Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH KEBUTUHAN DASAR

“HIPERVOLEMIA”

Dosen Pengampu : Widya Addiarto, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

1. Della Amalia Hermansyah (14401.20.21007)


2. Diva Safira Rahmatullah (14401.20.21013)

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah tentang “Hipotervolemia” ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penlisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, usulan, dan saran guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Genggong, 02 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Makalah............................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................4

A. Pengertian Hipervolemia pada Gagal ginjal....................................4

B. Penyebab Hipervolemia pada Gagal ginjal......................................4


C. Gejala Hipervolemia pada Gagal ginjal...........................................6
D. Pencegahan Hipervolemia pada Gagal ginjal..................................6
E. Upaya pencegahan Hipervolemia pada Gagal ginjal.......................9

BAB III PENUTUP....................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................10
B. Saran.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien dengan penyakit gagal jantung mengeluh sesak nafas badan lemas
dan kaki bengkak, keluhan sangat berpegaruh pada jumlah cairan pada tubuh,
dapat menurunkan kualitas hidup pasien dan memperburuk kualitas hidup pasien
sehingga pengaturan jumlah cairan yang masuk dibutuhkan untuk
menyeimbangkan jumlah cairan pada tubuh dan mencegah dampak negatif yang
ditimbulkan.
Menurut hasil penelitian Global Burden of Disease (2010) , Penyakit
Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun
1990dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Word Health
Organization (2013) menyatakan bahwa pasien yang menderita gagal ginjal baik
akut maupun kronis mencapai 50% sedangkan yang diketahui dan mendapatkan
pengobatan sekitar 25% dan hanya 12,5% yang terobati dengan baik.
Berdasarkan data dariUSRDS (2011) menunjukkan prevalensi rate
penderita End-Stage Renal DiseasePrevalensi gagal ginjal kronik di Amerika
Serikat pada setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah
penderita GGK sekitar 80.000 orang, dan tahun 2010 meningkat menjadi 660.000
orang. Menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2014) jumlah pasien baru dan
aktif mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah pasien baru 15.128 orang
dan pasien aktif 9.396 orang, pada tahun 2014 mengalami peningkatan jumlah
pasien baru 17.193 orang dan pasien aktif 11.689 orang. Di Indonesia pada tahun
2013 sebanyak 499.800 penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal dan
sebanyak 1.499.400 penduduk menderita Batu Ginjal.
Gagal ginjal kronis termasuk kedalam sepuluh besar penyakit tidak
menular di Indonesia dengan prevalensi 0,2%. Prevalensi Bali menderita gagal
ginjal kronis Tabanan (0,1%) (Kementerian Kesehatan RI Provinsi Bali, 2013).
Pravelansi pasien Gagal Ginjal Kronik di RSU Tabanan pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 197 pasien, pada tahun 2016 sebanyak 196 pasien, sedangkan pada
tahun 2017 yaitu sebanyak 205 pasien (Rekam Medik RSU Tabanan, 2017).

1
Gagal ginjal kronik merupakan penyakit dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengarah
pada kematian (Padila, 2012).
Kondisi ketidakseimbangan yang ditandai kelebihan cairan dan natrium di
ruang ekstrasel dikenal dengan istilah hipervolemia. Hipervolemia disebabkan
oleh gangguan fungsi ginjal. Manifestasi yang muncul terkait kondisi ini adalah
peningkatan volume darah dan edema (Mubarak, 2015). Menurut penelitian Khan
& Mallhi (2016), dari 312 pasien gagal ginjal kronik yang mengalami
hipervolemia sebanyak 135 pasien (43,4%). Kelebihan volume cairan pada
akhirya dapat menyebabkan gagal jantung kongestif, edema paru, efusi
pericardium serta efusi pleura (Esther, 2009).
Menurut penelitian Querido (2017) hipervolemia salah satu indeprediktor
terus- menerus dari kejadian kardiovaskular atau kematian. Pasien diobati dengan
dialisis peritoneal selama 29,3 ± 17,4 bulan. 18 pasien (16,1%) memiliki
kalsifikasi katup pada awal, 15 pasien (13,4%) memiliki mayor kejadian
kardiovaskular dan 11 pasien (9,8%) meninggal akibat penyebab kardiovaskular.
Menurut Hung, Lai, Kuo, & Tarng (2015), Kelebihan volume berkontribusi pada
perkembangan CKD dan penyakit kardiovaskular. Retensi cairan ini dikaitkan
dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria, peradangan ginjal dengan
makrofag pada fibrositi, faktor nekrosis tumor, glomerular sclerosis, dan fibrosis
jantung.
Penanganan untuk hipervolemia adalah pembatasan cairan untuk
mempertahankan kesimbangan cairan. Selain itu dapat memberikan obat-obat
golongan loop diuretic seperti furosemide untuk mempertahankan keseimbangan
cairan (Kowalak, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hipervolemia pada Gagal ginjal?
2. Apa saja penyebab Hipervolemia pada Gagal ginjal?
3. Apa saja gejala Hipervolemia pada Gagal ginjal?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Hipervolemia pada Gagal
ginjal?
5. Apa cara pencegahan Hipervolemia pada Gagal ginjal?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hipervolemia pada Gagal ginjal.
2. Untuk mengetahui penyebab Hipervolemia pada Gagal ginjal.
3. Untuk mengetahui gejala Hipervolemia pada Gagal ginjal.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Hipervolemia pada
Gagal ginjal.
5. Untuk mengetahui cara mencegah Hipervolemia pada Gagal ginjal.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipotermia pada Gagal Ginjal

Hipervolemia adalah suatu keadaan atau terjadinya peningkatan volume


cairan ekstrasel khususnya intravascular melebih kemampuan tubuh
mengeluarkan air melalui ginjal (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (UPK-PKB), 2008). Hipervolemia adalah peningkatan
volume cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017b). Hipervolemia (kelebihan volume cairan) adalah peningkatan
asupan dan/atau retensi cairan (NANDA, 2018).

Hypervolemia pada gagal ginjal kronismerupakan suatu


ketidakseimbangan yang memengaruhi cairan ekstraseluler sehingga terjadi
pertambahan natrium dan air dalam jumlah yang relative sama yang kemudian
terjadi kelebihan volume cairan ekstraseluler (Muttaqin, 2014). Kelebihan volume
cairan ekstraselular (ECF) dapat terjadi jika natrium dan air kedua-duanya
tertahan dengan proporsi yang lebih kurang sama. Seiring dengan terkumpulnya
cairan isotonic berlebihan di ECF (Extra Celuler Fluid), maka cairan akan
berpindah ke kompartemen cairan interstisial sehingga menyebabkan terjadinya
edema. Kelebihan volume cairan selalu terjadi sekunder akibat peningkatan kadar
natrium tubuh total yang akan menyebabkan terjadinya retensi air

B. Penyebab Hipervolemia pada Gagal ginjal

Penyebab (etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi


perubahan status kesehatan. Etiology dapat mencakup empat kategori yaitu :a)
Fisiologis, Biologis atau Psikologis; b) Efek terapi/ tindakan; c) Situasional
(lingkungan atau personal); d) Maturasional (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017b).

Hypervolemia pada gagal ginjal kronis merupakan suatu


ketidakseimbangan yang memengaruhi cairan ekstraseluler sehingga terjadi
pertambahan natrium dan air dalam jumlah yang relative sama yang kemudian
terjadi kelebihan volume cairan ekstraseluler (Muttaqin, 2014). Menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (2017) penyebab hipervolemia pada gagal ginjal kronis
adalah gangguan mekanisme regulasi (ekskresi cairan).

a. Gangguan regulasi air

Peningkatan osmolaritas plasma dan cairan interstisium menimbulkan


refleks umpan balik negative cairan ekstrasel yang di sensor oleh osmoreseptor di
system saraf pusat. Sinyal dari osmoreseptor ini akan merangsang kelenjar yang
menghasilkan ADH di hipotalamus. ADH akan dilepas dari ujung-ujung saraf
pada kelenjar hipofisis posterior dan dikeluarkan ke sirkulasi.

4
Peningkatan ADH plasma akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus
ginjal sehingga terjadi retensi air (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (UPK-PKB), 2008). Terjadinya retensi air akan
menyebabkan volume cairan ekstraselular meningkat (hypervolemia) yang
nantinya cairan tersebut akan berpindah ke ruang interstisial sehingga
menyebabkan peningkatan volume darah dan edema (Mubarak et al., 2015).

b. Gangguan regulasi natrium

Natrium merupakan kation dominan yang terdapat pada cairan ekstrasel.


Lebih dari 90% tekanan osmotic di cairan ekstrasel di tentukan oleh garam yang
mengandung natrium khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan
natrium bikarbonat, sehingga perubahan tekanan osmotic pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium. Kelebihan natrium dalam darah
akan meningkatkan tekanan osmotic dan menahan air lebih banyak sehingga
tekanan darah akan meningkat. Peningkatan konsentrasi natrium cairan ekstrasel
yang diperoleh dari pemasukan tinggi natrium menyebabkan kandungan natrium
di cairan ekstrasel meningkat. Peningkatan kandungan natrium akan diikuti
peningkatan konsentrasi natrium plasma secara temporer.

Beberapa hormone juga dapat menyebabkan terjadinya retensi natrium dan


air yaitu hormone aldosterone dan hormone glukokortikoid. Sekresi aldosterone
diaktifkan oleh angiotensin II yang dihasilkan di ginjal oleh system renin-
angiotensin (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (UPK-PKB), 2008). Pengeluaran renin dari ginjal akan
mengakibatkan perubahan angiostensinogen (suatu glikoprotein yang di buat
dalam hati) menjadi angiostensin I. Angiostensin I kemudian dirubah menjadi
angiostensin II oleh converting enzyme yang ditemukan di dalam kapiler paru-
paru. Angiostensin II meningkatkan tekanan darah dengan menyebabkan
vasokonstriksi arteriol perifer dan merangsang sekresi aldosterone. Peningkatan
kadar aldosterone akan merangsang reabsorpsi natrium dalam tubulus distal dan
duktus koligen. Peningkatan reabsorpsi natrium akan mengakibatkan peningkatan
reabsorpsi air dan dengan demikian volume plasma meningkat (Price & Wilson,
2015).

Sedangkan hormone glukokortikoid merupakan hormone yang dapat


meningkatkan reabsorpsi natrium sehingga menyebabkan volume darah
meningkat dan terjadi retensi natruim (Tambayong, 2013). Fungsi utama natrium
adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan terutama intrasel
dan ekstrasel. Ketika terjadi retensi (kelebihan) natrium dan air ini akan
menyebabkan volume cairan ekstraselular meningkat (hypervolemia) yang
nantinya cairan tersebut akan berpindah ke ruang interstisial sehingga
menyebabkan peningkatan volume darah dan edema.

5
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipervolemia pada Gagal ginjal

Faktor-faktor yang mempengaruhi hypervolemia pada gagal ginjal kronis

a. Usia

Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan yang
jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka
lebih tinggi meningkatkan kehilangan cairan. Bayi kehilangan banyak cairan
melalui ginjal karena ginjal yang belum matang kurang mampu menyimpan air
dibandingkan ginjal orang dewasa.

Pada usia paruh baya (40-65 tahun) perubahan fisik individu yang terjadi
pada system perkemihan yaitu unit nefron berkurang selama periode ini dan laju
filtrasi glomerulus menurun. Pada lansia (lebih dari 65 tahun) perubahan fisik
normal akibat penuaan pada perkemihan yaitu penurunan kemampuan filtrasi
ginjal dan gangguan fungsi ginjal, konsentrasi urine menjadi kurang efektif,
urgensi berkemih dan sering berkemih (Kozier et al, 2011)

b. Suhu lingkungan

Suhu lingkungan juga dapat memengaruhi hypervolemia pada gagal ginjal


kronis. Disaat suhu lingkungan mengalami peningkatan, maka keringat akan lebih
banyak dikeluarkan, ion natrium dan klorida juga dilepaskan bersamaan dengan
keringat. Selain itu, juga terjadi peningkatan curah jantung dan frekuensi denyut
nadi yang nantinya akan memacu peningkatan hormone aldosterone (Pranata,
2013). Hormone ini bekerja pada tubulus gnjal untuk meningkatkan absorpsi
natrium (Tambayong, 2013). Sehingga terjadi retensi natrium yang pada akhirnya
menyebabkan retensi air dan terjadi peningkatkan volume cairan ekstrasel
(hypervolemia) (Pranata, 2013).

c. Gaya hidup

Gaya hidup di sini meliputi diet, dan stress yang dapat memengaruhi
keseimbangan cairan dan elekrolit (Pranata, 2013).

1) Diet

Diet dapat mempengaruhi asupan cairan. Asupan nutrisi yang tidak kuat
dapat mempengaruhi terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum
menurun, cairan interstitial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga
terjadi edema. (Mubarak et al., 2015)

6
2) Stres

Stress merupakan suatu hal yang tidak boleh diremehkan. Stress akan
meningkatkan beberapa kadar hormone seperti aldosterone, glukokortikoid
dan ADH. Hormone aldosterone dan glukokortikoid yang menyebabkan
retensi natrium, sehngga air juga akan tertahan. Sedangkan dampak dari
peningkatan ADH adalah penurunan jumlah urin sehingga terjadi retensi
air.

D. Gejala Hipervolemia pada Gagal ginjal

Tanda dan gejala gagal ginjal kronisTanda dan gejala klinis pada gagal ginjal
kronis dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Berikut ini adalah tanda dan
gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal kronis :

a. Kardiovaskuler

Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic percarditis,


efusi pericardial, gagal jantung, edema periorbital, dan edema perifer.

b. Pulmoner

Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak
napas.

c. Gastrointestinal

Biasanya menunjukkan adanya anoreksia, nausea, vomiting, inflamasi dan


ulserasi pada mukosa gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi, dan perdarahan
gusi.

d. Muskuloskeletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patologis, dan
kalsifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).

e. Integumen

Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp. Selain


itu, biasanya juga merupakan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan
urea pada kulit.

f. Neurologis

Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropati perifer, nyeri, gatal pada


lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya
memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan

7
kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan
metabolicencephalophaty.

g. Endokrin

Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea, dan gangguan


siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan
sekresi aldosterone, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.

h. Hematopoitiec

Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia


(dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada
sistem hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis, dan
petechiae). Adapun gejala dan tanda mayor dari hipervolemia pada gagal ginjal
kronis menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016) sebagai berikut.

a. Edema anasarka dan/atau edema perifer

Pembengkakan akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial. Jelas


terlihat di daerah yang menggantung akibat pengaruh gravitasi dan didahului oleh
bertambahnya berat badan (Price & Wilson, 2006). Edema anasarca adalah edema
yang terdapat di seluruh tubuh. Edema perifer adalah edema pitting yang muncul
di daerah perifer, edema sering muncul pada daerah mata, jari, dan pergelangan
kaki (Mubarak, 2015).

b. Berat badan meningkat dalam waktu singkat

Kenaikan dan penurunan berat badan perhari dengan cepat biasanya


berhubungan dengan perubahan volume cairan. Peningkatan berat badan lebih
dari 2,2 kg/hari (1lb/hari) diduga ada retensi cairan. Secara umum pedoman yang
digunakan adalah 473 ml (1 pt) cairan menggambarkan 0,5 kg (1,1 lb) dari
peningkatan berat badan (Hudak & Gallo, 2012)

c. Jugular Venus Pressure (JVP) dan/atau Central Venous Pressure (CVP)


meningkat

Jugular venous pressure atau tekanan vena jugularis merupakan tekanan


vena perifer, saat JVP melebihi nilai normal akan membuat vena menjadi lebar
bahkan titik-titik rawan kolaps akan terbuka bila JVP meningkat. Sedangkan
Central venous pressure (CVP) atau tekanan vena sentral merupakan tekanan di
dalam atrium kanan. CVP normal sekitar 0 mm/Hg, tekanan ini dapat naik
menjadi 20-30 mm/Hg pada keadaan abnormal (Guyton & Hall, 2011).

8
d. Refleks hepatojugular positif

Refleks hepatojugular positif merupakan respon vena jugularis yang


terjadi saat jantung menerima beban sehingga peregangan vena jugularis
meningkat dan frekuensi denyut vena di leher juga meningkat (Price & Wilson,
2006).

E. Upaya pencegahan Hipervolemia pada Gagal ginjal

kelebihan cairan dalam tubuh memiliki dampak yang berbahaya. Selain


komplikasi, juga dapat menyebabkan kematian.Untuk itu, pencegahan sangat
diperlukan agar tidak mengalami kondisi ini.

Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya:

 Perhatikan jumlah cairan yang dikonsumsi setiap hari. Sebaiknya


berkonsultasi dengan dokter dan pastikan mengikuti panduan cairan yang
direkomendasikan oleh dokter.
 Kurangi asupan garam untuk membantu meminimalkan retensi cairan dan
mengurangi rasa haus atau ingin minum terus menerus.
 Cobalah strategi untuk membantu mengatasi rasa haus. Jika ingin minum,
tunggu 10 menit hingga keinginan tersebut hilang.
 Bantu atasi rasa haus dengan mengisap es, permen bebas gula, atau buah
beku.
 Usahakan untuk mencatat kenaikan berat badan secara berkala, untuk
mengidentifikasi kelebihan berat badan karena cairan

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipervolemia adalah suatu keadaan atau terjadinya peningkatan volume


cairan ekstrasel khususnya intravascular melebih kemampuan tubuh
mengeluarkan air melalui ginjal (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (UPK-PKB), 2008). Hipervolemia adalah peningkatan
volume cairan intravaskular, interstisial, dan intraseluler (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017b). Hipervolemia (kelebihan volume cairan) adalah peningkatan
asupan dan/atau retensi cairan (NANDA, 2018). Hypervolemia pada gagal ginjal
kronis merupakan suatu ketidakseimbangan yang memengaruhi cairan
ekstraseluler sehingga terjadi pertambahan natrium dan air dalam jumlah yang
relative sama yang kemudian terjadi kelebihan volume cairan ekstraseluler
(Muttaqin, 2014).

B. Saran

Dengan adanya pembahasan tentang Hipervolemia ini, diharapkan


pembaca dapat memahai lebih lanjut tentang penyakit ini dan dapat mencegah
terjangkit penyakit tersebut di kehidupan pembaca maupun keluarga pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Joyce, 2021, gangguan sistem pencernaan, singapore:elsevier

Alam, S. Et al 2013. Gagagl Ginjal. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Corwin, E.J.2012. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC

11

Anda mungkin juga menyukai