk ke rumah sakit Ahmad Yani
Metro. Selain itu pasien juga mengeluh dada terasa sesak nafas, perut terasa penuh
Way Jepara namun karena kondisi pasien memburuk pasien dirujuk ke Rumah
Sakit Ahmad Yani Metro untuk perawatan yang intensif di ruang ICU.
berat, kesadaran apatis, skor GCS (Glasgow Coma Scale) E=4; M=3; V=3, Total
10 poin. Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 120x/menit reguler, isi kurang dan
tegangan lemah, pernapasan 32 x/menit, suhu 35,7oC, Capilary Refill Time (CRT)
memanjang. Pada wajah ditemukan konjunctiva anemis, napas cuping hidung, dan
sianosis sentral. Pada leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
dan kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan pulmo ditemukan bunyi vesikuler menurun
dan terdapat ronkhi basah di basal kedua paru. Pada pemeriksaan jantung ictus
cordis terlihat pada ICS V dan teraba di linea axilaris anterior sinistra setinggi ICS
V. Batas atas pada ICS II linea midclavicularis sinistra, batas kanan pada ICS IV
32
linea parasternal sinistra, Batas kiri pada ICS V linea axilaris anterior sinistra, dan
pada kuadran kanan atas, shifting dullnes (+). Pada pemeriksaan ekstrimitas
AST (SGOT) 18 U/L, ALT (SGPT) 10 U/L, ureum 14,4 mg/dl, kreatinin 0,83
mg/dl, gula darah sewaktu 126 mg/dl. Pada pemeriksaan urine lengkap didapatkan
hasil darah samar (++), keton (+++). Pada pemeriksaan apus darah tepi didapatkan
abdominal post op sectio cesaria. Pasien diterapi dengan pemberian cairan infus
ringer laktat 500 cc, dan fimahes 500 cc, dan dilanjutkan untuk pemeliharaan per
mg/24 jam, injeksi oksitosin 10 IU/8 jam, dan transfusi Packet Red Cell (PRC) 2
kolf.
33
A. Pengkajian
Identitas
No. Rekam Medis : Diagnosa Medis: Syok Hipovolemik
Nama : Ny. X Jenis Kelamin: P Umur: 38 thn
Agama : Islam Status Perkawinan: Sudah Menikah
Pekerjaan : IRT Sumber Informasi : Keluarga
Alamat :-
Triage
Kesadaran : Kategori Triage : Klasifikasi kasus :
Allert Verbal P1 P2 P3 P4 Trauma Non Trauma
Pain Unrespon Merah Kuning Hijau Hitam Dx Medis: Syok
Hipovolemik
General Impression
Tanda Gejala : Pasien terlihat lemas, tampak Keluhan Utama: Dada terasa sesak nafas,
mengantuk, dan sulit diajak berkomunikasi. perut terasa penuh dan semakin membesar
Lokasi : Abdomen
Tindakan yang telah dilakukan sebelum ke
RS : -
Airway
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing Tidak Ada
Suara Nafas: Snoring Gurgling Stridor Ronkhi
√
Keluhan Lain : Terdapat nafas cuping hidung
Breathing
Gerakan Dada: Simetris Asimetris
Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal
Primary Survey
34
GCS :10 Eye : 4 Verbal : 3 Motorik :3
Pupil : Isokor Unisukor Pinpoint Medriasis
Keluahan Lain : -
Anamnesa
Gejala (Symptomp) : -
Alergi (Alergy) : Pasien tidak memiliki alergi apapun
Medikasi : Pasien sedang tidak menjalani pengobatan apapun seperti
DM, HT, Asma, dan penyakit lain
Riwayat Penyakit : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti DM, HT,
dan Asma.
Makan Minum Terakhir : Tidak terkaji
Peristiwa/ Penyebab : Post SC 4 jam yang lalu
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan lain : Abdomen, terlihat cembung
dan didapatkan nyeri tekan pada kuadran
kanan atas, shifting dullnes (+).
Pemeriksaan Fisik
Kepala dan Leher
Inspeksi: Pada wajah ditemukan konjunctiva anemis, napas cuping
hidung, dan sianosis sentral. Pada leher tidak ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.
Dada
Inspeksi : Pada pemeriksaan jantung ictus cordis terlihat pada
ICS V
Auskultasi : Pada pemeriksaan pulmo ditemukan bunyi vesikuler
menurun dan terdapat ronkhi basah di basal kedua paru. Tidak
ditemukan murmur maupun gallop.
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea axilaris anterior sinistra
setinggi ICS V. Batas atas pada ICS II linea midclavicularis sinistra,
batas kanan pada ICS IV linea parasternal sinistra, Batas kiri pada ICS
35
V linea axilaris anterior sinistra, dan
Abdomen
Inspeksi : Pada pemeriksaan abdomen, terlihat cembung
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : didapatkan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Perkusi : Shifting dullnes (+)
Extremitas atas/bawah
Inspeksi : Edema --/--
Palpasi : Akral teraba dingin.
Pemeriksaan neurologis
GCS: 10
Kesadaran Apatis
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
TANGGAL NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- 1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoperfusi
alveoli ditandai dengan:
Data Subyektif :
Pasien mengeluh dada terasa sesak nafas
Data Obyektif :
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Nadi : 120/menit
RR : 32/menit
Suhu : 37,5°C
Nafas cuping hidung
Foto rontgen AP (anterior posterior) ditemukan suspek
kardiomegali dan terdapat edema pulmo.
Suara vesikuler menurun
Ronkhi basah di basal kedua paru
- 2 Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
darah ditandai dengan:
36
Data Subyektif :
Pasien mengeluh dada perut terasa penuh dan semakin
membesar.
Data Obyektif :
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Nadi : 120/menit
RR : 32/menit
Suhu : 37,5°C
Hasil USG abdomen ditemukan gambaran asites di
cavum pelvis (fossa illiaca dextra) dan fossa
splenorenalis.
- 3 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
penurunan aliran darah perifer ditandai dengan :
Data Obyektif :
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Nadi : 120/menit
RR : 32/menit
Suhu : 37,5°C
CRT >2 detik
Akral teraba dingin
C. Intervensi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Hari/
Dx. Kep
Tgl Tujuan/ KH Intervensi
(NOC) (NIC)
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan a. Posisikan pasien
gas berhubungan dengan tindakan keperawatan
untuk
hipoperfusi alveoli selama 2x24 jam
ditandai dengan: Gangguan pertukaran memaksimalkan
Data Subyektif : pasien teratasi dengan ventilasi
Pasien mengeluh kriteria hasi:
dada terasa sesak 1. Mendemonstrasikan b. Pasang mayo bila
nafas peningkatan ventilasi perlu
37
Data Obyektif : dan oksigenasi yang c. Lakukan
Tekanan darah : adekuat
fisioterapi dada
80/50 mmHg 2. Memelihara
Nadi : 120/menit kebersihan paru-paru jika perlu
RR : 32/menit dan bebas dari tanda d. Keluarkan sekret
Suhu : 37,5°C tanda distress
pernafasan dengan batuk
Nafas cuping hidung
Foto rontgen AP 3. Mendemonstrasikan atau suction
(anterior posterior) batuk efektif dan
suara nafas yang
e. Auskultasi suara
ditemukan suspek
kardiomegali dan bersih, tidak ada nafas, catat
terdapat edema sianosis dan dyspneu
adanya suara
pulmo. (mampu
mengeluarkan tambahan
Suara vesikuler
menurun sputum, mampu f. Berikan
bernafas dengan
Ronkhi basah di bronkodilator
mudah, tidak ada
basal kedua paru
pursed lips) Atur intake untuk
4. Tanda tanda vital
cairan
dalam rentang normal
5. AGD dalam batas mengoptimalkan
normal
keseimbangan.
6. Status neurologis
dalam batas normal g. Monitor respirasi
dan status O2
h. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan,
retraksi otot
supraclavicular
dan intercostal
i. Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
j. Monitor pola
nafas: bradipena,
takipenia,
38
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes
k. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
l. Monitor TTV,
AGD, elektrolit
dan ststus mental
m. Observasi
sianosis
khususnya
membran mukosa
n. Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
persiapan
tindakan dan
tujuan
penggunaan alat
tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
o. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
irama dan denyut
jantung
2. Defisit volume cairan Setelah dilakukan a. Evaluasi TTV
berhubungan dengan tindakan keperawatan b. Evaluasi kebutuhan
kehilangan darah selama 2x24 jam cairan
ditandai dengan: diharapkan volume cairan c. Evaluasi kebutuhan
39
Data Subyektif : klien seimbang dengan nutrisi
Pasien mengeluh kriteria hasil: d. Penuhi kebutuhan
dada perut terasa 1. Balance cairan baik cairan dan
penuh dan semakin 2. TTV normal elektrolit
membesar. 3. Tidak ada tanda tanda e. Tingkatkan asupan
Data Obyektif : dehidrasi nutrisi pasien
Tekanan darah : 4. Elastisitas turgor baik, f. Kolaborasi
80/50 mmHg mukosa bibir lembab pemberian obat
Nadi : 120/menit
RR : 32/menit
Suhu : 37,5°C
Hasil USG abdomen
ditemukan gambaran
asites di cavum
pelvis (fossa illiaca
dextra) dan fossa
splenorenalis.
3. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan a. Monitor TTV
jaringan perifer tindakan keperawatan b. Gunakan prinsip
berhubungan penurunan selama 2x24 jam aseptik untuk
aliran darah perifer diharapkan aliran perfusi kontrak dengan
ditandai dengan : perifer klien efektif yang pasien
Data Obyektif : ditandai dengan : c. Monitor adanya
Tekanan darah : 1. Tekanan sistol dan tromboplebitis
80/50 mmHg diastol dalam rentang d. Batasi gerakan
Nadi : 120/menit yang diharapkan pada ekstremitas
RR : 32/menit 2. Mampu menunjukkan e. Kolaborasi
Suhu : 37,5°C konsentrasi pemberian obat
CRT >2 detik 3. Tidak ada ortostatik
Akral teraba dingin hipertensi
40
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, & Diane, C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Caterino, Jeffrey, M., Kahan, & Scott. (2003). Emergency Medicine.
Pennnsylvania: Blackwell.
Dewi, E., & Rahayu, S. (2017). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik.
Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik Enita, 93–96.
Diantoro, D. G. (2014). Syok Hipovolemik. Purwokerto : RSUD Margono
Soekarjo.
Finfer, S. R., Vincent, J.-L., & De Backer, D. (2013). Critical Care Medicine :
Circulatory Shock. The New England Journal of Medicine. Ed. 369, 18,
1726–1734.
Hidayatulloh, Najib, M. A., Supriyadi, & Sriningsih, I. (2016). Pengaruh
resusitasi cairan terhadap statushemodinamik (MAP) dan status mental
(GCS) pada pasien syok hipovolemik di IGD RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 2(4), 222–229.
Muhammad, A. (2015). Patofisiologi Syok Hipovolemik. (November 2014).
NANDA. (2017). Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Nugraeni, I. T. (2017). Laporan Pendahuluan Syok Hipovolemik di Ruang
Intensive Care Unit (ICU) RSUP. Dr. Kariadi Semarang, 91, 399–404.
RISKESDAS. (2013). Prevalensi Kejadian Fraktur Femur tahun 2013.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart, edisi ke-8 (8th ed.). Jakarta: EGC.
WHO. (2012). The Ten Leading Causes of Death in the World 2000 and 2012.