Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

SYOK HIPOVOLEMIK

KELOMPOK 6

1. Adriana Suviani : P0P220221058


2. Arista : P0P220221063
3. Farida Haryani : P0P220221079
4. Mardiyah trijayanti : P0P220221091
5. Marselinus Febriyadi : P0P220221094
6. Mira Trisnawati : P0P220221097

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022

i
KATA PENGATAR

Segala Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan

Keperawatan Kegawatdaruratan dengan Syok Hivopolemik” tepat waktu. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat pada

program studi sarjana terapan tahun 2022

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami

sebagai bahan diskusi. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi

pembelajaran yang lebih baik  bagi kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap

makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang

membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka

dari itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya

kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Sendawar, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................6
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian.............................................................................................................7
B. Epidemiologi.................................................................................................7
C. Etiologi..........................................................................................................8
D. Patofisiologi.........................................................................................................8
E. Manifestasi Klinis…………………………………………………………..12

F. Penatalaksanaan……………………………………………………………..13

G. Asuhan Keperawatan…………………………...…………………………..13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................29
B. Saran............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syok hipovolemik merupakan masalah yang sangat serius karena

menyebabkan seseorang kehilangan lebih 20 % (1/5) cairan atau darah yang

ada di dalam tubuh (Zou et al, 2017). Kehilangan cairan dalam jumlah yang

banyak dan dalam waktu yang singkat membuat jantung sulit memompa darah

ke seluruh tubuh sehingga tubuh nantinya dalam keadaan hipoksia ataupun

iskemia (Hobson and Chima, 2013)

Insiden tahunan terjadinya syok berdasarkan berbagai macam

penyebab yaitu 0,3 sampai 0,7 per 1000, dimana penyebab yang paling sering

muncul di ruang IGD yaitu syok hemoragic.

Syok hipovolemik sampai saat ini merupakan salah satu penyebab

kematian dinegara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Angka

kematian padapasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah

sakit dengan tingkatpelayanan yang lengkap mencapai 94%. Sedangkan angka

kematian akibat traumayang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit

dengan peralatan yang kurangmemadai mencapai 64% (Diantoro, 2014).

Menurut data dari WHO diare denganjumlah korban 1,5 juta jiwa masih

menempati urutan ke 7 dari sepuluh penyebabkematian di dunia dan disusul


kecelakaan lalu lintas yang menempati urutan ke 9 dari sepuluh penyebab

kematian didunia dengan jumlah koban 1,3 juta orang (WHO, 2012).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dengan kasus kegawatdaruratan Syok

Hipovolemik berbagai system pada individu dengam memperhatikan aspek

legal dan etis.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

untuk mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien syok

hipovolemik.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu memahami bagaimana patofisiologi, farmakologi

dan terapi pada pasien syok hipovolemik.

b. Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan

kegawatdaruratan (pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi secara komprehensif meliputi

biopsiko- sosio-spiritual.
D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Dengan adanya makalah ini, penulis dapat menambah pengetahuan dan

wawasan, serta dapat mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan

kegawatdaruratan pada pasien syok hipovolemik yang ditemukan.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya penyusunan makalah ini, pembaca dapat menggunakannya

sebagai sumber referensi dan sumber bacaan serta dapat mengembangkan

ilmu pengetahuan terkait.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi

kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,

disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi

yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan kehilangan darah

yang cepat (syok hemoragik) (Chen & Pohan, 2014).

Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang

disebabkan oleh : perdarahan gastrointestinal, internal dan eksternal hemoragic,

atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh

lain, intestinal obstruction, peritoinitis, acute pancreatitis, ascites, diare berat atau

muntah, diabetes insipidus, dieresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.

2. Epidemiologi

Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan

terjadinya 5 juta kematian di seluruh dunia. Angka Kematian pada pasien trauma

yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang

lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami

syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai

mencapai 36%.
3. Etiologi

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya

volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan

hebathebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan

(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai

sebab akibat luka bakar dan diare berat. Kasus – kasus syok hipovolemik yang

paling sering di temukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok

hipovolemik di kenal juga dengan syok hemoragik.

4. Patofisiologi

Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik,


2000):
1. Fase Kompensasi

Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga


timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan
gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi
untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan
aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi
air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di
daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan
kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan
respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal
menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun,
maka filtrasi glomeruler juga menurun.
2. Fase Progresif

Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi


kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung
tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada
saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan
bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding
pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi
bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter
prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali
ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga
dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated
Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan
kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah
hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan
bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek
syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia
usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan
invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi
detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC bertambah
nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga
rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari
aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi
peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di
jaringan.
3. Fase Irrevesibel/Refrakter

Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok.
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

WOC SYOK HIPOVOLEMIA


Perpindahan cairan internal:

Hemoragi internal
Kehilangan cairan eksternal:
Luka bakar
Trauma, Pembedahan,
Asites
Muntah-muntah, Diare,
peritonitis
Dieresis, Diabetes insipidus

Syok hipovolemik

Kekurangan pasokan
darah dan oksigen

Menurunnya volume itravaskuler Metabolisme anaerob

Menghasilkan tingkat
energi yang rendah
Kekurangan Menurunnya Menurunnya
volume cairan tekanan aliran balik Sel membengkak
pengisian vena jantung
sirkulasi
sistemik Membran sel menjadi

lebih permeabel
Terjadinya penurunan
Hipovolemia curah jantung Elektrolit dan cairan
merembes

Penurunan Curah jantung Kematian sel

Oksigenasi menurun dan karbondioksida


Perubahan Perfusi jaringan meningkat

Hipoperfusi alveoli
Perfusi jaringan tidak efektif
Napas cepat

Pola napas tidak


efektif

5. Manifesatsi Klinis

Pada pasien dengan syok hipovolemik dapat dilihat dari status

hemodinamikanya dimana sering ditemui penurunan tekanan darah arteri sistemik.

Gangguan hemodinamik ini dapat dilihat dari tekakan arteri sistolik kurang dari 90

mmHg atau nilai MAP (Mean arterial Preassure) kurang dari 70 mm/H, dengan

kompensasi takikardi, anda selanjutnya yaitu penurunan perfusi jaringan,

dianytaranya kulit (akral dingin, dengan vasokontriksi dan sianosis), ginjal (output

urin <0,5 ml/kgBB/jam). Pada system neurologis (perubahan status mental, yang

mencakup obtundation, disorientasi dan tampak bingung) yang diukur melalui

GCS (Gaslow Coma Scale) (Hidayatulloh, Najib, Supriyadi, & Sriningsih, 2016).

6. Penatalaksanaan

Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :

1) memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga

tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.

2) meredistribusi volume cairan

3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.


Adapun penatalaksanaannya antara lain :

1) Pengobatan penyebab yang mendasari

Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk

menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat

perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan

perdarahan internal.

2) Penggantian cairan dan darah

Pemasangan dua jalur intra vena dengan jarum besar dipasang untuk

membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya

memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen

darah jika diperlukan.Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %,

Koloid (albumin dan dekstran 6 %).

Tabel 2.3 Perkiraan kehilangan cairan dan darah berdasarkan presentasi


penderita.

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Kehilangan Sampai 750 750-1500 1500- >2000
darah (ml) 200
0
Kehilangan Sampai 15%- 30%-40% >40%
darah (% 15% 30%
volume
darah)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan nadi Normal Menurun Menurun Menurun
atau
naik
Frekuensi 14-20 20-30 30-40 >35
Pernafasan
Produksi urin >30 20-30 5-15 Tidak berarti
(ml/jam)
CNS/Status Sedikit Agak Cemas Bingung, lesu
Mental cemas cem bing (lethargic)
as ung
Penggantian Kristaloid Kristaloi Kristaloid Kristaloid dan
Cairan d dan darah
(Hukum dara
3:1) h

3) Redistribusi Cairan

Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan

tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan

kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang

dipengaruhi oleh gaya gravitasi.

4) Military anti syoc trousersn (MAST)

Adalah pakain yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan

hipovolemia dengan memberikan tekanan balik disekitar tungkai dan

abdomen.Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu

menahan perfusi coroner.

Hal ini juga sejalan dengan dengan pernyataan Ery Leksana dalam sebuah jurnal

bahwa penanganan syok hipovolemik adalah sebagai berikut :


a. Tentukan deficit cairan

b. Atasi syok : cairan kristaloid 20ml/kgBB dalam ½-1jam, dapat berulang

c. Sisa deficit : 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam dalam 16 jam

berikutnya

d. Cairan RL atau NaCl 0,9 %

Kondisi hipovolemik telah teratasi/hidrasi, apabila produksi urin 0,5-1

ml/kgBB/jam (Leksana, 2015)

7. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian :

a. Airway and breathing

Tujuan: menjamin airway yang baik dengan cukupnya pertukaran

ventilasi dan oksigenasi. Mempertahankan saturasi >95%.

Untuk memfasilitasi ventilasi maka dapat diberikan oksigen yang sifat

alirannya high flow .

Dapat diberikan dengan menggunakan non rebreathing mask sebanyak

10-12 L/menit

b. Sirkulasi

Kontrol pendarahan dengan: mengendalikan pendarahan ,memperoleh

akses intravena yang cukup, menilai perfusi jaringan.


Pengendalian pendarahan: Dari luka luar à tekanan langsung pada

tempat pendarahan (balut tekan). Pendarahan patah tulang pelvis dan

ekstremitas bawah à PASG (Pneumatic Anti Shock Garment).

Pendarahan internal à operasi

c. Disability : pemeriksaan neurologi

Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi

motorik dan sensorik. Manfaat: menilai perfusi otak, mengikuti

perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.

d. Exposure : pemeriksaan lengkap

Pemeriksaan lengkap terhadap cedera lain yang mengancam jiwa serta

pencegahan terjadi hipotermi pada penderita

e. Eliminasi

Pemasangan kateter memudahkan penilaian adanya hematuria dan evaluasi

perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Kontraindikasi: darah pada

uretra.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Hipovolemia b.d menurunnya ciran intravaskuler

b. Pola napas tidak efektif (D.0005) b.d hambatan upaya napas

c. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d kekurangan volume caira


Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipovolemia Status Cairan Manajemen Hipovolemia
Observasi:
D.0023 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kondisi volume  Periksa tanda dan gejala hipovolemia
cairan intraveskuler, interstitial, dan/atau intraseluler membaik.  Monitor intake dan output cairan
Definisi : Kriteria Hasil: Terapeutik:
Penurunan volume cairan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Hitung kebutuhan cairan
intraveskuler, intertistial, dan/atau Meningkat Menurun  Berikan posisi modified Trendelenburg
intraseluler 1 Ortopnea  Berikan asupan cairan oral
1 2 3 4 5
2 Turgor Kulit Edukasi:
1 2 3 4 5  Ajurkan keluarga memberbanyak asupan cairan
3 Output Urine oral
1 2 3 4 5 Kolaborasi:
4 Dispnea  Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
1 2 3 4 5 NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis,
glugosa 2,5%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin)

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pola nafas tidak efektif Pola Napas Pemantauan Respirasi
D.0005 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi dan atau Observasi:
ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat membaik .  Monitor pola nafas, monitor saturasi
Definisi : Kriteria Hasil: oksigen
Inspirasi dan/atau Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Monitor frekuensi, irama, kedalaman
ekspirisasi yang tidak Menurun Meningkat dan upaya napas
memberikan ventilasi 1 Dipsnea  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
adekuat 1 2 3 4 5 Terapeutik
2 Penggunaan otot bantu napas  Atur Interval pemantauan respirasi
1 2 3 4 5 sesuai kondisi pasien
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik Edukasi
Memburuk Membaik  Jelaskan tujuan dan prosedur
3 Frekuensi napas pemantauan
1 2 3 4 5  Informasikan hasil pemantauan, jika
4 Kedalaman napas perlu
1 2 3 4 5 Terapi Oksigen
Observasi:
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
 Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi Perifer Tidak Efektif Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
D.0009 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan perfusi perifer meningkat Observasi:
Definisi : Kriteria Hasil:  Periksa sirkulasi perifer
Penurunan sirkulasi darah pada Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Identifikasi faktor risiko gangguan
level kapiler yang dapat Meningkat Menurun sirkulasi
mengganggu metabolisme tubuh 1 Warna kulit pucat  Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
1 2 3 4 5 bengkak pada ekstremitas
2 Edema perifer Terapeutik
1 2 3 4 5  Hindari pemasangan infus atau
3 Kelemahan otot pengambilan darah di area keterbatasan
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik perfusi
Memburuk Membaik  Hindari pengukuran tekanan darah pada
4 Pengisian kapiler ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
1 2 3 4 5  Hindari penekanan dan pemasangan
5 Akral torniquet pada area yang cedera
1 2 3 4 5  Lakukan pencegahan infeksi
 6 Turgor Kulit  Lakukan hidrasi
1 2 3 4 5 Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol, jika perlu
 Anjurkan untuk melakukan perawatan
kulit yang tepat
 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
 Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan
ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan
evaluasi (Asmadi, 2008).

D. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat


untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan
kondisi klien (Potter & Perry, 2009).
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasisumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa
keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan
data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008). Dalam evaluasi, perawat
dapat mengetahui sejauh mana asuhan keperawatan telah diberikan kepada
pasien dengan melihat pada kerangka SOAP (tepatnya pada analisa data) jika
pada analisa data disebutkan bahwa masalah teratasi berarti dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan kondisi pasien telah berubah ke arah yang lebih baik dan
artinya sudah mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan sehingga
intervensi dapat dihentikan. Namun jika pada analisa data disebutkan bahwa
masalah teratasi sebagian maka dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kondisi
pasien belum sepenuhnya baik/ hanya sebagian dan tujuan maupun kriteria hasil
belum mencapai hasil yang optimal sehingga perawat butuh mempertahankan
intervensi yang telah dibuat. Apabila dalam analisa data disebutkan bahwa
masalah belum teratasi berarti dalam asuhan keperawatan kondisi pasien masih
belum membaik sehingga intervensi perlu dilanjutkan dengan mengikuti tujuan
dan kriteria hasil yang ingin dicapai dan jika dalam analisa data disebutkan
muncul masalah baru berarti perawat harus menyusun intervensi dan menetapkan
tujuan maupun kriteria hasil yang ingin dicapai untuk masalah baru tersebut
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik

dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk empertahankan

perfusi yang menuju ke organ-organ vital tubuh, sehingga mengakibatkan

disfungsi organ dalam tubuh. Salah satunya adalah syok hipovolemik, syok

hipovolemik. Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat

berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat

perdarahan hebat (hemoragik). Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian

pembuluh darah rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal

inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung (heart pulse rate). Ketika

heart pulse rate turun, ketahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk

meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi

jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus

gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung

dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan

cadangan energi. Jika hal ini terus berlanjut maka satu persatu organ tubuh akan

mati dan berujung dapat menyebabkan kematian.

Apabila syok tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan


permanen dan bahkan kematian. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik

mengenai syok dan penanganannya guna menghindari kerusakan organ lebih

lanjut. Kesimpulan berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari

kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi

penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-

menit pertama pasien mengalami syok.

B. Saran

Bagi korban yang terkena syok, utamanya syok yang bersifat hipovolemik

harus mendapatkan penangana secara langsung, Karena jika tidak dapat

ditangani secara cepat dan tepat, maka satu persatu organ mengalami disfungsi

dan mati sehingga berujung pada kematian


DAFTAR PUSTAKA

Chen, K., & Pohan, H. T. (2014). Penatalaksanaan Syok Septik. In Ilmu Penyakit
Dalam (keenam, pp. 4125–4129). Jakarta Pusat: Internal Publishing.
Hardisman, H. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok
Hipovolemik: Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), 178.
https://doi.org/10.25077/jka.v2i3.167
Hidayatulloh, Najib, M. A., Supriyadi, & Sriningsih, I. (2016). Pengaruh resusitasi
cairan terhadap statushemodinamik (MAP) dan status mental (GCS) pada pasien
syok hipovolemik di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan.
Irawan, A. E. (2019). Jurnal Penelitian Perawat Profesional. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional, 1(November), 89–94. Retrieved from
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/
83/65
Junaedi, Sargowo, J., & Nasution, T. H. (2016). Shock Index (Si) Dn Mean Arterial
Pressure (Map) Sebagai Prediktor Kematian Pada Pasien Syok Hipovolemik Di
Rsud Gunung Jati Cirebon. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 4(April), 45–59.
Retrieved from
https://jurnal.poltekkes-soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/view/141
Kasjmir et al. (2014). Gangguan Ginjal Akut. In buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (pp.
2166–2175).
Leksana, E. (2015). Dehidrasi dan Syok. Cdk-228.
Ningsih, D. K. (2015). Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Syok Dengan
Pendekatan Proses Keperawatan (Pertama). Malang: UB Press.
Pardede, S. O., Djer, M. M., Cahyani, F. S., Ambarsari, G., Soebadi, A., Kedokteran,
P., & Lxiv, B. (n.d.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen
Ilmu Kesehatan Anak Penyunting: Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat
Darurat pada Anak.
Purwanto, D. S., & Astrawinata, D. A. W. (2018). Mekanisme Kompleks Sepsis dan
Syok Septik. Jurnal Biomedik (Jbm), 10(3), 143.
https://doi.org/10.35790/jbm.10.3.2018.21979
Umroh, A. (2019). Jurnal Penelitian Perawat Profesional. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 1(November), 89–94. Retrieved from
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/
83/65

Anda mungkin juga menyukai