Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HELMINTHES

DISUSUN OLEH

ANISHA WIDYA SARI (1801006)

NOFRITA MARLI

RIZKA AULIA (1801035)

RIZKY AMANDAS

WIRANDA HOSAANNAH (1801040)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam klasifikasi makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua kingdom atau
dua kerajaan yaitu tumbuhan dan hewan. Hewan sendiri terbagi menjadi dua subkingdom
atau dua jenis yaitu hewan bertulang belakang (veterbrata) dan hewan yang tidak
bertulang belakang (invertebrata). Untuk kelompok hewan tidak bertulang belakang
dibagi menjadi beberapa filum yaitu hewan berpori (porifera), hewan berongga
(coelenterata) dan termasuk salah satunya phylum platyhelmintes (cacing pipih) dan
phylum nemathelminthes atau nematoda (cacing gelang).
Filum cacing pipih (platyhelmintes) terbagi menjadi dua kelas yaitu trematoda
dan cestoda. Sedangkan cacing gelang terbagi menjadi banyak filum diantaranya
chromadorea dan secernentea. Cacing yang termasuk kedalam filum seperti yang sudah
dipaparkan di atas merupakan suatu parasit yang dapat menyerang manusia. Dari kelas
kelas di atas kami akan mencoba memaparkan berbagai jenis cacing yang termasuk ke
dalam filum cacing pipih atau cacing gelang. Tujuan dari pengelompokan jenis-jenis
cacing tersebut agar mempermudah identitas dan demi pengembangan ilmu pengetahuan
tentang hal ini. Dengan mempelajari siklus hidup cacing tersebut, kita dapat mengetahui
cara kerja cacing dalam membuat penyakit, sehingga dapat dicetuskan lah pengobatan
yang sesuai dengan jenis cacing nya.
Cacing sampai saat ini masih menjadi momok terbesar bagi masyarakat indonesia
terutama rentang menyerang anak-anak yang kurang menjaga kebersihan. Kendatipun
demikian, orang dewasa sekalipun tak luput dari terserang penyakit yang diakibatkan
oleh cacing. Maka dari itu, banyak lembaga nasional maupun internasional yang
menggemburkan berbagai informasi tentang cacing demi mengedukasi khalayak umum.
Kebanyakan masyarakat desa memiliki kesadaran yang rendah akan kesehatan. Sehingga
daerah terpencil menjadi kawasan tersendiri yang harus diperhatikan lebih.
Banyak program yang telah digencarkan oleh pemerintah dimana salah satu nya
dengan penggunaan obat cacing minimal satu kali dalam satu tahun baik pada orang
dewasa maupun pada anak-anak. Banyak penggalangan berupa poster dan alat
kebersihan agar senantiasa mencuci tangan sebelum memakan sesuatu. Segala upaya
yang dilakukan demi kemajuan tingkat kesehatan masyarakat banyak.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja contoh-contoh cacing dari setiap filum ?
2. Apa saja klasifikasi dari cacing ?
3. Apa saja penyakit yang disebabkan cacing tersebut ?
4. Bagaimana mengatasi penyakit yang disebabkann oleh cacing ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.4 Manfaat Penulisan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. NEMATODA
Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
nema yang berarti berenang dan ode yang berarti seperti. Nematoda merupakan
hewan tripoplastik dan pseudoselomata (berongga tubuh semu). Nematoda
adalah cacing berbentuk bulat panjang (gilik), atau seperti benang. Nematoda
adalah filum hewan yang beragam yang menghuni rentang lingkungan yang
sangat luas. Spesies nematoda bisa sulit untuk dibedakan, dan meskipun lebih
dari 25.000 telah dijelaskan, lebih dari setengahnya adalah parasit, jumlah spesies
nematoda telah diperkirakan sekitar 1 juta. Berbeda dengan filum Cnidaria dan
Platyhelminthes (cacing pipih), nematoda memiliki sistem pencernaan tubular
dengan bukaan di kedua ujungnya.

A. Cacing Kremi
1. Klasifikasi ilmiah
Kelas : secernentea
Ordo : oxyurida
Family : oxyuridae
Genus : enterobius
Spesies : Enterobius vermicularis
Cacing dewasa hidup di dalam rongga cecum, colon ascenden, dan
appendix. Pada malam hari cacing betina mengembara ke daerah anus (perianal)
untuk meletakkan telur-telurnya, setelah 4 – 6 jam telur menjadi infektif. Telur
yang terdapat di perianal dengan perantaraan tangan / debu tertelan dan menetas
menjadi larva di usus halus, larva masuk ke cecum dan ileum bagian bawah dan
menjadi dewasa (auto infection). Selain secara peroral, Oxyuris vermicularis juga
bisa masuk kembali ke tubuh manusia melalui anus, dimana telur yang terdapat di
perianal menetas dan larvanya masuk kembali ke usus melalui anus (retro
infection).
Ciri-ciri telur :
 berbentuk oval asimetris, dengan salah satu sisinya datar
4
 ukuran : panjang 50 – 60 μm dan lebar 20 – 32 μm
 dinding 2 lapis tipis dan transparan : dinding luar merupakan lapisan albumin
yang bersifat mechanical protection, sedangkan dinding dalam merupakan
lapisan lemak yang bersifat chemical protection dan telur selalu berisi larva.
Ciri-ciri cacing dewasa :
 ukuran cacing jantan : panjang 2 – 5 mm dan lebar 0,1 – 0,2 mm
 ukuran cacing betina : panjang 8 – 13 mm dan lebar 0,3 – 0,5 mm
 ujung anterior lebih tumpul dibandingkan ujung posterior yang meruncing
 terdapat penebalan cuticula (cephalic alae) pada ujung anterior
 mulut simple dengan 3 buah bibir
 ujung posterior cacing jantan melengkung dengan sebuah spicula
 ujung posterior cacing betina lurus
2. Penyakit dan penanganan
Cacing kremi merupakan cacing parasit kecil yang menjangkiti usus besar
manusia. Parasit bernama latin Enterobius vermicularis ini memiliki fisik
berwarna putih dan sekilas terlihat seperti benang putih. Cacing ini bisa terlihat
pada sekitar lubang anus atau di tinja pengidap cacing kremi. Cacing rata-rata
memiliki panjang tubuh 5 sampai 13 milimeter ini, biasanya menaruh telur-
telurnya pada lipatan kulit di sekeliling anus pada saat penderita sedang tertidur.
Infeksi cacing kremi umumnya tidak menimbulkan kondisi medis yang
serius. Namun, kadang cacing ini akan naik dari area anal menuju ke Miss V,
uterus, tuba falopi, dan sekitar organ di pinggul. Jika ini terjadi, penderita akan
terancam terkena beberapa komplikasi seperti peradangan Miss V (vaginitis) dan
peradangan lapisan dinding dalam uterus (endometritis).
Tujuan pengobatan cacing kremi adalah untuk menghilangkan cacing
kremi dan mencegah infeksi kembali terjadi. Untuk itu, semua orang yang
serumah dengan penderita juga harus menjalani pengobatan, karena risiko
penyebaran infeksi cacing kremi sangat tinggi. Seseorang yang terinfeksi cacing
kremi biasanya mengalami efek samping ringan pada saluran pencernaan saat
menjalani pengobatan. Beberapa obat anti parasit untuk menangani cacing kremi
yaitu Mebendazole dan Albendazole.

5
Selain pemberian obat-obatan, kamu dianjurkan untuk menerapkan
perilaku hidup bersih untuk mencegah terkena infeksi cacing kremi kembali.
Beberapa perilaku hidup bersih antara lain:
 Hindari menggunakan handuk orang lain.
 Mencuci semua baju, sprei, handuk, dan mainan.
 Membersihkan debu di seluruh rumah.
 Bersihkan kamar mandi dan dapur.
 Hindari untuk menggoyangkan benda yang terkontaminasi dengan telur
cacing kremi.
 Hindari makan di kamar tidur.
 Jaga agar kuku-kuku selalu pendek.
 Ajari anak untuk tidak menggigit kuku dan mengisap jari.
 Mandi setiap hari

B. Cacing Tambang
1. Klasifikasi ilmiah
Kelas : secernentea
Ordo : Strongiloidae
Family : ancylostomatidae
Genus : necator
Spesies : Ancylostoma duodenale
Cacing tambang adalah cacing yang berasal dari anggota famili
Ancylostomatidae yang mempunyai alat pemotong pada mulut berupa tonjolan
seperti gigi pada genus Ancylostoma dan lempeng pemotong pada genus Necator.
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus merupakan cacing tambang
yang menginfeksi manusia sedangkan Ancylostoma brazilliense, Ancylostoma
ceylanicum, dan Ancylostoma caninum merupakan cacing tambang yang
menginfeksi.

Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus). Cacing


betina dewasa mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja.
Apabila kondisi tanah menguntungkan (lembab, basah, kaya oksigen, dan suhu
optimal 26°C – 27°C) telur akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva

6
rhabditiform. Setelah 5 – 8 hari larva rhabditiform akan mengalami metamorfosa
menjadi larva filariform yang merupakan stadium infektif dari cacing tambang.
Jika menemui hospes baru larva filariform akan menembus bagian kulit yang
lunak, kemudian masuk ke pembuluh darah dan ikut aliran darah ke jantung,
kemudian terjadi siklus paru-paru (bronchus → trachea → esopagus), kemudian
menjadi dewasa di usus halus. Seluruh siklus mulai dari penetrasi larva filariform ke
dalam kulit sampai menjadi cacaing tambang dewasa yang siap bertelur memakan

Waktu sekitar 5-6 minggu

2.Penyakit dan penanganan


Telur cacing tambang hidup di tanah yang terkontaminasi feses. Dalam 1-2
hari, telur itu akan menetas dan melepaskan larva. Larva akan tumbuh menjadi
filariform dalam waktu 5-10 hari, dan bisa menempel di kulit manusia.
Seseorang bisa terinfeksi cacing tambang jika kulit mereka bersentuhan
langsung dengan tanah yang menjadi tempat hidup larva cacing tambang.
Misalnya saat seseorang berjalan tanpa alas kaki atau ketika anak-anak bermain
tanah.
Larva cacing tambang juga bisa masuk ke dalam perut jika seseorang
mengonsumsi makanan mentah atau sayur-sayuran yang terkontaminasi telur-
telur cacing tambang. Apalagi jika makanan dan sayur itu tidak dicuci bersih
sebelum dikonsumsi.
Setelah masuk ke dalam tubuh, larva cacing tambang akan terbawa aliran
darah ke dalam tenggorokan, jantung, paru-paru, lalu tumbuh dan berkembang di

7
dalam usus kecil. Mereka menempel di dinding usus dan mulai mengganggu
kesehatan manusia.
Cacing tambang akan bertelur dan berkembang biak di dalam usus kecil
sebelum keluar dari tubuh manusia melalui feses. Telur-telur itu akan kembali
menetas di tanah yang terkontaminasi dan siklus hidup cacing tambang terus
berputar.
Untuk mendiagnosis infeksi cacing tambang, dokter akan mengambil
sampel feses pasien dan memeriksanya di laboratorium. Dari pemeriksaan itu,
dokter akan mencari kemungkinan adanya telur-telur cacing tambang. Tingkat
keparahan infeksi bisa dilihat dari berapa banyak jumlah telur-telur tersebut.
Infeksi cacing tambang umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan
anthelmintik (anticacing), misalnya albendazole dan mebendazole, Dokter
biasanya akan meresepkan obat-obatan ini untuk dikonsumsi selama 1-3 hari.
Kedua obat ini bekerja dengan cara mencegah penyerapan glukosa oleh cacing,
sehingga cacing kehabisan energi dan pada akhirnya mati.
Albendazole dan mebendazole bisa menimbulkan efek samping berupa
mual dan muntah, sakit perut, sakit kepala, atau rambut rontok secara sementara.
Namun, jika efek samping terjadi secara berkepanjangan atau sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari, penderita dianjurkan untuk menemui dokter
kembali guna mendapatkan solusi penanganan yang tepat.
Pada pasien yang mengalami kekurangan sel darah merah atau anemia,
dokter akan memberikan suplemen zat besi. Selain itu, asam folat juga bisa
digunakan untuk membantu pembentukan sel darah merah. Infeksi cacing
tambang bisa dicegah dengan tidak menyentuh tanah secara langsung, dan
menggunakan alas kaki jika berkunjung ke daerah endemik cacing tambang.
Selain itu, membersihan makanan dan sayuran yang akan dikonsumsi juga bisa
membantu menghindari infeksi parasit ini.Mencuci tangan sebelum makan dan
mengonsumsi air siap minum yang bersih atau matang juga diperlukan untuk
mencegah penyebaran cacing tambang.

8
2.2. TREMATODA
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu platy yang berarti pipih,
dan helminth yang berarti cacing. Sesuai dengan nama nya, anggota kelompok
cacing ini memiliki tubuh pipih dorsoventral.Cacing Platyhelminthes dapat
dibagi menjadi empat kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar),
Trematoda (cacing isap), Cestoda (cacing pita), dan Monogenea. Dalam artikel
ini akan membahas lebih rinci tentang kelas Trematoda (cacing isap) pada
Platyhelminthes.Semua anggota cacing ini bersifat parasit pada manusiaatau
hewan. Beberapa jenis cacing ini merugikan di bidang peternakan karna hewan
ternak yang mengandung cacing ini menjadi tidak layak untuk di konsumsi
manusia .

A. Cacing Hati
1. Klasifikasi ilmiah
Kelas : Terematoda
Ordo : Echinostomida
Family : Fasciola
Spesies : Fasciola hepatica

Fasciola hepatica atau cacing hati adalah salah satu spesies cacing yang
merupakan parasit dalam tubuh manusia. Fasciola tergolong dalam kelas
Trematoda, filum Platyhelmintes.

Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi, dan kadang-kadang parasit ini
ditemukan pada manusia. Fasciola hepatica merupakan penyakit fascioliasis.
Fascioliasis banyak ditemukan di negara-negara Amerika Latin dan negara-
negara sekitar Laut Tengah

Ciri cirri telur:

 Ukuran : 130 – 150 mikron x 63 – 90 mikron


 Warna : kuning kecoklatan
 Bentuk : Bulat oval dengan salah satu kutub mengecil,
Ciri ciri cacing dewasa:
 Ukuran 30 mm x 13 mm

9
 Bersifat hermaprodit
 Sistem reproduksinya ovivar
 Bentuknya menyerupai daun
 Mempunyai tonjolan konus pada bagian anteriornya
 Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut, uterus pendek berkelok-
kelok.
 Testis bercabang banyak, letaknya di pertengahan badan berjumlah 2 buah.
 Ovarium sangat bercabang
Ciri umum :
 Bentuk tubuh seperti daun
 Bentuk luarnya tertutup oleh kutikula yang resisten merupakan modifikasi
dari epidermis
 Cacing dewasa bergerak dengan berkontraksinya otot-otot tubuh,
memendek, memanjang dan membelok
 Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam inang
yaitu: inang perantara yakni siput air dan inang menetapnya yaitu hewan
bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba
 Merupakan entoparasit yang melekat pada dinding duktusbiliferus atau
pada epithelium intestinum atau pada endothelium venae dengan alat
penghisapnya
 Makanan diperoleh dari jaringan-jaringan, sekresi dan sari-sari makanan
dalam intestinum hospes dalam bentuk cair, lendir atau darah.
 Di dalam tubuh, makanan dimetabolisir dengan cairan limfa, kemudian
sisa-sisa metabolisme tersebut dikeluarkan melalui selenosit.
 Perbanyakan cacing ini melalui auto-fertilisasi yang berlangsung pada
Trematoda bersifat entoparasit, namun ada juga yang secara fertilisasi
silang melalui canalis laurer.
Daur hidupcacing ini adalah sebagai berikut. Ketika melalui saluran
empedu domba, telur masuk kedalam usus,hingga akhirnya bersama feses
domba,telurdapat keluar ke alam bebas. Pada tempat yang sesuai,telur yang fertil
( telah di buahi ) akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium.
Dialam, mirasidium hanya dapat bertahan hidup sekitar 8 jam . akan tetapi, jika
mirasidium masuk ke dalam tubuh siput maka dalam waktu kurang lebih dua

10
minggu larva ini berubah bentuk menjadi oval dan disebut sporosista.Sporosista
tidak bersilia, kemudian tumbuh dan akhirnya pecah menghasilkan larva
keduayang disebut redia. Redia masuk ke jaringan siput.di dalamtubuh siput,
redia akan tumbuh dan berkembang menghasilkan larva ketiga yang disebut
serkaria. Serkaria memiliki bentuk seperti berudu dan dapat berenang bebas.
Kemudian, serkaria meninggalkantubuh siput dan membentuk sista. Serkariaakan
menjadi metaserkaria jika menempel dirumput atau tumbuhan air.

2. Penyakit dan penanganan


Fascioliasis dapat diobati dengan obat triclabendazole yang diberikan
secara per oral dalam 1 atau 2 dosis. Dua dosis terapi triclabendazole diberikan
kepada pasien yang memiliki infeksi berat atau yang tidak merespon terapi dosis
tunggal. Terapi triclabendazole dua dosis diberikan dengan cara pasien
meminum obat 2 dosis masing-masing 10 mg/kg, dipisahkan dalam waktu
dengan 12 sampai 24 jam.

11
B. Cacing Darah
1. Klasifikasi ilmiah
Kelas : Trematoda

Ordo : Opisthorchiida

Family : Opisthorchiidae

Genus : Clonorchis

Species : Clonorchis sinensis

Clonorchis sinensis adalah spesies Trematoda parasit pada hati manusia.


Hewan ini sering disebut sebagai Chinese liver fluke dan pernah endemik di
Jepang, China, Taiwan, dan Asia Tenggara. Clonorchis mempunyai dua
macam inang perantara, yaitu siput dan ikan

Cirri cirri Telur :


 Bentuk seperti botol ukuran 25–30 µm
 Warna kuning kecoklatan
 Kulit halus tetapi sangat tebal
 Pada bagian ujung yg meluas terdapat tonjolan
 Berisi embrio yg bersilia (mirasidium)
 Operculum mudah terlihat
 Infektif untuk siput air
Cacing Dewasa :
 Ukuran 12 – 20 mm x 3 – 5 mm
 Ventral sucker < oral sucker
 Usus (sekum) panjang dan mencapai bagian posterior tubuh
 Testis terletak diposterior tubuh & keduanya mempunyai lobus
 Ovarium kecil terletak ditengah (anterior dari testis)

Cara penularan dan manusia terinfeksi karena memakan ikan air tawar.
Contohnya daging ikan yang mentah atau dimasak tidak matang yang di
dalamnya terdapat larva berbentuk kista (metaserkaria). Pada saat dicerna
larva cacing akan terbebas dari dalam kista dan bermigrasi melalui Duktus
Koledokus ke dalam pecabangan empedu.

12
Telur dalam empedu diekskresikan melalui tinja. Pada tempat yang sesuai,
telur yang fertil (telah dibuahi) akan menetas menjadi larva bersilia yang
disebut mirasidium. Jika telur ini termakan oleh siput (lymnea) sebagai
pejamu pertama yang rentan, maka akan menetas dalam usus siput. Larva atau
mirasidium ini dalam 2 minggu akan berubah bentuk menjadi sporosista.

Sporosista yang tidak bersilia, kemudian tumbuh dan akhirnya pecah


menghasilkan larva kedua disebut redia. Redia masuk kejaringan siput.
Didalam tubuh siput redia akan tumbuh dan berkembang menghasilkan larva
ketiga disebut serkaria. Serkaria ini kemudian bermigrasi atau meningglkan
tubuh siput dan masuk ke dalam air. Jika mengenai pejamu kedua (ikan),
serkaria akan menembus tubuh ikan dan biasanya masuk ke dalam daging ikan
atau biasa juga di bawah sisik (kulit). Saat itu membentuk metaserkaria (kista).

Kemudian melepaskan ekornya. Ikan yang mengandung metaserkaria akan


termakan oleh manusia, jika ikan tersebut tidak dimasak dengan matang.
Metaserkaria dalam bentuk kista akan masuk ke dalam sistem pencernaan,
kemudian berpindah kehati melalui saluran empedu dan tumbuh menjadi
cacing dewasa, dan mengulang kembali siklus hidupnya.

13
2.Penyakit dan penanganan

Perubahan patologi terutama terjadi pada sel epitel saluran empedu.


Pengaruhnya terutama bergantung pada jumlah cacing dan lamanya
menginfeksi, untungnya jumlah cacing yang menginfeksi biasanya sedikit.
Pada daerah endemik jumlah cacing yang pernah ditemukan sekitar 20-200
ekor cacing. Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan terjadinya
penebalan epitel empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu.
Pembentukan kantong-kantong pada saluran empedu dalam hati dan jaringan
parenkim hati dapat merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur cacing
yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan penurunan fungsi hati.

Gejala asites sering ditemukan pada kasus yang berat, tetapi apakah ada
hubungannya antara infeksi C. sinensis dengan asites ini masih belum dapat
dipastikan. Gejala joundice (penyakit kuning) dapat terjadi, tetapi
persentasinya masih rendah, hal ini mungkin disebabkan oleh obstruksi
saluran empedu oleh telur cacing. Kejadian kanker hati sering dilaporkan di
Jepang, hal ini perlu penelitian lebih jauh apakah ada hubungannya dengan
penyakit Clonorchiasis.

Cacing ini menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding
saluran dan perubahan jaringan hati yang berupa radang sel hati. Gejala dibagi
3 stadium:

– stadium ringan tidak ada gejala

– stadium progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan,


diare, edema, dan pembesaran hati.

– stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal terdiri


dari pembesaran hati, edema, dan kadang-kadang menimbulkan keganasan
dalam hati, dapat menyebabkan kematian.

Untuk pencegahan Tidak memakan ikan mentah atau setengah matang Tidak
buang air besar sembarangan terutama di lokasi perairan Melakukan
pengobatan pada penderita Pengobatan untuk parasit ini adalah sama dengan

14
trematoda lainnya, terutama melalui penggunaan praziquantel sebagai obat
pilihan pertama. Obat diberikan pada 5 mg / kg stat, atau mingguan. Obat yang
digunakan untuk mengobati infestasi
mencakup triclabendazole, praziquantel, bithionol, albendazole dan mebendaz
ol.

2.3. CESTODA
Cestoda disebut juga sebagai cacing pita, karena bentuknya pipih panjang
seperti pita. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus
halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan
tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).
Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak
tidak sempurna. Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan
babi pada taenia solium.
A. Cacing Pita Babi
1. Klasifikasi ilmiah
Kelas : Cestoda

Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeneidea

Genus : Taenia

Spesies : Taenia solium (Cacing Pita Babi)

Ciri ciri umum:

• Cacing dewasa hidup di saluran usus dan larva di jaringan vertebrata &
invertebrata.

• Bentuk badan pipih

• memanjang seperti pita

• Tdk mempunyai alat cerna

• Hermafrodit

15
• Reproduksi Ovipar

• Kadang-kadang berbiak dalam bentuk larva

• Infeksi umumnya oleh larva dalam kista.

Cirri cirri Cacing dewasa:

◦ Panjang sampai 10 meter, t.a. 3000-4000 proglotid.

◦ Skolek : seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap

◦ Proglotid :

 Lebar lebih panjang dari panjangnya

 Lubang uterus di bagian tengah proglotid

 Mempunyai lubang uterus

 Uterus panjang berkelok-kelok membentuk roset.

Siklus hidup cacing pita di mulai dari:

Telur – Cestoda bereproduksi seksual, lalu menghasilkan (dan menyimpan)


telur pada proglotid-nya. Segmen proglotid yang matang kemudian “rontok”
bersamaan dengan telur-telur yang dikandungnya. Telur ini keluar melalui
kotoran inang primer dan dimakan oleh inang perantara (sapi, babi, dll.).

Onkosfer (en: oncosphere) – Dalam tubuh inang perantara, telur menetas


menjadi onkosfer, yaitu larva heksakant (en: hexacanth) yang masih
dibungkus oleh lapisan embrionik.

Larva heksakant – Onkosfer menjadi larva heksakant yang mampu menembus


dinding saluran pencernaan, dan terbawa menuju otot.

Sista sistiserkus (en: cysticercus) – larva heksakant yang telah berada di otot
kemudian membungkus diri menjadi sistiserkus. Sistiserkus ini bisa bertahan
beberapa tahun pada hewan (inang perantara), kemudian akan terbawa ke

16
inang primer (inang definitif) apabila termakan bersamaan dengan daging
hewan.

Cacing pita muda – sistiserkus yang berada di usus inang primer akan
menempel dan mulai tumbuh menjadi dewasa.

Cacing pita dewasa – cacing dewasa menempel pada usus dengan skoleks dan
mulai melakukan reproduksi seksual, proglotid cacing pita mulai terisi dengan
telur yang berjumlah puluhan sampai ratusan ribu per segmen proglotid.
Hebatnya, cacing pita bisa memiliki 1.000 – 2.000 segmen.

Proglotid rontok – ketika sudah matang dan berisi telur, segmen-segmen


proglotid yang penuh dengan telur mulai berguguran dan terbawa melalui
kotoran.

2. Penyakit dan penanganan


Sparganosis ialah penyakit yang ditimbul-kan oleh adanya larva pleroserkoid
dalam jaringan tubuh manusia (otot dan fascia).

17
Penyebabnya adalah Diphyllobothrium binatang Diphyllobothrium
(Spirometra) mansoni.

18

Anda mungkin juga menyukai