“HIPERVOLEMIA”
Disusun oleh :
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah tentang “Hipotervolemia” ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penlisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, usulan, dan saran guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Makalah............................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
A. Kesimpulan......................................................................................10
B. Saran.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien dengan penyakit gagal jantung mengeluh sesak nafas badan lemas
dan kaki bengkak, keluhan sangat berpegaruh pada jumlah cairan pada tubuh,
dapat menurunkan kualitas hidup pasien dan memperburuk kualitas hidup pasien
sehingga pengaturan jumlah cairan yang masuk dibutuhkan untuk
menyeimbangkan jumlah cairan pada tubuh dan mencegah dampak negatif yang
ditimbulkan.
Menurut hasil penelitian Global Burden of Disease (2010) , Penyakit
Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun
1990dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Word Health
Organization (2013) menyatakan bahwa pasien yang menderita gagal ginjal baik
akut maupun kronis mencapai 50% sedangkan yang diketahui dan mendapatkan
pengobatan sekitar 25% dan hanya 12,5% yang terobati dengan baik.
Berdasarkan data dariUSRDS (2011) menunjukkan prevalensi rate
penderita End-Stage Renal DiseasePrevalensi gagal ginjal kronik di Amerika
Serikat pada setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah
penderita GGK sekitar 80.000 orang, dan tahun 2010 meningkat menjadi 660.000
orang. Menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2014) jumlah pasien baru dan
aktif mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah pasien baru 15.128 orang
dan pasien aktif 9.396 orang, pada tahun 2014 mengalami peningkatan jumlah
pasien baru 17.193 orang dan pasien aktif 11.689 orang. Di Indonesia pada tahun
2013 sebanyak 499.800 penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal dan
sebanyak 1.499.400 penduduk menderita Batu Ginjal.
Gagal ginjal kronis termasuk kedalam sepuluh besar penyakit tidak
menular di Indonesia dengan prevalensi 0,2%. Prevalensi Bali menderita gagal
ginjal kronis Tabanan (0,1%) (Kementerian Kesehatan RI Provinsi Bali, 2013).
Pravelansi pasien Gagal Ginjal Kronik di RSU Tabanan pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 197 pasien, pada tahun 2016 sebanyak 196 pasien, sedangkan pada
tahun 2017 yaitu sebanyak 205 pasien (Rekam Medik RSU Tabanan, 2017).
1
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengarah
pada kematian (Padila, 2012).
Kondisi ketidakseimbangan yang ditandai kelebihan cairan dan natrium di
ruang ekstrasel dikenal dengan istilah hipervolemia. Hipervolemia disebabkan
oleh gangguan fungsi ginjal. Manifestasi yang muncul terkait kondisi ini adalah
peningkatan volume darah dan edema (Mubarak, 2015). Menurut penelitian Khan
& Mallhi (2016), dari 312 pasien gagal ginjal kronik yang mengalami
hipervolemia sebanyak 135 pasien (43,4%). Kelebihan volume cairan pada
akhirya dapat menyebabkan gagal jantung kongestif, edema paru, efusi
pericardium serta efusi pleura (Esther, 2009).
Menurut penelitian Querido (2017) hipervolemia salah satu indeprediktor
terus- menerus dari kejadian kardiovaskular atau kematian. Pasien diobati dengan
dialisis peritoneal selama 29,3 ± 17,4 bulan. 18 pasien (16,1%) memiliki
kalsifikasi katup pada awal, 15 pasien (13,4%) memiliki mayor kejadian
kardiovaskular dan 11 pasien (9,8%) meninggal akibat penyebab kardiovaskular.
Menurut Hung, Lai, Kuo, & Tarng (2015), Kelebihan volume berkontribusi pada
perkembangan CKD dan penyakit kardiovaskular. Retensi cairan ini dikaitkan
dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria, peradangan ginjal dengan
makrofag pada fibrositi, faktor nekrosis tumor, glomerular sclerosis, dan fibrosis
jantung.
Penanganan untuk hipervolemia adalah pembatasan cairan untuk
mempertahankan kesimbangan cairan. Selain itu dapat memberikan obat-obat
golongan loop diuretic seperti furosemide untuk mempertahankan keseimbangan
cairan (Kowalak, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hipervolemia pada Gagal ginjal?
2. Apa saja penyebab Hipervolemia pada Gagal ginjal?
3. Apa saja gejala Hipervolemia pada Gagal ginjal?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Hipervolemia pada Gagal
ginjal?
5. Apa cara pencegahan Hipervolemia pada Gagal ginjal?
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hipervolemia pada Gagal ginjal.
2. Untuk mengetahui penyebab Hipervolemia pada Gagal ginjal.
3. Untuk mengetahui gejala Hipervolemia pada Gagal ginjal.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Hipervolemia pada
Gagal ginjal.
5. Untuk mengetahui cara mencegah Hipervolemia pada Gagal ginjal.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipotermia pada Gagal Ginjal
4
Peningkatan ADH plasma akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus
ginjal sehingga terjadi retensi air (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (UPK-PKB), 2008). Terjadinya retensi air akan
menyebabkan volume cairan ekstraselular meningkat (hypervolemia) yang
nantinya cairan tersebut akan berpindah ke ruang interstisial sehingga
menyebabkan peningkatan volume darah dan edema (Mubarak et al., 2015).
5
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipervolemia pada Gagal ginjal
a. Usia
Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan yang
jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka
lebih tinggi meningkatkan kehilangan cairan. Bayi kehilangan banyak cairan
melalui ginjal karena ginjal yang belum matang kurang mampu menyimpan air
dibandingkan ginjal orang dewasa.
Pada usia paruh baya (40-65 tahun) perubahan fisik individu yang terjadi
pada system perkemihan yaitu unit nefron berkurang selama periode ini dan laju
filtrasi glomerulus menurun. Pada lansia (lebih dari 65 tahun) perubahan fisik
normal akibat penuaan pada perkemihan yaitu penurunan kemampuan filtrasi
ginjal dan gangguan fungsi ginjal, konsentrasi urine menjadi kurang efektif,
urgensi berkemih dan sering berkemih (Kozier et al, 2011)
b. Suhu lingkungan
c. Gaya hidup
Gaya hidup di sini meliputi diet, dan stress yang dapat memengaruhi
keseimbangan cairan dan elekrolit (Pranata, 2013).
1) Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan. Asupan nutrisi yang tidak kuat
dapat mempengaruhi terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum
menurun, cairan interstitial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga
terjadi edema. (Mubarak et al., 2015)
6
2) Stres
Stress merupakan suatu hal yang tidak boleh diremehkan. Stress akan
meningkatkan beberapa kadar hormone seperti aldosterone, glukokortikoid
dan ADH. Hormone aldosterone dan glukokortikoid yang menyebabkan
retensi natrium, sehngga air juga akan tertahan. Sedangkan dampak dari
peningkatan ADH adalah penurunan jumlah urin sehingga terjadi retensi
air.
Tanda dan gejala gagal ginjal kronisTanda dan gejala klinis pada gagal ginjal
kronis dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Berikut ini adalah tanda dan
gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal kronis :
a. Kardiovaskuler
b. Pulmoner
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak
napas.
c. Gastrointestinal
d. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patologis, dan
kalsifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).
e. Integumen
f. Neurologis
7
kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan
metabolicencephalophaty.
g. Endokrin
h. Hematopoitiec
8
d. Refleks hepatojugular positif
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11